TESIS
M. FURQAN
1006785282
Pembimbing :
Tesis ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : M. Furqan
NPM : 1006785282
Tanda tangan :
Tanggal : 17 Desembar 2012
ii Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan : Di Jakarta
Tanggal : 17 DESEMBER 2012
Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini tidak lupa saya sampaikan shalawat
dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri
tauladan penulis selama masa hidupnya. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Spesialis Konservasi Gigi di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
iv Universitas Indonesia
v Universitas Indonesia
Penulis
vi Universitas Indonesia
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 17 Desember 2012
Yang menyatakan
M.Furqan
Nama : M.Furqan
Program Studi : PPDGS Konservasi Universitas Indonesia
Judul : EFEKTIVITAS PEMBERSIHAN RESIDU Ca(OH)2
PADA SEPERTIGA APIKAL DINDING SALURAN AKAR DENGAN
IRIGASI EDTA 17% + NaOCl 2,5%, SIKAT SALURAN AKAR DAN
JARUM ENDODONTIK NiTi
Name : M.Furqan
Study Program : PPDGS Konservasi Universitas Indonesia
Title :Effectiveness of Combined Irrigant of NaOCl and
EDTA, Canal Brush, and NiTi File Methods in Removing of Ca(OH)2
Residu at Apical Third of Root Canal
Background. The residu of Ca(OH)2 will hamper the hermeticity of root canal
obturation. The aim of this study was to analyze the effectiveness of the methods
of its removal. Methods. Root canal preparation was performed on 30 lower
premolar using Proaper system. The Ca(OH)2 paste was put on the root canal for 7
days. The samples were then divided equally into three groups. The residu of
Ca(OH)2 in group I, II, and III were removed by combined irrigant of NaOCl-
EDTA, Canal Brush, and NiTi file respectively. After bisected bucco-lingually,
the residu was assessed under stereomicroscope (12x magnification) and
AxioCam. Results. Substantially, the most effective method was group II,
followed by group III and I, but statistically no significance difference (p < 0.05).
Conclusion. The canal brush is the best methods in removing Ca(OH)2 residu,
although the difference is statistically not significant.
ix Universitas Indonesia
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR SINGKATAN xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................... 5
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
xv Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
karena hambatan adaptasi semen siler pada tubulus dentin dan reaksi kimia antara
bahan siler dengan kalsium hidroksida.11, 12
Kendala lain penggunaan kalsium
hidroksida sebagai medikamen adalah kesulitan untuk mengeluarkannya dari
dinding saluran akar dan efeknya pada siler saluran akar. Beberapa siler
konsistensinya menjadi getas dan bergranular ketika set setelah berkontak dengan
kalsium hidroksida.13
Penelitian yang dilakukan oleh Margelos (1997) yang melaporkan masalah
akibat interaksi antara kalsium hidroksida dan siler zinc oxide-eugenol.12 Hal ini
didukung oleh Kim dkk,(2002) yang menyatakan bahwa gigi yang telah diberikan
medikamen kalsium hidroksida memperlihatkan secara nyata lebih banyak
kebocoran daerah apeks. Bila tidak dapat dibersihkan secara sempurna dari
saluran akar, kalsium hidroksida yang tertinggal mungkin mempengaruhi
pengisian saluran akar bila menggunakan siler zinc oxide-eugenol.3
Kalsium hidroksida yang terhidrolisis dan bereaksi dengan sisa
metabolisme jaringan menjadi kalsium karbonat dengan mudah diresorpsi
sehingga dalam jangka panjang dapat terjadi celah antara dinding saluran akar
dengan bahan pengisi.14 Jika kalsium hidroksida berkontak dengan siler zinc
oxide-eugenol akan terbentuk kalsium eugenolate yaitu kalsium yang berikatan
dengan eugenol melalui ikatan ionik yang dapat larut jika terkena air dan
menyebabkan kebocoran.15 Sering kali residu kalsium hidroksida dalam saluran
akar dapat menyebabkan gutaperca gagal mencapai panjang kerja.12
Beberapa teknik yang digunakan untuk menghilangkan kalsium hidroksida
dari saluran akar di antaranya penggunaan jarum endodontik tangan, aktivasi
sonik, bahan irigasi, pasif ultrasonik, sikat saluran akar dan penggunaan jarum
endodontik nikel-titanium.15-18 Bahan irigasi yang disarankan untuk pembersihan
medikamen kalsium hidroksida adalah kombinasi NaOCl dan EDTA. Kombinasi
irigasi ini seringkali direkomendasikan untuk pembersihan lapisan smear dari
permukaan dinding saluran akar.19-21 Irigasi saluran akar yang dilakukan selama
perawatan saluran akar membantu pembersihan sisa jaringan dan debri dentin
selama proses instrumentasi, selain itu juga berfungsi sebagai pelumas dan
melunakkan dentin.14 NaOCl telah lama digunakan sebagai larutan irigasi pada
Universitas Indonesia
perawatan saluran akar dan mampu membersihakan debri organik serta bersifat
antibakteri namun tidak efektif membersihkan lapisan serbuk dentin yang
dihasilkan selama instrumentasi saluran akar.22 Sebaliknya irigasi dengan EDTA
membersihkan debri anorganik tapi tidak efektif membersihkan debri organik.19
Walaupun belum ada laporan mengenai teknik yang dapat membersihkan
kalsium hidroksida secara sempurna dari saluran akar, menurut Calt (1993) dan
Kim, dkk (2002) irigasi saluran akar menggunakan kombinasi NaOCl dan EDTA
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan hanya menggunakan NaOCl
saja.3, 11
Larutan irigasi EDTA 17% - NaOCl 2,5% lebih baik dalam
membersihkan kalsium hidroksida dari permukaan saluran akar. Meskipun
demikian pada penelitian dengan menggunakan bahan irigasi EDTA 17% -
NaOCl 2,5% memperlihatkan masih ada sisanya residu yang tertinggal pada
dinding saluran akar.23
Aplikasi penggunaan larutan irigasi yang umumnya menggunakan jarum
syringe ukuran 27G hanya dapat bekerja efektif mengeluarkan cairan irigasi
sejauh 1 mm dari ujung jarum. Hal tersebut akan menjadi masalah karena ujung
jarum biasanya hanya dapat masuk pada sepertiga korona pada saluran akar, dan
paling baik hanya dapat masuk sejauh sepertiga tengah dari saluran akar.
Efektivitas larutan irigasi EDTA dan NaOCl menggunakan syringe Monoject dan
ukuran 27G menunjukkan bahwa kemampuan debridemen larutan efektif pada
sepertiga korona dan tengah saluran akar tetapi kurang efektif pada sepertiga
apeks. 24, 25
Pembersihan dinding saluran akar dari bahan medikamen kalsium
hidroksida menggunakan jarum endodontik tangan dengan atau tanpa cairan
irigasi memiliki efisiensi yang rendah, namun penggunaan instrumen mesin putar
NiTi meningkatkan prosedur pembersihan yang jauh lebih baik.20 Pada penelitian
penggunaan jarum NiTi F1 ProTaper dikatakan lebih efisien menghilangkan
residu kalsium hidroksida dari saluran akar.25 Namun pada penelitian
perbandingan tiga jenis jarum endodontik NiTi menunjukkan perbedaan tidak
bermakna pada pola pembersihan kalsium hidroksida yang masih meninggalkan
residu kalsium hidroksida. 26
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar.2.2 Batu kapur (Lime stone) sebagai bahan dasar kalsium hidroksida
Universitas Indonesia
yang melaporkan masalah akibat interaksi antara kalsium hidroksida dan siler zinc
oxide-eugenol.12 Sejauh mana kalsium hidroksida mempengaruhi mekanisme
pengerasan siler zinc oxide-eugenol bergantung pada luasnya permukaan dinding
saluran akar yang ditutupi residu kalsium hidroksida. Semakin luas permukaan
dinding saluran akar yang ditutupi residu, maka penutupan siler akan terganggu
sehingga akan mempengaruhi kualitas penutupan dan prognosis dari perawatan.3,
12
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
NaOCl dalam konsentrasi tinggi tidak dianjurkan, selain sangat toksik juga dapat
mempengaruhi sifat fisik dentin.Peningkatan suhu NaOCl memberikan beberapa
keuntungan dengan membunuh bakteri lebih cepat akan tetapi tidak boleh
melebihi suhu tubuh karena dapat membahayakan sel-sel ligamen periodontal.33, 34
Irigasi menggunakan NaOCl 2,5% saja tanpa instrumentasi dalam upaya
pembersihan dinding saluran akar pasca medikamen kalsium hidroksida
memberikan hasil terburuk dibandingkan dengan penggunaan kombinasi bahan-
bahan irigasi lain.35
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Mekanisme kerjanya terdiri atas 2 sistem file yaitu Sx, S1, S2 yang
berfungsi sebagai file pembentuk yang dapat membesarkan korona saluran akar
dan F1, F2, F3 yang berfungsi sebagai finishing file.40 Gerakan yang dilakukan
terhadap file pembentuk (Sx, S1, S2) adalah dengan menyikat ke arah keluar yang
bertujuan memotong dentin secara selektif dan memungkinkan mata pisau file
tersebut dapat bergerak lebih ke dalam saluran akar. Sedangkan penggunaan
finishing file tanpa melakukan gerakan menyikat dinding saluran akar kearah luar,
namun hanya dengan memasukkan secara pasif ke dalam saluran akar sampai
sepanjang kerja yang telah ditetapkan. Setalah menyelesaikan preparasi pada
daerah duapertiga korona maka daerah sepertiga apeks terlebih dahulu dijajaki
dengan menggunakan file inisial kurang lebih K-file #15 untuk mendapatkan
panjang kerja dan mempertahankan patensi apeks. Ketika file inisial ini dapat
lancar masuk sepanjang kerja secara pasif maka preparasi menggunakan finishing
file dapat dilanjutkan.41
Penggunan finishing file diawali dengan file F1 yang dimasukkan secara
pasif ke dalam saluran akar sampai panjang kerja tercapai. Penyelesaian preparasi
saluran diketahui dengan memeriksa tepat atau longgarnya K-File #20 pada
saluran akar sepanjang kerja, jika terasa tepat berarti seluruh saluran akar
sepanjang kerja telah terpreparasi dan siap untuk dilakukan pengisian saluran akar
(penggunaan K-file #20 dikarenakan adanya kesamaan D0 antara F1 dengan K-file
#20). Sedangkan jika masih dirasakan longgar maka gunakan K-file #25 untuk
mengukur diameter apeks (K-file #25 setara dengan D0 F2) dan jika didapatkan
hasil tepat dan sepanjang kerja maka dapat dilakukan pengisian. Jika sudah terasa
tepat tapi belum didapat sepanjang kerja, maka lanjutkan dengan penggunaan F2
jika perlu sampai F3.41
Penggunaan jarum endontik dalam proses pembersihan dinding saluran
akar pasca medikamen kalsium hidroksida memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan penggunaan cairan irigasi saja. Pada penelitian pembersihan
medikamen kalsium hidroksida dilakukan dua jarum endodontik NiTI yang
berbeda, gigi yang dipreparasi sampai dengan F2 ProTaper dan dibersihkan
menggunakan ProTaper F1 memberikan hasil yang lebih baik daripada K3 dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
NaOCl 2,5% + EDTA 17 %, NaOCl 2,5 % + CanalBrush dan NOCl 2,5% + PUI
menunjukan CanalBrush dan PUI menunjukkan perbedaan bermakna
dibandingkan grup irigasi saja. Pada grup irigasi NaOCl 2,5% dan NaOCl 2,5% +
EDTA 17% tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Maka dapat
disimpulkan secara CanalBrush memiliki efektivitas yang sama dengan dengan
PUI. CanalBrush terbukti menunjukkan hasil yang lebih efektif terutama pada
daerah apikal dan tengah pada saluran akar.17, 27
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keterangan :
Diteliti
Tidak Diteliti
Perawatan saluran akar melalui tiga tahap yang disebut triad endodontik yaitu
preparasi akses, pembentukan dan pembersihan (preparasi saluran akar), dan
pengisian saluran akar. Medikamen diperlukan guna mengeliminasi
mikroorganisme patogen yang tidak dapat dihilangkan saat preparasi. Kalsium
hidroksida merupakan salah satu medikamen pilihan. Namun, kalsium
hidroksida meninggalkan residu yang dapat mengganggu pengisian saluran akar
secara hermetis. Oleh karena itu, pembersihan residu Ca(OH)2 berperan penting
dalam keberhasilan perawatan saluran akar.
Terdapat beberapa cara untuk membersihkan residu kaslium hidroksida
ini, misalnya dengan irigasi NaOCl, EDTA, asam sitrat, atau kombinasi. Selain
itu, dilaporkan pula pembersihan secara mekanis memakai jarum endodontik, atau
sikat endodontik. Dari literatur terungkap bahwa metode-metode tersebut
memberikan hasil yang beragam. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikaji
kemampuan gabungan irigan NaOCl-EDTA, sikat endodontik, dan jarum
endodontik NiTi dalam membersihkan residu Ca(OH)2. NaOCl digabungkan
dengan EDTA karena NaOCl efektif dalam membersihkan debris organik
sedangkan EDTA efektif dalam membersihkan debris anorgani. Daerah yang
diteliti adalah daerah sepertiga apikal karena dilaporkan bahwa daerah ini
merupakan daerah yang paling sukar dibersihkan.
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3. 1. Kerangka Konsep
3.2. Hipotesis
Penambahan tindakan mekanis berupa sikat saluran akar akan memberikan
hasil terbaik pada pembersihan sepertiga apikal dinding saluran akar.
Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN
Eksperimen laboratorik
Variabel bebas :
o Irigasi NaOCl 2,5% + EDTA 17 %
o Irgasi NaOCl 2,5% + EDTA 17% + Sikat Saluran Akar
o Irigasi NaOCl 2,5% + EDTA 17% + Jarum Endodontik NiTi
Variabel terikat :
Kebersihan dinding saluran akar pada daerah sepertiga apeks
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
program kompoter
Axiocam yang terintegarasi
dengan mikroskop stereo
2 Variabel bebas
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kemudian gigi dibelah dari vertikal dari arah bukal lingual menjadi 2
bagian, lalu secara random dipilih salah satu belahan gigi kemudian diperiksa
menggunakan mikroskop stereo. Pengumpulan data dilakukan dengan memeriksa
residu Ca(OH)2 pada deerah dinding sepertiga apeks saluran akar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Universitas Indonesia
normal apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05. Data diperoleh dari 3 perlakuan
berbeda pada pembersihan dinding saluran akar pasca medikamen kalsium
hidroksida. Kemudian data yang diperoleh dari tiga kelompok perlakuan diuji
dengan Anova untuk memeriksa perbedaan pengukuran kebersihan dinding
saluran akar. Bila sebaran data tidak normal, maka data tersebut dilakukan uji
statistik Kruskal-Walis.
Analisa statistik pada kelompok perlakuan irigasi saja yaitu NaOCl 2,5% +
EDTA 17% dengan kelompok perlakuan NaOCl 2,5% + EDTA 17% + Sikat
saluran akar menunjukan beda rerata 0,1 dengan rentang minimum – 0,2587 –
0,4936 memiliki nilai kemaknaan p=0,805. Pada kelompok perlakuan irigasi saja
NaOCl 2,5% + EDTA 17% dan kelompok perlakukan secara stastistik NaOCl
2,5%+EDTA 17%+ NiTi ProTaper F2 menunjukan tidak ada perbedaan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
Gigi yang digunakan pada penelitian ini adalah premolar satu rahang
bawah dengan akar tunggal yang dikonfirmasi dengan menggunakan rontgen foto,
hal ini bertujan untuk mendapatkan keseragaman sampel. Jumlah keseluruhan
sampel adalah 30 dengan masing-masing kelompok perlakukan 10 sampel.
Sampel gigi yang diambil dan disimpan dalam larutan salin untuk
mempertahankan kelembaban gigi dan mengkondisikan keadaan biologis seperti
dalam mulut. Semua gigi ditentukan panjangnya menggunakan K-file ISO 10
mengunakan visual sampai ke arah foramen apikal lalu dikurangkan 0,5 mm dan
dicatat sebagai panjang kerja. 23, 27
Sampel gigi dipreparasi saluran akar menggunakan teknik crowndown,
teknik ini dapat memfasilitasi larutan irigasi yang lebih optimal di dalam saluran
akar yang dapat membersihkan serbuk dentin hasil preparasi sehingga diharapkan
saluran akar lebih bersih dari debri preparasi saluran akar.43 Teknik ProTaper
umum digunakan dalam perawatan saluran akar untuk membersihkan dan
membentuk saluran akar, instrumen ini mengadaptasi teknik crown down dengan
ciri instrumen berupa progresif taper dengan penampang berbentuk convex
triangular yang disertai dengan modified guiding tip.44, 45
ProTaper yang
digunakan adalah teknik rotari dengan tujuan menyeragamkan hasil preparasi
saluran akar. Instrumen minimal yang dibutuhkan adalah dua file finishing untuk
preparasi daerah sepertiga apeks gigi pada saluran akar tunggal.46
Sedangkan bahan irigasi yang digunakan adalah NaOCl 2,5% dan EDTA
17%. Secara umum irigasi bertujuan menghilangkan debri atau jaringan lunak,
memiliki kemampuan sebagai pelumas, mensterilkan saluran akar dan
47, 48
menghilangkan smear layer. Natrium hipoklorit merupakan salah satu bahan
irigasi yang bersifat oksidasi reduksi berupa larutan jernih dan mengandung
sekitar 5% khlor.49 Sedangkan irigasi EDTA berfungsi sebagai chelator, yaitu
suatu bahan organik yang dapat menarik ion logam seperti kalsium yang berikatan
secara kimia untuk meningkatkan pembersihan secara kemo-mekanis selama
Universitas Indonesia
perawatan saluran akar terutama untuk mengatasi saluran akar yang terkalsifikasi
atau sempit dan diharapkan terjadi penurunan kekerasan dentin. 50, 51
Aplikasi kalsium hidroksida pada saluran akar yang menggunakan teknik
injeksi non setting kalsium hidroksida (UltraCal XS) yang berisi 35% kalsium
hidroksida dalam aquades dan barium sulfat sebagai bahan radioopak. Gibson,
dkk (2008) menyatakan teknik injeksi lebih baik dari pada spiral filler dengan
nilai 74% pengisian menunjukan densitas yang baik dibandingkan grup
menggunakan spiral filler 36%.25, 30
Kalsium hidroksida dibiarkan selama tujuh
hari didalam saluran akar pada suhu 370C dalam kondisi lembab menyerupai
kondisi mulut. Sebagaimana diketahui tujuh hari merupakan waktu minimal
kalsium hidroksida mencapai pH 9,3-10.52
Rirruci, dkk (1997) dan Windley, dkk (1997) menyatakan keberadaan
kalsium hidroksida pada dinding saluran akar dapat mempengaruhi kesuksesan
perawatan saluran akar.53,54 Calt (1997) melaporkan bahwa residu kalsium
hidroksida akan berinteraksi dengan siler ZOE menghasilkan kalsium eugonolate
yang dapat larut pada kondisi tertentu.11 Menurut Barbizam, dkk (2008) Residu
kalsium hidroksida diketahui akan mempengaruhi adhesi siler ke dinding saluran
akar dan mempengaruhi kualitas hermetis pada saat pengisian saluran akar.55
Selain sebagai irigasi saluran akar pada saat preparasi NaOCl dan EDTA
digunakan kembali sebagai pembersih medikamen kalsium hidroksida
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan hanya menggunakan NaOCl
saja.3, 11
Menurut Prajogi (2007) meskipun menggunakan bahan irigasi EDTA
17% + NaOCl 2,5%, NaOCl 17%+ As. Sitrat 10% masih memperlihatkan residu
yang tertinggal pada dinding saluran akar.23 Kondisi ini sama halnya dengan
penelitian ini yang menunjukan penggunaan NaOCl 2,5% + EDTA 17 % saja
tidak berbeda bermakna dengan kelompok penambahan dengan sikat saluran akar
dan jarum endodontik NiTi. Tasdemir, dkk (2011) memperlihatkan residu kalsium
hidroksida pada semua sampel penelitian meskipun telah menggunakan
instrumentasi menggunakan passive ultrasonic irrgation dan CanalBrush.17
Penelitian penggunaan CanalBrush sebagai pembersih medikamen
kalsium hidroksida masih terbatas. Pada awalnya CanalBrush merupakan
Universitas Indonesia
isntrumen kecil dan fleksibel yang ditujukan untuk membantu pembuangan debri
dari saluran akar pasca instrumentasi saluran akar, digunakan bersamaan dengan
cairan irigasi.25 Kozak dkk (2009) menyatakan CanalBrush memiliki efisiensi
sedikit lebih tinggi pada pembersihan residu kalsium hidroksida dibandingkan
dengan beberapa teknik pada saluran akar buatan. CanalBrush diketahui memiliki
efektivitas pada saluran akar yang sempit dengan cara kontak langsung dengan
dinding saluran akar. 56
Sedangkan penggunaan jarum endontik dalam proses pembersihan dinding
saluran akar pasca medikamen kalsium hidroksida memberikan hasil yang lebih
baik dibandingkan dengan penggunaan cairan irigasi saja. Kuga dkk (2010)
melakukan pembersihan medikamen kalsium hidroksida dilakukan dua jarum
endodontik NiTI yang berbeda dengan gigi dipreparasi sampai dengan F2
ProTaper yang dibersihkan menggunakan ProTaper F1 memberikan hasil yang
lebih baik daripada K3 dengan ukuran tapering yang sama dengan F2.25 Namun
penelitian lain yang dilakukan oleh Kuga dkk (2012) menggunakan tiga jarum
endodontik rotari yang berbeda menunjukan tidak ada perbedaan bermakna pada
pola pembersihan sisa medikamen yang menyisakan residu medikamen kalsium
hidroksida.26 Penggunaan F2 ProTaper sebagai alat instrumentasi pembersihan
pada penelitian ini mencoba mengikuti penelitian sebelumnya yang bertujuan
membersihkan tanpa mempengaruhi bentuk preparasi akhir yaitu F3 ProTaper.25
Walaupun secara statistik tidak memberikan perbedaan bermakna.
Penelitian ini menunjukan sikat saluran akar terbukti mampu membersihkan
saluran akar dari medikamen kalsium hidroksida. Residu yang tertinggal pada
ujung saluran akar menggunakan sikat saluran akar mempunyai luas permukaan
paling sedikit dibandingkan dengan jarum endodontik NiTi ProTaper dan irigasi
NaOCl 2,5%+EDTA 17%. Sikat saluran akar yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan ukuran medium dengan ukuran Do yang sama dengan D0 F3
ProTaper pada perparasi akhir tiap sampel. Sedangkan jarum endodontik NiTi
yang digunakan lebih kecil daripada Do preparasi akhir yaitu F2 dengan D0 = 25.
Universitas Indonesia
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pengamatan dibawah mikroskop stereo teknik irigasi NaOCl 2,5% + EDTA
17% menunjukan luas permukaan residu kalsium hidroksida yang paling
besar, sedangkan penambahan mekanik dengan sikat menujukan luas
permukaan residu kalsium hidroksida yang paling kecil.
2. Namun pada uji statistik semua teknik tidak menujukkan perbedaan yang
bermakna.
Saran
1. Diperlukan teknik yang tepat pada penghitungan luas permukaan residu
kalsium hidroksida menggunakan program Axiocam yang terintegrasi dengan
steromikroskop, hal ini disebabkan masih dipengaruhi faktor subjektivitas
operator dalam menentukan bentuk dan ukuran residu yang tersisa.
2. Diperlukan sampel yang lebih besar untuk mendapatkan normalitas data yang
lebih baik
Universitas Indonesia
Daftar Pustaka
1. Peters OA, Peters CI. Cleaning and Shaping of the Root Canal System. In:
Kenneth M. Hargreaves PD, Cohen PS, Berman LH, editors. Cohen's
Pathways of the Pulp Tenth Edition. Philadelphia: Mosby; 2010.
2. Grossman LI, Oliet S, Rio CED. Endodontic practice: Lea & Febiger;
1988.
3. Kim SK, Kim YO. Influence of calcium hydroxide intracanal medication
on apical seal. International Endodontic Journal 2002;35(7):623-28.
4. Soares JA, Leonardo MR, Silva LABd, Tanomaru Filho M, Ito IY. Effect
of rotary instrumentation and of the association of calcium hydroxide and
chlorhexidine on the antisepsis of the root canal system in dogs. Brazilian
Oral Research 2006;20:120-26.
5. Mori GG, Ferreira FC, Batista FRdS, Godoy AMdS, Nunes DC.
Evaluation of the diffusion capacity of calcium hydroxide pastes through
the dentinal tubules. Brazilian Oral Research 2009;23:113-18.
6. Negri MR, Panzarini SR, Poi WR, Sonoda CK, Gulinelli JL, Saito CT.
Analysis of the healing process in delayed tooth replantation after root
canal filling with calcium hydroxide, Sealapex and Endofill: a microscopic
study in rats. Dent Traumatol 2008;24(6):645-50.
7. Zmener O, Pameijer CH, Banegas G. An in vitro study of the pH of three
calcium hydroxide dressing materials. Dent Traumatol 2007;23(1):21-5.
8. Sidharta W. Penggunaan Kalsium Hidroksida di Bidang Konservasi Gigi.
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2000;7:435-43.
9. Estrela C, Holland R. Calcium hydroxide: study based on scientific
evidences. Journal of Applied Oral Science 2003;11:269-82.
10. Kenee DM, Allemang JD, Johnson JD, Hellstein J, Nichol BK. A
quantitative assessment of efficacy of various calcium hydroxide removal
techniques. J Endod 2006;32(6):563-5.
11. Calt S, Serper A. Dentinal tubule penetration of root canal sealers after
root canal dressing with calcium hydroxide. J Endod 1999;25(6):431-3.
12. Margelos J, Eliades G, Verdelis C, Palaghias G. Interaction of calcium
hydroxide with zinc oxide-eugenol type sealers: a potential clinical
problem. J Endod 1997;23(1):43-8.
13. Holland R, Alexandre AC, Murata SS, dos Santos CA, Dezan Junior E.
Apical leakage following root canal dressing with calcium hydroxide.
Endod Dent Traumatol 1995;11(6):261-3.
14. Porkaew P, Retief DH, Barfield RD, Lacefield WR, Soong SJ. Effects of
calcium hydroxide paste as an intracanal medicament on apical seal. J
Endod 1990;16(8):369-74.
15. Lambrianidis T, Kosti E, Boutsioukis C, Mazinis M. Removal efficacy of
various calcium hydroxide/chlorhexidine medicaments from the root
canal. Int Endod J 2006;39(1):55-61.
16. Wiseman A, Cox TC, Paranjpe A, Flake NM, Cohenca N, Johnson JD.
Efficacy of sonic and ultrasonic activation for removal of calcium
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
31. Bottcher DE, Hirai VH, Da Silva Neto UX, Grecca FS. Effect of calcium
hydroxide dressing on the long-term sealing ability of two different
endodontic sealers: an in vitro study. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral
Radiol Endod 2010;110(3):386-9.
32. Duarte MA, Ordinola-Zapata R, Bernardes RA, Bramante CM,
Bernardineli N, Garcia RB, et al. Influence of calcium hydroxide
association on the physical properties of AH Plus. J Endod
2010;36(6):1048-51.
33. Sum CP, Neo J, Kishen A. What we leave behind in root canals after
endodontic treatment: some issues and concerns. Aust Endod J
2005;31(3):94-100.
34. Slutzky-Goldberg I, Maree M, Liberman R, Heling I. Effect of sodium
hypochlorite on dentin microhardness. J Endod 2004;30(12):880-2.
35. da Silva JM, Silveira A, Santos E, Prado L, Pessoa OF. Efficacy of sodium
hypochlorite, ethylenediaminetetraacetic acid, citric acid and phosphoric
acid in calcium hydroxide removal from the root canal: a microscopic
cleanliness evaluation. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral
Radiology & Endodontology 2011;112(6):820-24.
36. Sidharta W, Irawati S, Sutrisno S. Tingkat Keberhasilan Hasil Irigasi
Salurana Akar dengan Sodium Hipoklorit 2,5% secara Manual dan
Ultrasonik in vitro. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Ed. Khusus Forum
Ilmiah VII 2002:411-15.
37. Ingle JI, Bakland LK. Endodontics - Fifth Edition: Pmph Bc Decker; 2002.
38. Bahrololoomi Z, Tabrizizadeh M, Salmani L. In Vitro Comparison of
Instrumentation Time and Cleaning Capacity between Rotary and Manual
Preparation Tech-niques in Primary Anterior Teeth Journal of Dentistry,
Tehran University of Medical Sciences 2007;4.
39. Vaudt J, Bitter K, Kielbassa. Evaluation of Rotary Root Canal Instrument
in vitro: a review. J Endo 2007;1(3):189-203.
40. Uroz-Torres D, Gonzalez-Rodriguez MP, Ferrer-Luque CM. Effectiveness
of the EndoActivator System in removing the smear layer after root canal
instrumentation. J Endod 2010;36(2):308-11.
41. Baratto-Filho F, Leonardi DP, Zielak JC, Vanni JR, Sayao-Maia SM,
Sousa-Neto MD. Influence of ProTaper finishing files and sodium
hypochlorite on cleaning and shaping of mandibuldar central incisors--a
histological analysis. J Appl Oral Sci 2009;17(3):229-33.
42. Glassman G. Safety and Efficacy Considerations in Endodontic Irrigation.
Dental Economics 2011;101(1):1-15.
43. Ruddle C. Cleaning and Shaping the Root Canal Syatem. In: Cohen SB,
editor. Pathways of the Pulp 8th ed. St. Louis: Mosby, Inc; 2002. p. 231-
91.
44. Chianello G, Specian V, Hardt L, Raldi D, Lage-Marques J, Habitante S.
Surface finishing of unused rotary endodontic instruments: a SEM. Braz
Dent J 2008;19:109-13.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3 4
5 6
7 8
9 10
Universitas Indonesia
13 14
15 16
17 18
19 20
Universitas Indonesia
23 24
25 26
27 28
29 30
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia