Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

OLEH:

MUHAMMAD ZENO
1523201031

PRODI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
Konsep Arsitektur Berkelanjutan “Sustainable Architecture”
Arsitektur terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat dan budaya. Sudah
banyak inovasi-inovasi bangunan yang dilakukan. Baik dalam hal material, cara membangun,
maupun bentuk dari bangunan itu sendiri. Namun sayangnya banyak dari bangunan tersebut
yang dibuat dengan tanpa memperhatikan aspek lingkungan untuk jangka panjang. Sehingga
menjadi timbul masalah baru yang membawa dampak negatif kepada lingkungan itu sendiri.

Hal tersebut diperparah dengan kondisi iklim yang semakin memburuk dan dampaknya sudah
sebagian dapat kita rasakan saat ini. Isu ini sudah berkembang menjadi isu global yang biasa
kita dengar yaitu global warming.

Bila hal ini tidak dipikirkan bagaimana penyelesaiannya, entah apa yang akan terjadi pada
bumi kita akibat perkembangan dalam bidang arsitektur khususnya. Oleh karena itu saat ini
kita harus mulai bertindak! Arsitektur berkelanjutan atau yang biasa dikenal dengan
Sustainable architecture lahir sebagai salah satu aksi yang harus kita lakukan untuk
meminimalisasi kerusakan lingkungan.

Arsitektur berkelanjutan memiliki banyak pengertian dari berbagai pihak. Beberapa


diantaranya adalah pengertian yang dikutip dari buku James Steele, Suistainable Architecture
adalah, ”Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan
generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari
satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila
ditentukan oleh masyarakat terkait. ”

Secara umum, pengertian dari arsitektur berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan dalam
bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan
sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital
sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem
pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi
sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi
pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia,
akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.

Arsitektur berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen internasional tentang


pembangunan berkelanjutan, karena arsitektur berkaitan erat dan fokus perhatiannya kepada
faktor manusia dengan menitikberatkan pada pilar utama konsep pembangunan berkelanjutan
yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping pilar
pembangunan ekonomi dan sosial.

Pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah suatu pola penggunaan sumber daya yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia sambil menjaga lingkungan sehingga
kebutuhan tersebut dapat dipenuhi tidak hanya di masa kini, tetapi juga untuk generasi
mendatang. Istilah ini digunakan oleh Komisi Brundtland yang menciptakan apa yang telah
menjadi yang paling sering dikutip definisi pembangunan berkelanjutan sebagai
pembangunan yang “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Pembangunan berkelanjutan bersama-sama ikatan kepedulian terhadap kapasitas dari sistem


alam dengan tantangan sosial kemanusiaan. Pada awal tahun 1970-an “keberlanjutan” adalah
digunakan untuk menggambarkan suatu perekonomian “dalam kesetimbangan dengan
dukungan ekologi dasar sistem.” Para ahli ekologi telah menunjuk ke The Limits to Growth,
Dan disajikan alternatif yang “mapan ekonomi rangka mengatasi masalah-masalah
lingkungan.

Bidang pembangunan berkelanjutan dapat secara konseptual dibagi menjadi tiga bagian-
bagian penyusunnya: lingkungan keberlanjutan, ekonomi keberlanjutan dan sosial politik
berkelanjutan.
Pada tahun 1987, Perserikatan Bangsa-Bangsa merilis Laporan Brundtland, yang
mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai “pembangunan yang memenuhi
kebutuhan sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri.”

Namun konsep “Pembangunan Berkelanjutan” ini juga menimbulkan beberapa kritik pada
tingkat yang berbeda. Berbagai penulis komentar pada kontrol populasi agenda yang
tampaknya mendasari konsep pembangunan berkelanjutan.
Maria Sophia Aguirre menulis:

“Pembangunan berkelanjutan adalah suatu pendekatan kebijakan yang telah memperoleh


cukup banyak popularitas dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di kalangan
internasional. Dengan melampirkan interpretasi spesifik untuk keberlanjutan, kebijakan
pengendalian penduduk telah menjadi pendekatan pembangunan yang berlebihan, sehingga
menjadi alat utama yang digunakan untuk “mempromosikan” pembangunan ekonomi di
negara-negara berkembang dan untuk melindungi lingkungan. ”

“Pembangunan berkelanjutan terus berevolusi seperti yang melindungi sumber daya dunia
sementara agenda sejati untuk mengontrol sumber daya di dunia. Perlu dicatat bahwa Agenda
21 set up infrastruktur global diperlukan untuk mengelola, menghitung, dan mengendalikan
semua aset di dunia. “

Perkembangan pembangunan sendiri saat ini, mengacu pada pembangunan yang ekologis,
yaitu pembangunan yang memperhatikan lingkungan dan isu-isu global. Sehingga
menimbulkan pembaharuan dalam bidang perancangan arsitektur. Berdasarkan kerusakan
pada sumber daya alam dan kehilangan sumber penghidupan manusia secara global, maka
kebutuhan dasar manusia berwawasan lingkungan harus disadari secara benar.
Penerapan arsitektur berkelanjutan di antaranya, dalam efisiensi penggunaan
energi, efisiensi penggunaan lahan, efisiensi penggunaan material, penggunaan
teknologi dan material baru, dan manajemen limbah.

Efisiensi penggunaan energi yaitu ;

 Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada siang hari
untuk mengurangi penggunaan energi listrik.
 Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan (AC), dengan
menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan cara-cara inovatif lainnya.
 Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk menampung dan mengelola air hujan
untuk keperluan domestik.

Efisiensi penggunaan lahan yaitu ;

 Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau
ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yang ada tidak memiliki cukup
lahan hijau dan taman.
 Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.
 Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai
inovasi, misalnya pembuatan taman atap, taman gantung, pagar tananman.
 Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-
pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi dengan bangunan.
 Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman, dapat menjadi inovasi untuk
mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang yang lebih besar.

Efisiensi penggunaan material yaitu ;

 Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak
membuang material.
 Memanfaatkan material bekas atau komponen lama yang masih bisa digunakan untuk
bangunan.
Penggunaan teknologi dan material baru yaitu ;

 Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air untuk
menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara
independen.
 Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka
kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi, murah dan terbuka
terhadap inovasi.

Manajemen limbah yaitu ;

 Membuat sisitem pengolahan pengolahan limbah domestik, seperti air kotor yang mandiri
dan tidak membebani sistem aliran air kota.
 Cara-cara inovatif yang patut dicoba, seperti mambuat sistem dekomposisi limbah organik
agar terurai secara alami dalam lahan.

Anda mungkin juga menyukai