Fumigasi Kapal
Fumigasi Kapal
Serangan hama tidak biasa dalam kapal, sangat penting untuk mengambil alih situasi untuk
menghilangkan hama terutama tikus, sebagai bagian dari persyaratan hukum. Tikus, khususnya,
sangat mengkhawatirkan karena perkembangan drastis keberadaan mereka jika dibiarkan terus
berkembang biak.
Pada pertengahan 1300-an, hampir setengah dari penduduk Eropa meninggal dengan
pecahnya wabah pada periode yang disebut Black Death. Wabah pneumonia, penyebab oleh
bakteri Yersinia pestis. Biasanya, pneumonia disebabkan oleh penyebaran sekunder dari infeksi
lanjutan pada populasi tikus. Kutu bertindak sebagai vektor untuk bakteri ini dan akan
menginfeksi populasi tikus ketika memiliki makan darah.
Upaya yang dilakukan oleh KKP dalam program pemberantasan tikus, meliputi upaya
pemberantasan tikus di kapal yang dilakukan dengan fumigasi serta upaya pemberantasan tikus
dipelabuhan melalui metode mekanik (trapping), kimia (rodenticide, fumigant) maupun
peningkatan sanitasi lingkungan, Upaya tersebut diharapkan Indonesia bias bebas dari penyakit.
Pada fumigasi kapal, perlu untuk mengosongkan semua wilayah fumigasi dan area risiko,
dan memastikan upaya yang telah dilakukan untuk menutup semua celah dan retakan untuk
mencegah fumigan keluar setelah fumigasi dilakukan. Masuk kembali ke area fumigasi hanya
diperbolehkan bila telah dinyatakan aman dan bebas dari bahaya oleh staf fumigasi setelah
dilakukan proses areasi.
Pelaksanaan pemberantasan tikus di kapal dilakukan dengan poisoning, trapping ataupun fumigasi
baik memakai fumigant HCN maupun CH3 Br.
BAB V
PERLINDUNGAN KERJA PELAUT
Bagian Kelima
Akomodasi Awak Kapal
Pasal 32
(1) Akomodasi awak kapal di atas kapal harus memenuhi persyaratan keamanan dan kesejahteraan awak kapal;
(2) Penempatan, tata susunan dan pengaturan serat hubungan dengan ruangan lain dari akomodasi awak kapal harus
sedemikian rupa sehingga menjamin keselamatan awak kapal yang cukup, perlindungan terhadap cuaca dan air
laut dan disekat dari panas dan dingin serta kebisingan dari ruangan-ruangan mesin dan ruangan-ruangan
lainnya serta tidak ada pintu-pintu langsung ke kamar tidur dari ruang muatan, ruangan mesin atau dari ruangan
dapur dan ruangan –ruangan penyimpanan.
(3) Bagian dari sekat harus memisahkan ruangan-ruangan sebagaimana dimaksud ayat (2) dari kamar tidur dan
sekat luar harus dibuat dari baja atau bahan sejenis yang diakui dan kedap air dan kedap gas;
(4) Semua kamar tidur harus terletak lebih tinggi dari garis muat di lambung kapal;
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksu dalam ayat (4) dapat dikecualikan bagi kapal-kapal tertentu atau kapal-kapal
penumpang tertentu;
(6) Semua ruangan tenpat tinggal awak harus dilengkapi dengan pencegah masuknya serangga melalui pintu-pintu,
jendela-jendela dan lubang-luban ke dalam ruangan;
(7) Semua ruangan tempat tinggal awak kapal harus tetap dirawat dan dijaga dalam keadaan bersih dan baik dan
tidak boleh diisi dan digunakan untuk menyimpan barang-barang lainnya.
Dalam sekali masak, setidaknya 25 kilogram beras dihabiskan untuk konsumsi pengawak KRI yang
berjumlah mendekati angka 100 orang. Berkarung-karung beras, gula, mie, garam, minyak, dan tepung
disimpan dalam gudang kering