Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Komposisi Gastropoda di Ekosistem Mangrove Pantai Rebo


Komposisi gastropoda di kawasan mangrove Pantai Rebo, Kabupaten
Bangka yang telah ditanami bakau sejak tahun 2016 dapat dilihat pada
Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
20
18
18
16
14
Jumlah (Individu)

12
10
8
6 6
6
4
2
2
0
Physidae Bursidae Fasciolaridae Naticidae
Famili yang Ditemukan

Gambar 4.1 Famili Gastropoda pada Plot 1

30 28

25
Jumlah (Individu)

20

15

10
6
5 4 4
2 2

0
Physidae Ancylidae Bursidae Cassidae Naticidae Fasciolaridae
Famili yang ditemukan

Gambar 4.2 Famili Gastropoda pada Plot 2

20
Berdasarkan Gambar 4.1 dan Gambar 4.2, komposisi gastropoda di
kawasan Pantai Rebo, Kabupaten Bangka memiliki kelimpahan famili yang
cukup tinggi. Hal ini mengacu pada area tersebut yang merupakan kawasan
reklamasi tambang timah yang menyebabkan perubahan bentang alam dan
kondisi edafik serta kandungan nutrisi dalam substrat pasir menjadi lebih
buruk (Zulkifli et al., 2009). Akibatnya, hanya sebagian kecil hewan dan juga
tumbuhan yang bisa bertahan dengan kondisi tersebut. Dalam upaya
rehabilitasi lahan pasca tambang, PT TIMAH (Persero) Tbk melakukan
penanaman tanaman bakau di lahan seluas 1,5 Ha dengan jarak tanam antar
pohon masing-masing 2x2 meter pada tahun 2016 silam. Menurut Naldi et
al., (2015) setidaknya untuk kebanyakan jenis tanaman bakau, memiliki
waktu sekitar 5-10 tahun untuk menjadi pohon dan memiliki akar dengan
cabang yang banyak (Molles, 2008). Hal ini terbukti dengan kondisi tanaman
bakau yang ditanam dengan jangka waktu satu tahun kondisinya masih
berupa perdu hingga pancang. Kondisi vegetasi yang demikian sangat
berpengaruh pada keberadaan gastropoda yang ada di sekitarnya (Hilsenhoff,
1998).
Hasil pengamatan pada plot 1 dengan substrat didominasi oleh pasir
ditemukan 4 famili gastropoda yaitu famili physidae, naticidae, bursidae, dan
fasciolaridae. Jumlah individu paling banyak ditemukan adalah dari famili
fasciolaridae dengan 18 individu dan jumlah individu paling sedikit
ditemukan berasal dari famili bursidae yaitu 2 individu. Berdasarkan hasil
analisis dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
diperoleh angka 1,0162, indeks dominansi Simpson sebesar 1,108, dan indeks
kemerataan sebesar 0,733.
Plot 2 dengan substrat didominasi oleh pasir bercampur lumpur
ditemukan 6 famili gastropoda yaitu famili physidae, naticidae, bursidae,
ancylidae, cassidae, dan fasciolaridae. Jumlah individu paling banyak
ditemukan adalah dari famili fasciolaridae dengan 28 individu dan jumlah
individu paling sedikit ditemukan berasal dari famili bursidae dan naticidae
yaitu 2 individu. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan indeks

21
keanekaragaman Shannon-Wiener diperoleh angka 1,265, indeks dominansi
Simpson sebesar 0,406, dan indeks kemerataan sebesar 0,706. Menurut
Maguran (1987) nilai H’ yang diperoleh berlaku untuk makhluk hidup yang
memiliki ciri hidup sesil atau cenderung tidak berpindah tempat, seperti
tumbuhan dan pada lingkungan tanpa gangguan (Birmingham et al., 2005).
Berdasarkan hasil analisis data yang dihasilkan, keanekaragaman pada plot 2
dengan substrat didominasi oleh pasir dan lumpur lebih tinggi dari pada plot
1. Hal ini dapat terjadi akibat keberadaan nutrisi dalam substrat pasir yang
bercampur lumpur lebih tinggi (Stilling, 2008). Keberadaan material organik
tersebut akan berguna untuk tumbuhan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Hal ini juga dibuktikan dengan kondisi tanaman bakau
yang ditanam lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan tanaman pada
substrat berpasir (Leal, 2006). Keberadaan vegetasi tersebut akan menarik
hewan untuk hidup disekitarnya sehingga keanekaragaman gastropoda yang
hidup di plot substrat pasir berlumpur lebih tinggi.
Triathi et al. (2009) melaporkan bahwa tanah area pasca tambang
memiliki kandungan logam berat yang lebih tinggi dari lahan produktif biasa.
Hal ini akan menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan berimbas pada
vegetasi yang dapat hidup di daerah tersebut menjadi terbatas pada tanaman
yang mampu bertahan pada lingkungan tersebut. Cemaran logam berat
tersebut meliputi Pb, Sn. Wilson dan Gibbons (2009) menyatakan bahwa area
pantai yang sebelumnya menjadi lahan tambang akan kembali pada ekosistem
klimaks dalam kurun waktu 10-15 tahun apabila dilakukan penanaman sesuai
dengan kode etik reklamasi sesuai dengan PERMEN LH. Apabila dibiarkan
secara alami menurut Dewi (2013) dibutuhkan waktu sekitar 50-75 tahun
untuk bisa mencapai ekosistem klimaks.

4.2 Hubungan Mikroklimat, Edafik, dan Komposisi Gastropoda di


Ekosistem Mangrove Pantai Rebo
Ambalika et al. (2012) melaporkan bahwa Wilayah Pantai Rebo,
Kabupaten Bangka memiliki karakteristik iklim mikro seperti pada wilayah

22
khatulistiwa. Suhu udara rata-rata yang tinggi 28,7-33oC, kelembaban udara
rata-rata relatif rendah 10-23%, dengan intensitas cahaya yang sangat terik
yaitu antara 11300-28600 lux. Kondisi mikroklimat yang demikian membuat
tipe fauna yang hidup di lingkungan tersebut memiliki kemampuan untuk
mengatur panas tubuhnya dengan baik. Kondisi edafik Pantai Rebo,
Kabupaten Bangka terdiri atas suhu rata-rata tanah 28,7oC, kemudian pH
7,85, dan kandungan timbal (Pb) 0,118 mg/mL (Ambalika et al., 2012).
Ditunjang dengan kondisi edafik yang demikian menjadikan tipe vegetasi dan
juga fauna yang hidup di sekitar menjadi bervariasi. Kandungan timbal (Pb)
pada lahan tersebut berada di atas batas baku kandungan timbal yakni 0,008
mg/mL yang berarti menunjukkan bahwa terdapat cemaran limbah di sekitar
area tersebut (Warwick, 1993).
Oleh karena itu, tipe vegetasi dan fauna yang hidup pada daerah ini
dihuni oleh beberapa organisme yang toleran akan cemaran logam berat
khususnya oleh logam timbal (Pb). Sebagai contoh dari data yang dihasilkan
ditemukan famili fasciolaridae yang mampu hidup di kondisi lingkungan
asam dan juga tercemar limbah logam. Jumlah individu fasciolaridae yang
ditemukan pada area penelitian pun menjadi yang terbanyak (dapat dilihat
pada Lampiran A dan Lampiran B). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
kemungkinan bahwa kawasan Pantai Rebo, Kabupaten Bangka ini tercemar
oleh limbah logam berat akibat dari kegiatan pertambangan yang telah
dilakukan sebelumnya (Rahayu et al., 2015). Di area ini juga ditemukan
spesies ikan glodok dalam jumlah besar. Ikan glodok (Periophthalmodon
schlosseri) sensitif terhadap logam berat seperti Cu, Fe, Zn, Cd, dan Pb. Ikan
glodok dapat menghasilkan enzim AchE (acetylcholinesterase) untuk
mengakumulasikan logam berat ke dalam insang, kulit, dan juga sistem
pencernaan. Jumlah ikan glodok yang besar ini mengindikasikan kandungan
logam berat yang tinggi terutama Pb pada sekitar plot penelitian (Ambalika
et al., 2012).

23
Gambar 4.3 & 4.4 Individu famili Fasciolaridae

Vegetasi yang diperoleh dari plot 1 dan plot 2 adalah tiga spesies bakau
yang ditanam dengan pola yang seragam. Komposisi vegetasi yang
melingkupi wilayah tersebut akan memengaruhi komposisi fauna yang hidup
di sekitarnya khususnya gastropoda (Astrini et al., 2013). Beberapa famili
gastropoda memiliki kecenderungan untuk hidup pada vegetasi yang spesifik
untuk bisa hidup dengan optimal (Creed, 2011). Famili naticidae sering
disebut dengan ancestor dari kehidupan gastropoda lainnya. Hal ini terjadi
karena famili naticidae memiliki sifat kosmopolitan yang dapat hidup bebas
di area-area yang mengalami proses suksesi. Sesuai dengan data hasil
pengamatan diperoleh kecocokan antara keanekaragaman gastropoda dan
bakau dimana keanekaragaman tertinggi terdapat pada plot dengan substrat
pasir berlumpur. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti kondisi
substrat yang memungkinkan untuk tersedianya nutrisi yang lebih baik,
salinitas dan irigasi air yang lebih baik.
Pada plot dengan substrat pasir, tanaman bakau yang ditanam belum
menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini dapat terjadi karena
kondisi edafik yang minim nutrisi dan juga tingkat daya tampung air yang
kecil, sehingga tanaman bakau yang ditanam hanya bisa hidup namun sulit
untuk tumbuh dan berkembang (Creed, 2011). Akibat kondisi vegetasi yang
seperti itu, fauna-fauna yang hidup di sekelilingnya menjadi lebih sedikit
karena sumber daya yang tersedia tidak banyak.
Pola persebaran gastropoda pada Wilayah Pantai Rebo, Kabupaten
Bangka adalah berkelompok. Menurut Nybakken (2000) pola persebaran

24
gastropoda di wilayah pesisir pada umumnya adalah berkelompok. Pola
persebaran berkelompok umumnya terjadi karena adanya variasi faktor
lingkungan seperti ketersediaan nutrisi, jenis substrat, asosiasi dengan spesies
lain, suhu, salinitas, pH, dan kandungan oksigen sehingga suatu spesies
cenderung untuk mencari habitat yang sesuai dengan batas toleransinya
terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut. Selain itu, pola persebaran
berkelompok juga terjadi karena adanya kecenderungan berdasarkan usia,
kepentingan memijah, melindungi diri dan tidak adanya kompetisi yang
tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya rehabilitasi kawasan Pantai Rebo,
Kabupaten Bangka oleh PT. TIMAH (Persero) Tbk dibantu dengan pihak
masyarakat agar ekosistem Pantai Rebo kembali stabil.
Upaya yang dapat dilakukan PT TIMAH (Persero) Tbk dalam
meningkatkan kualitas reklamasi area Pantai Rebo, Kabupaten Bangka
diantaranya adalah pengecekan kondisi mikroklimat, edafik, dan kualitas air
untuk data awal monitoring selanjutnya dan dilakukan secara rutin setiap
bulan. Hal ini penting dilakukan untuk melihat fluktuasi kondisi mikroklimat
dan edafik yang merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan
reklamasi area Pantai Rebo, Kabupaten Bangka. Kondisi mikroklimat dan
edafik memberikan pengetahuan langkah yang tepat dalam penanganan
lahan, tipe vegetasi yang cocok ditanam, serta aktivitas reklamasi
berkelanjutan meliputi pemantauan dan monitoring selanjutnya. Pengecekan
kondisi vegetasi dan kelimpahan fauna yang hidup di area setiap tahun. Hal
ini penting untuk dilakukan untuk melihat laju pertumbuhan vegetasi serta
presentasi keberhasilan proses reklamasi yang telah dilakukan. Sosialisasi
kepada masyarakat sekitar pantai untuk menjaga dan merawat area reklamasi
agar tetap lestari. Proses pemulihan lahan kritis tidak bisa berlangsung dengan
baik tanpa adanya dukungan dan partisipasi masyarakat. Upaya ini sangat
penting untuk dilakukan agar masyarakat mampu memahami kegiatan
reklamasi yang dilakukan PT TIMAH (Persero) Tbk dan ikut berpartisipasi
aktif dalam menjaga lingkungan bersama-sama dengan pihak perusahaan
ataupun dengan masyarakat lainnya.

25

Anda mungkin juga menyukai