Anda di halaman 1dari 13

BATAS TOLERANSI LAJU ALIR DARI MIKROALGA (Nannochloropsis

oculata dan Botrycoccus braunii) DENGAN KONSENTRASI CO2 KONSTAN


DALAM FOTOBIOREAKTOR

Agus Rivaldy Kurnia1*, Elida Purba, Sakha Abdussalam


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung Bandarlampung
Jalan Professor Dokter Ir. Sumantri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng, Rajabasa,
Gedong Meneng, Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Lampung 35141
*E-mail: agus.rivaldy@gmail.com
Telp: 081287496504

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengabsorbsi kandungan CO2 di udara dengan


memanfaatkan mikroalga sebagai agen penyerap CO2. Dalam melakukan penelitian,
digunakan dua jenis mikroalga yaitu Nannochloropsis oculata dan Botrycoccus braunii.
Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan batas toleransi laju alir dengan konsentrasi
CO2 yang konstan didalam fotobioreaktor serta membandingkan kedua mikroalga yang
digunakan dari data penyerapan CO2 dan pertumbuhan biomassa. Pada penelitian ini
digunakan variasi laju alir umpan yaitu 1 l/menit, 1,5 l/menit, dan 2 l/menit dengan
konsentrasi CO2 tetap sebesar 33 %. Penelitian dilakukan dengan menggunakan volume
kultur sebanyak 4 liter (1 liter mikroalga dan 3 liter air laut) selama 6 hari kultur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa laju alir optimum untuk Nannochloropsis oculata
adalah pada laju alir 2 l/menit dapat menghasilkan persentase penyerapan sebesar 71,54
%. Sedangkan laju alir optimum untuk Botrycoccus braunii adalah 1 l/menit
menghasilkan persentase penyerapan sebesar 70,16 % . Dari data hasil penelitian
tersebut didapatkan titik toleransi maksimum laju alir umpan untuk Botrycoccus braunii
adalah 1 l/menit dengan konsentrasi 33 %, sedangkan untuk Nannochloropsis oculata
belum didapatkan titik toleransi laju alir maksimum karena pada variasi laju alir 2
L/menit dengan konsentrasi CO2 33 % masih memiliki kemampuan yang baik dalam
proses biofiksasi CO2. Oleh karena itu perlu diberikan variasi laju alir yang lebih besar
lagi untuk mikroalga jenis Nannochloropsis oculata agar didapatkan titik toleransi laju
alir.

Kata kunci : Nannochloropsis oculata, Botrycoccus braunii, biofiksasi, CO2

Abstract

This research was conducted to absorb CO2 content in air by utilizing microalgae as
CO2 absorbent agent. In doing research, used two types of microalga namely
Nannochloropsis oculata and Botrycoccus braunii. The purpose of this study was to
obtain a flow rate tolerance limit with constant CO2 concentration used the
photobioreactor and to compare the two microalgae used from CO2 absorption data and
biomass growth. In this research used variation of feed flow rate that is 1 l / min, 1.5 l /
min, and 2 l / min with fixed CO2 concentration by 33%. The study was used culture
volume of 4 liters (1 liter microalgae and 3 liters of sea water) for 6 days culture. The
results showed that the optimum flow rate for Nannochloropsis oculata was at a flow
rate of 2 l / min to produce an absorption percentage of 71.54%. While the optimum
flow rate for Botrycoccus braunii is 1 l / minute to produced an absorption percentage
of 70.16%. From the data of the research, the maximum point of tolerance of feed flow
rate for Botrycoccus braunii is 1 l / min with 33% concentration, while for
Nannochloropsis oculata was not get maximum flow rate tolerance because of variation
of 2 l / minute flow rate with CO2 concentration of 33% still have a good ability in the
process of biofixation of CO2. It is therefore necessary to provide a greater variation in
flow rates for Nannochloropsis oculata microalgae to obtain a point of flow rate
tolerance.

Keywords: Nannochloropsis oculata, Botrycoccus braunii, biofixation, CO2

I. Pendahuluan

Pada dasarnya, gas CO2 sangat berpengaruh dan menopang kehidupan bumi. Pada
atmosfer, gas CO2 dapat berfungsi sebagai salah satu bahan fotosintesis untuk tumbuhan
hijau dan sifat rumah kacanya menjaga kesetimbangan suhu bumi. Namun konsentrasi
CO2 yang semakin meningkat di atmosfer menyebabkan kekhawatiran akan pemanasan
global yang semakin tinggi.Para peneliti memprediksi peningkatan konsentrasi CO2
dua kali lipat, dapat meningkatan temperatur global 1oC hingga 5oC (Rubin, dkk., 1992).

CO2 sendiri pada dasarnya adalah produk alami dari suatu reaksi pembakaran.Tidak
dapat dipungkiri, pembakaran bahan bakar fosil menjadi sumber utama penghasil emisi
CO2 di bumi. Saat ini, Pembangkit Listrik menjadi sumber utama penghasil CO2. Hal
ini disebabkan ketergantungan yang berlebihan terhadap penggunaan batubara. Industri
pembangkitan listrik menyumbang sekitar 37 % emisi CO2 global
(Wikipedia.org).Menurut data yang dirilis oleh World Resource Institute (WRI) pada
2012, emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh negara – negara di dunia ini adalah sebanyak
47,59 miliar ton emisi CO2 (MtCO2e) per tahun. Indonesia berada dalam daftar, yaitu
menduduki urutan ke-6 dengan emisi karbondioksida yang dihasilkan sebesar 1,98
miliar ton emisi CO2 per tahun.

Dengan adanya data tersebut, perlu adanya teknologi yang dapat mengimbangi untuk
mengurangi emisi CO2. Berbagai metode pengurangan kadar emisi CO2 telah diteliti,
salah satunya adalah melalui proses biologis dengan memanfaatkan
mikroalga.Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik yang termasuk
dalam kelas alga, diameternya antara 3-30 µm, baik sel tunggal maupun koloni yang
hidup diseluruh perairan air tawar maupun laut. Mikroalga termasuk mikroorganisme
fotosintetik yang memiliki kemampuan menggunakan sinar matahari dan karbon
dioksida untuk reproduksi sel-sel tubuhnya dan menghasilkan biomassa serta
menghasilkan sekitar 50% oksigen yang ada di atmosfer. Kemampuan inilah yang akan
digunakan untuk menyerap gas emisi CO2. Mikroalga dipilih sebagai biota yang dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk mengurangi emisi CO2 karena meskipun jumlah
biomassa mikroalga hanya 0,05% dari biomassa tumbuhan darat, namun jumlah karbon
yang digunakan dalam proses fotosintesis sama dengan jumlah karbon yang difiksasi
oleh tumbuhan darat (~50-100 PgC/th) (Setiawan, 2008). Selain itu, mikrolaga pun tidak
membutuhkan media kultur yang luas bila dibandingkan dengan tumbuhan daratlainnya
serta dapat bermanfaat untuk dijadikan biodiesel, bioetanol, bahan kimia bagi industri
kosmetik, dan farmasi.
Nannochloropsis oculatadan Botrycoccus braunii merupakan jenis alga hijau yang
hingga kini banyak sekali diteliti karena memiliki banyak manfaat. Salah satunya,
Nannochloropsis oculata memiliki kandungan minyak yang cukup besar yaitu 31-68%
(Christi, 2007), sedangkan Botrycoccus braunii merupakan spesies mikroalga terbaik
sebagai bahan baku biofuel karena memiliki kandungan lipid paling tinggi diantara
mikroalga yang lain, yaitu mencapai 75 % dari berat keringnya (Zullaikah, dkk. 2013).

Banyak penelitian yang sudah dilakukan dengan memanfaatkan mikroalga sebagai agen
penyerap CO2 dengan jenis mikroalga yang berbeda - beda. Salah satunya penelitian
yang dilakukan Susanto dkk (2012) menggunakan mikroalga jenis Chlorella sp dengan
variasi laju alir sebesar 1,5 dan 2 L/menit, menunjukkan hasil bahwa pada laju alir 1,5
L/menit merupakan kondisi terbaik dalam penyerapan CO2 dibandingkan dengan laju
alir 2 L/menit. Sehingga didapatkan profil yaitu batas toleransi pada laju alir 1,5 L/menit
untuk mendapatkan penyerapan CO2 terbaik pada konsentrasi 10%.

Oleh karena itu ingin dilakukan penelitian tentang mendapatkan batas toleransi laju alir
dengan konsentrasi CO2 yang konstan pada mikroalga Nannochloropsis oculata dan
Botrycoccus braunii. Serta mendapatkan perbandingan dari kedua jenis mikroalga yang
digunakan dari data penyerapan CO2 dan pertumbuhan biomassa.

II. Metodologi Penelitian

1. Bahan-bahan dalam penyerapan CO2


a. Mikroalga Nannochloropsis oculata, didapatkan dari Balai Besar Pengembngan
Budi Daya Laut Lampung, Lempasing, Lampung Selatan.
b. Mikroalga Botrycoccus braunii, didapatkan dari Balai Besar Pengembngan Budi
Daya Laut Lampung, Lempasing, Lampung Selatan.
c. Air Laut, didapatkan dari Balai Besar Pengembngan Budi Daya Laut Lampung,
Lempasing, Lampung Selatan.
d. Nutrisi, pupuk conwy dengan kandungan NaNO3, MnCl2, vitamin, dan
NaH2PO4.2H2O.
e. Gas CO2, didapat dari PT Aneka Gas Industri di Natar, Lampung Selatan.
f. Udara, diambil dengan menggunakan air pump.

2. Alat-alat yang digunakan yaitu :


a. Photobioreaktor, digunakan berupa toples berkapasitas 5 liter.
b. Tabung CO2, sebagai tempat penyimpanan dan penyuplai CO2.
c. Air pump, menyuplai udara. Air pump yang digunakan berkapasitas 48
liter/menit dengan merk Resun Air 3000.
d. Regulator CO2, digunakan untuk mengatur keluaran gas CO2 yang berasal dari
tabung CO2.
e. Flowmeter gas, alat ini berguna untuk mengukur laju alir gas yang akan masuk
dan keluar dari fotobioreaktor. Flowmeter gas yang digunakan flowmeter type
inline LZS dengan kapasitas 8-40 m3/jam.
f. Lampu TL (tube light) 40 watt dengan intensitas 4000 - 6000 lux digunakan
sebagai sumber cahaya buatan yang menggantikan cahaya matahari guna
melangsungkan proses fotosintesis.
g. Tabung pencampur (distributor) terbuat dari pipa selang yang digunakan sebagai
wadah untuk mencampurkan CO2 dengan udara. Tabung ini berfungsi sebagai
penampung sementara CO2 dan udara dari aerator sebelum dialirkan ke
photobioreaktor.
h. Luxmeter berfungsi untuk mengetahui besarnya intensitas lampu fluorescent
yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu 4000 lux. Luxmeter yang
digunakan adalah luxmeter dengan merk Tenmars dengan kapasitas 1-100.000
lux.
i. Kain Satin berfungsi untuk menyaring alga hasil panen. Kain satin memiliki
ukuran 60-70 mesh.
j. Haemocytometer alat ini berfungsi untuk mengukur kepadatan sel.
k. Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume air laut dan alga yang akan
dimasukkan ke dalam fotobioreaktor
l. Selang
Selang digunakan sebagai media yang mengalirkan gas dari tabung gas, aerator,
tabung pembagi, flowmeter yang menuju fotobioreaktor maupun gas keluaran
dari fotobioreaktor.

3. Prosedur Penelitian

Skema Penelitian
Berikut skema penelitian yang dilakukan:

Gambar ٠١٠٢ Skema rangkaian fotobioreaktor mikroalga

Tahapan Pengkulturan Mikroalga


a. Aliran gas dari tabung gas CO2 dan air pump dirangkai seperti Gambar 3.1 Aliran
kedua gas tersebut masuk ke tabung pencampur dan flowmeter dihubungkan ke
selang keluaran tabung pencampur. Laju alir gas CO2 divariaasikan yaitu 1
l/menit, 1,5 l/menit, 2 l/menit untuk konsentrasi CO2 umpan 33%
b. Mengatur laju alir gas sesuai dengan yang ditentukan dengan cara membagi laju
alir CO2 dengan laju alir total kemudian dikalikan 100 maka diperoleh
konsentrasi CO2 yang diinginkan dalam satuan persen (%).
c. Fotobioreaktor diisi kultur mikroalga dengan air laut pada perbandingan 1:3 dan
2 ml nutrisi untuk 4 liter kultur.
d. Sambungkan aliran gas yang sudah diatur konsentrasi CO2 -nya kedalam
fotobioreaktor.
e. Hitung jumlah sel alga setiap hari, hingga hari ke-5 pengkulturan menggunakan
haemocytometer dan mikroskop.

III. Hasil dan Pembahasan

Peneltian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Jurusan Teknik


Kimia FT Unila pada bulan November 2016 sampai April 2017. Dengan tujuan
mendapatkan titik toleransi kemampuan mikroalga Nannochloropsis oculata
dan Botrycoccus braunii untuk mengabsorpsi CO2 menggunakan fotobioreaktor
tertutup dengan memvariasikan laju alir umpan. Pemilihan fotobioreaktor
tertutup didasarkan pada kemampuan reaktor tersebut dalam menjaga kontak
antara CO2 dan mikroalga agar tidak terganggu dengan udara sekitar, sehingga
tidak merubah konsentrasi CO2 umpan yang telah diukur.

Analisis sampel yang berupa gas masukan dan keluaran fotobioreaktor dianalisis
di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri Teknologi Hasil Pertanian
FP Universitas Lampung menggunakan Kromatografi Gas-2014 AT
(SHIMADZU Corp 08128). Hasil yang akan ditinjau dari penelitian ini adalah
pengaruh laju alir gas umpan terhadap kemampuan penyerapan CO2 dan
pertumbuhan mikroalga yang ditampilkan pada Lampiran D bagian hasil
penelitian.

3.1 Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Penyerapan CO2

3.1.1 Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Penyerapan CO2


Memanfaatkan Mikroalga Nannochloropsis oculata

Berikut ini merupakan grafik yang didapatkan dari hasil penelitian


tentang pengaruh laju alir gas umpan terhadap presentase penyerapan
CO2 dengan memanfaatkan mikroalga Nannochloropsis oculata yang
ditampilkan pada Gambar 3.1
80
70

% penyerapan CO2
60
50
40
30
20
10
0
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
Laju alir umpan (CO2 dan udara) (l/min)
Gambar ٠١٠٣ Pengaruh laju alir umpan terhadap persentase penyerapan
CO2 oleh mikroalgajenis Nannochloropsis oculata

Gambar tersebut menunjukkan bahwa persentase kadar CO2 yang


terserap cenderung mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya
laju alir umpan yang diberikan.Menurut Wilde dan Benneman (1997)
menyatakan bahwa produktivitas dan laju pertumbuhan mikroalga dapat
ditingkatkan dengan kenaikan laju alir gas. Hadirnya gas CO2 yang
kemudian diserap oleh mikroalga digunakan untuk melakukan proses
fotosintesis, dimana hasil dari fotosintesis tersebut adalah karbohidrat
yang merupakan sumber utama dari biomassa (Rufaida, 2012). Semakin
tinggi konsentrasi gas CO2 maka produktivitas biomassa masih terus
bertambah selama CA masih efektif. Hal ini menyebabkan presentase
penyerapan CO2 juga meningkat.

Hal ini sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang mengatakan bahwa


Nannochloropsis oculata merupakan jenis mikroalga yang paling baik
dalam melakukan proses biofiksasi. Nannochloropsis oculata adalah
salah satu jenis mikroalga yang mempunyai adaptasi yang tinggi
terhadap perubahan nilai pH dan termasuk yang terbaik apabila dikultur
dengan menambahkan gas CO2 (Chiu et al ., 2008). Sehingga pada saat
pemberian laju alir 2 l/menit, masih didapatkan presentase penyerapan
CO2 yang tinggi.

3.1.2 Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Penyerapan CO2


Memanfaatkan Mikroalga Botrycoccus braunii

Berikut ini merupakan grafik yang didapatkan dari hasil penelitian


tentang pengaruh laju alir gas umpan terhadap presentase penyerapan
CO2 dengan memanfaatkan mikroalga Botrycoccus braunii yang
ditampilkan pada Gambar 3.2.
80
70

% penyerapan CO2
60
50
40
30
20
10
0
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
Laju alir umpan (CO2 dan udara) (l/min)
Gambar ٠٢٠٣ Pengaruh laju alir umpan terhadap persentase penyerapan
CO2 oleh mikroalga jenis Botrycoccus braunii

Gambar tersebut menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan penurunan


persentase penyerapan CO2 seiring dengan penambahan laju alir yang
diberikan. Pada laju alir 1 l/menit didapatkan persentase penyerapan CO2
yang paling baik yaitu sebesar 70,16 %. Kecenderungan yang menurun
ini disebabkan karena semakin bertambahnya CO2 yang diberikan, maka
CO2 yang masuk fotobioreaktor juga mengalami peningkatan. Namun
kemampuan penyerapan mempunyai kecenderungan yang konstan.
Apabila umpan CO2 dinaikkan maka akan menyebabkan efisiensi
penyerapan dari sistem mengalami kecenderungan menurun seiring
dengan naiknya CO2 yang masuk (Buchori, dkk, 2013). CO2 dalam
sistem terkonversi didalam kultur menjadi ion karbonat tidak bisa
diserap seluruhnya oleh Botrycoccus braunii untuk proses fotosintesa.
Larutan karbonat yang tidak terserap tersebut menyebabkan kemampuan
pertumbuhan mikroalga menurun. Pertumbuhan mikroalga yang
menurun akan membuat agen penyerap CO2 tidaklah besar sehingga
penyerapan CO2 juga akan menurun.

3.1.3. Perbandingan Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Penyerapan


CO2 Oleh Mikroalga Nannochloropsis oculata dan Botrycoccus
braunii

Dari hasil grafik persentase penyerapan CO2 oleh kedua mikroalga yang
digunakan peneliti, didapatkan kemampuan penyerapan yang berbeda.
Berikut ini grafik yang menggambarkan perbedaan kemampuan
penyerapan kedua mikroalga tersebut :
Nannochloropsis oculata
80 Botrycocus braunii
70

% Penyerapan CO2
60
50
40
30
20
10
0
1.0 1.5 2.0
Laju alir umpan (CO2 dan udara) (l/min)

Gambar ٠٣٠٣ Perbandingan persentase penyerapan dari mikroalga


Nannochloropsis oculata dan Botrycoccus braunii

Dari gambar tersebut membuktikan bahwa tiap – tiap mikroalga


memiliki kemampuan penyerapan CO2 yang berbeda. Untuk mikroalga
Nannochloropsis oculata didapatkan pola yang menaik dari run awal
hingga akhir. Sedangkan untuk mikroalga Botrycoccus braunii
didapatkan pola yang menurun. Walaupun untuk run pertama (1 l/menit)
persentase penyerapan CO2 oleh Botrycoccus braunii lebih baik
dibandingkan Nannochloropsis oculata. Pada laju alir umpan 1 l/menit
ini dengan konsentrasi CO2 sebesar 33 % adalah kondisi yang terbaik
bagi Botrycoccus braunii sekaligus menjadikan kondisi tersebut sebagai
batas toleransi kemampuan penyerapan CO2 dari mikroalga Botrycoccus
braunii.

Selanjutnya pada run kedua (1,5 l/menit) mulai terlihat pola yang
berbeda dari kedua mikroalga tersebut dibandingkan run pertama. Dalam
kondisi ini mikroalga Nannochloropsis oculata mengalami proses
fotosintesis yang lebih baik dibandingkan sebelumnya, sehingga
mengalami pertumbuhan biomassa yang lebih banyak yang
mengakibatkan agen penyerap CO2 juga banyak. Namun berbanding
terbalik dengan mikroalga Botrycoccus braunii yang justru kurang baik
dalam berfotosintesis dikondisi ini. Ion karbonat hasil dari fotosintesis
tidak semuanya dapat diserap oleh Botrycoccus braunii, yang akhirnya
membuat produktivitas biomassa menjadi berkurang, dan akibatnya
proses penyerapan CO2 juga mengalami penurunan.

Untuk run akhir dengan laju alir umpan sebesar 2 l/menit didapatkan
hasil yang sangat berbeda antara kedua mikroalga yang diteliti. Untuk
Botrycoccus braunii semakin mengalami penurunan persentase
penyerapan dari run sebelumnya. Dengan ditambahkannya laju alir
umpan pada run ketiga ini, maka semakin banyak ion karbonat yang
tidak bisa diserap oleh Botrycoccus braunii yang akhirnya menyebabkan
kondisi pertumbuhan mikroalga kurang baik dan berdampak secara
langsung pada penyerapan CO2. Penurunan ini semakin membuktikan
bahwa Botrycoccus braunii tidak bisa dikultur dengan laju alir diatas 1
l/menit dengan konsentrasi CO2 sebesar 33 % dan juga ketahanannya
terhadap kondisi asam yang kurang baik.Sedangkan untuk mikroalga
Nannochloropsis oculata semakin mengalami kenaikan dalam
kemampuan penyerapan CO2. Pada run akhir ini Nannochloropsis
oculata memiliki persentase penyerapan CO2 tertinggi dibanding run
sebelumnya yaitu sebesar 71,54 %. Ini disebabkan Nannochloropsis
oculata masih mampu menghasilkan senyawa karbonat yang mampu
diserap untuk melakukan produktivitas biomassa. Semakin banyak
produktivitas biomassa yang dilakukan maka proses penyerapan CO2
pun semakin besar juga. Sehingga Nannochloropsis oculata masih dapat
dikultur dengan kondisi laju alir sebesar 2 l/menit dan konsentrasi CO2
sebesar 33%.

3.2. Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Pertumbuhan Mikroalga

Dalam melaksanakan penelitian ini, dilakukan juga pengecekan terhadap pertumbuhan


sel mikroalga yang digunakan oleh peneliti pada setiap run. Fungsi dalam melakukan
pengecekan ini, agar dapat dipastikan adanya pertumbuhan dari mikroalga setelah
melakukan fotosintesis. Pengecekan ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel lalu
dilihat menggunakan mikroskop dan menghitung jumlah pertumbuhan sel yang ada
pada sampel tersebut. Berikut ini grafik pertumbuhan sel tertinggi yang didapatkan
untuk Nannochlororpsis oculata ditiap run :

34
32
Jumlah sel/ml

30
28
26
24
22
20
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
Laju alir umpan (CO2 dan udara) (l/min)

Gambar ٠٤٠٣ Pertumbuhan sel mikroalga Nannochloropsis oculata

Didapatkan pola pertumbuhan yang cenderung naik setiap run. Dari ketiga run didapat
pertumbuhan sel yang paling baik adalah pada run ketiga dengan laju alir sebesar 2
l/menit dengan konsentrasi 33 %. Pola pertumbuhan sel yang cenderung naik ini
membuktikan bahwa Nannochloropsis oculata merupakan jenis mikroalga yang paling
baik dalam melakukan fotosintesis dengan penambahan CO2. Hal ini juga didukung
oleh Chiu et al yang menyebutkan bahwa Nannochloropsis oculata merupakan salah
satu mikroalga yang mempunyai kemampuan adaptasi yang baik bila dikultur dengan
menambahkan gas karbondioksida.

Pada saat laju alir terus dinaikkan hingga sebesar 2 l/menit, Nannochloropsis oculata
menghasilkan senyawa karbonat yang masih mampu diserap sel untuk melakukan
produktivitas biomassa. Sehingga run ketiga dengan kondisi laju alir sebesar 2 l/menit
dengan konsentrasi sebesar 33 % adalah run yang efektif dalam melakukan kultur.
Selanjutnya adalah grafik puncak pertumbuhan sel yang didapatkan dari mikroalga
Botrycoccus braunii di tiap run yang ditampilkan pada Gambar 4.5 berikut :

24

22

20
Jumlah sel/ml

18

16

14

12

10
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
Laju alir umpan (CO2 dan udara) (l/min)

Gambar ٠٥٠٣ Pertumbuhan sel mikroalga jenis Botrycoccus braunii

Didapatkan pola puncak pertumbuhan yang menurun pada tiap run. Penurunan ini
terjadi karena Botrycoccus braunii memiliki ketahanan yang kurang baik jika dikultur
menggunakan CO2 dan konsentrasi yang tinggi. Dapat dilihat pada laju alir 1 l/menit
didapatkan pertumbuhan sel yang sangat baik dibanding run 1,5 l/menit dan 2 l/menit
yang menghasilkan pertumbuhan sel yang kurang baik. Hal ini dikarenakan semakin
besar laju alir yang diberikan, maka semakin banyak CO2 berlebih yang masuk didalam
sistem yang akhirnya membuat terdifusi menjadi HCO3- tidak bisa terserap seluruhnya
oleh Botrycoccus braunii sehingga menyebabkan kondisi jenuh yang mengakibatkan sel
pertumbuhan tidak dapat menghasilkan biomassa dengan baik. sehingga didapatkan laju
alir efektif untuk pertumbuhan sel Botrycoccus braunii adalah 1 l/menit dengan
konsentrasi sebesar 33 %.

IV. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Mikroalga yang paling baik dalam melakukan proses biofiksasi CO2 adalah
Nannochloropsis oculata dibandingkan dengan Botrycoccus braunii. Pada laju alir 2
l/menit didapatkan persentase penyerapan CO2 oleh Nannochloropsis oculata yang
paling tinggi yaitu sebesar 71,54 %.
2. Titik toleransi yang didapatkan adalah pada laju alir 1 l/menit untuk mikroalga
Botrycoccus braunii dengan konsentrasi CO2 sebesar 33 %. Dikarenakan pada kondisi
ini didapatkan persentase penyerapan CO2dan pertumbuhan sel yang sangat baik untuk
Botrycoccus braunii dibandingkan dengan laju alir 1,5 l/menit atau 2 l/menit.
3. Pertumbuhan sel yang paling tinggi didapatkan oleh Nannochloropsis oculata pada run
2 l/menit yaitu sebesar 33 x 104 sel/ml yang perhitungan datanya dapat dilihat pada
Lampiran C. Pertumbuhan sel yang tinggi ini berbanding lurus juga dengan penyerapan
CO2 yang dapat dilakukan. Semakin tinggi pertumbuhan sel maka semakin tinggi juga
persentase penyerapan CO2.

V. Daftar Pustaka

Abdurrachman, Okryreza., Mutiara, Meitiandari., Buchori, Luqman. 2013. Pengikatan


Karbon Dioksida dengan Mikroalga ( Chlorella vulgaris, Chlamydomonas sp,
Spirullina sp. ) Dalam Upaya Untuk Meningkatkan Kemurnian Biogas.
Semarang : Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Benemann, J. 1997. CO2 Mitigation with Microalgae System. Energy Conversion


Management. 38: 475-479.

Borowitzka MA, Borowitzka LJ. 1988. Micro-algal Biotechnology. Great Britain:


Cambridge University Press.

Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: a


Primer. (FAO Forestry Paper - 134). FAO, Rome.

Chisti, Yusuf. 2007. Biodiesel from Microalgae. Institute of Technology and


Engineering, Massey University: New Zealand.

Chiu, S.Y., Kao, C.Y., Tsai, M.T., Ong, S.C., Chen, C.H., and Lin, C.S., (2009), Lipid
Accumulation and CO2 Utilization of Nannochloropsis oculata in Response to
CO2 Aeration, Bioresour. Technol., 100, pp. 833- 838.

Coulson, J. M., and Richardson, J.F., 2005, Chemical Engineering, Vol. 6. ,4rd Ed.,
Pergamon Press, Oxford.

Diharmi, A. 2001. Pengaruh pencahayan terhadap kandungan pigmen bioaktif


mikroalga Spirulina platensis strain local (Ink). (Tesis). IPB. Bogor.

Graham, E.L. dan Wilcox, W.L. 2000. Algae. Prentice hall. Toronto.

Isnansetyo A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur phitoplankton dan zooplankton


pakan alami untuk pembenihan organisme laut. Yogyakarta: Kanisius.

Kabinawa, I.N.K. 2008. Biodiesel Energi Terbarukan dari Mikroalga. Warta


Pertamina.

Kartohardjono, Sutrasno., Anggara, Subihi, Yuliusman. 2007. Absorbsi CO2 dari


Campurannya dengan CH4 atau N2 melalui Kontaktor Membran Serat
Berongga Menggunakan Pelarut Air. Makara Teknologi Vol 11. 2007:97 –
102.
Kativu, E., 2011. Carbon Dioxide Absorption Using Fresh Water Algae and
Indentifying Potential Uses of Alga Biomass. Faculty of Engineering and the
Built Environment, University of the Witwatersrand, Johannesburg.

Li Y. Horsman M., Wu N, Lan CQ, Dubois-Calero N (2008). Biofuels from


Microalgae. Biotech Prog (in press) ASAP Article, DOI
10.1021/bp070371kS8756-7938(07)00371-2

Maarif, F., Arif, J. 2008. Absorpsi Gas Karbondioksida (CO2) dalam Biogas dengan
Larutan NaOH secara Kontinyu. Semarang : Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.

Metzger, P. dan Largeau, C. 2005. Botrycoccus braunii : a Rich Source for


Hydrocarbons and Related Ether Lipids. Appl Microbiol Biotechnol.

Moazami, N. Ranjbar, R. Ashori, A. Tangestani, M. and A.S. Nejad. 2011. Biomass


And Lipid Productivities Of Marine Microalgae Isolated From The Persian
Gulf And The Qenshm Island. Biomass and Bioenergy 35. 1935-1939.

Rubin, S., E., Cooper, N., R., Frosch, A., R., Lee, H., T., Marland, Greeg, Rosenfeld,
H., A. dan Stine, D., D. 1992. Realistic Mitigation Options for Global
Warming. The America Association for The Advancement of Sciene. 257 :
148-149, 261-266.

Rostika, Rufaida.N. 2012. Biofiksasi CO2 oleh Mikroalga Chlamydomonas sp. Untuk
Pemurnian Biogas. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Sasmita, P.G, Wenten I.G dan Suantika G. 2004. Pengembangan Teknologi


Ultrafiltrasi Untuk Pemekatan Mikroalga. Dalam Prosiding Seminar Nasional
Rekayasa Kimia. ITB. Bandung.

Singh, Y. dan Kumar, H.D. 1992. Lipid and Hydrocarbon Production by Botrycoccus
spp. Under Nitrogen Limitation and Anaerobiosis. World J Microbiol
Biotechnol.

Setiawan, A., Kardono, Darmawan, R, A., Santoso, A. D., Stani, A, H., Prasetyadi,
Panggabean, L., Radini, D., Sapulete, S. 2008. Teknologi Penyerapan
Karbindioksida dengan Kultur Fitoplankton pada Fotobioreaktor. ITB,
Bandung.

Tjahjo W, Erawati L, Hanung S. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton.


Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan
Perikanan: Proyek Pengembangan Perekayasaan Ekologi Balai Budidaya
Laut Lampung.

Widjaja, A. 2009. Lipid Production from Microalgae as a Promising Candidate for


Biodiesel Production. J Makara- Teknologi 13(1).

Wilde, C. And Benemann, G. 1993. A Culture Method for Microalgae Forms to Studies
on Growth and Carotenoid Production. World Journal of Microbiology and
Biotechnology. Volume (17):325-329.
Yudha, Andri Parna. 2008. Senyawa Antibakteri dari Mikroalga Dunaliella sp. Pada
Umur Panen yang Berbeda. Bogor : Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Yuliandri, Fegi., Utama, Yudha Duta., Buchori, Luqman. 2013. Biofiksasi CO2 oleh
Mikroalga Spirulina sp Dalam Upaya Pemurnian Biogas. Semarang :
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai