Abstrak
Abstract
This research was conducted to absorb CO2 content in air by utilizing microalgae as
CO2 absorbent agent. In doing research, used two types of microalga namely
Nannochloropsis oculata and Botrycoccus braunii. The purpose of this study was to
obtain a flow rate tolerance limit with constant CO2 concentration used the
photobioreactor and to compare the two microalgae used from CO2 absorption data and
biomass growth. In this research used variation of feed flow rate that is 1 l / min, 1.5 l /
min, and 2 l / min with fixed CO2 concentration by 33%. The study was used culture
volume of 4 liters (1 liter microalgae and 3 liters of sea water) for 6 days culture. The
results showed that the optimum flow rate for Nannochloropsis oculata was at a flow
rate of 2 l / min to produce an absorption percentage of 71.54%. While the optimum
flow rate for Botrycoccus braunii is 1 l / minute to produced an absorption percentage
of 70.16%. From the data of the research, the maximum point of tolerance of feed flow
rate for Botrycoccus braunii is 1 l / min with 33% concentration, while for
Nannochloropsis oculata was not get maximum flow rate tolerance because of variation
of 2 l / minute flow rate with CO2 concentration of 33% still have a good ability in the
process of biofixation of CO2. It is therefore necessary to provide a greater variation in
flow rates for Nannochloropsis oculata microalgae to obtain a point of flow rate
tolerance.
I. Pendahuluan
Pada dasarnya, gas CO2 sangat berpengaruh dan menopang kehidupan bumi. Pada
atmosfer, gas CO2 dapat berfungsi sebagai salah satu bahan fotosintesis untuk tumbuhan
hijau dan sifat rumah kacanya menjaga kesetimbangan suhu bumi. Namun konsentrasi
CO2 yang semakin meningkat di atmosfer menyebabkan kekhawatiran akan pemanasan
global yang semakin tinggi.Para peneliti memprediksi peningkatan konsentrasi CO2
dua kali lipat, dapat meningkatan temperatur global 1oC hingga 5oC (Rubin, dkk., 1992).
CO2 sendiri pada dasarnya adalah produk alami dari suatu reaksi pembakaran.Tidak
dapat dipungkiri, pembakaran bahan bakar fosil menjadi sumber utama penghasil emisi
CO2 di bumi. Saat ini, Pembangkit Listrik menjadi sumber utama penghasil CO2. Hal
ini disebabkan ketergantungan yang berlebihan terhadap penggunaan batubara. Industri
pembangkitan listrik menyumbang sekitar 37 % emisi CO2 global
(Wikipedia.org).Menurut data yang dirilis oleh World Resource Institute (WRI) pada
2012, emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh negara – negara di dunia ini adalah sebanyak
47,59 miliar ton emisi CO2 (MtCO2e) per tahun. Indonesia berada dalam daftar, yaitu
menduduki urutan ke-6 dengan emisi karbondioksida yang dihasilkan sebesar 1,98
miliar ton emisi CO2 per tahun.
Dengan adanya data tersebut, perlu adanya teknologi yang dapat mengimbangi untuk
mengurangi emisi CO2. Berbagai metode pengurangan kadar emisi CO2 telah diteliti,
salah satunya adalah melalui proses biologis dengan memanfaatkan
mikroalga.Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik yang termasuk
dalam kelas alga, diameternya antara 3-30 µm, baik sel tunggal maupun koloni yang
hidup diseluruh perairan air tawar maupun laut. Mikroalga termasuk mikroorganisme
fotosintetik yang memiliki kemampuan menggunakan sinar matahari dan karbon
dioksida untuk reproduksi sel-sel tubuhnya dan menghasilkan biomassa serta
menghasilkan sekitar 50% oksigen yang ada di atmosfer. Kemampuan inilah yang akan
digunakan untuk menyerap gas emisi CO2. Mikroalga dipilih sebagai biota yang dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk mengurangi emisi CO2 karena meskipun jumlah
biomassa mikroalga hanya 0,05% dari biomassa tumbuhan darat, namun jumlah karbon
yang digunakan dalam proses fotosintesis sama dengan jumlah karbon yang difiksasi
oleh tumbuhan darat (~50-100 PgC/th) (Setiawan, 2008). Selain itu, mikrolaga pun tidak
membutuhkan media kultur yang luas bila dibandingkan dengan tumbuhan daratlainnya
serta dapat bermanfaat untuk dijadikan biodiesel, bioetanol, bahan kimia bagi industri
kosmetik, dan farmasi.
Nannochloropsis oculatadan Botrycoccus braunii merupakan jenis alga hijau yang
hingga kini banyak sekali diteliti karena memiliki banyak manfaat. Salah satunya,
Nannochloropsis oculata memiliki kandungan minyak yang cukup besar yaitu 31-68%
(Christi, 2007), sedangkan Botrycoccus braunii merupakan spesies mikroalga terbaik
sebagai bahan baku biofuel karena memiliki kandungan lipid paling tinggi diantara
mikroalga yang lain, yaitu mencapai 75 % dari berat keringnya (Zullaikah, dkk. 2013).
Banyak penelitian yang sudah dilakukan dengan memanfaatkan mikroalga sebagai agen
penyerap CO2 dengan jenis mikroalga yang berbeda - beda. Salah satunya penelitian
yang dilakukan Susanto dkk (2012) menggunakan mikroalga jenis Chlorella sp dengan
variasi laju alir sebesar 1,5 dan 2 L/menit, menunjukkan hasil bahwa pada laju alir 1,5
L/menit merupakan kondisi terbaik dalam penyerapan CO2 dibandingkan dengan laju
alir 2 L/menit. Sehingga didapatkan profil yaitu batas toleransi pada laju alir 1,5 L/menit
untuk mendapatkan penyerapan CO2 terbaik pada konsentrasi 10%.
Oleh karena itu ingin dilakukan penelitian tentang mendapatkan batas toleransi laju alir
dengan konsentrasi CO2 yang konstan pada mikroalga Nannochloropsis oculata dan
Botrycoccus braunii. Serta mendapatkan perbandingan dari kedua jenis mikroalga yang
digunakan dari data penyerapan CO2 dan pertumbuhan biomassa.
3. Prosedur Penelitian
Skema Penelitian
Berikut skema penelitian yang dilakukan:
Analisis sampel yang berupa gas masukan dan keluaran fotobioreaktor dianalisis
di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri Teknologi Hasil Pertanian
FP Universitas Lampung menggunakan Kromatografi Gas-2014 AT
(SHIMADZU Corp 08128). Hasil yang akan ditinjau dari penelitian ini adalah
pengaruh laju alir gas umpan terhadap kemampuan penyerapan CO2 dan
pertumbuhan mikroalga yang ditampilkan pada Lampiran D bagian hasil
penelitian.
% penyerapan CO2
60
50
40
30
20
10
0
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
Laju alir umpan (CO2 dan udara) (l/min)
Gambar ٠١٠٣ Pengaruh laju alir umpan terhadap persentase penyerapan
CO2 oleh mikroalgajenis Nannochloropsis oculata
% penyerapan CO2
60
50
40
30
20
10
0
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
Laju alir umpan (CO2 dan udara) (l/min)
Gambar ٠٢٠٣ Pengaruh laju alir umpan terhadap persentase penyerapan
CO2 oleh mikroalga jenis Botrycoccus braunii
Dari hasil grafik persentase penyerapan CO2 oleh kedua mikroalga yang
digunakan peneliti, didapatkan kemampuan penyerapan yang berbeda.
Berikut ini grafik yang menggambarkan perbedaan kemampuan
penyerapan kedua mikroalga tersebut :
Nannochloropsis oculata
80 Botrycocus braunii
70
% Penyerapan CO2
60
50
40
30
20
10
0
1.0 1.5 2.0
Laju alir umpan (CO2 dan udara) (l/min)
Selanjutnya pada run kedua (1,5 l/menit) mulai terlihat pola yang
berbeda dari kedua mikroalga tersebut dibandingkan run pertama. Dalam
kondisi ini mikroalga Nannochloropsis oculata mengalami proses
fotosintesis yang lebih baik dibandingkan sebelumnya, sehingga
mengalami pertumbuhan biomassa yang lebih banyak yang
mengakibatkan agen penyerap CO2 juga banyak. Namun berbanding
terbalik dengan mikroalga Botrycoccus braunii yang justru kurang baik
dalam berfotosintesis dikondisi ini. Ion karbonat hasil dari fotosintesis
tidak semuanya dapat diserap oleh Botrycoccus braunii, yang akhirnya
membuat produktivitas biomassa menjadi berkurang, dan akibatnya
proses penyerapan CO2 juga mengalami penurunan.
Untuk run akhir dengan laju alir umpan sebesar 2 l/menit didapatkan
hasil yang sangat berbeda antara kedua mikroalga yang diteliti. Untuk
Botrycoccus braunii semakin mengalami penurunan persentase
penyerapan dari run sebelumnya. Dengan ditambahkannya laju alir
umpan pada run ketiga ini, maka semakin banyak ion karbonat yang
tidak bisa diserap oleh Botrycoccus braunii yang akhirnya menyebabkan
kondisi pertumbuhan mikroalga kurang baik dan berdampak secara
langsung pada penyerapan CO2. Penurunan ini semakin membuktikan
bahwa Botrycoccus braunii tidak bisa dikultur dengan laju alir diatas 1
l/menit dengan konsentrasi CO2 sebesar 33 % dan juga ketahanannya
terhadap kondisi asam yang kurang baik.Sedangkan untuk mikroalga
Nannochloropsis oculata semakin mengalami kenaikan dalam
kemampuan penyerapan CO2. Pada run akhir ini Nannochloropsis
oculata memiliki persentase penyerapan CO2 tertinggi dibanding run
sebelumnya yaitu sebesar 71,54 %. Ini disebabkan Nannochloropsis
oculata masih mampu menghasilkan senyawa karbonat yang mampu
diserap untuk melakukan produktivitas biomassa. Semakin banyak
produktivitas biomassa yang dilakukan maka proses penyerapan CO2
pun semakin besar juga. Sehingga Nannochloropsis oculata masih dapat
dikultur dengan kondisi laju alir sebesar 2 l/menit dan konsentrasi CO2
sebesar 33%.
34
32
Jumlah sel/ml
30
28
26
24
22
20
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
Laju alir umpan (CO2 dan udara) (l/min)
Didapatkan pola pertumbuhan yang cenderung naik setiap run. Dari ketiga run didapat
pertumbuhan sel yang paling baik adalah pada run ketiga dengan laju alir sebesar 2
l/menit dengan konsentrasi 33 %. Pola pertumbuhan sel yang cenderung naik ini
membuktikan bahwa Nannochloropsis oculata merupakan jenis mikroalga yang paling
baik dalam melakukan fotosintesis dengan penambahan CO2. Hal ini juga didukung
oleh Chiu et al yang menyebutkan bahwa Nannochloropsis oculata merupakan salah
satu mikroalga yang mempunyai kemampuan adaptasi yang baik bila dikultur dengan
menambahkan gas karbondioksida.
Pada saat laju alir terus dinaikkan hingga sebesar 2 l/menit, Nannochloropsis oculata
menghasilkan senyawa karbonat yang masih mampu diserap sel untuk melakukan
produktivitas biomassa. Sehingga run ketiga dengan kondisi laju alir sebesar 2 l/menit
dengan konsentrasi sebesar 33 % adalah run yang efektif dalam melakukan kultur.
Selanjutnya adalah grafik puncak pertumbuhan sel yang didapatkan dari mikroalga
Botrycoccus braunii di tiap run yang ditampilkan pada Gambar 4.5 berikut :
24
22
20
Jumlah sel/ml
18
16
14
12
10
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
Laju alir umpan (CO2 dan udara) (l/min)
Didapatkan pola puncak pertumbuhan yang menurun pada tiap run. Penurunan ini
terjadi karena Botrycoccus braunii memiliki ketahanan yang kurang baik jika dikultur
menggunakan CO2 dan konsentrasi yang tinggi. Dapat dilihat pada laju alir 1 l/menit
didapatkan pertumbuhan sel yang sangat baik dibanding run 1,5 l/menit dan 2 l/menit
yang menghasilkan pertumbuhan sel yang kurang baik. Hal ini dikarenakan semakin
besar laju alir yang diberikan, maka semakin banyak CO2 berlebih yang masuk didalam
sistem yang akhirnya membuat terdifusi menjadi HCO3- tidak bisa terserap seluruhnya
oleh Botrycoccus braunii sehingga menyebabkan kondisi jenuh yang mengakibatkan sel
pertumbuhan tidak dapat menghasilkan biomassa dengan baik. sehingga didapatkan laju
alir efektif untuk pertumbuhan sel Botrycoccus braunii adalah 1 l/menit dengan
konsentrasi sebesar 33 %.
IV. Kesimpulan
1. Mikroalga yang paling baik dalam melakukan proses biofiksasi CO2 adalah
Nannochloropsis oculata dibandingkan dengan Botrycoccus braunii. Pada laju alir 2
l/menit didapatkan persentase penyerapan CO2 oleh Nannochloropsis oculata yang
paling tinggi yaitu sebesar 71,54 %.
2. Titik toleransi yang didapatkan adalah pada laju alir 1 l/menit untuk mikroalga
Botrycoccus braunii dengan konsentrasi CO2 sebesar 33 %. Dikarenakan pada kondisi
ini didapatkan persentase penyerapan CO2dan pertumbuhan sel yang sangat baik untuk
Botrycoccus braunii dibandingkan dengan laju alir 1,5 l/menit atau 2 l/menit.
3. Pertumbuhan sel yang paling tinggi didapatkan oleh Nannochloropsis oculata pada run
2 l/menit yaitu sebesar 33 x 104 sel/ml yang perhitungan datanya dapat dilihat pada
Lampiran C. Pertumbuhan sel yang tinggi ini berbanding lurus juga dengan penyerapan
CO2 yang dapat dilakukan. Semakin tinggi pertumbuhan sel maka semakin tinggi juga
persentase penyerapan CO2.
V. Daftar Pustaka
Chiu, S.Y., Kao, C.Y., Tsai, M.T., Ong, S.C., Chen, C.H., and Lin, C.S., (2009), Lipid
Accumulation and CO2 Utilization of Nannochloropsis oculata in Response to
CO2 Aeration, Bioresour. Technol., 100, pp. 833- 838.
Coulson, J. M., and Richardson, J.F., 2005, Chemical Engineering, Vol. 6. ,4rd Ed.,
Pergamon Press, Oxford.
Graham, E.L. dan Wilcox, W.L. 2000. Algae. Prentice hall. Toronto.
Maarif, F., Arif, J. 2008. Absorpsi Gas Karbondioksida (CO2) dalam Biogas dengan
Larutan NaOH secara Kontinyu. Semarang : Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
Rubin, S., E., Cooper, N., R., Frosch, A., R., Lee, H., T., Marland, Greeg, Rosenfeld,
H., A. dan Stine, D., D. 1992. Realistic Mitigation Options for Global
Warming. The America Association for The Advancement of Sciene. 257 :
148-149, 261-266.
Rostika, Rufaida.N. 2012. Biofiksasi CO2 oleh Mikroalga Chlamydomonas sp. Untuk
Pemurnian Biogas. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Singh, Y. dan Kumar, H.D. 1992. Lipid and Hydrocarbon Production by Botrycoccus
spp. Under Nitrogen Limitation and Anaerobiosis. World J Microbiol
Biotechnol.
Setiawan, A., Kardono, Darmawan, R, A., Santoso, A. D., Stani, A, H., Prasetyadi,
Panggabean, L., Radini, D., Sapulete, S. 2008. Teknologi Penyerapan
Karbindioksida dengan Kultur Fitoplankton pada Fotobioreaktor. ITB,
Bandung.
Wilde, C. And Benemann, G. 1993. A Culture Method for Microalgae Forms to Studies
on Growth and Carotenoid Production. World Journal of Microbiology and
Biotechnology. Volume (17):325-329.
Yudha, Andri Parna. 2008. Senyawa Antibakteri dari Mikroalga Dunaliella sp. Pada
Umur Panen yang Berbeda. Bogor : Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Yuliandri, Fegi., Utama, Yudha Duta., Buchori, Luqman. 2013. Biofiksasi CO2 oleh
Mikroalga Spirulina sp Dalam Upaya Pemurnian Biogas. Semarang :
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.