Anda di halaman 1dari 40

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Fase Remaja


Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun

demikian, menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas yang digunakan juga

istilah adolesens ( dalam bahasa Inggris adolescence). Para ahli merumuskan

bahwa pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk

maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa

dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan, istilah adolesens

lebih ditekankan pada perubahan psikologis atau kematangan yang menyertai

masa pubertas ( Narayan et al., 2011)

Fase remaja merupakan fase dimana alat reproduksi mulai

berkembang dan tumbuh, fase ini dimulai dari bebrbagai aspek yang dinilai di

mulai dari aspek fisik, psikologis, mental dan sosial.

Dari perubahan fisik yang dialami oleh seorang wanita meliputi

beberapa hal yang berkaitan erat dengan adanya tanda seks. Tanda seks ini

merupakan salah satu indikator sekaligus tanda seorang wanita mengalami

kematangan dalam alat reproduksi. Tanda seks dikategorikan menjadi 2

macam yakni : tanda seks primer dan tanda seks sekunder. Tanda seks primer

7
8

merupakan tanda seks primer yang digunakan sebagai awal untuk seorang

wanita mengalami kematangan alat reproduksi. Ditandai dengan terjadi nya

menarche (menstruasi) di katakan jika seorang wanita mengalami menstruasi

pada umur 9-12 tahun. Menstruasi merupakan tanda dari sel telur seorang

wanita tidak dibuahi oleh sel sperma laki-laki. Menstruasi juga salah satu

indikasi bahwa seorang wanita sudah dapat dikatakan subur dan mampu

memiliki keturunan.

Sedangkan, tanda seks sekunder yang terjadi pada seorang wanita, meliputi :

1. Rambut halus. Tumbuh nya rambut-rambut secara halus di awali di daerah

ketiak dan di bagian alat reproduksi yang tumbuh nya lebih subur, kasar,

gelap dan agak keriting. Setelah itu akan tumbuh bulu-bulu halus disekitar

wajah namun pertumbuhan nya tidak selebat dan tekstur nya tak sekasar

seperti di daerah ketiak dan di bagian alat reproduksi.

2. Bentuk Pinggul. Umum nya bentuk pinggul yang di miliki oleh seorang

wanita usia reproduktif akan lebih berkembang, membesar

3. Payudara. Secara bersamaan dengan pinggul maka payudara seorang

wanita juga ikut membesar.

4. Kulit. Kulit seorang wanita yang mengalami fase ini akan terlihat lebih

halus

5. Kelenjar Lemak. Umum nya seiring dengan terjadi nya fase ini, kelenjar

minyak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif .


9

6. Suara. Suara akan berubah menjadi lebih merdu pada seorang wanita

yang mengalami fase ini.

2.1.1 Anatomi Dasar Panggul


Tulang panggul merupakan salah satu tulang penyusun tubuh yang

terdiri dari beberapa tulang penyusun nya. Berikut ini merupakan topografi

dari tulang panggul :

1. Tulang panggul

Setiap wanita memiliki bentuk tulang panggul yang berbeda, tulang

panggul wanita memiliki fungsi yang berbeda dengan tulang panggul

laki-laki. Tulang panggul wanita lebih mengarah ke fungsi reproduksi

maka bentuk panggul seorang wanita berbentuk bagian bawah yang

luas untuk keperluan kehamilan, iliaka yang lebih lebar, dan simfisis

yang lebih pendek

2. Alat genital

A. Vulva

Merupakan tempat bermuara nya sistem urogenital. Vulva

dikelilingi oleh labia mayor dan labia minor

B. Vagina

Vagina merupakan penghubung antara vagian eksternal dengan

vagina internal.
10

C. Uterus

Uterus merupakan tempat berkembang nya janin jika sel telur di

buahi. Panjang uterus wanita dewasa umum nya 7-7,5 cm dengan

lebar 5,25 cm dan memiliki tebal 2,5 cm. Antara korpus dan serviks

masih ada bagian yang biasa disebut isthmus uteri. Bagian atas

uterus disebut dengan fundus uteri dan dilengkapi dengan tuba

falopii kanan dan kiri. Dinding uterus dilapisi oleh myometrium

yang dapat mengalami relaksasi dan kontraksi

D. Tuba Falopii

Tuba falopii merupakan saluran tempat menyalurkan sel telur yang

sudah matang. Tuba falopii memiliki panjang 11-14 cm

E. Ovarium

Ovarium berhubungan dengan uterus. Di tiap bulan seorang wanita

akan mengeluarkan satu folikel dan terkadang dalam jumlah yang

lebih dari satu folikel. Folikel yang dilepaskan tersebut berkembang

menjadi follikel de graf . folikel merupakan bagian yang terpenting

dalam ovarium, dalam letak yang beraneka ragam dan satu sel telur

dikelilingi oleh satu sel lapisan sel-sel saja sampai folikel de graf

matang. Folikel yang matang ini terisi dengan likuor folikuli yang

mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.


11

F. Rektum

Rektum atau yang biasa disebut dengan anus berjalan melengkung

sesuai dengan lengkungan os sacrum, dari atas ke anus. Anus

ditutupi oleh otot spfingter ani eksternus, diperkuat oleh otot

bulbokavernosus, otot levator ani dan jaringan ikat perineum

Gambar 2.1 Anatomi Organ Reproduksi

Sumber : F Netter, 2014

2.1.2 Anatomi otot dinding perut

Dinding abdomen dibentuk ole lapisan-lapisan yang berlapis-lapis dari

superfisial hingga ke profundus yang terdiri dari kulit, jaringan subkutan,

otot dan fasia, jaringan ekstraperitoneal dan peritoneum.


12

Berikut ini merupakan susunan dinding abdomen :

1. Kulit

2. Jaringan Subkutan

3. Fascia

Merupakan jaringan lemak jika di lihat lebih dalam akan membentuk

suatu jaringan yang padat yang menyerupai selaput. Dibagi menjadi fasia

superfascialis dan fasia profundus

4. Musculus rectus abdominis

Merupakan otot panjang dan kuat yang terbentang sepanjang seluruh

panjang dinding abdomen. Otot ini melebar dan letaknya berdekatan

dengan garis tengah yang dipisahkan oleh linea alba

5. Musculus oblika eksterna

Merupakan otot dinding abdomen yang letak nya paling superfiscial

yang berorigo insersio di tepi eksternal ruas costa ke delapan dan serat nya

yang menyerong dari kraniolateral menuju kaudomedial.

6. Musculus oblika interna

otot ini melekat di bawah muskulus abdominis eksternus oblik yang

berinsersio di tiga tempat : permukaan bagian internal tiga kosta terakhir,

sarung rektus dan Os. Pubis


13

7. Musculus transversalis

serat pada otot ini berjalan hampir horizontal dan berinsersio sebagai

aponeurosis

8. Musculus piramidalis

otot ini berorigo di permukaan anterior pubis dan berinsersio di linea

alba. Otot ini terletak pada bagian bagian bawah muskulus rektus

abdominis.

9. Peritoneum

Selaput tipis yang melapisi dinding kavum abdomen dari sebelah

dalam yang berfungsi untuk menutupi sebagian atau keseluruhan organ

visera.

Gambar 2.2 anatomi otot abdomen


Sumber : F Netter, 2014
14

2.1.3 Menstruasi
Ketika seorang wanita sudah menginjak fase reproduktif, maka

seorang wanita akan mengalami fase yang dinamakan pubertas, fase pubertas

ditandai dengan pematangan sel telur yang di artikan dengan menstruasi

(haid). Menstruasi merupakan fase dimana meluruh nya sel rahim beserta isi

nya dalam bentuk darah, debris endometrium dari vagina. Fase haid terdiri

dari 3 fase : fase menstruasi (haid), fase proliferasi, fase sekresi atau

progestasional.

Sebelum fase menstruasi dimulai, terdapat fase yang terpenting terjadi

seperti fase pembentukan sel telur yang biasa disebut dengan fase ovulasi.

Fase ovulasi terdiri dari fase folikel dan fase luteal. Fase folikel yang dimana

di dominasi dengan adanya folikel matang, dan fase luteal yang ditandai

dengan adanya korpus luteum Perkembangan kadar hormon dan perubahan

siklus ovarium di uterus dimulai ketika folikel ovarium mengeluarkan

hormone estrogen di bawah pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone),

LH (Luteinizing Hormon), dan estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang

rendah tetapi terus meningkat tersebut menghambat sekresi FSH (Follicle

Stimulating Hormone) yang menurun selama bagian terakhir fase folikel, dan

secara inkomplit menekan sekresi LH, yang terus meningkat selama fase

folikel. Pada saat pengeluaran estrogen mencapai puncak nya, kadar estrogen

yang tinggi tersebut memicu lonjakan sekresi LH (Luteinizing Hormon) ini


15

menyebabkan ovulasi folikel yang matang. Sekresi estrogen merosot sewaktu

folikel mati pada ovulasi. Sel-sel folikel lama diubah menjadi korpus luteum,

yang mengeluarkan progesteron serta estrogen selama fase luteal,

progesterone sangat menghambat FSH (Follicle Stimulating Hormon) dan LH

(Luteinizing Hormon), yang terus menerus selama fase luteal. Korpus luteum

berdegenerasi dalam waktu sekitar 2 minggu apabila ovum yang dikeluarkan

tidak dibuahi dan tak tertanam di uterus, kadar hormon progesteron dan

estrogen menurun secara tajam pada saat korpus luteum berdegenerasi,

sehingga pengaruh inhibitorik pada sekresi FSH dan LH lenyap. Pada awal

fase folikel lapisan endometrium yang kaya akan nutrien dan pembuluh darah

terlepas, pelepasan ini terjadi akibat menurun nya kadar hormone progesteron

dan estrogen ketika korpus luteum berdegenerasi pada akhir fase luteal.

(Lauralee, 2008)

2.1.4 Kelainan Menstruasi

Proses fisiologis seorang wanita berubah-ubah sesuai dengan tingkatan

umur sehingga proses yang didalam nya juga berubah. Perubahan yang

disertai dengan gangguan merupakan perubahan yang bersifat patologis.

Adapun (Manuaba, 2003), mengelompokkan menjadi beberapa gangguan

sesuai dengan kelainan yang dialami, antara lain :

1. Gangguan jumlah darah

a. Hipermenorea (Menoragia)
16

Merupakan gangguan menstruasi berupa keluar nya menstruasi

yang diikuti dengan gumpalan darah. Menurut (Ganong, 2008)

menoragia merupakan keluar nya darah dalam yang berlebihan

ketika menstruasi pada saat daur yang teratur dengan tubuh

kehilangan darah sebanyak ≥ 80ml

b. Hipomenorea

Merupakan gangguan menstruasi yang ditandai dengan sedikit nya

jumla darah yang keluar ketika siklus normal.

2. Kelainan Siklus

a. Polimenorea

Merupakan siklus menstruasi yang terjadi kurang dari 20 hari.

b. Oligomenorea

Merupakan siklus menstruasi yang terjadi diatas 35 hari

c. Amenorea

Merupakan terlambat nya siklus menstruasi selama 3 bulan

berturut-turut. Amenorea di bagi menjadi 2 yaitu :

1. Amenorea Primer

Merupakan amenorea jika periode yang menstruasi tidak

kunjung mulai

2. Amenorea Sekunder

Merupakan gangguan menstruasi yang terjadi jika mentsruasi

setelah mengalami siklus mentruasi normal


17

3. Metroragia

Gangguan menstruasi yang di tandai dengan pendarahan dari

uterus yang terjadi di luar periode haid

5. Gangguan lain yang menyertai menstruasi, yaitu :

a. Premenstrual Tension

Merupakan gangguan menstruasi yang menyertai menstruasi yang

biasa di jumpai pada wanita reproduktif. Hal ini diakibatkan oleh

kejiwaan yang labil dan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron

di dalam tubuh

b. Mastalgia

Ada nya keluhan berupa bengkak dan berat pada payudara ketika

menstruasi. Ini diakibatkan oleh hormon estrogen yang menyebabkan

retensi air dan natrium pada payudara.

c. Mittelschmerz

Merupakan rasa nyeri yang terjadi pada masa ovulasi

d. Dysmenorrhea

Merupakan haid yang nyeri yang diakibatkan oleh penimbunan kadar

prostaglandin di uterus
18

2.2 Dysmenorrhea
2.2.1 Definisi Dysmenorrhea
Dysmenorrhea merupakan masalah yang umum terjadi pada wanita

usia reproduktif (French, 2008). Dysmenorrhea primer terjadi pada awal

siklus menstruasi dan nyeri nya meningkat pada masa remaja sekitar umur 15-

17 tahun dan puncak nyeri yang dialami adalah ketika umur 20-24 tahun

(Darwood, 2006)

Pada nyeri dysmenorrhea nyeri yang dirasakan berlangsung beberapa

jam sebelum atau sesudah terjadi nya menstruasi dengan jarak waktu 24-48

jam dengan nyeri berlangsung ketika hari pertama menstruasi dan hari

selanjut nya (Gilany et al, 2005). Menurut (Narayan, 2011) mengatakan

bahwa dysmenorrhea merupakan nyeri yang paling sering dikonsultasikan ke

ahli ginekologi dan sebagian besar wanita yang sedang merasakan nyeri

dysmenorrhea menurunkan aktivitas dari segi akademis, aktivitas sosial dan

olahraga yang berakibat pada absen nya seseorang dari suatu aktivitas

tertentu.

Berdasarkan etiologi nya, nyeri dysmenorrhea diakibatkan oleh

peningkatan pada PGF2α pada endometrium yang mengakibatkan tegang nya

otot daerah pelvis. Nyeri dysmenorrhea memiliki gejala seperti : Mual,

Muntah, Sakit kepala, depresi, anxietas (Cakir et al, 2010)


19

2.2.2 Klasifikasi Dysmenorrhea


Secara umum, dysmenorrhea diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu :

dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder.

A. Dysmenorrhea primer

Dysmenorrhea primer merupakan suatu penyakit pada pelvis yang

normal ketika menstruasi berlangsung yang paling umum di alami oleh

sebagian wanita yang biasa nya berlangsung pada 24-48 jam ketika

menstruasi berlangsung saat siklus ovulasi terjadi (Cakir, 2007)

B. Dysmenorrhea sekunder

Dysmenorrhea sekunder merupakan suatu keadaan patologis pada

pelvis dimana nyeri yang dirasakan terasa sangat sakit yang dapat diliputi

oleh beberapa patologis pada pelvis tersebut seperti : endometriosis,

inflamasi yang terjadi akibat adanya gangguan dari pelvis, ada nya massa

pada pelvis.

Endometriosis merupakan penyebab tersering yang dilaporkan sebagai

penyebab dysmenorrhea sekunder. Endometriosis di definisikan dengan

kelenjar pada endometrium dan stroma di tempat yang bukan seharusnya,

jaringan tersebut umumnya berada berasal dari uterus lalu diedarkan melalui

tuba falopii ketika menstruasi (Cakir, 2007).


20

2.2.3 Derajat Dysmenorrhea

Derajat dysmenorrhea dibagi menjadi 3 bagian berdasrkan dengan

tingkat keparahan nya (Fujiwara, 2003) :

1. Derajat 1 : Seorang wanita yang mengalami dysmenorrhea namun

dapat diatasi tanpa bantuan obat-obatan

2. Derajat 2 : Seorang wanita yang mengalami dysmenorrhea namun

diatasi dengan bantuan obat-obatan

3. Derajat 3 : Seorang wanita yang mengalami dysmenorrhea diatasi

dengan bantuan obat-obatan namun tetap merasa nyeri.

2.2.4 Patofisiologi Dysmenorrhea


Nyeri haid merupakan nyeri yang terjadi pada sebagian wanita yang

umum nya dirasakan tiap bulan sesuai dengan siklus masing-masing. Nyeri

haid yang dirasakan oleh tiap wanita berbeda-beda dimulai dari ringan,

sedang, hingga parah. Sebuah studi mengatakan bahwa hampir 40% wanita

memaksa diri nya untuk beristirahat sejenak bahkan berhari-hari jika

dirasakan nyeri yang sudah tidak mampu ditahan

Etiologi nyeri haid belum jelas tetapi umum nya berhubungan dengan

siklus ovulatorik. Beberapa faktor mengambil peranan dalam timbul nya

nyeri pada dysmenorrhea primer ini, antara lain :


21

Prostaglandin

Prostaglandin merupakan hormon yang berasal dari dalam tubuh,

disintesis dari asam esensial. Jenis prostaglandin ada 2, yaitu : PGE 2 dan

PGF2α yang masing-masing berikatan dengan 2 rantai alipatik.

Prostaglandin beserta partikel nya PGE 2 dan PGF2α yang disintesis

dari asam arakidonat, yang merupakan turunan dari hidrolisis dari sel

membran fosfolipids oleh enzim lisosomal fosfolipase A2 . Asam arakidonat

di sintesis melalui cyclooxygenase atau melalui lipoxygenase.

PGF2α merupakan hasil dari metabolisme dari asam arakidonat

oleh enzim siklooksigenase, yang menyebabkan vasokonstriksi dan kontraksi

dari myometrium yang menyebabkan iskemik dari rasa nyeri. Substansi dari

PGF2α dan PGE2 memiliki rasio yang tinggi dalam endometrium dan darah

menstruasi pada wanita yang mengalami nyeri haid primer. Namun, PGF2α

dan PGE2 memiliki efek yang berlawanan, dimana PGF2α memiliki fungsi

untuk merangsang kontraksi dari uterus selama seluruh fase siklus haid.

Sedangkan, PGE2 memiliki fungsi dalam menghambat kontraktilitas

myometrium selama haid dan merangsangnya pada saat fase proliferatif dan

fase luteal.

Non-steroidal Anti inflammatory Drugs seperti aspirin, ibuprofen,

naproxen bekerja dengan cara menghambat siklooksigenase dan produksi

prostaglandin. Glukokortikoid menghambat biosintesis dari prostaglandin

dengan cara mengubah membrane sel yang tahan terhadap fosfolipid menjadi
22

fosfolipase A2 (Dawood, 2010) Prostaglandin merupakan mediator dalam

pelepasan gonadotropin pada level hipotalamus pada siklus medial pada

preovulasi

2.2.5 Insiden dan Faktor resiko


Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid yang disebabkan oleh

kejang otot uterus. Dimana yang terjadi adalah peningkatan dari PGF2α di

dalam darah meningkat secara berlebihan yang merangsang pada kontraksi

berlebihan dari otot uterus. Gejala utama adalah nyeri yang dimulai pada awal

menstruasi hari pertama nyeri yang ditimbulkan dapat bersifat tajam, tumpul,

siklik, atau menetap hingga berakhir nya fase menstruasi tersebut yang dapat

berlangsung selama beberapa jam sampai 1 hari. Kadang-kadang gejala dapat

lebih lama tapi jarang melebihi 72 jam. Gejala yang umum setelah nyeri

adalah mual, perubahan emosional, diare, sakit kepala (America Heritage

Dictionary, 2010)

Absen nya seorang wanita akibat dysmenorrhea ini cukup tinggi, di

Amerika diperkirakan sekitar 25-50% wanita dewasa mengeluh akibat nyeri

dysmenorrhea dan sekitar 90% remaja mengeluhkan hal yang sama (Dawood,

2010)

Dalam suatu studi mengatakan, sebanyak 51% seorang wanita

dewasa mampu menahan rasa nyeri yang dialami dan tetap melaksanakan

pekerjaan. Namun berbeda dengan sebuah studi yang mengatakn bahwa


23

sebanyak 13-51% seorang remaja mampu menahan rasa nyeri dan sebanyak

14% seorang remaja akan absen dari sekolah paling tidak dilakukan satu kali

absen pada remaja yang mengalami dysmenorrhea berat (Proctor et al,. 2012)

Studi kasus epidemiologi yang dilakukan di turki dengan rentangan

usia 13-15 tahun dikategorikan menjadi 3 macam dysmenorrhea yang

menyerang rentangan usia tersebut dengan prevalensi sebesar 36,1% untuk

kategori dysmenorrhea ringan, 43,8 % untuk kategori dysmenorrhea sedang,

dan sebesar 20,1 % untuk kategori dysmenorrhea parah. Dan dikatakan

prevalensi sebanyak 66,6 % sampel yang mengalami dysmenorrhea kategori

parah dan sedang (Proctor et al, 2012)

Faktor resiko yang berkaitan dengan nyeri pada dysmenorrhea primer

mencakup beberapa hal, yakni :

1. Siklus Menstruasi

Dysmenorrhea terjadi pada beberapa fase selama masa haid , setelah

terjadi ovulasi sel-sel folikel yang sudah meluruh bersama darah akan

membentuk korpus luteum yang baru akibat dari tidak terjadi nya pembuahan

oleh sel sperma, maka yang terjadi adalah kadar estrogen dan progesteron di

sirkulasi drastis menurun. Menurun nya kedua hormon tersebut menyebabkan

lapisan endometrium tersebut tidak terpenuhi dari segi nutrisi dan dan

pembuluh darah. Menurun nya kadar hormon tersebut merangsang dari sekresi

prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokontriksi endometrium serta


24

menyebabkan kontraksi dari uterus yang memicu terjadi nya nyeri

dysmenorrhea (Sundell et al, 2011)

2. Usia Menstruasi yang kurang dari 12 tahun

Terjadi nya menstruasi yang dini menyebabkan alat reproduksi yang

belum siap mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher

rahim, maka akan terasa nyeri ketika menstruasi. Sebuah studi mengatakan

sebanyak 84,2% mengalami menstruasi dengan rentangan usia 12-14 tahun

(Silverstein et al,. 2011)

3. Riwayat ibu atau saudara yang memiliki riwayat nyeri dysmenorrhea

Sebuah studi kasus analisis bivariat yang dilakukan oleh (Dawood,

2003) mengatakan sebanyak 81,9 % memiliki riwayat keluarga dengan

dysmenorrhea, dengan perbandingan sebanyak 1,41 % riwayat genetik

mengambil peranan untuk memiliki kesempatan lebih tinggi untuk mengalami

hal yang sama. Riwayat genetik mengambil peranan besar dalam terjadi nya

nyeri dysmenorrhea, sehingga disarankan untuk melakukan upaya preventif

jika di ketahui salah satu keluarga memiliki riwayat dysmenorrhea primer

4. Depresi atau anxietas

Ketika seseorang mengalami depresi, maka tubuh secara otomatis

mengeluarkan hormon stress yang mampu mengakibatkan ketegangan pada

otot tertentu (Silverstein et al,.2011).


25

5. Merokok dan Minuman alkohol

Merokok dapat memicu terjadi nya peningkatan intensitas dari lama

nya seseorang mengalami satu siklus dalam satu bulan menstruasi. Sedangkan,

minuman alkohol mampu menghambat proses penghancuran esterogen yang

memiliki fungsi dalam memicu kontraksi dari uterus yang dilakukan oleh hati,

sehingga sekresi estrogen menjadi terganggu akibat nya estrogen dalam tubuh

meningkat dan meningkatkan resiko nyeri pada pelvis (Parazinni et al,. 2011)

6. Stres

Stres merupakan penyebab dysmenorrhea yang dilaporkan cukup

banyak sebagai pencetus terjadi nya dysmenorrhea. Faktor psikososial ini

merupakan penyebab langsung terjadi nya dysmenorrhea primer. Stres

merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat menyebabkan tidak lancar

nya distribusi oksigen ke dalam uterus dan merangsang untuk terjadi

peningkatan prostaglandin (PGs) di uterus.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Nepomaschy, 2004)

menyebutkan bahwa stres menyebabkan perubahan hormonal pada

Hipotalamik Pituitari – Ovarium (HPO) yang menyebabkan perubahan

hormone di dalam ovarium yang mengakibatkan seorang wanita untuk rentan

dalam mengalami gangguan menstruasi, sehingga disimpulkan bahwa faktor

stres mengarah terhadap meningkatnya sensitivitas yang mampu memperparah

gejala dysmenorrhea primer.


26

7. IMT (Indeks Masa Tubuh)

IMT merupakan Indeks Masa Tubuh yang diukur dengan

perbandingan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan (meter)

dikuadratkan (m2). Penggunaan IMT tidak dapat digunakan pada kasus

tertentu, seperti : asites, edema, hepatomegali (Supariasa, 2002)

Berdasarkan studi cross-sectional yang dilakukan oleh Yilmaz

(2008) dengan nilai p = 0,22 menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan

IMT terhadap angka kejadian dysmenorrhea dengan jumlah subjek yang

underweight sebanyak 12,41% dan yang mengalami nyeri dysmenorrhea

sebanyak 61,53% dan subjek dengan IMT yang overweight sebesar 11,12%

dan yang mengalami nyeri dysmenorrhea sebesar 96,6%.

Namun, beberapa penelitian yang dilakukan oleh (Clain et al, 2011)

dengan nilai P = 0,02 menyatakan bahwa IMT yang rendah memiliki resiko

untuk mengalami nyeri dysmenorrhea primer. Studi di Jepang menyebutkan

jika IMT dengan underweight lebih memiliki resiko untuk mengalami

dysmenorrhea primer daripada IMT dengan overweight


27

IMT (Kg/m2) Standar IMT WHO Standar IMT Depkes


RI
< 17,0 - Kekurangan berat
badan tingkat berat
17,0 – 18,5 - Kekurangan berat
badan tingkat ringan
< 18,5 Kurang -
(Underweight)
18,5 – 24,9 Normal (average) Normal
25,0 – 27,0 - Kelebihan berat
badan ringan
> 27,0 - Kelebihan berat
badan berat
25,0 – 29,9 Lebih (overweight) -
30,0 – 34,9 Obesitas sedang
35,0 – 39,9 Obesitas parah
> 40 Obesitas sangat
parah

Tabel 2.1 daftar IMT

8. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang

sehari-hari dengan mengkontraksikan otot ketika bergerak, adapun kegiatan

tersebut seperti : olahraga, kegiatan ketika bekerja maupun ketika waktu luang.

Keuntungan dalam melakukan aktivitas fisik antara lain : meningkatkan kinerja


28

pada kardiorespiratori, mengurangi penyakit jantung, mengurangi depresi dan

gelisah (William dan Wilkins, 2009)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Zukri, 2009) menunjukkan bahwa

wanita yang kurang berolahraga memiliki resiko sebanyak 3,5 kali lebih tinggi

untuk mengalami dysmenorrhea primer dibandingkan dengan wanita yang

rutin berolahraga tiap minggu, hasil nya menunjukkan dengan nilai P value

sebesar 0,0015 yang berarti bahwa aktivitas fisik berpengaruh terhadap

gangguan menstruasi pada wanita

Aktivitas fisik berupa aerobik akan meningkatkan perfusi darah ke

jaringan yang dapat mengurangi nyeri pada daerah hip dan pelvis, olahraga

yang rutin sesuai dengan konsep FITT (Frekuensi, Intensitas, Tipe, Time)

menyebutkan jika olahraga yang rutin dilakukan seminggu sebanyak 3-5 kali

akan merangsang timbul nya hormon beta-endorphin yang dapat mengurangi

efek nyeri yang tidak spesifik dan memperbaiki mood dan mengurangi depresi

(Morse, 1997). Selain itu pula, olahraga berepengaruh terhadap system

sirkulasi seorang wanita yang mengakibatkan terganggu nya distribusi hormon

steroid ke seluruh tubuh dan olahraga dapat menurunkan nyeri premenstrual

2.2.6 Mekanisme Nyeri


Menurut Inflamation Association For Study of Pain (IASP) , nyeri

merupakan pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya kerusakan actual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi

terjadi kerusakan pada jaringan. Perubahan fungsi pada nyeri memicu respon
29

protektif dengan maksud untuk menjaga agar kerusakan jaringan tetap minimal

(Borda et al., 2013). Kapasitas pengalaman nyeri memiliki fungsi protektif.

Jika terjadi kerusakan jaringan tidak dapat dihindarkan, akan terjadi perubahan

bertahap pada sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat yang bertanggung

jawab terhadap persepsi nyeri. ((Petho et al,. 2012)

Mekanisme utama terjadi nya proses primary dysmenorrhea

adalah hiperkontraktiliti dan vasokonstriksi dari lapisan uterus myometrial

(Woodbury et al,. 2011). Etiologi dari primary dysmenorrhea termasuk dalam

ketidakseimbangan dari jumlah sekresi prostaglandin (PGs) dari endometrium

selama menstruasi. Berdasarkan gejala secara umum, seperti mual, muntah,

diare, dan sakit kepala merupakan efek dari meningkat nya kadar prostaglandin

dan turunan nya ke dalam sistem sirkulasi. Sintesis asam arakidonat dan jalur

siklooksigenase teraktivasi dengan menolak konsentrasi progesteron pada fase

late secretory 3 kali lebih tinggi daripada fase proliferasi. Peningkatan

prostaglandin selama fase menstruasi, konsentrasi PGE2 dan PGF2α

meningkat lebih tinggi pada cairan menstruasi pada seorang wanita dengan

dysmenorrhea daripada wanita yang tidak merasakan nyeri selama

dysmenorrhea. Secara umum, Prostaglandin, PGF2α merupakan faktor

pencetus terjadi nya nyeri dysmenorrhea (Rees, 1989)


30

2.3 Active Stretching Exercise


2.3.1 Definisi Active Stretching Exercise
Stretching merupakan salah satu bentuk teknik yang sudah

dipergunakan jaman dahulu kala dalam menangani suatu penyakit yang

berhubungan dengan nyeri otot. Tujuan pemberian stretching sendiri adalah

untuk menmeningkatkan mobilitas sendi, relaksasi, panjang otot dan

fleksibilitas dari otot itu sendiri dan memperlancar metabolisme yang

menyebabkan otot menjadi kaku meningkat pada tekanan jaringan

intramuskular dan menurunkan sirkulasi cairan (Ylinen, 2008).

Secara umum penting nya fleksibilitas dari suatu otot adalah untuk

mencegah terjadi nya injury pada otot, penurunan mobilitas dari sebuah otot

akan merubah struktur beserta fungsi nya menjadi abnormal di tendon otot

beserta struktur sendi di dalam nya. Perubahan panjang otot dan tendon

menyebabkan perubahan pada anatomi, biomekanik, fisiologis, dimana akan

mengakibatkan kedua fungsi biomekanikal pada sendi dan metabolisme

jaringan lunak. (Ylinen, 2008)

Imobilisasi pada otot menyebabkan terjadi nya pemendekan otot,

ligamen, kapsul sendi. Permasalahn dapat di temukan pada system sistemik

dari jaringan konektif otot, struktur abnormal otot, inflamasi dari jaringan

konektif, atau pun trauma. Nyeri baik yang berasal dari eksternal maupun

internal dapat mengaktivasi motor neuron dan meningkatkan ketegangan otot.

Ketegangan otot berasal dari gangguan neurofisiologi dimana melemah nya


31

sirkulasi dan metabolisme di kompartemen otot, gangguan tersebut akan

mengganggu sirkulasi, tekanan mekanikal, pembengkakan, dan inflamasi yang

mampu mengaktifkan reseptor nyeri yang berlokasi di jaringan otot. Stretching

mampu meningkatkan kekuatan otot sekaligus meningkatkan mobilitas sendi

dan fleksibilitas dari tendon otot tersebut

2.3.2 Mekanisme Active Stretching Exercise dalam menurunkan nyeri


Active stretching exercise merupakan salah satu teknik relaksasi otot

dimana lebih menekankan otot pada daerah abdominal sehingga nyeri yang

dirasakan dapat berkurang setelah pemberian active stretching exercise (Guo et

al, 2013). Active stretching exercise merupakan bentuk stretching yang

bertujuan untuk menjaga mobilitas normal dari otot sementara bentuk pasif

stretching bertujuan untuk meningkatkan ROM pada otot. Ketika otot

diberikan stretching, maka stretch reflex bekerja secara otomatis berkontraksi

dengan cara mengulur otot untuk melindunginya dari stretching yang

berlebihan. (Godges, 1998). Reflex yang terjadi pada golgi tendon dan muscle

spindel akan teraktivasi dan menginhibisi ketegangan dengan relaksasi melalui

pemanjangan otot ketika terjadi peningkatan tension (ketegangan) otot. (Garret

et al, 1988)

Secara fisik, olahraga yang menghasilkan efek rileksasi akan

menghasilkan hormon endorphin. Hormon endorphin sendiri merupakan

neuropeptide yang dihasilkan oleh tubuh ketika keadaan rileksasi. Endorphin

sendiri dihasilkan oleh otak dan sususan saraf pada vertebra. Hormon
32

endorphin bertindak langsung sebagai hormon yang menenangkan yang

diproduksi oleh otak dan menghasilkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar

endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi ketika

melakukan stretching, terbukti kadar beta-endorphine dapat meningkat hingga

4-5 kali di dalam darah. Ketika seseorang melakukan olahraga dalam bentuk

stretching, maka beta-endorphine akan ditangkap oleh reseptor di dalam

hipotalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Ketika

neuron perifer mengirikan sinyal ke sinaps, yang terjadi adalah sinapsis antara

neuron nyeri perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya substansi

P akan menghantarkan impuls. Pada saat yang bersamaan endorphin akan

memblokir lepas nya substansi P dari neuron sensorik, sehingga transmisi

impuls nyeri di medulla spinalis menjadi terhambat, maka tingkat nyeri

dysmenorrhea berkurang. Peningkatan beta-endorphin diketahui dapat

meningkatkan nafsu makan, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu

makan dan penurunan nyeri sehingga olahraga dalam bentuk stretching efektif

dalam menurunkan tingkat nyeri terutama nyeri dysmenorrhea (Harry, 2006)

2.3.3 Manfaat pemberian Active Stretching Exercise


Active stretching exercise merupakan jenis latihan peregangan yang

ditekankan pada daerah abdomen. Beberapa penelitian (Renuka et al, 2015)

mengatakan manfaat pemberian stretching terhadap penurunan nyeri

dysmenorrhea antara lain :

1. Aman dan efektif


33

2. Terjadi frekuensi penurunan mual dan muntah diakibatkan oleh

peningkatan aktivitas pelepasan beta-endorpine di dalam tubuh

sehingga terjadi penekanan terhadap rasa mual dan muntah

3. Peningkatan elastisitas dan kekuatan pada otot pelvis dan tulang

belakang

4. Nyeri yang berasal dari punggung bawah akan berkurang

5. Meningkatkan level energi sehingga meningkatkan metabolisme dalam

tubuh ketika dysmenorrhea

6. Proses menstruasi akan lebih lancar dan nyeri yang dirasakan akan

berkurang

2.3.4 Indikasi dan Kontraindikasi Active Stretching Exercise


Stretching seperti yang disebutkan oleh (Ylinen, 2008) di

indikasikan jika ditemukan adanya keterbatasan lingkup gerak sendi

(ROM) akibat adanya perlengketan, gejala terjadi nya pembentukan

jaringan parut yang berperan dalam ketegangan otot, jaringan ikat dan kulit

Beberapa penelitian menyebutkan kontraindikasi pada stretching,

antara lain :

1. Fraktur pada area tertentu yang di indikasikan untuk dilakukan

stretching

2. Adanya tanda inflamasi akut


34

2.3.5 Metode active stretching exercise untuk dysmenorrhea


1. Cat Stretch

Posisi awal : tangan dan lutut dilantai dan posisi merangkak dengan kaki

dibawah pinggul lalu relaks dan mata menatap lantai.

A. Pertama punggung anda dilengkungkan dan perut di gerakkan kearah

lantai perlahan serta dagu dan mata menatap lantai, tahan kondisi ini dalam

hitungan 10 setelah itu relaks dan tarik nafas.

B. Kedua punggung anda digerakkan ke atas dan kepala mendongak keatas,

tahan kondisi ini dalam hitungan 10 lalu relaks

Gambar 2.3. Cat Stretch


Sumber : National Health Service United Kingdom (2015)
35

2.Lower Trunk Rotation

Posisi Awal : tidur terlentang, posisi lutut terlipat, kaki ada di lantai lalu

lipat kedua tangan menempel pada tubuh.

A. Perlahan lakukan gerakan memutar tubuh secara bergantian ke kanan

maupun ke kiri mendekati lantai semampu subjek

B. Tahan gerakan selama 2x10 detik, lalu lakukan gerakan memutar ke satu

sisi berlawanan

C. Tahan selama 2x10 detik, lalu kembai ke posisi awal lakukan selama 3 kali

Gambar 2.4. Lower Trunk Rotation


Sumber : National Health Service United Kingdom (2015)

3.Buttock Hip Stretch

Posisi awal : tidur terlentang dengan posisi kaki terlipat

A. Dengan posisi kaki yang tertekuk, tekuk kedua kaki lalu pertahankan posisi

tersebut.
36

B. Tahan selama hitungan 2x10 detik kemudian kembali ke posisi awal

lakukan selama 3 kali

Gambar 2.5. Buttock Hip Stretch


Sumber : National Health Service United Kingdom (2015)

4.Abdominal Strengthening : Curl Up

Posisi awal : tidur terlentang, kaki tertekuk, tangan dilipat dan diletakkan

diatas kepala

A. Pasien dalam posisi terlentang, menekuk kaki dan meletakan sekaligus

melipat kedua tangan dan diletakkan di atas kepala.

B. Perlahan lakukan gerakan sit up, namun sudut yang di perlukan sekitar 20o.

pertahankan gerakan tersebut selama 20 detik, lalu lepaskan dan tarik nafas

dalam lakukan repetisi sebanyak 3 kali


37

Gambar 2.6. Abdominal strengthening : Curl Up


Sumber : National Health Service United Kingdom (2015)

5.Posisi Bridge

Posisi awal : tidur terlentang, kaki tertekuk, lengan ada di lantai dengan

posisi lurus

A. Pasien dalm posisi tidur terlentang, kaki tertekuk dan lengan ada di lantai,

perlahan angkat punggung bawah menjauhi lantai dalam posisi setinggi

400.

B. Posisi ini akan mengkontraksikan otot abdomen dan otot bokong

C. Tahan selama 20 detik lalu relaks . lakukan sebanyak 3 kali


38

Gambar 2.7. Bridge


Sumber : National Health Service United Kingdom (2015)

2.4 Terapi Non-farmakologis

2.4.1 Kompres Hangat

Untuk mengurangi nyeri haid umum nya seorang wanita mengambil

tindakan secara farmakologis maupun non-farmakologis. Terapi farmakologis antara

lain berupa pemberian obat-obatan seperti jenis analgesik sebagai pereda nyeri,

Sedangkan, Terapi non farmakologis berupa stretching, relaksasi, kompres hangat,

diet. Dari uji statistik menggunakan dependent t-test yang dilakukan oleh (Melzack,

2010) diketahui pengaruh kompres hangat terhadap tingkat dysmenorrhea primer

diharapkan dapat dijadikan penatalaksanaan non farmakologis secara sementara

dalam menangani nyeri, yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan secara

bermakna antara intensitas nyeri dysmenorrhea terhadap kompres hangat secara

sementara.

Kompres hangat merupakan teknik warisan leluhur dalam menangani rasa

nyeri yang diakibatkan oleh pelepasan mediator kimia seperti : histamin, bradikinin,
39

substansi P. Kompres hangat dapat dilakukan dengan memberi botol dengan air

hangat lalu ditempelkan di daerah yang mengalami rasa nyeri selama 20 menit

merupakan terapi sederhana untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami oleh seorang

wanita untuk mengurani nyeri, spasme akibat kontraksi dari uterus, efek hangat yang

di dapatkan dari kompres hangat dapat meredakan iskemia dengan menurunkan

kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri

dan menurunkan ketegangan dan memberikan efek berupa rasa nyaman

2.4.2 Manfaat kompres hangat

1. Melebarkan pembuluh darah dan dan memperbaiki peredaran darah di

dalam jaringan tersebut

2. Mengurangi ketegangan pada otot akibat panas dari kompres hangat

3. Meningkatkan sel darah putih secara total dan menurunkan reaksi

peradangan serta adanya dilatasi dari pembuluh darah yang mengakibatkan

peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler


40

2.5 Menstrual Distress Questionaire


Sebuah metode standar untuk menghitung siklus menstruasi. Terdiri dari

46 parameter pertanyaan dimana di kelompokkan menjadi beberapa

bagian, seperti :

1. Nyeri

 Kekakuan otot

 Kram pada area abdomen

 Sakit kepala

 Sakit pinggang

 Kelelahan

2. Konsentrasi ketika bekerja

 Insomnia

 Bingung

 Melemah nya koordinasi ekstremitas bawah

 Berkurang nya konsentrasi ketika berkendara

 Berkurang nya konsentrasi ketika bekerja maupun di

dalam kelas

3. Perubahan perilaku

 Berkurang nya performa pada akademis

 Beristirahat atau tidur selama beberapa hari di tempat

tidur
41

 Absen ketika bekerja maupun sekolah (absen)

 Berkurang nya aktivitas sosial

 Menurun nya efisiensi waktu

 Nafsu makan meningkat

4. Reaksi autonomik

 Timbul nya keringat dingin

 Mual maupun muntah

5. Retensi cairan

 Bloating ataupun merasa bengkak

 Nyeri pada daerah payudara

 Masalah pada kulit

 Berat badan meningkat

6. Efek negatif ketika menstruasi

 Menangis akibat emosi yang tidak stabil

 Kesepian

 Anxietas (ketakutan yang berlebihan)

 Depresi

 Rasa tertekan

 Mood yang berubah-ubah

 Sensitif
42

Di setiap parameter dinilai dengan angka 1-5 semakin tinggi nilai yang

diperoleh menunjukkan besarnya keterbatasan fungsional pasien

sedangkan nilai yang rendah menunjukkan perbaikan kemampuan

fungsional, dimana angka dengan nilai 1 menunjukan tidak ada masalah

yang berarti terhadap nyeri yang dirasakan maupun keterbatasan ketika

melakukan aktivitas dan parameter nilai 5 memiliki arti bahwa seorang

wanita ketika menstruasi mampu mengakibatkan keterbatasan dalam

beraktivitas (disability). Skor MDQ ini akan di hitung di tiap parameter

nya dan kemudian di total di tiap parameter

1. Penilaian

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian MDQ

Skor Keterangan
1 Tidak
2 Jarang
3 Sering
4 Terkadang
5 Sangat sering
43

2. Interpretasi

Tabel 2. Intepretasi Nilai MDQ

Jenis Pemeriksaan Total Skor Keterangan


Nyeri 0 Minimum
25 Maksimum
Konsentrasi bekerja 0 Minimum
25 Maksimum
Perubahan perilaku 0 Minimum
30 Maksimum
Retensi Cairan 0 Minimum
20 Maksimum
Efek negatif ketika 0 Minimum
haid 35 Maksimum
Total 135 Maksimum Skor

Keterangan Hasil skor MDQ :

Minimum skor total: 0

Maksimum skor total: 135


44

2.6 Dampak Dysmenorrhea Terhadap Aktivitas Fungsional

Dysmenorrhea merupakan salah satu penyebab yang banyak

dilaporkan oleh ginekologis baik yang primer maupun sekunder

(Narayan, 2011). Dysmenorrhea merupakan permasalahan yang paling

umum di alami oleh seorang wanita.

Adapun dampak yang di akibatkan oleh dysmenorrhea terhadap aktivitas

fungsional, antara lain :

1. Gangguan aktivitas

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh (Cakir et al,.2009) ,

gangguan aktivitas berupa absen nya seorang wanita dari suatu

pekerjaan maupun aktivitas lain nya merupakan laporan yang paling

tinggi yang di terima.

Penelitian yang dilakukan oleh (Parker et al, 2009)

melaporkan sebanyak 26% seorang remaja akan absen dari sekolah

ketika menstruasi berlangsung, sedangkan 2% absen setiap periode

menstruasi yang terjadi.

Studi eksperimental mengenai konsentrasi belajar seorang

remaja yang dilakukan oleh (Cakir et al, 2009) mengatakan sebanyak

50% seorang remaja mengalami penurunan konsentrasi dalam

pembelajaran yang berakibat sebanyak 15% mengalami penurunan


45

prestasi dari seorang remaja dan 2% mengatakan tidak dapat

beraktivitas secara normal.

2. Menurun nya kualitas hidup

Angka kejadian yang diakibatkan oleh absen nya seorang

wanita yang disebabkan dysmenorrhea mengakibatkan terbatas nya

aktivitas yang dimiliki oleh seorang wanita untuk tetap produktif

yang berakibat pada penurunan kualitas hidup baik di telaah dari segi

performa akademik maupun profesionalisme suatu pekerjaan (Polat et

al,.2009)

3. Kerugian ekonomi

Dilaporkan bahwa sebanyak 10% wanita tidak dapat

melakukan aktivitas nya ketika dysmenorrhea yang berakibat tidak

maksimal nya seorang wanita untuk tetap produktif dan

memaksimalkan performa pekerjaan nya. Di Amerika Serikat

dilaporkan bahwa, terjadi kerugian sebanyak 600 juta jam kerja

dengan kerugian sekitar 2 miliar US Dolar

4. Depresi

Terdapat faktor resiko dysmenorrhea disebutkan salah satu

nya adalah depresi. Pada wanita yang mengalami dysmenorrhea

dilaporkan sebanyak setengah kali mengalami depresi daripada

wanita yang tidak mengalami dysmenorrhea. Penelitian yang

dilakukan oleh (Patel et al, 2009) mengatakan resiko sebanyak 1,39


46

kali lebih tinggi dalam mengalami depresi dan rasa cemas (anxietas)

pada wanita dysmenorrhea.

5. Infertilitas

Pada dysmenorrhea sekunder yang terjadi diakibatkan oleh

endometriosis dapat mengganggu fungsi seksual yang mampu

menyebabkan komplikasi yang mengarah ke ureter, usus, kandung

kemih (Parker et al,.2009). Namun, tidak hanya terjadi pada

dysmenorrhea sekunder, jika tidak ditangani dengan baik

dysmenorrhea primer dapat terjadi infertilitas (Stoelting-Gettelfinger,

2010)

Anda mungkin juga menyukai