Anda di halaman 1dari 2

Fumigasi Kapal

Serangan hama tidak biasa dalam kapal, sangat penting untuk mengambil alih situasi untuk
menghilangkan hama terutama tikus, sebagai bagian dari persyaratan hukum. Tikus, khususnya,
sangat mengkhawatirkan karena perkembangan drastis keberadaan mereka jika dibiarkan terus
berkembang biak.
Pada pertengahan 1300-an, hampir setengah dari penduduk Eropa meninggal dengan
pecahnya wabah pada periode yang disebut Black Death. Wabah pneumonia, penyebab oleh
bakteri Yersinia pestis. Biasanya, pneumonia disebabkan oleh penyebaran sekunder dari infeksi
lanjutan pada populasi tikus. Kutu bertindak sebagai vektor untuk bakteri ini dan akan
menginfeksi populasi tikus ketika memiliki makan darah.
Upaya yang dilakukan oleh KKP dalam program pemberantasan tikus, meliputi upaya
pemberantasan tikus di kapal yang dilakukan dengan fumigasi serta upaya pemberantasan tikus
dipelabuhan melalui metode mekanik (trapping), kimia (rodenticide, fumigant) maupun
peningkatan sanitasi lingkungan, Upaya tersebut diharapkan Indonesia bias bebas dari penyakit.
Pada fumigasi kapal, perlu untuk mengosongkan semua wilayah fumigasi dan area risiko,
dan memastikan upaya yang telah dilakukan untuk menutup semua celah dan retakan untuk
mencegah fumigan keluar setelah fumigasi dilakukan. Masuk kembali ke area fumigasi hanya
diperbolehkan bila telah dinyatakan aman dan bebas dari bahaya oleh staf fumigasi setelah
dilakukan proses areasi.
Pelaksanaan pemberantasan tikus di kapal dilakukan dengan poisoning, trapping ataupun fumigasi
baik memakai fumigant HCN maupun CH3 Br.

Hak atas tempat tinggal dan makan


Peraturan mengenai hak tempat tinggal dan makan bagi anak buah kapal diatur pada pasal 436-438
Kitab Undang-Undang-Undang Hukum Dagang dan Pasal 13 Schepelingen Ongevalin (S.O) 1935.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut. Anak buah kapal berhak atas tempat tinggal yang baik dan layak
serta berhak atas makan yang pantas yaitu cukup untuk dan dihidangkan dengan baik dan menu yang
cukup bervariasi setiap hari. Ketentuan ini dipertegas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000
tentang Kepelautan pasal 25 yaitu :
(a) Pengusaha atau perusahaan angkutan di perairan wajib menyediakan makanan, alat-alat
pelayanan dalam jumlah yang cukup dan layak untuk setiap pelayaran bagi setiap awak kapal di
atas kapal
Makanan harus memenuhi jumlah, serta nilai gizi dengan jumlah minimum 3.600 kalori perhari yang
diperlukan anak buah kapal agar sehat dalam melaksanakan tugas-tugasnya di kapal.
(c) Air tawar harus tetap tersedia di kapal dengan cukup dan memenuhi kesehatan. Apabila ketentuan
diatas dilanggar, maka dapat dikatakan sebagai pelanggaran hukum, dimana anak buah kapal dapat
melakukan pemaksaan terhadap pelayaran untuk membayar ganti rugi terhadap kerugian yang diderita.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 7 TAHUN 2000
TENTANG
KEPELAUTAN

BAB V
PERLINDUNGAN KERJA PELAUT

Bagian Kelima
Akomodasi Awak Kapal

Pasal 32
(1) Akomodasi awak kapal di atas kapal harus memenuhi persyaratan keamanan dan kesejahteraan awak kapal;
(2) Penempatan, tata susunan dan pengaturan serat hubungan dengan ruangan lain dari akomodasi awak kapal harus
sedemikian rupa sehingga menjamin keselamatan awak kapal yang cukup, perlindungan terhadap cuaca dan air
laut dan disekat dari panas dan dingin serta kebisingan dari ruangan-ruangan mesin dan ruangan-ruangan
lainnya serta tidak ada pintu-pintu langsung ke kamar tidur dari ruang muatan, ruangan mesin atau dari ruangan
dapur dan ruangan –ruangan penyimpanan.
(3) Bagian dari sekat harus memisahkan ruangan-ruangan sebagaimana dimaksud ayat (2) dari kamar tidur dan
sekat luar harus dibuat dari baja atau bahan sejenis yang diakui dan kedap air dan kedap gas;
(4) Semua kamar tidur harus terletak lebih tinggi dari garis muat di lambung kapal;
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksu dalam ayat (4) dapat dikecualikan bagi kapal-kapal tertentu atau kapal-kapal
penumpang tertentu;
(6) Semua ruangan tenpat tinggal awak harus dilengkapi dengan pencegah masuknya serangga melalui pintu-pintu,
jendela-jendela dan lubang-luban ke dalam ruangan;
(7) Semua ruangan tempat tinggal awak kapal harus tetap dirawat dan dijaga dalam keadaan bersih dan baik dan
tidak boleh diisi dan digunakan untuk menyimpan barang-barang lainnya.

Dalam sekali masak, setidaknya 25 kilogram beras dihabiskan untuk konsumsi pengawak KRI yang
berjumlah mendekati angka 100 orang. Berkarung-karung beras, gula, mie, garam, minyak, dan tepung
disimpan dalam gudang kering

Anda mungkin juga menyukai