Anda di halaman 1dari 13

NURSING CARE OF INTEGUMENTARY SYSTEM

PALIATIVE CARE
KELOMPOK 2

OLEH

FRISKY LABAGAS ARDELA (135070218113015)

HARDIKA AURUM PRATIWI (135070207113013)

HANIFAH IRMA RITMADIANI (135070207113011)

LINTANG DIAH YUNIARTI (135070218113029)

NAURAH RIFDAH (135070207113007)

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014
DAFTAR ISI

Halaman judul ........................................................................................................................ i

Daftar Isi ................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah…………………………………………………………………... 1
B. Tujuan………………………………………………………………………………. 1

BAB II ISI MAKALAH……………………………………………………………………. 2

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….. 9
B. Saran……………………………………………………………………………….... 9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..... 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian palliative care menurut beberapa teori?
2. Apa tujuan dari palliative care?
3. Apakah lingkup kegiatan palliative care?
4. Aspek aspek medikkolegal dalam palliative care?
5. Apa saja prinsp-prinsip dalam palliative care?
6. Apa saja layanan palliative care?
B. Tujuan
1. Memenuhi tugas NC Integumen mengenai materi melanosom

1
BAB II

ISI MAKALAH

A. Pengertian Paliative Care Menurut Beberapa Teori


perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identi fikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial
dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002)
Pengobatan dan keperawatan palliatif adalah spesialisasi yang diakui dan
fokusnya adalah meredakan gejala pada orang yang penyakitanya tidak dapat
disembuhkan. Intervens mungkin mencakup tndakan bedah, kemoterapi, dan kontrol
gejla. Menurut World Health Organization(WHO1990).

Palliative Care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan,penilaian sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah lain,
fisik, psikososial dan spiritual (kemenkes RI Nomor 812, 2007)

Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 kualitas hidup pasien adalah keadaan
pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang
dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi dari kualitas hidup. Dimensi
dari kualitas hidup yaitu Gejala fisik, Kemampuan fungsional (aktivitas), Kesejahteraan keluarga,
Spiritual, Fungsi sosial, Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan), Orientasi
masa depan, Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri, Fungsi dalam bekerja.

Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 Palliative home care adalah pelayanan
perawatan paliatif yang dilakukan di rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas
bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif.

2
B. Tujuan Paliative Care
Perawatan palliative memiliki focus pada peredaman rasa sakit, gejalaserta stress
akibat penyakit kritis seperti kanker stadium lanjut.Ini merupakan perawatan medis yang
dapat membantu meminimalisir penderitaan serta meningkatkan kualitas hidup pasien
yang mengalami penyakitkritis yang mengancam keberlangsungan hidupnya, seperti
kanker stadium lanjut.

Perawatan paliatif dapat dilakukan segera setelah jelas bahwaterapi bersifat


paliatif samapai pasien meninggal. Perawatan ini mencakup perawatan holistik bagi
pasien dan keluarganya, serta pemberian informasi terkini sehingga mereka dapat
memutuskan diana akan meninggal. Jumlh orang yang dapat dirawat oleh keluarga dan
temannya meningkat. Peawatan spesialis berlanjut setelah kematian asien sampai anggota
keluarga yang berduka telah memulai proses pemuliha. Perawatan paliatif merupakan
kombinasi unik dukungan di rumah sakit, hospice, day-centre (tempat perawatan lansia
dan orang gangguan jiwa), dan di rumah, masing-masing memenuhi kebutuhan individual
pasien dan keluarganya (keilangan,berduka,nyeri, muntah)

C. Ruang Lingkup Kegitan Paliative Care


Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan
keluhan fisik lain, asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social, dukungan
kultural dan spiritual, dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan /rawat
rumah. (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).

Perawatan plliatif meliputi :

 Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya


 Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai pross yang norml
 Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian
 Mengintegrasikan aspek-aspek psikologisdan spiritual perawatan pasien
 Tidak mempercepat atau memperlmbat kematian

3
 Meredakan nyeri dan gejala fisiklain yang mengganggu
 Menawarkan sistem pendukung untuk membntu keluarga menghadai penyakit pasien
dan kehilangan mereka

D. Aspek medikolegal dalam Paliative Care


Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif : pasien harus
memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif melalui, komunikasi yang
intensif dan berkesinambungan antara tim perawatan paliatif dengan pasien dan keluarganya.
Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran pada dasarnya dilakukan
sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Meskipun pada umumnya
hanya tindakan kedokteran (medis) yang membutuhkan informed consent, tetapi pada
perawatan paliatif sebaiknya setiap tindakan yang berisiko dilakukan informed consent. Baik
penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien sendiri apabila ia masih
kompeten, dengan saksi anggota keluarga terdekatnya. Waktu yang cukup agar diberikan
kepada pasien untuk berkomunikasi dengan keluarga terdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak
kompeten, maka keluarga terdekatnya melakukannya atas nama pasien.

Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan atau


pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa yang harus atau boleh atau tidak
boleh dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya kemudian menurun (advanced directive).
Pesan dapat memuat secara eksplisit tindakan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, atau
dapat pula hanya menunjuk seseorang yang nantinya akan mewakilinya dalam membuat
keputusan pada saat ia tidak kompeten. Pernyataan tersebut dibuat tertulis dan akan dijadikan
panduan utama bagi tim perawatan paliatif.
Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan paliatif dapat
melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan informasi dapat diberikan pada kesempatan
pertama.
Resusitasi/ Tidak resusitasi pada pasien paliatif. Keputusan dilakukan atau tidak
dilakukannya tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim
Perawatan paliatif..Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat pasien
memasuki atau memulai perawatan paliatif. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak
menghendaki resusitasi, sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat

4
keputusan telah dipahaminya. Keputusan tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan (advanced
directive) atau dalam informed consent menjelang ia kehilangan kompetensinya. Keluarga
terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan tidak resusitasi, kecuali telah
dipesankan dalam advanced directive tertulis. Namun demikian, dalam keadaan tertentu dan atas
pertimbangan tertentu yang layak dan patut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota keluarga
terdekat dapat dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.

Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi sesuai
dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila pasien berada dalam tahap terminal dan
tindakan resusitasi diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidupnya
berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut. (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).

Perawatan pasien paliatif di ICU:


Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan-ketentuan umum
yang berlaku sebagaimana diuraikan di atas. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan
paliatif harus mengikuti pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life-
supporting. (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).

Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif:


Tim Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Pimpinan
Rumah Sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan di rumah pasien. Pada dasarnya tindakan
yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan yang
memperhatikan keselamatan pasien tindakan-tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga
kesehatan non medis yang terlatih. Komunikasi antara pelaksana dengan pembuat kebijakan harus
dipelihara. (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007)

E. Prinsip-prinsip Paliative Care


Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasient dan keluarga pasien,
Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan accses yang competent dan compassionet,
Mengembangkan professional dan social support untuk palliative care, Melanjutkan serta
mengembangkan palliative care melalui penelitian dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52)

5
F. Layanan Paliative Care
 Cancer Pain Management
Sekitar seperempat dari pasien yang menderita kanker stadium lanjut mengalami rasa
sakit yang luar biasa.Rasa sakit ini sering sulit untuk dikendalikan. Kadangkala
pengobatan yang bertujuan untuk meredam rasa sakit ini bisa menyebabkan banyak efek
samping.Tim spesialis hadir untuk membantu dan menangani bagaimana caranya untuk
mengurangi rasa sakit akibat kanker, serta membantu meminimalisir efek samping akibat
obat-obatan.
 Discharge & Home Care Planning
Pasien dengan kanker stadium lanjutakan menjadi sangat lemah dan membutuhkan
perhatian lebih dari yang biasanya di rumah. Tim spesialis dapat mengevaluasi kondisi
pasien serta menentukan perawatan serta peralatan apa saja yang akan dibutuhkan pasien
di rumah. Mereka juga akan menghubungkan layanan-layanan yang diperlukan untuk
memberikan perawatan serta peralatan di rumah.
Untuk pasien Parkway Cancer Centre yang kondisinya terlalu lemah untuk mengunjungi
kami di klinik, kami bisa mengkoordinasikan kunjungan kerumah.
 Advance Care Planning
Advance Care Planning (ACP) adalah sebuah konsep baru yang mulai populer di
Amerika Serikat dan Australia. Tim spesialis dapat membantu pasien untuk
merencanakan dan mendokumentasikan keinginan pasien akan pengobatan medisnya,
dan menunjuk seseorang yang dapat mengganti kan pasien dalam mengambil keputusan
di masa yang akan datang.
 End-of-life Care
Pasien dengan kanker stadium lanjut bisa menderita beragam gejala pada masa-masa
akhir hidupnya.Gejala-gejala ini bisa membuat pasien beserta anggota keluarga merasa
tertekan. Tim spesialis dapat membantu dalam mengatasi gejala-gejala ini sehingga
pasien merasa lebih nyaman di tempat ia dirawat.

6
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 812/Menkes/SK/VII/2007
TENTANG
KEBIJAKAN PERAWATAN PALIATIF
LINGKUP KEGIATAN PERAWATAN PALIATIF
1. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
2. Penatalaksanaan nyeri.
3. Penatalaksanaan keluhan fisik lain
4. Asuhan keperawatan
5. Dukungan psikologis
6. Dukungan social
7. Dukungan kultural dan spiritual
8. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).

G. PALLIATIVE CARE PLAN


Melibatkan seorang partnership antara pasien, keluarga, orang tua, teman sebaya
dan petugas kesehatan yang professional, Suport phisik, emosinal, pycososial, dan
spiritual khususnya, melibatkan pasien pada self care, pasien memerlukan atau
membutuhkan gambaran dan kondisi (kondisi penyakit terminalnya) secara bertahap,
tepat dan sesuai, Menyediakan diagnostic atau kebutuhan intervensi terapeutik guna
memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan dari pasien dan keluarga
(Doyle, Hanks and Macdonald, 2003: 42)
H. PERAN SPIRITUAL DALAM PALLIATIVE CARE
Beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis dalam agama dan
keyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam penyakit fisik yang
serius Profesional kesehatan memberikan perawatan medis menyadari pentingnya pasien
dalam memenuhi 'kebutuhan spiritual dan keagamaan. (Woodruff , 2004: 1)

7
Sebuah pendekatan kasihan kebutuhan ini meningkatkan kemungkinan pemulihan
Sebuah pendekatan kasihan kebutuhan ini meningkatkan kemungkinan pemulihan atau
perbaikan. Dalam contoh terburuk, ia menawarkan kenyamanan dan persiapan untuk
individu melalui proses traumatis penyakit terakhir sebelum kematian. (Doyle, Hanks and
Macdonald, 2003 :101)

Studi pasien dengan penyakit kronis atau terminal telah menunjukkan insiden
tinggi depresi dan gangguan mental lainnya. Dimensi lain adalah bahwa tingkat depresi
adalah sebanding dengan tingkatkeparahan penyakit dan hilangnya fungsi agunan.
Sumber depresi seperti sering berbaring dalam isu-isu yang berkaitan dengan spiritualitas
dan agama. Pasien di bawah perawatan paliatif dan dalam keadaan seperti itu sering
mempunyai keprihatinan rohani yang berkaitan dengan kondisi mereka dan mendekati
kematian. (Ferrell & Coyle, 2007: 848)

Spiritual dan keprihatinan keagamaan dengan pasien biasa bergumul dengan isu-
isu sehari-hari penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dengan orang tua dan mereka
yang menghadapi kematian yang akan datang. Kekhawatiran semacam itu telah diamati
bahkan pada pasien yang telah dirawat di rumah sakit untuk serius tetapi non-terminal
penyakit. (Ferrell & Coyle, 2007: 52). Studi lain telah menunjukkan bahwa persentase
yang tinggi dari pasien di atas usia 60 menemukan hiburan dalam agama yang memberi
mereka kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi, sampai batas tertentu, dengan
kehidupan.

Agama kekhawatiran di sakit parah mengasumsikan berbagai bentuk seperti


hubungan seseorang dengan Allah, takut akan neraka dan perasaan ditinggalkan oleh
komunitas keagamaan mereka. Sering menghormati dan memvalidasi individu dorongan
agama dan keyakinan adalah setengah pertempuran ke arah menyiapkan mereka untuk
suatu 'baik' kematian (Ferrell & Coyle, 2007: 1171

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan paliative care di atas kami bisa menyimpulkan bahwa
kegiatan paliative care ini difokuskan pada pemenuhan kebutuhan holistik yaitu
bio,psiko,sosio, spiritual terutama psiko dan spiritual dari perawat secara langsung
dan dukungan dari keluarga dan orang- orang terdekatnya. Tujuan sebenarnya
adalah untuk mengurangi stressor agar tidak menjadi pemacu karsinogen sehingga
menyebabkan pertumbuhansel yang tidak normal.

Dalam paliative care ini perawat juga mengajarkan pasien secara mandiri
dengan massage, terapi mediasi, relaksasi dan lainya yang merupakan asuhan
keperawatan untuk menekan nyeri dan stressor. . Dimensi lain adalah bahwa
tingkat depresi adalah sebanding dengan tingkatkeparahan penyakit dan hilangnya
fungsi agunan. Sumber depresi seperti sering berbaring dalam isu-isu yang
berkaitan dengan spiritualitas dan agama. Pasien di bawah perawatan paliatif dan
dalam keadaan seperti itu sering mempunyai keprihatinan rohani yang berkaitan
dengan kondisi mereka dan mendekati kematian. (Ferrell & Coyle, 2007: 848)
Dalam hal ini tentu kita menyadari sebagai perawat bahwa di samping
perawatan bio yang kita terapkan juga perlu psiko dan spiritual untuk menunjang
kesembuhan pasien. Diharapkan dari paliative care ini pasien penderita kankerdan
penyakit terminal lain bisa mengontrol kondisi mentalnya sehingga tidak
memperparah kondisi pasien dan bisa membantu kualitas hidup pasien.

B. Saran

Perawat palliative merupakan hal pokok yang harus ada dalam sebuah rumah
sakit. Hal ini dilakukan untuk mendukung pasien yang menderita penyakit terminal
sehingga dapat mengurangi stress,cemas dan depresi. Pelayanan palliative care
seharusnya dapat menekankan pada pelayanan pasien secara aspek holistik. Palliative
care juga dilakukan pada anak-anak dengan pelayanan yang khusus karena pada anak-
anak memiliki mental yang lemah.

DAFTAR PUSTAKA

 http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/
 http://www.parkwaycancercentre.com/id/services/palliative-medicine/
 Andry Hatono, 2009, Churchill Livingston’s Mini Encyclopaedia of Nursing –
Jakarta:EGC

 Arnold Dorothee,1998 , Spiritual Care and Palliative Care: Opportunities and Challeges
for Pastoral Care, WWW. Who.int/cancer/Palliative/definition/en/ diambil pada tanggal
11 Januari 2010
 Doyle, Hanks and Macdonald, 2003. Oxford Textbook of Palliative Medicine. Oxford
Medical Publications (OUP) 3 rd edn 2003

 Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd ed. New
York, NY: Oxford University Press

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan


Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Perawatan Paliatif adalah perawatan terpadu yang bertujuan untuk menolong penderita
memiliki kualitas hidup yang baik sampai akhir hayatnya melalui pendampingan yang
juga bersifat holistik.

2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat


inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat rumah.

Anda mungkin juga menyukai