Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makanan seekor hewan harus menyediakan nutrien esensial dan kerangka
karbon untuk biosintesis. Selain menyediakan bahan bakar seluler, makanan
seekor hewan juga harus menyediakan semua bahan mentah yang diperlukan
untuk biosintesis. Sebagai organisme heterotrof, hewan tidak dapat membuat
molekul organik dari bahan mentah yang seluruhnya anorganik. Untuk
mensintesis molekul yang diperlukan untuk tumbuh dan memulihkan dirinya
sendiri, seekor hewan harus mendapatkan prekursor organik (kerangka karbon)
dari makanannya. Dengan memperoleh suatu sumber karbon organik (seperti
gula), dan suatu sumber nitrogen organik (seperti asam amino dari pemecahan
protein), hewan itu dapat membuat berbagai ragam molekul organik, contoh: satu
jenis asam amino dapat menyediakan nitrogen untuk sintesis beberapa jenis asam
amino lain yang kemungkinan tidak ada dalam makanan yang dikonsumsi.
Pemulaan dari saluran pencernaan makanan terdiri atas organ-organ dan alat
untuk makan, menelan, dan menyerap nutrisi oleh tubuh termasuk di dalamnya
adalah bagian mulut, rongga mulut, faring, dan struktur-struktur yang
berhubungan seperti paruh, gigi, lidah, dan kelenjar ludah. Organ-organ
pencernaan akan membentuk saluran pencernaan, dari saluran pencernaan akan
terbentuk sistem pencernaan.
Hewan dapat dibagi ke dalam berbagai golongan atas dasar sistem
pencernaan atau cara makan ataupun jenis pakan yang dipilihnya. Hewan mampu
mencerna pakan secara mekanis atau secara kimia. Pada hewan multiselulas dapat
dijumpai berbagai organ dan ”peralatan” yang berperan dalam pencernaan dengan
fungsi khusus yang tidak terdapat pada hewan yang lebih sederhana. Pencernaan
adalah sebuah proses metabolisme di mana suatu makhluk hidup memproses
sebuah zat, dalam rangkak untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat
menjadi nutrisi. Pencernaan terjadi pada organisme multi sel, dan tingakat sub-sel,
biasanya pada hewan. Pencernaan biasanya dibagi menjadi aktivitas mekanik dan

1
kimia. Dalam kebanyakan vertebrata, pencernaan adalah suatu proses banyak-
tingkat dalam sebuah sistem pencernaan, setelah ingesti dari bahan mentah,
kebanyakan organisme lain. Strutur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai
jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan
tersebut serta jenis makanannya. Dari penjelasan yang telah di uraikan di atas,
kami akan memahami fisiologi sistem pencernaan pada hewan dengan makalah
yang telah dibuat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pencernaan makanan yang terjadi pada kompartemen
khusus?
2. Apa saja macam sistem pencernaan makanan yang terdapat pada hewan?
3. Bagimana sistem pencernaan makanan pada serangga?
4. Bagaimana sistem pencernaan makanan pada ikan?
5. Bagaimana sistem pencernaan makanan pada ampibi, reptil, dan aves?
6. Bagaimana sistem pencernaan makanan pada mamalia?
7. Bagaimana tahapan utama dalam hal melakukan pencernaan makanan?
8. Bagaimana adaptasi evolusioner yang terdapat pada sistem pencernaan
vertebrata?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami sistem pencernaan makanan yang terjadi pada
kompartemen khusus.
2. Untuk memahami macam sistem pencernaan makanan pada hewan.
3. Untuk memahami sistem pencernaan makanan pada serangga.
4. Untuk memahami sistem pencernaan makanan pada ikan.
5. Untuk memahami sistem pencernaan makanan pada ampibi, reptil dan aves.
6. Untuk memahami sistem pencernaan makanan pada mamalia.
7. Untuk memahami tahapan utama dalam hal melakukan pencernaan makanan.
8. Untuk memahami adaptasi evolusioner yang terjadi pada sistem pencernaan
vertebrata.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pencernaan Makanan yang Terjadi pada Kompartemen Khusus


Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme di mana suatu makhluk
hidup memproses sebuah zat, dalam rangkak untuk mengubah secara kimia atau
mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi. Pada sistem pencernaan makanan yang
terjadi pada hewan yang terdapat pada kompartemen khusus yaitu:
a. Sistem pencernaan makanan intraseluler
Hewan harus mencernanya dengan baik agarsari-sarinya dapat diserap oleh
sel-sel tubuh. Pada protozoa, proses pencernaannya terjadi dalam vakuola. Mula-
mula, lisosom menyekresikan enzim pencernaan kedalam vakuola makanan.
Enzim tersebut menyebabkan suasana vakuola berubah menjadi asam sehingga
bahan makanan tercerna. Selanjutnya, terjadi pemisahan berbagai garam kalsium.
Hal ini akan menciptakan suasana lingkungan dengan pH yang tepat bagi berbagai
enzim untuk berfungsi secara optimal. Dalam keadaan seperti itu, bahan makanan
akan disederhanakan sehingga dapat diserap oleh sitoplasma. Berakhirnya proses
pencernaan ditandai dengan adanya perubahan keadaan lingkungan dalam vakuola
menjadi netral. Bahan makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui proses
eksositosis.
Menurut Campbell dkk (2004) vakuola makanan, organel seluler dimana
enzim hidrolitik merombak makanan tanpa mencerna sitoplasma sel sendiri,
adalah kompartemen yang paling sederhana. Protista heterotrofik mencerna
makanannya dalam vakuola makanan, umumnya setelah menelan makanan
melalui fagositosis atau pinositosis. Vakuola makanan menyatu dengan
lisosomyang merupakan organel yang mengandung enzim hidrolitik. Keadaan ini
akan memungkinkan makanan bercampur dengan enzim sehingga pencernaan
terjadi secara aman di dalam suatu kompartemen yang terbungkus oleh membran.
Mekanisme pencernaan ini disebut pencernaan intraseluler (intracelluler
digestion).

3
Pada spons berbeda dari hewan-hewan lain karena pencernaan makanannya
secara keseluruhan berlangsung melalui mekanisme intraseluler. Menurut Isnaeni
(2006) invertebrata tingkat rendah tidak mempunyai organ pencernaan khusus.
Pencernaan makanan terjadi secara intraseluler, yakni di dalam sel khusus.
Porifera tidak mempunyai rongga pencernaan tetapi mempunyai sel khusus yang
disebut koanosit.

b. Sistem pencernaan makanan ekstraseluler


Pada sebagian besar hewan, paling tidak beberapa hidrolisis terjadi
melalui pencernaan ekstraseluler, yaitu perombakan makanan di luar sel.
Pencernaan ekstra seluler terjadi di dalam kompartemen yang
bersambungan melalui saluran – saluran, dengan bagian luar tubuh hewan.
Banyak hewan dengan bangun tubuh yang relatif sederhana memiliki kantung
pencernaan dengan pembukaan tunggal. Kantung ini disebut sebagai rongga
gastrovaskuler, berfungsi dalam pencernaan dan distribusi nutrien keseluruh
tubuh. Hidra yang termasuk hewan Cnidaria merupakan contoh yang baik
mengenai bagaimana suatu rongga gastrovaskuler bekerja. Hidra adalah karnivora
yang menyengat mangsa dengan organel khusus yang disebut nematosit dan
kemudian menggunakan tentakel untuk memasukkan makanan dari mulut
kedalam rongga gastrovaskuler.
Dengan adanya makanan di dalam rongga itu, sel-sel khusus gastrodermis,
lapisan jaringan yang melapisi rongga itu, mensekresikan enzim pencernaan yang
merusak atau merombak jaringan lunak pada mangsanya menjadi potongan-
potongan kecil. Sel-

4
sel gastrodermal kemudian akan menelan partikel makanan,dansebagian besar
hidrolisis makromolekul yang sesungguhnya terjadi secara intraseluler seperti
pada Paramaecium dan spons. Setelah hidra selesai mencerna makanannya,
bahan-bahan yang tidak tercerna yang masih tetap berada di dalam rongga
gastrovaskuler, seperti eksoskeleton Crustacea kecil, dikeluarkan melalui sebuah
pembukaan tunggal, yang berfungsi ganda sebagai mulut dan anus.

Alat pencernaan pada Coelenterata berupa gastrovaskuler, yaitu ruang


yang berfungsi untuk proses pencernaan sekaligus untuk sirkulasi. Sel yang
membatasirongga gastrovaskuler disebut gastrodermis. Sel ini mampu
menyekresikan enzimke ruang gastrovaskuler. Oleh karena itu, pemecahan bahan
makanan secara kasardapat berlangsung dalam saluran tersebut. Namun,
pencernaan makanan secaralengkap tetap berlangsung secara intraseluler.
Beberapa spesies cacing pipih yang hidup bebas (non parasit) sudah
mempunyai mulut, tetapi tidak mempunyai rongga pencernaan. Pada hewan
tersebut, makanan dicerna oleh sel jaringan di dekat mulut, yang belum
terorganisasi secara baik. Ada juga jenis cacing pipih yang mempunyai saluran
pencernaan makanan sederhana yang mirip dengan ruang gastrovaskuler pada
Coelenterata, tetapi biasanya bercabang-cabang. Permukaan tubuh cacing pipih
sering digunakan untuk menyerap makanan. Untuk keperluan tersebut
cacing pipih mempunyai mikrofili pada usus halus manusia.
Berlawanan dengan hewan Cnidaria dan cacing pipih sebagian besar hewan-
termasuk nematoda, anellida, moluska, artropoda, echinodermata, dan cordata-
memiliki pipa atau tabug pencernaan yang memanjang antara dua
pembukaan,mulut dan anus. Pipa atau tabung ini disebut saluran pencernaan

5
lengkap ( complete digestive tract ) atau saluran pencernaan (alimentary canal ).
Karena makanan bergerak sepanjang saluran itu dalan satu arah, pipa itu dapat
diorganisasikan menjadi daerah terspesialisasi yang melaksanakan pencernaan
dan penyerapan nutrien secara bertahap.
Makanan yang ditelan melalui mulut dan faring akan lewat melalui esofagus
yang menuju ke tembolok, rempela, atau lambung, bergantung pada spesies.
Tembolok dan lambung adalah organ dan umumnya berfungsi
untuk penyimpanan dan penumpukan makanan, sementara rempela akan
menggerusnya. Makanan kemudian akan memasuki usus halus, dimana enzim-
enzim pencernaan menghidrolisis molekul makanan, dan nutrien diserap melewati
lapisan pipa pencernaan tersebut ke dalam darah. Bahan buangan
yang tidak tercerna akan dikeluarkan melalui anus.

2.2 Macam – Macam Sistem Pencernaan Makanan pada Hewan


Pencernaan di bagi menjadi dua macam, yaitu pencernaan mekanik dan
pencernaan kimiawi. Kedua pencernaan tersebut biasa terjadi pada hewan
mamalia seperti hewan pemamah biak(ruminansia, reptile, dan lain-lain).
1. Mekanik
Sesuai namanya, sistem pencernaan makanan mekanis ini dilakukan dengan
suatu mekanika/gerakan tertentu. Pencernaan semacam ini paling banyak terjadi
di dalam rongga mulut, di mana makanan yang masuk harus dihancurkan dahulu
(dikunyah) agar proses pencernaan selanjutnya bisa lebih mudah. Sistem
pencernaan makanan mekanik tak hanya terjadi di mulut. Beberapa bagian/organ
tubuh juga melakukan suatu mekanika yang disebut gerakan peristaltik. Gerak
Peristaltik adalah gerakan otot-otot organ untuk menelan/menarik agar makanan

6
bisa mengalir memasuki organ tersebut. Biasanya terjadi pada kerongkongan dan
usus.
2. Kimiawi
Sistem pencernaan yang satu ini lebih kepada proses kimiawi, yaitu proses
pencernaan yang membutuhkan zat-zat kimia untuk menghancurkan makanan
maupun mengurai zat-zat penting yang ada dalam makanan. Zat kimia yang
dimaksud adalah asam maupun suatu enzim dalam tubuh yang membantu
pencernaan. Proses kimiawi ini contohnya proses pencernaan yang terjadi pada
lambung dan usus.
Pencernaan secara fisik dan mekanik dimulai di bagian rongga mulut yaitu
dengan berperannya gigi pada proses pemotongan dan penggerusan makanan.
Pencernaan secara mekanik ini juga berlangsung di segmen lambung dan usus
yaitu melalui gerakan-gerakan (kontraksi) otot pada segmen tersebut. Pencernaan
secara mekanik di segmen lambung dan usus terjadi lebih efektif oleh karena
adanya peran cairan digestif. Pada ikan, pencernaan secara kimiawi dimulai di
bagian lambung, hal ini dikarenakan cairan digestif yang berperan dalam proses
pencernaan secara kimiawi mulai dihasilkan di segmen tersebut yaitu disekresikan
oleh kelenjar lambung. Pencernaan ini selanjutnya disempurnakan di segmen
usus. Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan di segmen usus
berasal dari hati, pankreas dan dinding usus itu sendiri. Kombinasi antara aksi
fisik dan kimiawi inilah yang menyebabkan perubahan makanan dari yang asalnya
bersifat komplek menjadi senyawa sederhana atau yang asalanya berpartikel
makro menjadi partikel mikro. Bentuk partikel mikro inilah makanan menjadi zat
terlarut yang memungkinkan dapat diserap oleh dinding usus yang selanjutnya
diedarkan ke seluruh tubuh.
2.3 Sistem Pencernaan Makanan pada Serangga
Salah satu jenis serangga adalah belalang merupakan jenis serangga
penggigit. Bagian-bagian mulutnya terdiri atas, rahang, dan bibir bawah. Alat
pengecap pada belalang terdapat di bibir bagian atas. Alat tersebut merupakan
lipatan kulit di bagian depan mulut. Gigi-giginya terletak pada rahang atas dan
rahang bawah yang berfungsi untuk mengunyah makanan.

7
Di bagian rahang atas juga terdapat sepasang alat peraba untuk memegang-
dan mengenali mangsanya. Alat peraba juga terdapat di bagian bibir bawah.
Kelenjar ludah pada mulut menghasilkan air ludah untuk membantu proses
pencernaan makanan secara kimiawi. Kerongkongan merupakan saluran yang
menghubungkan rongga mulut dengan lambung. Pada bagian pangkal
kerongkongan terdapat tembolok yang terbentuk dari pembesaran kerongkongan.
Tembolok berfungsi untuk menyimpan makanan sementara.
Mekanisme pencernaan makanan pada serangga yaitu:
Makanan dari tembolok dialirkan ke dalam empedal atau lambung
pengunyah. Di tempat tersebut, makanan dicerna secara mekanik melalui gerakan
peristaltik dinding-dinding empedal. Bagian dinding empedal bergigi sehingga
membantu melumatkan makanan. Dari empedal, makanan yang telah hancur
disalurkan ke lambung. Di bagian depan lambung terdapat enam pasang kelenjar
pencernaan yang mengeluarkan enzim pencernaan. Proses penyerapan sari
makanan berlangsung di dalam lambung. Sisa-sisa pencernaan ditampung di usus
kemudian dibuang melalui anus.
2.4 Sistem Pencernaan Makanan pada Ikan
Alat pencernaan pada ikan sering berbeda antar satu spesies dengan spesies
lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pola adaptasi
terhadap makanannya. Alat pencernaan yang sering mengalami adaptasi adalah
bibir, gigi, mulut, dan saluran pencernaan. Adaptasi mulutikan terhadap
makanannya menyebabkan ditemukannya beraneka macam bentuk mulut ikan.

8
Ikan-ikan yang biasanya mencari makanan dengan memangsa jenis ikan
lain,umumnya mempunyai mulut yang lebar, sedangkan ikan-ikan yang biasa
mengambil makanan dengan jalan mengisap organisme yang menempel pada
substrat (perifiton) biasanya mempunyai bentuk bibir yang tebal. Bentuk anatomi
lambung sangat bervariasi tergantung kepada kebiasaan makanan ikan tersebut.
Lambung ikan herbivora berbeda dengan lambung ikan carnivora. Ikan herbivora
tidak mempunyai lambung yang sebenarnya, kalaupun ada maka merupakan
lambung palsu yang merupakan penggelembungan usus bagian depan. Umumnya
ikan carnivora mempunyai lambung yang berbentuk seperti tabung, sedangkan
pada ikan omnivora berbentuk sepertikantung. Pada beberapa ikan tertentu
lambung mengalami modifikasi. Sedangkan usus merupakan tempat proses
penyerapan zat makanan yang telah tercerna, dan selanjutnya sisa makanan
dibuang melalui anus. Ikan-ikan herbivora yang tidak mempunyai lambung,
pencernaan yang intensif terjadidi dalam usus. Umumnya ikan-ikan herbivora
memiliki ususyang panjangnya beberapa kali panjang tubuhnya, sedangkan ikan-
ikan carnivora memiliki usus yang pendek atau sangat pendek bila dibandingkan
dengan panjang tubuhnya (Wulandari, 2014).

a. Saluran pencernaan
 Rongga mulut (cavum oris)
Di bagian belakang mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut.
Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara anatomis
organ yang terdapat pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin.
Permukaan rongga mulut diselaputi oleh lapisan sel permukaan (epitelium) yang

9
berlapis. Pada lapisan permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir (mukosit) untuk
mempermudah masuknya makanan. Di samping mukosit, di bagian mulut juga
terdapat organ pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi menyeleksi
makanan.
 Faring
Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih
ditemukan organ pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.
 Esofagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa,
mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut,
esofagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkan
konsentrasi garam air laut yang diminum akan menurun ketika berada di lambung
dan usus sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus belakang dan rectum
(proses osmoregulasi)
 Lambung
Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih
besar bila dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran
lambung berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan
 Pilorus
Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan.
Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit.
 Usus ( intestinum)
Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum
berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses
penyerapan zat makanan.
 Rektum
Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung. Secara
anatomis sulit dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara
histologis batas antara kedua segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya
katup rektum.

10
 Kloaka
Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran
urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang
rawan memiliki organ tersebut.
 Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati
anus terletak di sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya
memanjang, anus terletak jauh dibelakang kepala bedekatan dengan pangkal ekor.
b. Kelenjar pencernaan (Glandula Digestoria)
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan
kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian
depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas
lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi
hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk
membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna
kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung.
Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila
diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga
sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim
pencernaan dan hormon insulin.
Berikut adalah proses pencernaan makanan pada pisces :
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di
dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham
bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak
menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut
makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar
insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila
tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di
dorong masuk ke lambung, lambung pada umumnya membesar, tidak jelas
batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk
memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus

11
yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada
anus.
2.5 Sistem Pencernaan Makanan pada Amphibi, Reptil dan Aves
2.5.1 Sistem Pencernaan Makanan pada Amphibi
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan,
meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Salah satu contoh hewan
amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga),dll.
Secara berurutan, saluran pencernaan pada katak meliputi, rongga mulut, terdapat
gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap
mangsa. Di rongga mulut terdapat gigi-gigi yang mengalami masa pertumbuhan
tak terbatas. Gigi-gigi tersebut tumbuh di bagian rahang atas dan langit-langit,
sedangkan di bagian rahang bawah tidak terdapat gigi, Gigi-gigi tersebut
berbentuk kerucut yang berguna untuk mencengkeram mangsa dan tidak untuk
mengunyah. Esofagus yakni berupa saluran pendek. Ventrikulus, berbentuk
kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus.
Intestinum atau usus dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus
meliputi yaitu duodenum, jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
Usus tebal berakhir pada rektum danmenuju kloaka, dan kloaka merupakan muara
bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.
Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati
bewarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua
lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung
empedu yang lambung dan usus dua belas jari. Pankreas berfungsi menghasilkan
enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.

12
Mekanisme sistem pencernaan pada katak yaitu:
Saluran pencernaan makanan pada katak meliputi bagian mulut,
kerongkongan, lambung, usus, dan kloaka. Permukaan lidahnya berperekat
sehingga membantu dalam menangkap mangsa. Di dalam rongga mulut terdapat
kelenjar ludah yang menghasilkan ludah untuk membantu menelan mangsa. Di
dalam lambung, makanan dihancurkan dan dicerna secara kimiawi, sedangkan
penyerapan sari-sari makanan berlangsung di dalam usus halus. Dibagian dinding
usus halus terdapat pembuluh-pembuluh darah yang berfungsi untuk menyerap
sari-sari makanan. Sisa makanan dikeluarkan melalui lubang kloaka.
2.5.2 Sistem Pencernaan Makanan pada Reptil
Reptil ada berbagai jenis, ada yang pemakan serangga (insektivora), ada
pula pemakan daging (karnivora), seperti buaya, ular, dan komodo. Secara garis
besar, alat pencemaan pada reptil bentuknya memanjang sesuai dengan bentuk
tubuhnya.
a. Saluran pencernaan (Tractus Digestivus)
 Rongga Mulut
Pada bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah, masing-
masing memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigi menempel pada gusi
dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat
lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua.

13
 Esofagus (Kerongkongan)
Esofagus merupakan saluran di belakang rongga mulut yang menyalurkan
makanan dari rongga mulut ke lambung. Di dalam esophagus tidak terjadi proses
pencernaan.
 Ventrikulus ( Lambung )
Ventrikulus merupakan tempat penampungan makanan dan pencernaan
makanan berupa saluran pencernaan yang membesar dibelakang esophagus.
Disini makanan baru mengalami proses pencernaan. Pada bagian fundus pylorus
makanan dicerna secara mekanik dan kimia.
 Intestinum (Usus)
Pada Intestinum reptil terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara
pada anus.
b. Kelenjar pencernaan (Glandula Digestoria)
Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan
pankreas. Hati pada reptilia memiliki dua lobus (gelambirf dan berwarna
kemerahan. Kantung empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas
berada di antara lambung dan duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan.

Mekanisme pencernaan pada reptil yaitu:


Pada ular berbisa, terdapat gigi bisa yang tumbuh pada langit-langit
mulutnya. Bisa digunakan untuk melumpuhkan atau membunuh mangsanya.
Lidah pada cicak digunakan untuk menangkap mangsa. Ular, berkarung dan cicak
tidak mengunyah mangsa. Makanan yang ditangkap langsung dikunyaknya.
Bentuk lambung pada reptilian sesuai dengan bentuk tubuhnya. Kura-kura
memiliki lambung membulat, ular dan berkarung memiliki bentuk lambung yang

14
memanjang. Sistem pencernaan makanan pada reptil, memiliki kelenjar
pencernaan yaitu hati, kantung empedu dan pakreas. Setelah makanan masuk
kedalam rongga mulut yang dikunyah oleh gigi yang berbentuk kerucut, menuju
ke esofagus lalu menuju ke ventrikulus. Kemudian menuju intestinum lalu
bermuara ke anus.
2.5.3 Sistem Pencernaan Makanan pada Aves
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-
buahan.

a. Saluran pencernaan (Tractus Digestivus)


 Paruh
Paruh pada burung merupakan modifikasi dari gigi.
 Rongga mulut
Rongga mulut pada burung terdiri atas rahang atas yang merupakan
penghubung antara rongga mulut dan tanduk.
 Faring
Faring (kerongkongan) pada burung berupa saluran pendek, esophagus.
Pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan
sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat.
 Lambung (Ventrikulus)
Lambung(Ventrikulus) pada burung terdiri atas Proventrikulus (lambung
kelenjar) yang banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis.
Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal) yang ototnya berdinding tebal. Pada
burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama

15
makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s
teeth”.
 Intestinum (Usus)
Intestinum( Usus) yang terdapat pada burung terdiri atas usus halus dan usus
tebal yang bermuara pada kloaka. Usus halus pada burung terdiri dari duodenum,
jejunum dan ileum.
b. Kelenjar pencernaan (Glandula Digestoria)
Kelenjar pencernaan burung meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas.
Pada burung merpati tidak terdapat kantung empedu.
Mekanisme sistem pencernaan pada aves, yaitu:
Pada burung Finch pemakan biji, mempunyai paruh kuat disesuaikan secara
khusus untuk memecah biji. Tepinya tajam dan permukaan dalam mempunyai
relung-relung. Pada waktu makan, biji mula-mula masuk ke dalam lambung tetapi
setelah lambung itu penuh, tembolok itu menyalurkan biji ke dalam lambung.
Seperti kebanyakan vertebrata, bagian depan lambung burun gitu berkelanjar dan
menghasilkan protease dalam medium asam. Bagian bawah lambung mengalami
perubahan sebagai rempel dengan dinding otot yang tebal. Permukaan dalam
bersifat seratin dan mempunyai relung-relung. Butir mineral yang tertelan terdapat
diantara relung-relung tersebut dan membantu dalam menggiling makanan.
Berlawanan dengan burung finch, burun ghantu adalah pemangsa, memakan
tikus dan rodentia kecil lainnya yang ditelan secara utuh. Mangsa ditangkap dan
dimatikan dengan cakar dan paruh pendek bengkok yang kuat. Tidak terdapat
tembolok, dan bagian lambung yang berkelenjar berkembang dengan baik.
Empela mengecil menjadi katup yang mencegah rambut dan tulang masuk ke
dalam usus. Usus burung hantu lebih pendek dari pada usus burung finch.
2.6 Sistem Pencernaan Makanan pada Mamalia (Ruminansia)
Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks.
Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan
pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem
pencernaan hewan lain. Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan
ruminansia, tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar)

16
yang besar, berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Di
samping itu, pada hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan
menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum
(perut kitab), dan abomasum (perut masam).

Rumen
Bahan makanan seperti amilum, rumput, gula, urea, dan lemak difermentasi
oleh mikroba menjadi VFA dan gas (CH4, CO2, NH3, H2S) lalu diserap oleh
tubuh. VFA (Volatile Fatty Acid) adalah asam lemak yang mudah menguap
(Asam asetat =60-70%; asam butirat =10-15%, asam propionate = 15-20%). Pada
rumput yang mengandung gula dan karbohidrta, asam asetat menurun dan
propionate meningkat, pada molasses asam asetat menurun dan butirat meningkat.
HCL dari abomasum masuk ke rumen. Dirumen makanan sebagai sumber protein
mikroba akan berubah menjadi vitamin B kompleks dengan bantuan Mo dan Co.
Berbeda dengan protein, lemak makanan di dalam rumen diubah menjadi asam-
asam lemak atau gliserol dengan bantuan hidrolisis mikroba, kemudian diubah
menjadi asam propionate dengan difermentasi, lalu sisa lemaknya masuk kedalam
usus Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan
abomasums 7-8′/o. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot
spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada
hewan ruminansia.

17
Usus Halus/Halus
Ruminansia Pada usus kecil atau usus halus perjalanan sisa makanan
diperlambat di usus halus dengan cepat menjadi hiopotonis terhadap plasma
(disebabkan penurunan cepat konsi Na, Cl, CO2, VFA, dan amonia). Absorbsi air
dilakukan di usus besar.
Karbohidrat struktural
Perombakan karbohidrat struktural (selulosa dan hemiselulosa) oleh bakteri
sebagian besar menghasilkan asam asetat. Bakteri pendegredasi karbohidrat
struktural ini sensitif terhadap kandungan lemak dan tingkat keasaman dalam
rumen. Bahan pakan dengan kandungan lemak yang tinggi atau kondisi rumen
yang terlalu asam dapaat menekan pertumbuhan atau membunih bakteri
pendegredasi selulosa. Kondisi ini dapat menurunkan kecernaan dan konsumsi
pakan oleh ternak. Karbohidrat struktural yang keluar dari rumen kecil
kemungkinan dapat dipecah dalam saluran pencernaan selanjutnya.
Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai
struktur lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses
fermentasi atau pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang
banvak mengandung bakteri. proses fermentasi pada sekum tidak seefektif
fermentasi yang terjadi dilambung. Akibatnya, kotoran kuda, kelinci, dan marmut
lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yaitu pada sekum.
Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi dua kali, yaitu pada lambung dan
sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Adanya bakteri
selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan bentuk simbiosis
mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino. Di samping
itu, bakteri ini dapat ,menghasilkan gas metan (CH4), sehingga dapat dipakai
dalam pembuatan biogas sebagai sumber energi altematif.
Secara umum mekanisme sistem pencernaan makanan hewan mamalia
dimulai dari makanan masuk dari kerongkongan akan masuk rumen yang
berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi
pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase
yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan

18
akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi
gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan
kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan
kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang
memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan
diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih
terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
2.7 Tahapan Utama Melakukan Pencernaan Makanan
Sistem pencernaan memiliki empat komponen lapisan utama, yaitu:
a. Mukosa yang tersusun atas epitelium (yang berfungsi untuk perlindungan,
sekresi, dan absorpsi), lamina propia (jaringan ikat yang menopang epitelium,
sertamengandung pembuluh darah, limfatik, nodulus limfe, dan beberapa
jenis kelenjar), dan muskularis mukosa.
b. Submukosa yang terdiri atas jaringan ikat areolar.
c. Muskularis eksterna yang terdiri dari dua lapisan otot, satulapisan sirkular
dan satu lapisan longitudinal luar (terdiri dari otot rangka di mulut, faring,
dan esofagus atas, serta ototpolos pada saluran selanjutnya.
d. Serosa (adventisia) lapisan keempat dan lapisan paling luar yang juga disebut
peritonum viseral. Lapisan ini terdiri dari membran serosa jaringan ikat
longgar yang dilapisi epitelium skuamosa.
Secara umum saluran pencernaan mempunyai 4 bagian utama yang masing-
masing memiliki fungsi yaitu menerima, menyalurkan dan menyimpan, mencerna
dan mengabsorbsi zat makanan, dan menyerap air dan defekasi (Soewolo, 2000).
Penelanan (ingestion), tindakan memakan, adalah tahapan pertama
pengolahan makanan. Pencernaan (digestion), merupakan tahapan kedua, dimana
pada proses perombakan makanan menjadi molekul-molekul yang cukup kecil
sehingga dapat diserap oleh tubuh. Sebagian besar bahan organik dalam makanan
terdiri atas protein, lemak, dan karbohidrat dalam bentuk pati dan polisakarida
lainnya. Meskipun semua makromolekul tersebut adalah bahan mentah yang
sesuai, hewan tidak dapat menggunakan molekul-molekul itu secara langsung,
dengan dua alasan. Pertama, makromolekul terlalu besar untuk dapat melewati

19
membran dan memasuki sel hewan. Kedua, makromolekul yang menyusun hewan
tidak identik dengan makromolekul yang menyusun makanannya. Akan tetapi,
dalam pembuatan makromolekulnya semua organisme menggunakan monomer
yang sama. Sebagai contoh, kacang kedelai, sapi, dan manusia semuanya merakit
proteinnya dalam 20 asam amino yang sama. Pencernaan akan memotong-motong
makromolekul menjadi monomer penyusunnya, yang kemudian digunakan oleh
hewan untuk membuat molekulnya sendiri. Polisakarida dan disakarida dipecah
menjadi gula sederhana, lemak dicerna menjadi gliserol dan asam lemak, protein
dirombak menjadi asam amino-asam amino, dan asam nukleat diuraikan menjadi
nukleotida.
Dua tahapan terakhir pengolahan makanan terjadi setelah makanan itu
ditelan. Pada tahapan ketiga, penyerapan (absorption), sel-sel hewan akan
mengambil (menyerap) molekul kecil seperti asam amino dan gula sederhana dari
kompartemen pencernaan. Akhirnya, pembuangan (eliminasi) terjadi, ketika
bahan yang tidak tercerna keluar dari saluran pencernaan. Macam dari lambung
antara lain:
Lambung Monogastrik
Pencernaaan makanan secara mekanik dilakukan dengan berbagai cara.
Lambung monogastrik merupakan suatu kantung tunggal dari otot yang kuat, khas
pada vertebrata carnivora, omnivora. Kantung muskular tunggal ini berkontraksi
sehingga mengaduk isinya dengan cairan pencernaan. Lambung beberapa
invertebrata, termasuk insecta yang memiliki kantung luar yang disebut “Gastric-
ceca” (lambung buntu) yang memiliki dinding sel yang dapat mensekresikan
enzim-enzim dan sel-sel fagosit yang meneruskan proses pencernaan setelah
makanan yang telah dicerna sebagian itu ditelan. Dalam sistem pencernaan ini
proses-proses pencernaan dan absorbsi dilakukan dalam “ceca”, dan sisanya
terutama dikaitkan dengan keseimbangan air, elektrolit dan ekskresi nitrogen
(Soewolo, 2000).
Lambung Digastrik
Beberapa burung dan serangga memiliki lambung yang terdiri dari 2 bagian,
yaitu lambung kelenjar dan lambung urat daging yang berotot kuat (gizzard)

20
lambung demikian disebut Lambung Digastrik. Burung sering mengisi lambung
urat dagingnya dengan pasir, kerikir, atau yang memang sengaja ditelan untuk
membantu menggiling biji-bijian yang dimakan. Proventrikulus serangga dan
lambung udang-udangan Decapoda mengandung alat penggiling untuk
mengunyah makanan yang ditelan (Soewolo, 2000).
Lambung Poligastrik
Lambung poligastrik merupakan lambung yang terdiri lebih dari 2 kamar,
dijumpai pada mamalia subordo ruminansia (kijang, menjangan, jerapah, bison,
biri-biri, dsb). Agak mirip dengan lambung poligastrik diluar subordo ini terdapat
pada subordo tylopoda (Onta, lama, alpaca, dsb). Semua kelompok mamalia ini
melakukan memamahbiak, suatu proses pencernaan makanan secara bertahap
(sebagian-sebagian), yang dimulai dengan makanan ditelan tanpa dikunyah,
dimuntahkan untuk dikunyah kembali setelah mengalami fermentasi oleh
mikroorganisme dalam lambung bagian pertama. Cara makan demikian
memungkinkan hewan pemamah biak menelan makanannya secara langsung
selama merumput dan kemudian mengunyahnya pelan-pelan pada saat istirahat
setelah makanan yang dimuntahkan dikunyah, kemudian ditelan kembali. Pada
saat ini makanan masuk kedalam bagian perut kedua untuk dicerna yang kedua,
dimana terjadi proses hidrolisis, dibantu oleh enzim-enzim pencernaan yang
disekresikan oleh dinding lambung (Soewolo, 2000).
Lambung poligastrik Ruminansia memiliki 4 kamar, dipisahkan menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari lumen dan retikulum, 10 kelompok
kedua terdiri dari omasum dan abomasum (lambung sebenarnya). Rumen dan
retikulum bertindak sebagai ruang fermentasi terhadap makanan yang ditelan
tanpa dikunyah selama merumput. Bakteria dan Protozoa dalam ruang ini
berkembang dengan pesat, menyebabkan pencernaan yang ekstensif dari
karbohidrat menjadi butirat, laktat, acetat dan propionat. Hasil fermentasi yang
berupa peptida, asam amino, dan asam lemak rantai pendek diabsorbsi ke dalam
aliran darah dari cairan rumen. Mikroorganisme simbiotik yang tumbuh dalam
rumrn bersama-sama dengan partikel-partikel yang tidak dicerna, masuk ke dalam

21
omasum (pada Tylopoda tidak ada), dan kemudian ke dalam abomasum
(Soewolo, 2000).
Fermentasi dalam lambung tidak terbatas pada hewan memamah biak saja,
tetapi terdapat juga pada hewan-hewan lain yang perjalanan makanannya tertunda
dalam lambung yang memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme simbiotik.
Misalnya terdapat pada lambung kengguru dan tembolok burung seperti ayam
(Soewolo, 2000).
Kondisi fermentasi (pH, N-NH3, dan VFA) di dalam rumen sangat
dipengaruhi oleh jenis pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Komposisi kimia dan
bentuk fisik dari pakan yang dikonsumsi tersebut akan mempengaruhi retensi dan
kecernaan digesta dari rumen dan reticulum. Pakan berserat yang mempunyai
kecernaan rendah akan mengalami perombakan secara perlahan-lahan karena
kontak secara fisik pertama yang berjalan lambat. Kondisi ini mengakibatkan
kerja enzim tertunda dan terjadi retensi di dalam rumen, sehingga hanya partikel
kecil saja yang dapat keluar dari rumen. Digesta dalam rumen akan tinggal lebih
lama bila pakan banyak mengandung serat yang berkadar selulosa tinggi, yang
menunjukkan adanya hubungan antara kecernaan, konsumsi pakan dan waktu
tinggal pakan di dalam rumen (Tomaszewska et al., 1993 dan Soedomo, 1992
dalam Usman, 2013).
Usus Halus
Apabila makanan telah dicerna dalam lambung, kemudian disalurkan ke
dalam usus halus melalui sfingter pirolik, yang terbuka bila gerak peristaltik
lambung memuntahkan isi yang bersifat asam ke dalam segmen pemulaan usus
halus. Usus halus meneruskan pencernaan yang umumnya dalam lingkungan yang
bersifat basa. Daerah usus halus berbeda-beda secara luas diantara kelompok
hewan. Pada hewan yang mempunyai “ceca” yang luas dan mempunyai
percabangan buntu seperti terdapat pada banyak invertebrata, usus tidak
melakukan pencernaan. Di antara vertebrata, carnivora memiliki usus yang lebih
pendek dan sederhana daripada Herbivora (Soewolo, 2000).
Usus halus vertebrata berdasarkan ciri-cirinya, dibagi menjadi tiga bagian
yang berbeda. Pertama, agak pendek disebut duodenum, dindingnya

22
mensekresikan enzim pencernaan dan menerima sekresi dari hati dan pankreas.
Berikut ini adalah jejunum, yang juga mensekresikan cairan pencernaan. Bagian
paling belakang dari usus halus adalah ileum, berfungsi 11 terutama mengabsorbsi
zat-zat makanan hasil pencernaan. Beberapa pencernaan dimulai dalam duodenum
dan jejunum dan diteruskan dalam ileum.
Kerja sekresi epitelium duodenum dibantu oleh sekresi yang diterima dari
hati dan pankreas. Sel-sel inti menghasilkan garam empedu, yang disekresikan ke
duodenum melalui saluran empedu. Cairan empedu sangat penting untuk
mengemulsikan lemak dan menetralkan keasaman makanan dari lambung.
Pankreas merupakan organ eksokrin yang penting, menghasilkan dan
membebaskan cairan pankreas melalui saluran pankreas ke duodenum. Sekresi
pankreas banyak mengandung protease, lipase, dan karbohidrase, yang esensial
untuk pencernaan dalam usus halus pada vertebrata. Cairan pankreas juga penting
dalam menetralkan asam lambung yang masuk ke dalam intestin
Usus halus beberapa hewan mengandung banyak bakteria, protozoa, dan
fungi. Perkembangbiakannya menyambung secara enzimatik pada pencernaan,
dan biasanya kemudian mencerna dirinya sendiri. Satu fungsi penting dari
beberapa simbion usus halus adalah mensintesis vitamin-vitamin esensial
(Soewolo, 2000). e. Epitelium Usus Halus Organisasi umum usus halus
vertebrata. Di sekitar lapisan epitel adalah lapisan otot longitudinal dan sirkuler,
dan lapis paling luas adalah serosa, yaitu jaringan yang melindungi organ-organ
viseral abdomen. Lapisan epitelium melindungi vili yang berbentuk seperti jari-
jari. Epitelium terdiri dari sel-sel goblet yang terletak di antara sel-sel absorptif
kolumnar. Tingginya vili kira-kira 1 mm, dan setiap vili dikelilingi oleh “crypt of
liberkuhn”. Di dalam setiap vilus terdapat suatu jaring-kerja pembuluh darah,
yaitu kapiler-kapiler dan venula-venula, dan suatu jaring kerja pembuluh limfa,
termasuk lakteal tengah. Setiap sel absorbtif mengandung suatu struktur yang
bergaris pada permukaan apikalnya. Ini adalah sikat pembatas, terbuat dari
mikrovili yang tersusun secara rapat, dengan jumlah sekitar beberapa ribu per sel
(2 x 12 per ); masing-masing tingginya 0,5-1,5 μm, besarnya kurang lebih 0,1 μm.
Mikrovili tersembunyi di dalam plasma membran dan terdiri atas filamen aktin

23
yang berinteraksi dengan filamen miosin yang ada pada pangkal setiap mikrovili.
Interaksi ini menghasilkan gerak ritmik dari mikrovili yang membantu
mencampur khim usus (masa setengah cair dari makanan yang dicerna) dekat
permukaan absortif.
Permukaan mikrovili dilapisi oleh glikokaliks, suatu jaringan kerja yang
tebalnya lebih dari 0,3 μm terbuat dari asam mukopolisakharida dan glikoprotein.
Di dalam glikokaliks, air dan lendir terperangkap dalam suatu lapisan tidak
bergerak. Lendir disekresikan oleh sel-sel mukus atau sel goblet yang terletak di
antara sel-sel absortif
Daerah Absorbsi Air dan Eliminasi
Bagian akhir dari suatu saluran pencernaan makanan secara umum berkaitan
dengan pemindahan kelebihan air dari usus, dan pengumpulan bahan makanan
yang tidak tercerna sebelum dikeluarkan sebagai feses melalui anus. Pada
invertebrata, fungsi ini dilakukan terutama oleh usus besar. Pada beberapa insekta,
feses di dalam rektum idubah hampir kering melalui mekanisme khusus untuk
memindahkan air dari isi rektum.
2.8 Adaptasi Evolusioner yang Terdapat pada Sistem Pencernaan
Vertebrata
Adaptasi struktural sistem pencernaan seringkali berkaitan dengan jenis
makanan. Sistem pencernaan mamalia dan vertebrata lain merupakan variasi dari
sebuah rancang bangun yang sama, tetapi terdapat banyak adaptasi yang sangat
menarik, yang seringkali berkaitan dengan jenis makanan hewan itu.
Dentisi (pergigian), susunan geligi hewan, merupakan salah satu contoh
variasi struktural yang mencerminkan jenis makanan.Vertebrata non-mamalia
umumnya memiliki dentisi yang kurang terspesialisasi, namun terdapat
pengecualian yang sangat menarik. Sebagai contoh, ular berbisa, seperti
rattlesnale (ular derik), memiliki gigi taring, yaitu gigi termodifikasi yang
menyuntikkan bisa ke dalam tubuh mangsanya. Beberapa gigi taring itu
berlubang, seperti alat suntik, sementara yang lain meneteskan racunnya di
sepanjang lekukan pada permukaan gigi itu. Ular secara umum memiliki adaptasi
anatomis penting lain yang dikaitkan dengan pengambilan makanan. Rahang

24
bawah bertaut secara longgar dengan tengkorak melalui ligamen elastis yang
memungkinkan mulut dan kerongkongan membuka sangat lebar untuk menelan
mangsa yang besar.
Pada sistem pencernaan vertebrata juga berkorelasi dengan jenis makanan.
Secara umum, herbivora dan omnivora memiliki saluran pencernaan yang lebih
besar, relatif terhadap ukuran tubuhnya, dibandingkan dengan karnivora. Vegetasi
(tumbuhan) lebih sulit dicerna di bandingkan dengan daging karena mengandung
dinding sel. Saluran pencernaan yang lebih panjang akan menyediakan lebih
banyak waktu untuk pencernaan dan lebih banyak luas permukaan untuk
penyerapan nutrien. Satu model kasus adalah katak, yang mengubah jenis
makanan yang di konsumsi setelah mengalami metamorfosis. Kecebong (larva
katak) yang memakan alga memiliki usus melilit yang sangat panjang relatif
terhadap ukuran tubuhnya. Selama metamorfosis, sisa tubuhnya tumbuh lebih
cepat dibandingkan ususnya, sehingga katak dewasa karnivora memiliki usus
yang lebih pendek relatif terhadap ukuran tubuhnya (Reece,2004).

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Pencernaan yang terjadi pada kompatremen khusus hewan meliputi sistem
pencernaan interseluler dan ekstraseluler. Pada sistem pencernaan
interseluler, yaitu vakuola makanan menyatu dengan lisosom yang
merupakan organel yang mengandung enzim hidrolitik. Keadaan ini akan
memungkinkan makanan bercampur dengan enzim sehingga pencernaan
terjadi secara aman di dalam suatu kompartemen yang terbungkus oleh
membran. Contohnya terdapat pada protozoa.
Pada sistem pencernaan ekstraseluler, yaitu pencernaan ekstra seluler terjadi
di dalam kompartemen yang bersambungan melalui saluran – saluran, dengan
bagian luar tubuh hewan. Contohnya adalah hydra.
2. Macam – macam sistem pencernaan makanan yaitu mekanik dan kimiawi.
Pada sistem pencernaan mekanik, pencernaan ini paling banyak terjadi di
dalam rongga mulut dan beberapa bagian/organ tubuh juga melakukan suatu
mekanika yang disebut gerakan peristaltik. Pada sistem pencernaan kimiawi
yaitu proses pencernaan yang membutuhkan zat-zat kimia untuk
menghancurkan makanan maupun mengurai zat-zat penting yang ada dalam
makanan (enzim).
3. Sistem pencernaan makanan pada serangga yakni dimulai dari makanan yang
masuk ke tembolok dialirkan ke dalam empedal atau lambung pengunyah.
Dari empedal, makanan yang telah hancur disalurkan ke lambung. Proses
penyerapan sari makanan berlangsung di dalam lambung. Sisa-sisa
pencernaan ditampung di usus kemudian dibuang melalui anus.
4. Sistem pencernaan makanan pada ikan yakni dimulai dari rongga mulut
(cavum oris). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring
yang terdapat di daerah sekitar insang. Dari kerongkongan makanan di

26
dorong masuk ke lambung, dari lambung, makanan masuk ke usus yang
berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada
anus.
5. Sistem pencernaan makanan pada amphibi yakni makanan masuk ke dalam
mulut.
Di dalam rongga mulut terdapat kelenjar ludah yang menghasilkan ludah
untuk membantu menelan mangsa. Lalu dilanjutkan pada lambung dan terjadi
proses penghancuran dan kemudian diteruskan ke usus halus agar terjadi
proses penyerapan. Dibagian dinding usus halus terdapat pembuluh-
pembuluh darah yang berfungsi untuk menyerap sari-sari makanan. Sisa
makanan dikeluarkan melalui lubang kloaka.
- Sistem pencernaan makanan pada reptil yakni, pada ular berbisa, terdapat
gigi bisa yang tumbuh pada langit-langit mulutnya. Setelah makanan masuk
kedalam rongga mulut yang dikunyah oleh gigi yang berbentuk kerucut,
menuju ke esofagus lalu menuju ke ventrikulus. Kemudian menuju intestinum
lalu bermuara ke anus.
- Sistem pencernaan makanan pada aves yakni pada burung Finch pemakan
biji, mempunyai paruh kuat disesuaikan secara khusus untuk memecah biji.
Pada waktu makan, biji mula-mula masuk ke dalam lambung tetapi setelah
lambung itu penuh, tembolok itu menyalurkan biji ke dalam lambung.
Permukaan dalam bersifat seratin dan mempunyai relung-relung. Butir
mineral yang tertelan terdapat diantara relung-relung tersebut dan membantu
dalam menggiling makanan. Lalu diteruskan ke dalam usus.
6. Sistem pencernaan makanan pada mamalia yakni dari makanan masuk dari
kerongkongan akan masuk rumen, dari rumen, makanan akan diteruskan ke
retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-
gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali
ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan
kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang
memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus

27
akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini
masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
7. Tahapan utama melakukan pencernaan makanan terbagi atas empat bagian
utama yang masing- masing memiliki fungsi yaitu menerima, menyalurkan
dan menyimpan, mencerna dan mengabsorbsi zat makanan, dan menyerap air
dan defekasi.
8. Adaptasi struktural sistem pencernaan berkaitan dengan jenis makanan.
Sistem pencernaan mamalia dan vertebrata lain merupakan variasi dari
sebuah rancang bangun yang sama, tetapi terdapat banyak adaptasi yang
sangat menarik, yang seringkali berkaitan dengan jenis makanan hewan itu.
3.2 Saran
Dari pembahasan tersebut, kiranya para pembaca dapat memberikan saran
dan kritik terhadap makalah ini agar pembuatan makalah selanjutnya lebih baik
lagi.

28

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Ento
    Makalah Ento
    Dokumen28 halaman
    Makalah Ento
    elvira sheila monica
    Belum ada peringkat
  • Makalah ST 11
    Makalah ST 11
    Dokumen13 halaman
    Makalah ST 11
    elvira sheila monica
    Belum ada peringkat
  • Modul II Pengangkutan Air
    Modul II Pengangkutan Air
    Dokumen10 halaman
    Modul II Pengangkutan Air
    elvira sheila monica
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen17 halaman
    Bab I
    elvira sheila monica
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen16 halaman
    Bab I
    elvira sheila monica
    Belum ada peringkat