Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DO Meter
DO Meter atau Dissolved Oxygen Meter adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur kadar oksigen terlarut dalam air. Dissolved oxygen merupakan
salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Katoda dan anoda yang
direndam dalam larutan elektrolit digunakan sebagai elektroda atau probe oksigen
pada DO meter. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukan jumlah oksigen yang tersedia dalam suatu badan air. Kualitas air
yang bagus dapat diindikasikan dengan nilai DO yang besar, sebaliknya nilai DO
yang semakin rendah dapat diindikasikan bahwa air tersebut telah tercemar
(Wirakusumah, 2003).

Gambar 2.1 DO meter


(Sumber: Wirakusumah, 2003)
2.2 Botol Winkler
Botol Winkler digunakan untuk pemeriksaan kimia air. Pemeriksaan kimia
biasanya adalah pemeriksaan DO. Cara menutup Botol Winkler harus
diperhatikan dengan baik. Botol winkler harus tertutup dengan rapat, sehingga
tidak ada udara yang masuk (Michael, 1995).

Gambar 2.2 Botol Winkler


(Sumber: Michael, 1995)
2.3 Mistar
Mistar banyak dibuat dari bahan plastik, besi, dan kayu. Mistar didefiniskan
sebagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran panjang. Mistar
mempunyai ketelitian ukur sampai 1 mm. Fungsi dari mistar adalah untuk
mengukur benda-benda dalam bidang datar sengan dimensi kecil (Annisa, 2010).

Gambar 2.3 Mistar


(Sumber: Annisa, 2010)
2.4 Neraca Ohauss
Neraca Ohauss adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram.
Prinsip kerja neraca Ohauss yaitu beban yang disetimbangkan dengan massa
benda yang akan diukur. Benda yang akan ditimbang diletakkan di atas piringan,
kemudian beban disetimbangkan dengan benda. Massa benda dapat diketahui dari
penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah
neraca dalam keadaan setimbang. Neraca Ohauss terdiri atas tiga batang skala
yaitu batang pertama berskala ratusan gram, batang kedua berskala puluhan gram,
dan batang ketiga berskala satuan gram (Basuki, 1998).

Gambar 2.4 Neraca Ohauss


(Sumber: Basuki, 1998)
2.5 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk pengukuran panjang, tebal,
kedalaman lubang, dan diameter luar maupun diameter dalam suatu benda. Jangka
sorong memiliki dua rahang yaitu rahang tetap yang dilengkapi dengan skala
utama dan rahang sorong yang dilengkapi dengan skala nonius. Jarak dua skala
yang saling berdekatan adalah 0,1 cm, sementara skala nonius mempunyai
panjang 9 mm yang terbagi menjadi 10 skala dengan tingkat ketelitian yang
berbeda-beda pada setiap jangka sorong. Hasil pengukuran jangka sorong
berdasarkan angka pada skala utama ditambah angka pada skala nonius yang
dihitung dari nol sampai dengan garis skala nonius yang berimpit dengan garis
skala utama. Metode penggunaannya yaitu objek yang akan diukur panjang atau
diameter akan dijepit diantara dua penjepit yang ada pada jangka sorong,
kemudian hasil pengukuran dibaca dengan teliti (Basuki, 1998).

Gambar 2.5. Jangka Sorong


(Sumber: Basuki, 1998)
2.6 Surber Net
Surber Net adalah jaring yang digunakan untuk pengambilan benthos pada
perairan yang berarus kurang dari 40 cm. Waktu yang dibutuhkan untuk sampling
dengan surber net sekitar 10 menit untuk mendapatkan benthos. Sistem kerja alat
surber net seperti jaring yaitu surber net diletakkan dialiran sungai yang memiliki
arus. Metode penggunaan dengan mengunci ujung dari surber net dan menarik
perlahan di permukaan air sehingga menghasilkan benthos dari perairan tersebut
(Haddy, 1989).
Gambar 2.6 Surber Net
(Sumber: Haddy, 1989)
2.7 Ponar Grab
Ponar grab digunakan sebagai alat pengambil sampel sedimen yang biasa
dipakai pada perairan berarus deras dan dasar perairan yang keras seperti pasir,
batu kerikil, dan lumpur. Ponar grab juga dapat digunakan dalam aliran, danau,
kolam air, dan lautan. Ponar grab dibuat dari baja yang tidak berkarat dengan
lengan-lengan seng yang berlapis baja dan berat. Metode penggunaannya dengan
cara ponar grab diletakkan pada dasar perairan, kemudian tombol pengunci alat
ini akan otomatis terlepas sehingga sedimen perairan yang terkandung benthos
dan seresah didalamnya dapat terambil (Tatang, 2006).

Gambar 2.7 Ponar Grab


(Sumber: Tatang, 2006)
2.8 Refraktometer
Refraktometer merupakan alat yang digunakan sebagai alat ukur kadar atau
konsentrasi bahan terlarut seperti gula, garam, protein, dan sebagainya. Prinsip
kerja dari refraktometer dengan memanfaatkan refraksi cahaya. Pengukurannya
didasarkan atas prinsip bahwa cahaya yang masuk melalui prisma cahaya hanya
bisa melewati bidang batas antara cairan dan prisma kerja dengan suatu sudut
yang terletak dalam batas-batas tertentu yang ditentukan oleh sudut batas antara
cairan dan alas. Metode penggunaan refraktometer dengan diteteskan sampel air
yang akan diketahui salinitasnya, kemudian dilihat ditempat bercahaya maka akan
tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih. Garis batas antara kedua bidang
tersebut yang menunjukkan salinitas air. Satuan dari refraktometer adalah permil
(Basuki, 1998).

Gambar 2.8 Refraktometer


(Sumber: Basuki, 1998)
2.9 pH pen
pH pen adalah alat analisis air yang digunakan untuk mengukur tingkat
keasaman larutan di dalam air. Kadar asam air merupakan salah satu faktor
penentu utama kelangsungan biota air di dalam suatu perairan. Pengunaan pH pen
harus dilakukan proses kalibrasi terlebih dahulu. Cara penggunaan pH pen adalah
memasukkan pH pen ke dalam wadah berisi sampel air yang akan diuji. Pada saat
di celupkan ke dalam air skala akan bergerak acak, tunggu hingga angka tersebut
berhenti. Hasil akan terlihat di display digital (Annisa, 2010).

Gambar 2.9 pH Pen

(Sumber: Annisa, 2010)

2.10 Conductivity meter

Conductivity meteradalah alat untuk mengukur nilai konduktivitas listrik


suatu larutan atau cairan. Sistem Conductivity meter tersusun atas dua electrode
yang dirangkaikan dengan sumber tegangan serta sebuah ampermeter. Elektrode-
elektode tersebut diatur sehingga memiliki jarak tertentu diatur sehingga memiliki
jarak antara keduanya. Kedua electrode ini dicelupkan ke dalam sampel larutan
dan diberi tegangan dengan besar tertentu. Nilai arus listrik yang dibaca oleh
ampere meter digunakan untuk menghitung nilai konduktivitas larutan.
Konduktivitas suatu larutan akan sebanding dengan konsentrasi ion-ion dalam
larutan tersebut.

Gambar 2.10 Conductivity Meter


(Sumber: Hana, 2015)

2.11 Termometer
Termometer merupakan alat yang digunakan untuk pengukuran suhu udara di
ruangan. Komponen termometer yaitu air raksa. Hasil pengukuran termometer
ditandai dengan naik dan turunnya air raksa. Metode penggunaan termometer
yaitu bagian atas termometer dipegang tetapi bagian tengah dan bawah
termometer tidak boleh tersentuh karena bisa memengaruhi hasil pengukuran.
Termometer ini dapat membaca suhu setelah beberapa menit sampai menunjukkan
suhu yang stabil hingga raksa pada posisi yang tetap (Suwardjo, 2008).

Gambar 2.11 Termometer


(Sumber: Suwardjo, 2008)
2.12 Sling Psychrometer
Sling psychrometer merupakan alat yang digunakan untuk pengukuran
kelembaban udara di atmosfer. Sling psychrometer terdiri dari dua termometer
yaitu termometer bola basah dan termometer bola kering yang diletakkan dalam
tabung anti radiasi matahari dan tabung aliran udara. Nilai kelembaban dihitung
dari perbedaan temperatur di antara kedua termometer. Metode penggunaannya
dengan cara Sling psychrometer diputar secara konstan selama dua menit di atas
kepala, setelah kain pada termometer sudah dibasahi dengan air (Tatang, 2006).

Gambar 2.12 Sling Psychrometer


(Sumber: Tatang, 2006)
2.13 Plankton Net
Plankton net digunakan sebagai alat untuk sampling dengan objek plankton.
Plankton net merupakan jaring dengan mesh yang disesuaikan dengan plankton.
Penggunaan jaring plakton selain praktis juga sampel yang diperoleh cukup
banyak. Plankton net biasa terbuat dari nilon, umumnya berbentuk kerucut dengan
berbagai ukuran, tetapi rata-rata panjang jaring adalah 4-5 kali diameter mulutnya.
Jaring berfungsi sebagai penyaring air serta plankton yang berada didalamnya
(Basuki, 1998).

Gambar 2.13 Plankton Net


(Sumber: Tatang, 2006)
2.14 Calipers
Calipers digunakan sebagai alat ukur diameter pohon. Skala pada calipers
tidak memiliki skala setengah maupun seperempat sehingga dapat dengan mudah
dipraktikan untuk langsung dibaca skala yang ada. Penggunaan calipers yaitu
calipers dilingkarkan pada pohon yang akan diukur, sehingga terlihat angka yang
terletak pada lingkaran tengah calipers. Angka tersebut menunjukkan diameter
dari pohon (Basuki, 1998).

Gambar 2.14 Calipers


(Sumber: Basuki, 1998)
2.15 Lux Meter
Lux meter merupakan alat ukur yang digunakan untuk pengukur intensitas
cahaya. Alat ini terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel.
Sensor tersebut diletakkan pada sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya.
Sensor yang digunakan pada alat ini adalah photo diode. Sensor ini termasuk
dalam jenis sensor cahaya. Sensor cahaya adalah sensor yang mendeteksi
perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang
mengenai suatu daerah tertentu. Hasil dari pengukuran yang dilakukan akan
ditampilkan pada layar panel. Pembacaan hasil pada Lux Meter dibaca pada layar
panel yang format pembacaannya memakai format digital (Haddy, 1989).

Gambar 2.15 Lux Meter


(Sumber: Haddy, 1989)
2.16 Mesh
Mesh adalah ukuran dari jumlah lubang suatu jarring atau kassa pada luasan
1 inch persegi. Jaring atau kassa yang bisa dilalui oleh material padat. Ukuran
mesh banyak digunakan pada proses penghalusan suatu bahan padatan, yang
ukurannya besar sebelum dihaluskan. Pabrik semen, tepung makanan, industri
metalurgi, pabrik powder,dan kosmetik menggunakan ukuran mesh pada proses
produksinya (Soemarwoto, 2001).

2.17 Ember Besar


Ember Besar terbuat dari plastik. Fungsi Ember besar digunakan pada
praktikum analisis plankton. Kapasitas ember besar sebesar 10 liter. Air pada
ember dimasukkan pada plankton net. Pengambilan air dilakukan sebanyak 10
kali. (Wirakusumah, 2005)

Gambar 2.17 Ember Besar


(Sumber: Khairun, 2013)
2.18 Pipet Volume
Pipet volume terdiri dari gelas jenis soda jernih yang mempunyai kapasitas
0,5 - 100 mL. Bentuk dari pipet volume adalah seperti pipa pada umumnya
dimana pada bagian ujungnya meruncing dan menggelembung pada bagian
tengahnya. Fungsi pipet volume adalah agar volume cairan dapat dipindahkan
dengan teliti. Pipet volume dilengkapi dengan garis ukur untuk mengetahui
jumlah volume yang dibutuhkan (Wirakusumah, 2005)
Gambar 2.18 Pipet Volume
(Sumber: Khairun, 2013)
2.19 Roll Meter
Roll Meter merupakan alat ukur panjang yang dapat digulung dengan
panjang 25 – 50 meter. Ketelitian pengukuran dengan roll meter sampai 0,5 mm.
Roll Meter biasanya dibuat dari plastik atau pelat besi tipis. Umumnya alat ukur
dibuat dalam dua satuan ukuran metrik yaitu dalam satuan meter dan inchi yang
mana harus mengikuti ukuran standar yang berlaku (Basuki, 1998).

Gambar 2.19 Roll Meter


(Sumber: Basuki, 1998)
2.20 Water Sampler
Water Samplermerupakan alat pengambil sampel air baik air tawar maupun
air laut. Alat ini berbentuk tabung dengan berbagai fasilitas pendukungnya yaitu
karet penutup tabung, karet pengikat antar penutup, tali pengancing penutup saat
terbuka, penjepit tali pengait, pembuka penjepit, selang udara, penjepit selang
udara, dan selang pengambilan air dalam tabung. Prinsip kerja Water Sampler
adalah kedua penutup tabung terikat dengan karet penarik sehingga dapat
membuka tabung. Pemberat yang dilepaskan dari atas membuka pengancing
sehingga tabung akan tertutup. (Michael, 1995)
Gambar 2.20 Water Sampler
(Sumber: Michael, 1995)
2.21 Labu Erlenmeyer
Labu Erlenmeyer terbuat dari jenis gelas boroksilat. Labu Erlenmeyer
mempunyai kapasitas ukuran volume dari 25 - 2000 mL. Labu Erlenmeyer ada
yang dilengkapi dengan tutup dan tanpa tutup. Labu Erlenmeyer tanpa tutup
digunakan untuk titrasi dengan pengocokan lemah hingga sedang, sedangkan
Labu Erlenmeyer dengan tutup digunakan untuk mencampurkan reaksi dengan
pengocokkan kuat (Wirakusumah, 2005).

Gambar 2.21 Labu Erlenmeyer


(Sumber: Khairun, 2013)
2.22 Monte
Monte atau beads merupakan sebutan pada benda-benda yang realtif kecil,
dilubangi pada bagian tengah dan pada umumnya diuntai atau dironce dengan
benang tali. Monte dikenal sebagai salah satu aksesoris yang indah dan unik.
Monte digunakan sebagai simulasi pada percobaan estimasi populasi di praktikum
ekologi umum. Bahan dasar monte beragam, namun yang digunakan untuk
percobaan berbahan dasar plastik (Bawono, 2008).
Gambar 2.22 Monte
(Sumber: Bawono,2008)
2.23 Secchi Disk
Secchi disk adalah alat sederhana yang digunakan sebagai pengukur
intensitas cahaya pada perairan. Secchi disk ini berupa lempengan berbentuk
cakram yang diberi 4 arsiran warna hitam dan putih pada permukaan cakram.
Kedalaman air dimana piringan tidak tampak dan tampak oleh penglihatan adalah
pembacaan dari secchi disk. Metode penggunaan secchi disk yaitu dengan
diletakkan secchi disk pada permukaan air sampai warna putih dari piringannya
tidak tampak, kemudian tali dipegang mulai permukaan air dan diukur dari
permukaan air sampai batas secchi disk (Linsley, 1989).

Gambar 2.23 Secchi Disk


(Sumber: Linsley, 1989)
2.24 Teropong Binokuler
Teropong binokuler sebagian besar ditujukan untuk dipegang menggunakan
kedua tangan. Teropong binokuler digunakan untuk mengamati obyek-obyek yang
jauh dipermukaan bumi. Teropong ini akan menghasilkan bayangan yang nampak
lebih jelas, lebih dekat dan tidak terbalik. Teropong binokuler terdiri dari tiga
lensa positif dan salah satunya berfungsi sebagai pembalik bayangan (Annisa,
2010).
Gambar 2.24 Teropong Binokuler
(Sumber: Annisa,2010)
2.25 Teropong Monokuler
Teropong monokuler memiliki dua buah lensa cembung yaitu sebagai lensa
objektif (dekat dengan benda) dan lensa okuler (dekat dengan mata). Berkas
cahaya dari sekitar objek datang berupa sinar sejajar. Bayangan yang dibentuk
lensa obyektif bersifat nyata, diperkecil, dan terbalik pada bidang fokus lensa
objektif. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif ini kemudian menjadi benda
bagi lensa okuler (Annisa, 2010).

Gambar 2.25 Teropong Monokuler


(Sumber: Annisa, 2010)
2.26 Buret
Buret berbentuk silinder. Bentuk buret dibedakan atas ujung keran lurus dan
buret dengan keran bengkok. Buret mempunyai kapasitas 1 - 100 mL dengan
pembagian skala 0,01 - 0,2 m. Buret dogunakan pada proses titrasi dengan
memberikan tetes demi tetes sejumlah volume larutan yang diketahui dengan teliti
(Wirakusumah, 2005).
Gambar 2.26 Buret
(Sumber: Khairun, 2013)
2.27 Statif
Statif terbuat dari logam. Statif digunakan untuk menegakkan buret, corong,
corong pisah dan peralatan gelas lainnya pada saat digunakan. Statif biasanya
digunakan dengan klem. Statif digunakan pada saat praktikum Disolve Oxigen.
(Wirakusumah, 2005)

Gambar 2.27 Statif


(Sumber: Khairun, 2013)
2.28 Klem
Klem berfungsi untuk menjepit peralatan gelas dan menempel pada statif.
Klem dinaik turunkan sesuai dengan kebutuhan dengan cara mur yang ada di
dekat statif diputar sampai kencang. Peralatan yang akan dipasang kemudian
dijepit dengan cara mengecilkan ukuran mulut klem sampai peralatan tidak
memungkinkan untuk jatuh (Wirakusumah, 2005).

Gambar 2.28 Klem


(Sumber: Khairun, 2013)
2.29 Bola Hisap
Bola hisap adalah alat laboratorium yang berupa bola bertangkai yang
digunakan untuk membantu proses pengambilan cairan. Bahan bola ini terbuat
dari karet yang disertai dengan tanda untuk menyedot cairan atau suction,
mengambil udara atau aspirate, dan mengosongkan atau empty. Bola hisap
digunakan dengan pipet. Bola hisap dapat terus-menerus digunakan dengan cara
larutan yang akan diambil tidak boleh menyentuh karet bola hisapnya
(Wirakusumah, 2005).

Gambar 2.29 Bola Hisap


(Sumber: Khairun, 2013)
2.30 Pipet Tetes
Pipet tetes mempunyai bentuk pendek atau panjang yang dilengkapi dengan
karet penghisapnya. Pipet tetes tidak mempunyai skala. Pipet tetes digunakan
untuk memindahkan larutan dari suatu wadah ke wadah lainnya. Prinsip kerjanya
yaitu cairan ditambahkan tetes demi tetes hingga volume tepat (Wirakusumah,
2005)

Gambar 3.30 Pipet Tetes


(sumber: Khairun, 2013)
2.31 Sedgewick Rafter
Sedgewick Rafter berfungsi untuk menghitung spesimen. Spesimen yang akan
diamati dimasukkan ke Sedgewick Rafter melalui sudut-sudut dengan cara
menggeser tutupnya. Spesimen terisi penuh dan dilakukan penutupan Sedgewick
Rafter. Sedgewick Rafter kemudian diamati di bawah mikroskop (Ikeda, 1992).

Gambar 2.31 Sedgewick Rafter


(sumber: Winasis, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Basuki. 1998. Prinsip Kerja Alat Ukur. Jakarta : Dikmenjur

Haddy, S. 1989. Pengantar Ekologi. Jakarta : Rajawali Press

Linsley, K. 1989. Hidrologi untuk Insinyur. Jakarta : Erlangga.

Resosoedarmo, dkk. 1993. Pengantar Ekologi. Jakarta: Remaja Rosdakarya

Suwardjo, K. 2008. Iklim dan Cuaca. Jakarta : Bumi aksara

Tatang, J. 2006. Ilmu Iklim dan Pengairan. Bandung : Binacipta

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta : Universitas


Indonesia
Annisa, Indri. 2010. Pengenalan alat ekologi umum. Bandung: FMIPA UPI

Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Perkembangan.


Jakarta: UI Press

Bawono, Rochtri A. 2008. Manik-manik, benda mungil yang menari. Jakarta:


Djambatan

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.


Jakarta: UII Press
Norden, Hanna. 2015. Conductivity Meter.
http://www.hannanorden.se/en/-portablemeters/10845-waterproof-
portable-conductivte-meter.html. Diakses pada 28Februari 2018

Khairun, Ahmad. 2013. Makalah Alat-Alat Ringan Laboratorium.


http://ahmadkhairun.blogspot.co.id/2013/03/makalah-alat-alat-ringan-
laboratorium_8040.htm. Diakses pada 28 Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai