Anda di halaman 1dari 9

Nama: Rafi Dwi Rachmani

NPM: 3331120246
Jurusan: Teknik Mesin

1. Jenis-jenis Korosi:

A. KOROSI MERATA (UNIFORM/ GENERAL CORROSION)

Korosi merata adalah jenis korosi dimana pada korosi tipe ini laju korosi yang terjadi
pada seluruh permukaan logam atau paduan yang terpapar atau terbuka ke lingkungan
berlangsung dengan laju yang hampir sama. Hampir seluruh permukaan logam menampakkan
terjadinya proses korosi.

Dampak Uniform Corrosion


Karena korosi terjadi pada permukaan logam secara merata, sehingga terjadi pengikisan
permukaan logam, akibat permukaan bereaksi dengan lingkungan dan menjadi produk karat
(merata). Yang kemudian ketebalan logam berkurang.

Dampaknya terhadap material / benda kerja yang terkorosi merata:


Kekuatan dan ketangguhan Material/benda kerja berkurang.
Material terdegradasi secara lambat (penuaan), hingga akhirnya kembali menjadi bentuk bijih.
Menurunkan nilai estetika daripada benda kerja.
Produk korosi menimbulkan pencemaran lingkungan.

Gambar 1 Korosi Seragam


Cara pengendalian dari korosi seragam adalah :

 Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih anodik.
 Melakukan inhibitas dan cathodic protection.

B. KOROSI GALVANIS (KOROSI DWI LOGAM/ BIMETALIC CORROSION)

Korosi Galvanik atau biasa disebut juga dengan Two Metal Corrosion adalah korosi yang
terjadi akibat adanya pertemuan atau kontak antara dua logam yang berbeda di dalam medium
elektrolit. Korosi yang timbul tersebut disebabkan karena perbedaan potensial kedua pasangan
logam tersebut.
Perbedaan potensial antara dua logam berbeda yang terkontak ketika tercelup ke dalam
medium elektrolit akan menyebabkan aliran elektron diantara kedua logam tersebut. Aliran
elektron inilah yang menyebabkan reaksi korosi berlangsung. Logam yang mempunyai resistensi
korosi lebih rendah (less corrosion-resistant metal) akan meningkat laju korosinya jika dikopel
atau disambungkan dengan bahan yang resistansinya lebih tinggi (more resistant metal). Logam
yang resistansinya lebih rendah akan menjadi anodik, sedangkan yang lebih tinggi resistansinya
akan menjadikatodik. Biasanya katoda atau logam katodik mengalami korosi sangat sedikit atau
tidak sama sekali dalam kopel semacam ini, karena melibatkan aliran arus dan logam-logam
yang berbeda. Bentuk korosi ini disebut sebagai korosi galvanis atau korosi dua logam, dengan
batasan bahwa korosi galvanis hanya diperuntukkan apabila terjadi perbedaan bahan secara
makro.

Gambar 2 Korosi Galvanik


Pengendalian korosi galvanic adalah :
1. Hindari pemakaian 2 jenis logam yang berbeda
2. pergunakan logam yang lebih anodik dengan rasio yang lebih besar dibanding logam
katodik
3. Lapisi pada pertemuan dua logam yang berbeda jenis
4. Gunakan logam ketiga yang lebih anodic

C. KOROSI CELAH (CREVICE CORROSION)

Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen baik logam dengan
non-logam maupun logam dengan logam. Mekanisme tejadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi
korosi merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen.

Pada suatu saat oksigen (O2) didalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) didalam celah masih
banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan
permukaan logam didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi.

Gambar 3 Korosi Celah

Cara pengendalian korosi celah :

1. Hindari pemakaian sambungan paku keling atau baut, gunakan sambungan las.
2. Gunakan gasket non absorbing.
3. Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara.
D. KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION CRACKING)

Gejala retak pada logam dalam kasus ini adalah disebabkan oleh lingkungan korosif dan
beban (tegangan) yang terus menerus. Karena aksi kedua faktor ini korosi retak tegang terjadi.
Aksi korosi pada daerah konsentrasi tegangan menyebabkan daerah itu melampaui batas luluh
(yield). Seterusnya pada pengikisan oleh korosi di daerah ini konsentrasi tegangan menjadi lebih
tinggi yang akhirnya retak. Fenomena seperti ini terjadi juga pada bahan non logam.

Gambar 4 Korosi Retak Tegang

Cara pengendalian korosi retak tegang adalah :

1. Turunkan besarnya tegangan


2. Turunkan tegangan sisa termal
3. Kurangi beban luar atau perbesar area potongan
E. KOROSI INTERGRANULAR (INTERGRANULAR CORROSION)

Korosi intergranular adalah korosi yang terjadi pada atau di sepanjang batas butir dan batas butir
bersifat anodik dan bagian tegah butir bersifat katodik. Korosi ini terjadi akibat presipitasi dari pengotor
seperti khromium di batas butir, yang menyebabkan batas butir menjadi rentan terhadap serangan korosi.
Dimana presipitat krom karbida terbentuk karena karbon meningkat yang ada di sekitarnya, sehingga
krom disekitarnya akan berkurang dan terjadi korosi. Proses terbentuknya presipitat karbon karbida
disebutsentisiasi. Terjadi pada temperatur 500-800 sehingga kekurangan krom yang memudahkan
terjadinya korosi.

Gambar 5 Intergranular

Cara pengendalian korosi Intergranular adalah :

1. Turunkan kadar Karbon dibawah 0,03%.


2. Tambahkan paduan yang dapat mengikat Karbon.
3. Pendinginan cepat dari temperatur tinggi.
4. Pelarutan karbida melalui pemanasan.
5. Hindari Pengelasan.
F. KOROSI EROSI (ERROSION CORROSION)

Korosi erosi adalah reaksi korosi yang dipercepat oleh kecepatan dan abrasi lingkungan
cair yang bergerak serta partikel padat yang terkandung di dalamnya. Peristiwa korosi dan
erosi oleh tumbukan cairan pada permukaan logam ini menghasilkan korosi setempat. Korosi
erosi dapat dibedakan pada 3 kondisi, yaitu :

1.Kondisi aliran laminar


2.Kondisi aliran turbulensi
3.Kondisi peronggaan

Korosi erosi disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :

1.Perubahan drastis pada diameter lubang bor atau arah pipa


2.Penyekat pada sambungan yang buruk pemasangannya
3.Adanya celah yang memungkinkan fluida mengalir di luar aliran utama
4.Adanya produk korosi atau endapan lain yang dapat mengganggu aliran laminar
5. Persentase ketidaksamaan, material yang lebih anodik
6. Area permukaan Anodik dan Katodik
7. Temperatur
8. Persentase larutan elektrolit
9. Kesediaan oksigen

Gambar 6 Korosi Erosi


Cara pengendalian korosi erosi :

 Menghindari partikel abrasive pada fluida


 Mengurangi kecepatan aliran fluida

G. KOROSI SUMURAN (PITTING CORROSION)

Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yangn terbuka akibat
pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan lapisan pasif
di permukaannya, pada antar muka lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga
terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah
sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya
sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan (struktur) patah mendadak.

Gambar 7 Korosi Sumuran

Cara pengendalian korosi sumuran adalah :

1. Hindari permukaan logam dari cacat goresan.


2. Perhalus permukaan material.
3. Hindari variasi yang sedikit pada komposisi material.
H. SELECTIVE LEACHING

Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan salah satu
unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan tembaga-seng.

Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total
terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi,
sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi
keropos pada logam paduan tersebut.

Pengukuran laju korosi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengukuran yang paling
sederhana biasanya dilakukan dengan cara mengukur kehilangan logam (berdasarkan perbedaan
berat). Meskipun demikian beberapa metode pengukuran laju korosi yang dapat diterapkan
antara lain adalah dengan mengukur ion logam yang terdapat di lingkungan, mengukur
konduktivitas lingkungan, mengukur berat jenis lingkungan atau berdasarkan reaksi dengan
metode elektrokimia.

Begitu banyak bentuk-bentuk korosi yang dapat terjadi, oleh karena itu korosi harus dikenali
dengan baik untuk dikendalikan. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan umur (life time)
peralatan yang digunakan dan dapat menghindari terjadinya akibat kegagalan material.

2. PENCEGAHAN KOROSI

Upaya perlindungan terhadap korosi yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut;

– penyesuaian konstruksi
– pemberian lapisan pelindung
– pengendalian media yang agresif
– pemakaian anode umpan (perlindungan melalui katode)
Ada 3 metoda pencegahan korosi yaitu:

A. Metode Penyemprotan

1. Penyemprotan logam yang dicairkan di dalam nyala api gas bakar-oksigen atau busur
cahaya listrik dan dikabutkan dengan udara tekan juga menghasilkan perlindungan
yang baik terhadap korosi.
2. Seng dan aluminium misalnya dikerjakan dengan cara ini.
3. Pemanasan difusi susulan, yang mengakibatkan atom logam yang disemprotkan
menembus masuk ke dalam bahan dasarnya, memberikan pengukuhan mekanis dan
sifat tahan oksidasi yang baik.
B. Metoda Pelapisan

1. Pelapisan adalah teknik kerja untuk menyalut bahan dasar dengan lapisan logam
yang tipis, biasanya dengan metode pengelasan rol.
2. Tebal lapisannya kira-kira 10 % dari tebal seluruhnya.
3. Dengan cara ini misalnya baja tanpa paduan dapat dilindungi dengan baja
kromium-nikel nirkarat, atau paduan aluminium tipe AlCuMg dapat dilindungi
dengan aluminium termurni.

C. Metoda Elektrolisis

1. Metode elektrolisis (galuanisasi) sering sekali dipakai untuk pembuatan lapisan


pelindung dari logam.
2. Benda kerja yang akan digalvanisasi dalam hal ini dijadikan katode di dalam larutan
garam logam.
3. Unsur logam dalam larutan itu, memisahkan diri dan menjadi lapisan pelindung.

Anda mungkin juga menyukai