Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Perawatan ortodonti merupakan salah satu bentuk perawatan dalam bidang

kedokteran gigi yang berperan penting untuk memperbaiki susunan gigi sehingga

dapat meningkatkan kemampuan mastikasi, fonetik, serta estetik. Perawatan

ortodonti pada dasarnya adalah upaya menggerakkan gigi atau mengoreksi

malrelasi dan malformasi struktur dentokraniofasial untuk koreksi terhadap

struktur dentofasial pada anak-anak dan dewasa. Tujuannya adalah untuk

memperoleh oklusi yang optimal dan harmonis, baik letak maupun fungsinya

serta untuk menciptakan keseimbangan antara hubungan oklusal gigi geligi,

estetik wajah dan stabilitas hasil perawatan.

Maloklusi merupakan oklusi abnormal yang ditandai dengan tidak

harmonisnya hubungan antar lengkung di setiap bidang spasial atau anomali

abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi menunjukkan kondisi oklusi intercuspal

dalam pertumbuhan gigi yang tidak reguler. Penentuan maloklusi dapat didasarkan

pada kunci oklusi normal. Angle membuat pernyataan key of occlusion artinya

molar pertama merupakan kunci oklusi.

Ciri klasik kelas II, divisi 1 maloklusi adalah basis skeletal kelas II dengan

hubungan molar kelas II, dan hubungan kaninus dan insisif kelas II, proklinasi

gigi insisif rahang atas dan meningkatnya overjet, umumnya memiliki profil

cembung dengan bibir yang tidak kompeten.

1
Di antara pilihan perawatan untuk mengoreksi kelas II divisi 1, paling

sering adalah ekstraksi keempat premolar pertama karena gigi tersebut terletak di

bagian anterior lengkung gigi sehingga memungkinkan akses langsung ke daerah

yang crowding dan koreksi protrusi dentoalveolar yang parah. Alternatif lain

adalah mencabut premolar pertama rahang atas dan premolar kedua rahang

bawah. Hal tersebut digunakan pada kasus kelas II divisi 1 dental dan skeletal

dengan crowding anterior atas dengan protrusi dentoalveolar ringan hingga

sedang dan lengkung rahang bawah tanpa banyak masalah di bagian anteriornya.

2
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI MALOKLUSI

Maloklusi merupakan oklusi abnormal yang ditandai dengan tidak

harmonisnya hubungan antar lengkung di setiap bidang spasial atau anomali

abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi menunjukkan kondisi oklusi intercuspal

dalam pertumbuhan gigi yang tidak reguler. Penentuan maloklusi dapat didasarkan

pada kunci oklusi normal. Angle membuat pernyataan key of occlusion artinya

molar pertama merupakan kunci oklusi.

Menurut Angle yang dikutip oleh Dewanto, oklusi normal sebagai hubungan

dari bidang-bidang inklinasi tonjol gigi pada saat kedua rahang atas dan rahang

bawah dalam keadaan tertutup, disertai kontak proksimal dan posisi aksial semua

gigi yang benar, dan keadaan pertumbuhan, perkembangan posisi dan relasi antara

berbagai macam jaringan penyangga gigi yang normal pula.

Menurut Andrew yang dikutip oleh Bisara, terdapat enam kunci oklusi normal,

sebagai berikut:

1. Relasi molar menujukkan tonjol mesiobukal molar pertama rahang atas beroklusi

dalam celah antara mesial dan sentral dari molar pertama rahang bawah.

2. Angulasi mahkota yang benar.

3. Inklinasi mahkota menjamin dari keseimbangan maloklusi.

4. Inklinasi mahkota menjamin dari keseimbangan oklusi.

5. Tidak ada rotasi gigi.

6. Tidak ada celah diantara gigi geligi.

7. Adanya curve of spee yang datar terhadap dataran oklusal.

3
2.2 PENYEBAB MALOKLUSI

Menurut Moyers yang dikutip oleh Suminy, maloklusi dapat disebabkan

oleh beberapa faktor diantaranya :

1. Faktor keturunan, seperti sistem neuromuskuler, tulang, gigi dan bagian lain

di luar otot dan saraf.

2. Gangguan pertumbuhan.

3. Trauma, yaitu trauma sebelum lahir dan trauma saat dilahirkan serta trauma

setelah dilahirkan.

4. Keadaan fisik, seperti prematur ekstraksi.

5. Kebiasaan buruk seperti menghisap jari yang dapat menyebabkan insisivus

rahang atas lebih ke labial sedangkan insisivus rahang bawah ke lingual,

menjulurkan lidah, menggigit kuku, menghisap dan menggigit bibir.

6. Penyakit yang terdiri dari penyakit sistemik, kelainan endokrin, penyakit

lokal (gangguan saluran pernapasan, penyakit gusi, jaringan penyangga gigi,

tumor, dan gigi berlubang).

7. Malnutrisi.

2.3 DAMPAK MALOKLUSI

Maloklusi dapat menimbulkan berbagai dampak diantaranya dapat dilihat

dari segi fungsi yaitu jika terjadi maloklusi yang berupa gigi berjejal akan berakibat gigi

sulit dibersihkan ketika menyikat gigi. Dari segi rasa sakit, maloklusi yang parah dapat

menimbulkan kesulitan menggerakkan rahang (gangguan TMJ dan nyeri). Dari segi

fonetik, maloklusi salah satunya adalah distooklusi dapat mempengaruhi kejelasan

4
pengucapan huruf p, b, m sedangkan mesio-oklusi s, z, t dan n. Dari segi psikis, maloklusi

dapat mempengaruhi estetis dan penampilan seseorang.10

2.4 KLASIFIKASI MALOKLUSI

Cara paling sederhana untuk menentukan maloklusi ialah dengan

Klasifikasi Angle.6 Menurut Angle yang dikutip oleh Rahardjo, mendasarkan

klasifikasinya atas asumsi bahwa gigi molar pertama hampir tidak pernah berubah

posisinya. Angle mengelompokkan maloklusi menjadi tiga kelompok, yaitu

maloklusi Klas I, Klas II, dan Klas III.

1. Maloklusi Klas I : relasi normal anteroposterior dari mandibula dan maksila.

Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen berada pada bukal groove

molar pertama permanen mandibula. Seperti yang terlihat pada gambar

(Gambar 2.1) Terdapat relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat

dari relasi molar pertama permanen (netrooklusi). Kelainan yang menyertai

maloklusi klas I yakni: gigi berjejal, rotasi dan protrusi.

Tipe 1 : Klas I dengan gigi anterior letaknya berdesakan atau crowded atau gigi C

ektostem

Tipe 2 : Klas I dengan gigi anterior letaknya labioversi atau protrusi

Tipe 3 : Klas I dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan terbalik

(anterior crossbite).

Tipe 4 : Klas I dengan gigi posterior yang crossbite.

Tipe 5 : Klas I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial akibat

prematur ekstraksi.

5
Gambar 2.1 Maloklusi Klas I

2. Maloklusi Klas II : relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. Tonjol

mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih mesial dari bukal

groove gigi molar pertama permanen mandibula. Seperti yang terlihat pada

gambar (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Maloklusi Klas II

Divisi 1 : insisivus sentral atas proklinasi sehingga didapatkan jarak gigit

besar (overjet), insisivus lateral atas juga proklinasi, tumpang

gigit besar (overbite), dan curve of spee positif.

Divisi 2 : insisivus sentral atas retroklinasi, insisivus lateral atas

proklinasi, tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak gigit bisa

normal atau sedikit bertambah.

6
Pada penelitian di New York Amerika Serikat diperoleh 23,8% mempunyai

maloklusi Klas II. Peneliti lain mengatakan bahwa 55% dari populasi

Amerika Serikat mempunyai maloklusi Klas II Divisi I.

3. Maloklusi klas III : relasi anterior dari mandibula terhadap maksila. Tonjol

mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih distal dari bukal

groove gigi molar pertama permanen mandibula dan terdapat anterior

crossbite (gigitan silang anterior). Seperti yang terlihat pada gambar (Gambar

2.3).

Gambar 2.3 Maloklusi Klas III

Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasi lengkungnya tidak

normal.

Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi

ada linguoversi dari gigi anterior mandibula.

Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang; linguoversi dari gigi

anterior maksila; lengkung gigi mandibula baik.

Untuk kasus crossbite ada yang membaginya menjadi crossbite anterior

dan crossbite posterior.

7
a. Crossbite anterior

Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa

gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi

anterior mandibula.

b. Crossbite posterior

Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior

mandibula.

Selain Klasifikasi Angle, terdapat berbagai jenis maloklusi, seperti:

1. Deepbite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal gigi

insisivus maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah

vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus deepbite, gigi posterior sering

linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus mandibula sering berjejal,

linguoversi, dan supra oklusi.

2. Openbite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat

rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam

open bite menurut lokasinya antara lain :

a. Anterior openbite

Klas I Angle anterior openbite terjadi karena rahang atas yang sempit,

gigi depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan

Klas II Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.

b. Posterior openbite pada regio premolar dan molar.

c. Kombinasi anterior dan posterior/total openbite terdapat baik di anterior,

8
posterior, dapat unilateral ataupun bilateral.

3. Crowded (Gigi berjejal)

Gigi berjejal adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal.

Penyebab gigi berjejal adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada

lengkung koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris

tempat dari apeks gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkung yang

paling lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari

mahkota gigi geligi. Faktor keturunan merupakan salah satu penyebab gigi

bejejal, misalnya ayah mempunyai struktur rahang besar dengan gigi yang

besar-besar, ibu mempunyai struktur rahang kecil dengan gigi yang kecil.

Kombinasi genetik antara rahang kecil dan gigi yang besar membuat rahang

tidak cukup dan gigi menjadi berjejal. Kasus gigi berjejal dibagi berdasarkan

derajat keparahannya, yaitu:

a. Gigi berjejal kasus ringan

Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan

mandibula, dianggap suatu variasi yang normal dan dianggap tidak

memerlukan perawatan.

b. Gigi berjejal kasus berat

Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan oral

hygiene yang buruk.

4. Diastema (Gigi renggang)

Gigi renggang adalah suatu keadaan terdapatnya ruang di antara gigi geligi

yang seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu:

9
a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi. Penyebabnya antara lain

frenulum labial yang abnormal, kehilangan gigi, kebiasaan jelek, dan

persistensi.

b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh

faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis.

2.5 Definisi Pencabutan Gigi

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus,

dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan

gigi juga merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan

bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan

pipi, dan selanjutnya dihubungkan atau disatukan oleh gerakan lidah dan rahang.

Defenisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan gigi dengan satu gigi utuh

atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi sehingga

bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak menimbulkan

masalah prostetik paska operasi di masa yang akan datang.

2.6 Indikasi dan Kontra Indikasi Pencabutan Gigi

Indikasi pencabutan gigi banyak dan bervariasi. Jika perawatan konservasi

gagal atau tidak indikasi sebuah gigi harus dicabut karena hal lain sebagai berikut:

a. Gigi karies yang parah dan tidak bisa dirawat lagi.

b. Penyakit periodontal ( gigi mobility II dan mobility III ).

c. Infeksi periapikal.

10
d. Abrasi, erosi, atrisi yang parah.

e. Gigi impaksi

f. Kelainan pulpa ( nekrosis pulpa dan irreversible pulpitis).

g. Gigi berlebih (supernumery teeth).

h. Keperluan ortodontik (misalnya gigi premolar) dan keperluan prostetik.

i. Gigi fraktur yang parah.

Kontra indikasi pencabutan gigi sebagai berikut:

1. Faktor local

a. Akut perikoronitis pada molar 3 dengan fasial selulitis, gingivitis,

stomatitis, sinusitis akut maxilla pada molar dan premolar atas.

b. Pertumbuhan gigi yang disertai tumor ganas.

2. Faktor sistemik

a. Diabetes mellitus tidak terkontrol.

b. Kelainan darah ( hemofili, leukemia, anemia).

c. Kehamilan pada trimester I dan trimester 3.

d. Kelainan kardiovaskular ( hipertensi).

e. Pasien dengan kelainan hati (hepatitis).

2.7 Etiologi dari maloklusi klas II divisi 1

Etiologi dari maloklusi klas II divisi 1 masuk ke dalam karakter klasifikasi

abnormal dental dan skeletal oleh hubungan kelas II divisi 1 dikenali karena

groove bukal molar permanen rahang bawah terletak di distal cusp mesiobukal

molar pertama rahang atas., sudut ANB melampaui 4 derajat, gigi anterior rahang

11
atas protusif, overjet yang besar, palatum tinggi, profil muka konfeks dan bibir

inkompeten. Hal tersebut mungkin disebabkan rahang bawah yang retrognati,

rahang atas yang prognati atau kombinasi keduanya.

Perawatan pasien dengan maloklusi Klas II divisi 1 selama usia

pertumbuhan dan perkembangan dibutuhkan perawatan lanjutan seperti operasi

orthognati pada kasus yang parah. Perawatan lanjutan tersebut adalah perawatan

yang mengoreksi struktur dentoalvoelar tanpa mengoreksi skeletal yang abnormal.

Karater spesifik dari pasien dengan maloklusi klas II divisi 1 adalah gigi

insisif yang protusif dan profil wajah konfeks. Pada perawatannya, premolar

rahang atas untuk memberi ruang pada gigi yang berjejal, memberikan ruang pada

gigi anterior yang sudah di cabut, jadi overjet yang besar dapat diperbaiki.

Maloklusi klas II divisi 1 dapat disertai crowding, deep bite maupun open

bite. Open bite merupakan bentuk hubungan yang tidak benar dalam arah vertikal

atau tidak berkontaknya gigi-geligi atas dan bawah baik pada regio anterior

maupun posterior. Open bite dibedakan menjadi tipe dental dan skeletal. Tipe

dental terjadi karena kebiasaan buruk atau karena ada objek yang menghalangi

erupsi gigi tanpa adanya kelinan skeletal.

Ciri klasik kelas II, divisi 1 maloklusi adalah basis skeletal kelas II dengan

hubungan molar kelas II, dan hubungan kaninus dan insisif kelas II, proklinasi

gigi insisif rahang atas dan meningkatnya overjet, umumnya memiliki profil

cembung dengan bibir yang tidak kompeten.

Di antara pilihan perawatan untuk mengoreksi kelas II divisi 1, paling

sering adalah ekstraksi keempat premolar pertama karena gigi tersebut terletak di

12
bagian anterior lengkung gigi sehingga memungkinkan akses langsung ke daerah

yang crowding dan koreksi protrusi dentoalveolar yang parah. Alternatif lain

adalah mencabut premolar pertama rahang atas dan premolar kedua rahang

bawah. Hal tersebut digunakan pada kasus kelas II divisi 1 dental dan skeletal

dengan crowding anterior atas dengan protrusi dentoalveolar ringan hingga

sedang dan lengkung rahang bawah tanpa banyak masalah di bagian anteriornya.

Ekstraksi berpengaruh pada tinggi wajah bagian anterior bawah dan hal itu

mengurangi dimensi vertikal. Melalui beberapa studi telah ditemukan dikarenakan

gaya yang ringan dan terkontrol dari terapi saat ini, retraksi dari enam, tujuh dan

bahkan sepuluh gigi dapat dilakukan ketika sedang menjalani ekstraksi. Pada

beberapa pasien, solusinya adalah bedah ortognati, namun karena penyebabnya

berbeda, perawatan ini tidak dapat dilakukan dan ekstraksi gigi premolar

permanen dan/atau molar harus dilakukan sebagai kamuflase ortodonti.

13
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Pasien wanita berusia 32 tahun yang datang ke klinik Klinik Orthodonti di

Fakultas Kedokteran Autonomous University of Queretaro dengan keluhan utama:

<tingkatkan senyum saya karena gigi saya terlalu menonjol keluar>.

Gambar 1. Foto wajah sebelum perawatan.

Pemeriksaan klinis

Pasien memiliki pola mesofasial, profil lurus dengan sedikit prochelia

pada bibir bawah dan terdapat inkompetensi bibir. Pada pemeriksaan intraoral,

pasien memiliki dua gigi tiruan cekat dengan 3 buah ceramic logam, satu di

lengkung atas dari gigi kaninus sampai molar pertama atas kiri (pontik pada

premolar kedua); dan di lengkung rahang bawah, dari molar premolar pertama

14
hingga kedua di kiri (pontik satu buah yang menutupi premolar kedua dan molar

pertama); molar dan kaninus kelas II di kedua sisi, overjet 7 mm, dan overbite 1

mm, deviasi midline gigi atas di kiri dan periodontitis ringan kronik

tergeneralisasi.

Gambar 2. Foto intra oral sebelum perawatan.

Figure 3. Initial panoramic radiograph and lateral head lm.

15
Pemeriksaan radiografi

Radiografi panoramik menunjukkan riwayat fraktur pada symphysis menti

dengan rekonstruksi (mentoplasti) dan perawatan orthodonti sebelumnya dengan

ekstraksi premolar pertama atas dan premolar kedua bawah, dan kehilangan

premolar kedua atas kiri, molar pertama bawah kiri dan kedua molar tiga bawah.

Analisis sefalometri menunjukkan kelas II divisi 1 karena retrognatisme,

pertumbuhan netral, proklinasi insisif atas dan bawah dan protrusi dentoalveolar

dengan kecenderungan open bite.

Diagnosis

 Pasien wanita berusia 32,6 tahun.

 Skeletal kelas I.

 Profil wajah lurus dengan inkompetensi bibir.

 Pertumbuhan netral.

 Molar dan kaninus kelas II.

 Overbite 1 mm dan overjet 7 mm.

 Midline gigi atas deviasi ke arah kiri.

 Proklinasi dan protrusi gigi insisif atas dan bawah.

16
Figure 4. Initial study models.

Figure 5. Intraoral treatment photographs: right side, frontal view, left side and

upper and lower occlusal photographs.

17
Tujuan spesifik

 Mendapatkan kaninus kelas I.

 Mengoreksi midline.

 Mengoreksi overjet.

 Mendapatkan kompetensi bibir.

 Meningkatkan profil jaringan lunak.

Rencana perawatan

 Membagi jembatan porselen bawah dan menjaga mahkota porselen gigi

penyangga.

 Ekstraksi gigi premolar kanan atas.

 Menempatkan alat Tip-Edge.

 Pemeriksaan rinci dan penetapan oklusi akhir. Alat dilepas dan retainer

lepasan ditempatkan di lengkung rahang atas dan bawah.

Gambar 6. Transoperatory intraoral photographs right side, frontal view left side

and upper and lower occlusal photographs.

18
Gambar 7. Final intraoral photographs.

 HASIL

Dengan perawatan ini, kaninus kelas I dapat tercapai, midline berpindah ke

tengah, overjet dan overbite yang cukup didapatkan bersamaan dengan

panduan fungsional, kesehatan periodontal meningkat dan profil pasien

semakin baik dengan didapatkannya kompetensi bibir.

Figure 8. Final facial frontal and right pro le photographs.

19
 DISKUSI

Menurut studi Raleigh dan Kesling, keputusan untuk melakukan ekstraksi

bergantung pada posisi insisif bawah dengan garis A-Po atau ketidakinginan

pasien untuk menjalani bedah ortognatik. Oynick menyebutkan bahwa pasien

biprotrusif, sudut pandang terhadap hasil meningkat bila dilakukan ekstraksi.

Proffit menyebutkan perawatan dapat dilakukan dengan atau tanpa ekstraksi

jika dapat mempengaruhi estetik, karena pengaruh turunan yang besar dalam

etiologi maloklusi.

Gambar 9. Pre and post-treatment superimposition.

PERAWATAN

Pasien dirujuk ke departemen prostodonti untuk pembagian jembatan

porselen dan mengangkat pontik gigi premolar kedua atas kiri sambil menjaga

mahkota porselen gigi penyangga dan mengekstraksi premolar kedua atas kanan.

20
Fase I: Penempatan braket dan band Tip-Edge (kecuali molar kedua bawah

kanan) dengan lengkung atas dan bawah NiTi 0.016”. Australian arch dengan

helix mesial ke kaninus dan lengkungan tip-back 3 mm mesial ke tabung gingival

dan menggunakan bahan elastik 5/16” 2 oz kelas II.

Fase II: Australian arch atas dan bawah 0.020” ditempatkan dengan helix

mesial ke kaninus dan dimulai dengan menggunakan E-link untuk menutup ruang.

Fase III: Kawat 0.021” x 0.025” dengan tambahan Side Winder untuk

meluruskan akar dan menghasilkan putaran dengan sifat seperti wire lurus.

21
BAB IV

KESIMPULAN

Maloklusi gigi merupakan suatu kondisi yang menyimpang dari proses

tumbuh kembang yang ditandai dengan tidak harmonisnya hubungan antar gigi,

satu lengkung rahang dengan lengkung rahang lainnya, wajah atau keseluruhan.

Maloklusi Angle klas II divisi 1 mempunyai ciri tonjol mesiobukal molar

pertama atas beroklusi dengan interdental premolar kedua dan molar pertama

bawah, jarak gigit yang besar, lengkung gigi sempit dan profil cembung.

Sekarang ini kebutuhan ekstraksi pada pasien dengan anodonsia parsial

mungkin kontroversial karena adanya teknik bedah atau implan yang ada

sekarang. Jika dibutuhkan ekstraksi, orthodontis harus sangat berhati-hati dalam

memutuskan dan merencanakan rencana perawatan dan biomekanik dan waspada

dengan keadaan molar.

Kasus yang dihadirkan disini didiagnosis sebagai suatu perawatan bedah

dan keputusan diambil untuk melakukan perawatan dengan ekstraksi premolar

yang tersisa, menggerakkan gigi anterior ke posisi yang lebih harmonis dengan

garis AP dan profil wajah, menjadi alternative yang tidak terlalu radikal dari

pembedahan dengan perubahan yang signifikan pada profil dan dengan

melakukan perawatan tersebut, meningkatkan ekspektasi dan khususnya

kepercayaan diri pasien.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewanto H. Aspek-aspek epidemologi maloklusi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press; 1993.p.135-50;167-75.

2. Angle EH. Classification of malocclusion. Dental Cosmos. 1899; 41: 248-64.

3. Harty FJ. Kamus Kedokteran gigi. Alih bahasa: Narlan S. Jakarta: EGC;

1995. p.189.

4. Bisara SE. Textbook of ortodontics. Philadelphia:W.B Sounders Company;

2001. p.101.

5. Suminy D, Zen Y. Hubungan antara maloklusi dan hambatan saluran pernapasan

Kedokteran Gigi Scientific Journal in Dentistry; FKG Trisakti; 2007; 22(1): 32-3.

6. Foster TD. Buku ajar ortodonsi edisi III. Jakarta: EGC. 1993. p.32-39.

7. Proffit WR. Fields HW. Contemporary orthodontics 2nd ed.St. Louis (MO):

Mosby; 1993. p.4.

8. Widodo A, Kisnawati. Penggunaan inclined bite plane sebagai piranti awal

untuk koreksi anterior crossbite. M.I Kedokteran Gigi Scientific Journal in

Dentistry; FKG Trisakti; 2007; 20 (60).

9. Pudyani PR. Perbandingan lebar lengkung basal dan lengkung gigi rahang

atas pada maloklusi klas II divii 1 dan oklusi normal remaja keturunan Cina

di Kodya Yogyakarta. MIKG.2004; IV (12): 340.

10. Revista Mexicana de Ortodoncia. Class II division 1 correction with

maxillary second premolar extractions. Vol. 2, No. 2 pp 128-133 April-June

2014

23
11. Journal section: Orthodontics. Arch width changes in patients with Class II

division 1 malocclusion treated with maxillary rst premolar extraction and

non-extraction method. J Clin Exp Dent. 2016;8(4):e403-8.

12. Effect of Extraction Versus Non-extraction Orthodontic Treatment on

Anterior Facial Height in Class II division 1 Malocclusion. NJIRM 2014;

Vol. 5(1). Jan- Feb.

13. Post-Retention Changes in Class II Division 1 Malocclusion Extraction

Cases: Cephalometric Changes. Journal of Research and Practice in

Dentistry Vol. 2013 (2013), Article ID 952746, 9 pages


14. Evaluation of Dento Facial Vertical Dimension in Class II Division 1

Malocclusion after Premolar Extraction. International Journal of Science and

Research (IJSR)

24
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridho, karunia

dan rahmat yang diberikan, sehingga penulis mampu menyelesaikan referat

orthodonti berjudul “Koreksi Kelas II divisi I dengan Ekstraksi Premolar Kedua

Rahang Atas “.

Dalam penulisan referat ini, penulis telah mendapat banyak bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada dosen pembimbing yaitu drg. Paulus Maulana, Sp. Ort yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan petunjuk

dalam penulisan referat ini.

Penulis menyadari dalam penulisan referat ini masih terdapat banyak

kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun

sangatlah diharapkan sebagai upaya perbaikan dan proses pembelajaran agar

menjadi lebih baik.

Akhirnya besar harapan penulis agar referat ini dapat bermanfaat bagi

rekan-rekan mahasiswa lainnya serta pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya

rekan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo

(Beragama).

Jakarta, Desember 2017

Penulis

i
25
SEMINAR ORTHODONTI

KOREKSI KELAS II DIVISI I DENGAN EKSTRAKSI


PREMOLAR KEDUA RAHANG ATAS

DISUSUN OLEH :
Irvan Yulfikar (2014-16-016)
Novar Yuandra (2014-16-017)
Dentadio Gonanda (2014-16-029)
Nadya Soraya (2014-16-173

PEMBIMBING : Paulus Maulana Soesilo Soesanto, drg., Sp.Ort

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2017

26

Anda mungkin juga menyukai