Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha

Pengasih lagi Maha Panyayang yang telah melimpahkan Rahmat, hidayahnya kepada

kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan tentang “Praktikum Penilaian

Status Gizi Anak di Sekolah Dasar ”

Penyusunan “Praktikum Penilaian Status Gizi Anak di Sekolah Dasar ” ini

disusun dengan maksimal dengan bantuan dari Dosen dan Asisten Dosen sehingga

dapat memperlancar dalam pembuatan laporan ini. Untuk memenuhi tugas

“Praktikum Penilaian Status Gizi Anak di Sekolah Dasar”

Terlepas dari semua itu, penyusunan menyadari laporan “Praktikum Penilaian

Status Gizi Anak di Sekolah Dasar” ini tentunya memiliki banyak kekurangan baik

dari susunan kalimat maupun tata bahasanya, sehingga saran dan kritik yang

membangun kami perlukan untuk penyempurnaan di tahun-tahun berikutnya.

Semoga Laporan “Praktikum Penilaian Status Gizi Anak di Sekolah Dasar”

ini bermanfaat serta dapat memberikan ilmu dan wawasan maupun inspirasi bagi

pembaca. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Palu, Januari 2018

Kelompok VI

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi

Maha Panyayang yang telah melimpahkan Rahmat, hidayahnya kepada kami,

sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan tentang “Analisis Protein secara

kualitatif”.

Penyusunan “Analisis Protein secara kualitatif” ini disusun dengan maksimal

dengan bantuan dari Dosen dan Asisten Dosen sehingga dapat memperlancar dalam

pembuatan laporan ini. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Dasar Ilmu Gizi

Kesehatan Masyarakat”.

Terlepas dari semua itu, penyusunan menyadari laporan “Analisis Protein

secara kualitatif” ini tentunya memiliki banyak kekurangan baik dari susunan kalimat

maupun tata bahasanya, sehingga saran dan kritik yang membangun kami perlukan

untuk penyempurnaan di tahun-tahun berikutnya.

Semoga Laporan “Analisis Protein secara kualitatif” ini bermanfaat serta

dapat memberikan ilmu dan wawasan maupun inspirasi bagi pembaca. Untuk itu

kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Palu, Januari 2018

Kelompok 6

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Protein adalah suatu senyawa organik yang berbobot molekul tinggi

berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan. Protein ini tersusun dari atom C, H,

O dan N serta unsur lainnya seperti P dan S yang membentuk unit-unit asam

amino, dan unsur - unsur ini tidak dimiliki oleh lemak atau atau karbohidrat.

Urutan susunan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino

yang satu dengan asam amino yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein.

Di alam, ditemukan 20-21 macam asam amino yang membangun protein. Sebagai

zat pembangun, protein merupakan bahan-bahan pembentuk Jaringan-jaringan

baru yang selalu terjadi dalam tubuh dan mempertahankan jaringan yang telah

ada.

Kita memperoleh protein dari hewan dan tumbuhan. Protein yang berasal

dari hewan disebut protein hewani sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut

protein nabati. Protein ini mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH dan pelarut

organik. Di dalam setiap sel yang hidup, protein merupakan bagian yang sangat

penting. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen

terbesar setelah air. Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu

berbagai berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan daya tahan

tubuh terhadap penyakit.

Protein terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50 persen dari berat

keringnya dan berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon,

1
air dan organik, tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar. Asam amino memiliki

momen dipole yang besar, juga mereka bersifat kurang asam dibandingkan

sebagian besar asam karboksilat dan kurang basa dibandingkan sebagian besar

senyawa amina yang lain.(Fessenden, 1989).

Beberapa jenis protein sangat peka terhadap perubahan lingkungannya.

Suatu protein memiliki arti bagi tubuh jika melakukan aktivitas biokimiawi yang

menunjang bagi kebutuhan tubuh. Aktifitas ini mengandung struktur dan

konformasi protein yang tepat apabila konformasi protein berubah. Misalnya

karena perubahan suhu, pH atau karena reaksi dengan senyawa lain, ion-ion

logammaka aktifitas biokimianya akan berkurang. Enzim merupakan salah satu

contoh protein yang memiliki aktivitas katalis reaksi didalam tubuh. Ion logam

berat yang masuk ke dalam tubuh akan bereasi dengan sebagian enzim ditubuh

sehingga menyebabkan koagulasi atau penggumpalan.(Poedjiadi, 1994).

Peptida sederhana mengandung dua, tiga, empat, atau lebih residu asam

amino, masing-masing disebut dipeptida, tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya.

Peptide didapatkan dari hidrolisis rantai panjang suatu polipeptida (protein).

Sebagaimana asam amino, peptide memiliki pH isolistrik (pHI). Reaksi kimia

peptide disebabkan karena adanya gugus junh –NH2, R, dan –COOH. Seperti

pada asam amino, gugus -NH2 pada peptide dapat direaksikan dengan 2,4

dinitrofenil florobenzene fenilisotianat dan gugus –COOH. Dapat diesterfikasi

dan direduksi. Ca reaksi berwarna yang lain untuk pepetida dan protein tetapi

tidak untuk asam amino bebas adalah reaksi biuret. Reaksi ini terjadi antara

pepetida atau protein dengan CuSO4 dan alkali, yang menghasilkan senyawa

kompleks berwarna ungu.(Wirahardikusumah, 2008).

6
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan di gedung Laboratorium Terpadu Poltekkes

Kemenkes Palu, pada hari Selasa 16 Januari 2018 pada pukul 08.30 – 12.00 Wita.

B. Alat dan Bahan

1. Alat :

a. Pipet skala 1 ml, 3 ml

b. Tabung reaksi

c. Lemari asam

d. Pemanas air

e. Rak tabung

2. Bahan :

a. Susu Cair

b. Telur yang dilarutkan dalam NaCl 0,9 %

c. HNO3 pekat

d. NAOH 10%

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja uji analisis protein secara kualitatif yaitu :

1. Uji Xantoprotein

Adapun prosedur kerja Uji Xantoprotein yaitu :

a. Ambil 3 ml sampel (susu cair, telur dan glukosa) kemudian setiap sampel

di masukan ke dalam masing-masing tabung reaksi

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Dari hasil uji Xantoprotein dan Uji Biuret di dapatkan hasil :

Tabel 4.1 Hasil Uji Xantoprotein

Warna

No Sampel Pereaksi Keterangan


Setelah di Setelah Hasil
Sampel panaskan ditambahkan Uji
NaOH

Susu Cair Mengandung


Putih Putih susu Warna Orange
1 (+) Protein
HNO3
2 Telur pekat dan Bening Bening Warna Orange Mengandung
(+)
NaOH Protein
10 %
3 Glukosa Bening Bening Bening Tidak
(-) Mengandung
Protein
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 4.2 Hasil Uji Biuret

Sebelum Sesudah Hasil Keterangan


No Sampel CuSO4
Ditambah NaOH ditambah NaOH uji
.
1 Susu Cair Putih susu Putih Susu Ungu muda Mengandung
(+)
Protein

2 Telur Bening Bening Ungu Pekat (ungu Mengandung


(+)
tua) Protein
Sumber : Data Primer, 2018

B. Pembahasan
1. Uji Xantoprotein

Berdasarkan hasil pengamatan uji xantoprotein diketahui bahwa

sebelum ditambahkan dengan NaOH larutan susu berwarna putih susu setelah

10
ditambahkan NaOH, larutan susu mengalami perubahan pada warna yaitu

menjadi orange yang berarti susu tersebut mengandung senyawa protein.

Kemudian pada sampel kedua yaitu telur, sebelum ditambahkan

NaOH berwarna bening. Setelah ditambahkan NaOH berubah warna menjadi

oranye, yang berarti telur tersebut mengandung senyawa protein.

Uji Xantoprotein adalah uji untuk menentukan apakah suatu protein

mengandung gugus benzena (cincin fenil). 20 jenis asam amino esensial

dalam organisme kehidupan yang mengandung gugus benzena ada tiga yaitu

fenilalanin, triptofan dan tirosin. Maka uji xantoprotein ini hanya positif jika

asam amino tirosin, triptofan dan fenil alanin ditambahkan asam nitrat pekat

terbentuk endapan putih dan berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan.

Fungsi pemanasan adalah untuk membuat protein mengalami

denaturasi atau kerusakan, sehingga diharapkan molekul protein yang terdiri

dari banyak polipeptida dapat terputus menjadi molekul-molekul

penyusunnya yang lebih kecil, sehingga hal ini diharapkan dapat

mempercepat reaksi.

Mekanisme uji xanthoprotein mulanya terjadi pada saat dimasukkan

HNO3 pekat pada sampel. HNO3 pekat dengan sampel akan bereaksi. Reaksi

tersebut adalah reaksi nitrasi dimana terjadi subtitusi atom H+ dengan NO2

yang akan menghasilkan senyawa kompleks. Dengan adanya pemanasan

reaksi akan berlangsung lebih cepat dan mulai terbentuk senyawa kompleks

kuning jingga apabila dalam sampel terdapat asam amino aromatik.

Warna senyawa kompleks kuning jingga dipertegas dengan

penambahan NaOH 10% pada sampel sehingga warna kuning jingga dapat

terlihat dengan jelas. (Anonim, 2014).

11

Anda mungkin juga menyukai