Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Pengembangan Sumber Daya Manusia

2.1.1. Pengertian Pengembangan

Menurut Komaruddin Sastradipoera (2006:122) sedikitnya ada dua buah

definisi yang menjelaskan arti pengembangan :

a. Pengembangan adalah proses pendidikan jangka panjang yang meliputi

pengajaran dan praktek sistematik yang menekankan pada konsep-konsep

teoritis dan abstrak yang dilakukan oleh para penyelia.

b. Pengembangan mengacu pada hal yang berhubungan dengan penyusunan

staf dan personalia, adalah proses pendidikan jangka panjang yang

menggunakan prosedur yang sistematik dan terorganisasi yang dengan

prosedur itu personalia manajerial mempelajari pengetahuan konseptual

dan teoritis untuk tujuan umum.

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2006:350) pengembangan

(development) mewakili usaha-usaha meningkatkan kemampuan para karyawan

untuk menangani beraneka tugas dan untuk meningkatkan kapabilitas di luar

kapabilitas yang dibutuhkan oleh pekerjaan saat ini.

Menurut Malayu (2000:68) pengembangan adalah suatu usaha untuk

meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai

dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan. Pendidikan

meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan, sedangkan

10

Universitas Sumatera Utara


11

latihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan

karyawan.

Drs. Jan Bella (dalam Hasibuan 2001:70) mengemukakan bahwa

pendidikan dan latihan sama dengan pengembangan yaitu merupakan proses

peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pengembangan adalah suatu

proses usaha untuk meningkatkan kemampuan konseptual, teknis, dan moral

karyawan dalam jangka panjang menggunakan prosedur yang sistematis dan

terorganisir.

2.1.2. Pengertian Sumber Daya Manusia

Hasibuan (2001:244) mengatakan bahwa sumber daya manusia adalah

kemampuan terpadu dari daya pikir dan fisik yang dimiliki individu. Sumber daya

manusia dipandang sebagai kemampuan yang dimiliki manusia untuk

didayagunakan untuk menjalankan suatu organisasi atau urusan sehingga

berdayaguna atau berhasilguna. Sedangkan menurut Almasdi (2006:17) sumber

daya manusia adalah kekuatan daya pikir dan karya manusia yang masih

tersimpan di dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk

dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan masyarakat.

2.1.3. Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia

Menurut Chris Rowley dan Keith Jackson (2012:88) pengembangan

sumber daya manusia adalah sebuah proses yang dilakukan untuk

mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan pekerja, demikian juga

Universitas Sumatera Utara


12

dengan kompetensi-kompetensi yang dikembangkan melalui pelatihan dan

pengembangan, pembelajaran organisasi, manajemen kepemimpinan, dan

manajemen pengetahuan untuk kepentingan peningkatan kinerja.

Tantangan untuk membangun dan melestarikan keunggulan kompetitif

bukanlah tantangan jangka pendek, tetapi merupakan tantangan jangka panjang

yang berkelanjutan. Oleh karena itu, menjadi penting bagi manajemen untuk

menganggap bahwa program pengembangan dan pelatihan merupakan program

yang sama jangka panjang dan berkesinambungnya dengan tantangan tersebut.

Karena itu pula, maka falsafah dan paradigma pengembangan dan pelatihan perlu

dengan segera beradaptasi dengan tantangan tersebut, yakni tantangan jangka

panjang dan strategis (Komaruddin Sastradipoera, 2006:137).

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Sumber Daya

Manusia

Veithzal Rivai (2004:240) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor

yang perlu dipertimbangkan dan berperan dalam pelatihan dan pengembangan :

a) Cost-effectiveness (efektivitas biaya).

b) Materi program yang dibutuhkan.

c) Prinsip-prinsip pembelajaran.

d) Ketepatan dan kesesuaian fasilitas.

e) Kemampuan dan preferensi peserta pelatihan.

f) Kemampuan dan preferensi instruktur pelatihan.

Menurut Hasan, (dalam Jusmaliani 2011:100) untuk memajukan kualitas

sumber daya insani ada tiga dimensi yang harus diperhatikan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


13

1. Dimensi Kepribadian. Dimensi kepribadian menyangkut kemampuan

untuk menjaga integritas, termasuk sikap, tingkah laku, etika, dan

moralitas.

2. Dimensi Produktivitas. Dimensi ini menyangkut apa yang dihasilkan oleh

manusia tadi dalam hal jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih

baik.

3. Dimensi Kreativitas. Dimensi ini menyangkut pada kemampuan seseorang

untuk berpikir dan berbuat kreatif, menciptakan sesuatu yang berguna bagi

dirinya dan masyarakatnya.

2.1.5. Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Menurut Veithzal Rivai (2004:229) tujuan dari pelatihan dan pengembangan

adalah :

a) Untuk meningkatkan kuantitas output;

b) Untuk meningkatkan kualitas output;

c) Untuk menurunkan biaya limbah dan perawatan;

d) Untuk menurunkan jumlah dan biaya terjadinya kecelakaan;

e) Untuk menurunkan turnover, ketidakhadiran kerja serta meningkatkan

kepuasan kerja;

f) Untuk mencegah timbulnya antipati karyawan.

Sedangkan menurut Komarrudin (2006:134) tujuan utama pengembangan

sumber daya manusia itu adalah melaksanakan kegiatan pendidikan bagi sumber

daya manusia yang bekerja dan akan bekerja pada lingkungan industri sehingga

mereka berkualitas dalam arti dapat mengembangkan industri tempat mereka

Universitas Sumatera Utara


14

bekerja, mengembangkan diri mereka masing-masing, dan mengembangkan

lingkungan masyarakat sekitarnya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

antara lain termanifestasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dedikasi,

loyalitas, disiplin, sikap, perilaku, kesadaran, aktivitas, kreativitas, produktivitas,

profesi, hubungan insani, akuntabilitas, semangat korps, dan karier.

Dengan demikian, kegiatan pelatihan dan pengembangan pada dasarnya

dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dari orang-orang yang

mengikuti pelatihan. Perubahan tingkah laku yang dimaksud di sini adalah dapat

berupa bertambahnya pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan perubahan sikap

dan perilaku.

Menurut Malayu Hasibuan (2000:82) indikator yang diukur dari metode

pengembangan yang diterapkan antara lain sebagai berikut:

1) Prestasi kerja karyawan

Apabila prestasi kerja atau produktivitas kerja karyawan setelah mengikuti

pengembangan,baik kualitas maupun kuantiitas kerjanya meningkat , maka berarti

metode pengembangan yang dilakukan baik. tapi jika prestasi kerjanya tetap,

berarti metode pengembangan yang dilakukan kurang baik, jadi perlu diadakan

perbaikan.

2) Kedisiplinan karyawan

Jika kedisiplinan karyawan setelah mengikuti pengembangan semakin

baik, berarti metode pengembangan yang dilakukan baik.tetapi jika kedisiplinan

tidak meningkat berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.

3) Absensi Karyawan

Universitas Sumatera Utara


15

Jika absensi karyawan setelah mengikuti pengembangan menurun, berarti

metode pengembangan yang dilakukan cukup baik.tetapi jika absensi karyawan

tetap berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.

4) Tingkat kerusakan produksi,alat,dan mesin-mesin

Jika tingkat kerusakan produksi, alat, dan mesin-mesin karyawan setelah

mengikuti pengembangan berkurang, berarti metode pengembangan yang

dilakukan baik. Tetapi sebaliknya jika tetap berarti metode pengembangan yang

diterapkan kurang baik.

5) Tingkat kecelakaan karyawan

Tingkat kecelakaan karyawan harus berkurang setelah mereka mengikuti

program pengembangan. Jikatidak berkurang berarti metode pengembangan yang

dilakukan kurang baik jadi perlu disempurnakan.

6) Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu

Jika tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu berkurang, berarti

metode pengembangan yang dilakukan baik. Tetapi sebaliknya jika tetap berarti

metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.

7) Tingkat Kerja Sama

Tingkat kerjasama karyawan harus semakin serasi, harmonis dan baik

setelah mereka mengikuti pengembangan.

8) Tingkat Upah Intensif Karyawan

Jika Tingkat upah intensif karyawan meningkat, berarti metode

pengembangan yang dilakukan baik. Tetapi sebaliknya jika tetap berarti metode

pengembangan yang diterapkan kurang baik.

Universitas Sumatera Utara


16

9) Prakarsa Karyawan

Prakarsa karyawan harus meningkat setelah mengikuti metode

pengembangan yang dilakukan tidak meningkat atau tetap berarti metode

pengembangan itu kurang baik. Dalam hal ini karyawan diharapkan dapat bekerja

mandiri serta bisa mengembangkan kreativitasnya.

10) Kepemimpinan dan Keputusan Manajer

Kepemimpinan dan keputusan yang ditetapkan oleh manajer setelah

mengikuti pengembangan harus semakin baik , kerja sama semakin serasi, sasaran

yang dicapai semakin besar, ketegangan berkurang serta kepuasan kerja karyawan

meningkat. Kalau hal di atas tercapai, berarti metode pengembangan yang

dilaksanakan baik.

2.1.6. Metode Pengembangan Sumber Daya Manusia

Untuk mencapai tujuan dari program pengembangan dan pelatihan maka

metode pengembangan harus dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan dan

kemampuan karyawan perusahaan dan dapat dikembangkan oleh perusahaan.

Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dalam arti sempit yaitu untuk meningkatkan keahlian dan

kecakapan manajer memimpin para bawahannya secara efektif (Malayu Hasibuan,

2000:80). Sedangkan pelatihan menurut Gary Dessler (2006:280) adalah metode

yang digunakan untuk memberikan karyawan baru atau yang ada saat ini dengan

keterampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan.

2.1.6.1. Pelatihan

Universitas Sumatera Utara


17

Malayu Hasibuan (2000:76) memaparkan beberapa metode pelatihan diantaranya

adalah :

1) On The Job Training

On The Job Training atau disebut juga dengan pelatihan dengan instruksi

pekerjaan sebagai suatu metode pelatihan dengan cara para pekerja atau

calon pekerja ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang riil, di bawah

bimbingan atau supervisi dari pegawai yang telah berpengalaman atau

seorang supervisor.

2) Vestibule

Pelatihan yang dilakukan di dalam kelas menggunakan peralatan yang

sama dengan situasi sebenarnya dalam melakukan pekerjaan. Cara ini

memungkinkan adanya transfer, repetisi, dan partisipasi serta material

perusahaan bermakna dan umpan balik.

3) Demonstration and Example

Demonstration and Exampleadalah metode latihan yang dilakukan dengan

cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu

pekerjaan melalui contoh atau percobaan yang didemonstrasikan.

4) Simulation

Simulasi merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip

mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan

saja.

5) Apprenticeship

Universitas Sumatera Utara


18

Metode ini adalah salah satu cara untuk mengembangkan keahlian

pertukangan sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat

mempelajari segala aspek dari pekerjaan.

6) Classroom Methods

Metode pertemuan dalam kelas yang meliputi pengajaran, rapat, program

instruksi, metode studi kasus, role playing, metode diskusi, dan metode

seminar.

2.1.6.2. Metode pendidikan

1) Training methods atau classroom methods

Training methods merupakan latihan di dalam kelas yang juga dapat

digunakan sebagai metode pendidikan karena manajer adalah juga

karyawan.

2) Under Study

Adalah teknik pengembangan yang dilakukan dengan praktek langsung

bagi seseorang yang dipersiapkan untuk menggantikan jabatan atasannya.

3) Job Rotation and Planned Progression

Tujuannya memberikan karyawan pengetahuan yang luas terhadap semua

bagian pada perusahaan bersangkutan, sehingga tidak canggung dalam

kepemimpinannya.

4) Coaching and Counseling

Metode pendidikan dengan cara atasan mengajarkan dan mendiskusikan

keahlian dan keterampilan kerja kepada bawahannya.

Universitas Sumatera Utara


19

5) Junior Board of Executive or Multiple Management

Merupakan suatu komite penasihat tetap yang terdiri dari calon-calon

manajer yang ikut memikirkan atau memecahkan masalah-masalah

perusahaan untuk kemudian direkomendasikan kepada manajer lini.

6) Committee Assignment

Yaitu komite yang dibentuk untuk menyelidiki, mempertimbangkan,

menganalisis, dan melaporkan suatu masalah kepada pimpinan.

7) Business Games

Merupakan pengembangan yang dilakukan dengan diadu untuk bersaing

memecahkan masalah tertentu.

Menurut Hasibuan (2000 :75) bahwa proses atau langkah-langkah

pendidikan dan pelatihan hendaknya dilakukan dengan memperhatikan sasaran,

kurikulum, sarana, peserta, pelatih, pelaksanaan.

a. Sasaran. Penetapan sasaran harus didasarkan kepada kebutuhan jabatan

atau pekerjaan dari karyawan yang bersangkutan. Apakah untuk

meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis mengerjakan

pekerjaan ataukah untuk meningkatkan kecakapan memimpin.

b. Kurikulum atau mata pelajaran. Kurikulum harus ditetapkan secara

sistematis, jumlah jam pertemuan, metode pengajaran, dan sistem

evaluasinya harus jelas agar sasaranp pengembangan itu optimal.

c. Sarana. Penyediaan tempat dan alat-alat harus didasarkan pada prinsip

ekonomi serta berpedoman pada sasaran pengembangan. Misalnya tempat

Universitas Sumatera Utara


20

pengembangan hendaknya strategis, tenang, nyaman, dan tidak

mengganggu lingkungan.

d. Peserta. Menetapkan syarat-syarat dan jumlah peserta yang dapat

mengikuti pengembangan. Peserta pengembangan sebaiknya mempunyai

latar belakang yang relative homogen dan jumlahnya ideal, supaya

kelancaran pengembangan terjamin.

e. Pelatih. Pengangkatan pelatih harus berdasarkan kemampuan objektif

(teoritis dan praktis) bukan berdasarkan kepada kawan atau saudara.

f. Pelaksanaan. Proses belajar-mengajar harus diakhiri dengan ujian atau

evaluasi untuk mengetahui sasaran pengembangan tercapai atau tidak.

2.2.Kinerja

2.2.1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah salah satu aspek penting yang digunakan untuk mengukur

pegawai dalam bekerja. Dengan melakukan kinerja dengan baik akan memberikan

manfaat bagi perusahaan untuk mengevaluasi hasil yang diperoleh perusahaan.

Umpan balik yang diberikan pegawai atas kinerjanya akan memungkinkan

manajer untuk merencanakan pengembangan karier, pelatihan dan pengembangan,

peningkatan gaji, promosi, dan keputusan lainnya.

Menurut Stolovitch dan Keeps (dalam Rivai dan Basri 2005:14) kinerja

merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian

serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta. Sedangkan menurut Hersey

dan Blanchard (dalam Rivai dan Basri 2005:15) kinerja merupakan suatu fungsi

Universitas Sumatera Utara


21

motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang

harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu.

Pengertian kinerja pegawai menurut Simamora (2005:120) adalah tingkat

terhadap mana para pegawai mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2001), definisi kinerja pegawai adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Moeheriono (2009:60) menyatakan bahwa kinerja merupakan gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan

dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan

melalui perencanaan strategis suatu organisasi.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah

seperangkat hasil yang dicapai karyawan dalam suatu program kegiatan atau

kebijakan dalam mewujudkan sasaran atau tujuan organisasi sesuai dengan

prosedur dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2006:378)

mengemukakan bahwa kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan

meliputi elemen sebagai berikut :

a) Kuantitas dari hasil

b) Kualitas dari hasil

c) Ketepatan waktu dari hasil

d) Kehadiran

e) Kemampuan bekerja sama

Universitas Sumatera Utara


22

Mengingat pentingnya sumber daya manusia diantara faktor produksi

lainnya. Perusahaan melakukan peningkatan kinerja melalui pelatihan dan

pengembangan untuk mencapai target kinerja yang diinginkan perusahaan.

Kinerja karyawan yang efektif akan membuat perusahaan dapat berkompetisi di

dalam persaingan yang ketat.

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2006:113) menyatakan

bahwa ada tiga faktor utama yang memengaruhi bagaimana individu yang ada

bekerja, yaitu:

a) Kemampuan individual untuk melakukan pekerjaan tersebut

b) Tingkat usaha yang dicurahkan

c) Dukungan organisasi

Menurut model mitra-lawyer (dalam Moeheriono, 2009:61) kinerja

individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1) Harapan mengenai imbalan

2) Dorongan

3) Kemampuan

4) Kebutuhan dan sifat

5) Persepsi terhadap tugas

6) Imbalan internal dan eksternal

7) Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja

Universitas Sumatera Utara


23

Menurut Moeheriono (2009:94) keberhasilan suatu kinerja akan sangat

tergantung dan ditentukan oleh beberapa aspek dalam melaksanakan pekerjaan,

antara lain kejelasan peran (role clarity), tingkat kompetensi (competencies),

keadaan lingkungan (environment) dan faktor lainnya seperti nilai (value), budaya

(culture), kesukaan (preference), imbalan dan pengakuan (rewards and

recognition).

2.2.3. Penilaian Kinerja, Manfaat, Tujuan, dan Fungsinya

Kinerja merupakan faktor penting untuk mengevaluasi setiap karyawan

dalam perusahaan. Evaluasi kinerja biasanya dilakukan setahun sekali. Evaluasi

tahunan memberikan kesempatan kepada manajer untuk mengkaji kemajuan

dalam jangka panjang perusahaan.

Menurut Rivai dan Basri (2005:55) manfaat penilaian kinerja yaitu:

a) Manfaat bagi karyawan yang dinilai

1) Meningkatkan motivasi

2) Meningkatkan kepuasan kerja

3) Adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan mereka

4) Umpan balik dari kinerja lalu yang akurat dan konstruktif

5) Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih besar

6) Pengembangan perencanaan untuk meningkatkan kinerja dengan

membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal

mungkin

7) Adanya kesempatan untuk berkomunikasi ke atas

Universitas Sumatera Utara


24

8) Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi

9) Kesempatan untuk mendiskusikan permasalahan pekerjaan dan

bagaimana mereka dapat mengatasinya

10) Suatu pemahaman jelas dari apa yang diharapkan dan apa yang perlu

untuk dilaksanakan untuk mencapai harapan tersebut

11) Adanya pandangan yang lebih jelas tentang konteks pekerjaan

12) Kesempatan untuk mendiskusikan cita-cita dan bimbingan apapun,

dorongan atau pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi cita-cita

karyawan

13) Meningkatkan hubungan yang harmonis dan aktif dengan atasan.

b) Manfaat bagi Penilai

1) Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecenderungan

kinerja karyawan untuk perbaikan manajemen selanjutnya.

2) Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum tentang

pekerjaan individu dan departemen yang lengkap.

3) Memberikan peluang untuk mengembangkan sistem pengawasan baik

untuk pekerjaan manajer sendiri, maupun pekerjaan dari bawahannya.

4) Identifikasi gagasan untuk peningkatan tentang nilai pribadi

5) Peningkatan kepuasan kerja

6) Pemahaman yang lebih baik terhadap karyawan, tentang rasa takut,

rasa grogi, harapan dan aspirasi mereka.

Universitas Sumatera Utara


25

7) Kesempatan untuk menjelaskan tujuan dan prioritas penilai dengan

memberikan pandangan yang lebih baik terhadap bagaimana mereka

dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada perusahaan.

8) Meningkatkan rasa harga diri yang kuat diantara manajer dan juga

para karyawan, karena telah berhasil mendekatkan ide dari karyawan

dengan ide dari para manajer

9) Sebagai media untuk mengurangi kesenjangan antara sasaran individu

dengan sasaran kelompok atau sasaran departemen SDM atau sasaran

perusahaan

10) Kesempatan bagi manajer untuk menjelaskan kepada karyawan apa

yang sebenarnya diinginkan perusahaan dari para karyawan sehingga

para karyawan dapat mengukur dirinya, menempatkan dirinya dan

Berjaya sesuai harapan dari manajer

11) Sebagai media untuk meningkatkan interpersonal relationship atau

hubungan antar pribadi karyawan dengan manajer

12) Dapat sebagai sarana meningkatkan motivasi bagi karyawan dengan

lebih memusatkan perhatian kepada mereka secara pribadi.

13) Merupakan kesempatan berharga bagi manajer agar dapat menilai

kembali apa yang telah dilakukan sehingga ada kemungkinan merevisi

target atau menyusun prioritas baru.

14) Bisa mengidentifikasi kesempatan untuk rotasi atau perubahan tugas

karyawan.

c) Manfaat bagi Perusahaan

Universitas Sumatera Utara


26

1) Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan karena:

a. Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan perusahaan dan

nilai budaya perusahaan

b. Peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas

c. Peningkatan kemampuan dan kemauan manajer untuk

menggunakan keterampilan atau keahlian memimpinnya untuk

memotivasi karyawan dan mengembangkan kemauan dan

keterampilan karyawan.

2) Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang

dilakukan oleh masing-masing karyawan

3) Meningkatkan kualitas komunikasi

4) Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan

5) Meningkatkan keharmonisan hubungan dalam pencapaian tujuan

perusahaan.

6) Peningkatan segi pengawasan melekat dari setiap kegiatan yang

dilakukan oleh karyawan

7) Harapan dan pandangan jangka panjang dapat dikembangkan

8) Untuk mengenali lebih jelas pelatihan dan pengembangan yang

dibutuhkan.

9) Kemampuan menemukenali setiap permasalahan

10) Sebagai sarana penyampaian pesan bahwa karyawan itu dihargai

oleh perusahaan

Universitas Sumatera Utara


27

11) Kejelasan dan ketepatan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang diperlukan karyawan, sehingga perusahaan dapat tampil

prima

12) Budaya perusahaan menjadi mapan

13) Karyawan yang potensial dan memungkinkan untuk menjadi

pimpinan perusahaan atau sedikitnya yang dapat dipromosikan

menjadi lebih mudah terlihat, mudah diidentifikasikan, mudah

dikembangkan lebih lanjut, dan memungkinkan peningkatan

tanggung jawab secara kuat

14) Penilaian kinerja akan menjadi salah satu sarana yang paling utama

dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

Tujuan dan Fungsi manajemen kinerja menurut Moeheriono (2009:113)

adalah sebagai berikut:

a. Kinerja karyawan bisa dikelola secara efektif dan efisien agar kinerja

karyawan selalu meningkat.

b. Terjadi proses komunikasi timbal balik antara penilai dan yang dinilai

sehingga dapat mengeliminasi berbagai kemungkinan konflik yang akan

timbul.

c. Terjadi serangkaian proses perencanaan, pembimbingan,

pendokumentasian, dan reviu kinerja terintegrasi.

d. Mendorong motivasi dan meningkatkan komitmen karyawan untuk lebih

maju

e. Timbulnya input dalam perencanaan penggantian jabatan.

Universitas Sumatera Utara


28

f. Memberikan masukan kepada perusahaan perihal kinerja seluruh

karyawan sebagai dasar untuk menentukan strategi perusahaan.

2.2.4. Indikator Kinerja

Menurut Moeheriono (2009:80) pada umumnya, ukuran indikator kinerja

dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori berikut ini :

a. Efektif. Indikator ini mengukur derajat kesesuaian output yang dihasilkan

dalam mencapai sesuatu yang diinginkan. Indikator mengenai efektivitas

ini menjawab pertanyaan tentang apakah kita melakukan sesuatu yang

sudah benar.

b. Efisien. Indikator ini mengukur derajat kesesuaian proses menghasilkan

output dengan menggunakan biaya serendah mungkin. Indikator mengenai

efektivitas menjawab pertanyaan mengenai apakah kita melakukan sesuatu

dengan benar.

c. Kualitas. Indikator ini mengukur derajat kesesuaian antara kualitas produk

atau jasa yang dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan konsumen.

d. Ketepatan waktu. Indikator ini mengukur apakah pekerjaan telah

diselesaikan secara benar dan tepat waktu. Untuk itu, perlu ditentukan

kriteria yang dapat mengukur berapa lama waktu yang seharusnya

diperlukan untuk mencapai tujuan.

e. Produktivitas. Indikator ini mengukur nilai tambah yang dihasilkan oleh

suatu proses dibandingkan dengan nilai yang dikonsumsi untuk biaya

modal dan tenaga kerja.

Universitas Sumatera Utara


29

f. Keselamatan. Indikator ini mengukur kesehatan organisasi secara

keseluruhan serta lingkungan kerja para pegawainya ditinjau dari aspek

keselamatan.

Dalam mengevaluasi kinerja manajer harus dapat mendapatkan hasil atau

laporan kinerja yang cepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang

diprioritaskan. Terlalu banyak indikator yang dijadikan penilaian akan membuat

perhatian manajer menjadi tidak fokus dalam menentukan hal-hal yang

diprioritaskan di perusahaan. Oleh karena itu perusahaan atau organisasi harus

membatasi jumlah indikator yang penting-penting saja agar dapat membantu

manajer mengetahui hal apa saja yang perlu untuk diperbaiki dan akhirnya akan

meningkatkan kinerja dimasa depan. Namun demikian, organisasi tertentu dapat

mengembangkan kategori masing-masing yang sesuai dengan misinya.

2.3.Hubungan Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja

Karyawan

Memiliki karyawan yang berpotensi tinggi tidaklah menjamin bahwa

mereka akan berhasil. Mereka harus mengetahui apa yang Anda ingin lakukan

dan bagaimana Anda ingin mereka melakukannya. Bila tidak, mereka akan

melakukan pekerjaan itu dengan cara mereka, bukan cara Anda. Atau mereka

akan berimprovisasi, atau lebih buruk, tidak melakukan hal yang produktif (Gary

Dessler, 2006:280).

Pembinaan dan pengembangan karyawan baru atau lama dalam

perusahaan adalah salah satu kegiatan dalam rangka menyesuaikan diri dengan

Universitas Sumatera Utara


30

perubahan dan perkembangan karyawan. Karena itu perlu dilakukan penilaian atas

pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh karyawan atau disebut dengan penilaian

kinerja atau penilaian prestasi kerja (Veithzal Rivai, 2004:307).

Tuntutan dan perubahan zaman yang cepat dan signifikan mengharuskan

karyawan untuk selalu mengikuti program pengembangan sumber daya manusia

agar dapat bersaing dan mengikuti perkembangan zaman. Program pengembangan

yang ideal adalah program yang dapat meningkatkan kinerja karyawan secara

berkesinambungan. Ukuran kinerja yang tinggi dapat dinilai melalui manajemen

penilaian kinerja yang dilakukan departemen personalia perusahaan.

Pengembangan sumber daya manusia bertujuan untuk menciptakan

sumber daya yang sesuai dengan tujuan dan tata cara organisasi dalam melakukan

proses pencapaian target yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja masing-

masing individu dalam organisasi. Jika pengembangan sebelumnya adalah positif

maka pengembangan selanjutnya bertujuan untuk mempertahankan atau lebih

meningkatkan lagi kinerja perusahaan secara umum. Sedangkan jika

pengembangan sebelumnya adalah negatif maka pengembangan selanjutnya

adalah untuk membuat perbaikan pada metode yang digunakan selanjutnya.

Gambar 1. Hubungan Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja

Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kinerja

Universitas Sumatera Utara


31

2.4.Hipotesis

Menurut Azuar Juliandi (2013:122) hipotesis merupakan dugaan,

kesimpulan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah

dirumuskan di dalam rumusan masalah sebelumnya. Adapun jenis hipotesis yang

dikemukakan penulis adalah hipotesis asosiatif. Hipotesis asosiatif adalah

rumusan sementara yang berusaha menjawab permasalahan penelitian yang

bersifat menghubungkan variabel yang satu dengan yang lain (Supriyanto

2009:91). Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pengembangan

sumber daya manusia terhadap kinerja karyawan Bank Syariah Mandiri.

Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengembangan

sumber daya manusia terhadap kinerja karyawan Bank Syariah Mandiri.

2.5.Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:37). Untuk memberikan batasan yang

jelas tentang penelitian yang akan dilakukan, maka penulis mendefinisikan

konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Pengembangan sumber daya manusia adalah proses untuk meningkatkan

berbagai kemampuan, baik kemampuan teoritis dan umum, maupun

kemampuan teknis dan operasional karyawan Bank Syariah Mandiri

Cabang Medan melalui pendidikan dan pelatihan untuk mempersiapkan

Universitas Sumatera Utara


32

suatu tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan

organisasi.

2. Kinerja pegawai adalah hasil kerja, prestasi yang dapat dicapai seseorang

atau sekelompok orang dalam jangka waktu tertentu pada Bank Syariah

Mandiri Cabang Medan dalam hal efektifitas ,efisiensi, kualitas, ketepatan

waktu, dan kehadiran yang telah dilaksanakan sesuai dengan wewenang

dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan

organisasi.

3. Pengaruh pengembangan sumber daya manusia terhadap kinerja pegawai

adalah untuk memperbaiki, meningkatkan pengetahuan pegawai dari segi

kemampuan teoritis dan kemampuan teknis melalui pendidikan dan

pelatihan, dan transfer akan meningkatkan hasil kerja pegawai dalam hal

kualitas, kuantitas, ketepatan waktu, dan kehadiran.

2.6.Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur yang memberitahukan bagaimana

mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui

indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel-variabel

tersebut (Singarimbun, 1995:46).

1. Pengembangan sumber daya manusia sebagai variabel bebas (X) dapat

diukur melalui indikator sebagai berikut :

Pendidikan dan Pelatihan yaitu metode untuk meningkatkan keahlian dan

kecakapan manajer memimpin para bawahannya secara efektif ataupun

untuk karyawan baru atau yang ada saat ini dengan keterampilan yang

Universitas Sumatera Utara


33

mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan subindikator sebagai

berikut :

a. Sasaran. Penetapan sasaran harus didasarkan kepada kebutuhan

jabatan atau pekerjaan dari karyawan yang bersangkutan. Apakah

untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis

mengerjakan pekerjaan ataukah untuk meningkatkan kecakapan

memimpin.

b. Kurikulum atau mata pelajaran. Kurikulum harus ditetapkan secara

sistematis, jumlah jam pertemuan, metode pengajaran, dan sistem

evaluasinya harus jelas agar sasaranp pengembangan itu optimal.

c. Sarana. Penyediaan tempat dan alat-alat harus didasarkan pada

prinsip ekonomi serta berpedoman pada sasaran pengembangan.

Misalnya tempat pengembangan hendaknya strategis, tenang,

nyaman, dan tidak mengganggu lingkungan.

d. Peserta. Menetapkan syarat-syarat dan jumlah peserta yang dapat

mengikuti pengembangan. Peserta pengembangan sebaiknya

mempunyai latar belakang yang relative homogen dan jumlahnya

ideal, supaya kelancaran pengembangan terjamin.

e. Pelatih. Pengangkatan pelatih harus berdasarkan kemampuan

objektif (teoritis dan praktis) bukan berdasarkan kepada kawan

atau saudara.

Universitas Sumatera Utara


34

f. Pelaksanaan. Proses belajar-mengajar harus diakhiri dengan ujian

atau evaluasi untuk mengetahui sasaran pengembangan tercapai

atau tidak.

2. Kinerja variabel (Y) dapat diukur dengan indikator sebagai berikut:

a. Efektif. Indikator ini mengukur derajat kesesuaian output yang

dihasilkan dalam mencapai sesuatu yang diinginkan. Indikator

mengenai efektivitas ini menjawab pertanyaan tentang apakah kita

melakukan sesuatu yang sudah benar.

b. Efisien. Indikator ini mengukur derajat kesesuaian proses

menghasilkan output dengan menggunakan biaya serendah mungkin.

Indikator mengenai efektivitas menjawab pertanyaan mengenai apakah

kita melakukan sesuatu dengan benar.

c. Kualitas. Indikator ini mengukur derajat kesesuaian antara kualitas

produk atau jasa yang dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan

konsumen.

d. Ketepatan waktu. Indikator ini mengukur apakah pekerjaan telah

diselesaikan secara benar dan tepat waktu. Untuk itu, perlu ditentukan

kriteria yang dapat mengukur berapa lama waktu yang seharusnya

diperlukan untuk mencapai tujuan.

e. Kehadiran. Jumlah kegiatan yang dihadiri karyawan dalam masa kerja

organisasi.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai