Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Medika Veterinaria Safni Kamal, dkk

ISSN : 0853-1943

TOTAL BAKTERI PSIKOTROPIK IKAN NILA (Oreochromis niloticus)


YANG DIBERI PENINGKATAN SUHU PADA SAAT
PEMELIHARAAN
Total of Phsycotrophic Bacteria of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) Reared in
High Water Temperature
Safni Kamal1, Nurliana2*, Faisal Jamin3, Sulasmi2, Hamny3, dan Fakhrurrazi4
1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
3
Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
4
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
*Corresponding author: nunayafiq@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui total bakteri psikotropik pada ikan nila yang diberi peningkatan suhu pemeliharaan. Penelitian ini
menggunakan ikan nila dengan berat badan 35-40 g. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola searah, dengan
dua perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan I (P1), yaitu suhu normal (29±1° C) dan perlakuan II (P2) diberi peningkatan suhu (35±1  C).
Perlakuan diberikan selama 21 hari berturut-turut. Pakan diberikan dengan menggunakan pelet komersil sebanyak tiga kali sehari. Data
penghitungan jumlah bakteri dihitung pada hari terakhir perlakuan. Hasil analisis menunjukkan penurunan total bakteri psikotropik (P<0,01)
pada P2. Hasil penghitungan total plate count (TPC) pada insang; usus; dan daging masing-masing adalah 1,5x10³; 7,7x10³; dan 9,7x10³
cfu/g. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan suhu pemeliharaan dapat menurunkan jumlah bakteri psikotropik
pada ikan nila.
____________________________________________________________________________________________________________________
Kata kunci: ikan nila, suhu, bakteri psikotropik, TPC

ABSTRACT
This research aimed to calculate the number of phsycotrophic bacteria of nile tilapia reared in increased water temperature. For this
purpose, 12 nile tilapias with body weight of 35-40 g were randomly allotted into 2 treatments groups with 3 replications. Fish in group 1 (P1)
was reared in normal temperature (29±1° C) and group II (P2) was reared in high water temperature (35±1 C). All fish were fed commercial
diet 3 times a day for 21 consecutive days. T-test analysis revealed a significant decrease in number of psychotropic bacteria (P<0.01) in group
P2. Total plate count (TPC) resulted in fish gills, intestinal, and muscle were 1.5×10³, 7.7x10³, and 9.7x10³ cfu/g respectively. In conclusion,
increasing of water temperature reduce the number of phsycotrophic bacteria of nile tilapia.
____________________________________________________________________________________________________________________
Key words: tilapia, temperature, phsycotrophic bacteria, TPC

PENDAHULUAN pada bau, warna, dan tekstur pada ikan. Komponen


yang dipecah terutama protein dan lipid (Ghaly et al.,
Ikan nila merupakan komoditas perairan darat 2010).
yang banyak digemari oleh masyarakat, baik lokal Proses pembusukan dapat dihambat dengan
maupun manca negara. Ikan merupakan sumber bahan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan
pangan yang bermutu tinggi, karena mengandung penyimpanan pada suhu rendah. Namun, penyimpanan
protein yang sangat baik dibutuhkan oleh tubuh pada suhu rendah tidak dapat memperlambat proses
manusia. Ikan merupakan salah satu jenis bahan kemunduran mutu dan memperpanjang masa simpan
pangan yang mudah busuk atau rusak (highly produk. Hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa
perishable food), sehingga mutu ikan mudah bakteri pembusuk mampu bertahan pada penyimpanan
menurun. Tubuh ikan mengandung protein dan air suhu rendah (Rostini, 2007).
cukup tinggi sehingga merupakan media yang sangat Peningkatan suhu dihasilkan dari adanya
baik bagi pertumbuhan bakteri pembusuk dan mikrob ketidakseimbangan antara jumlah panas yang
yang lain (Eriyanto, 2006). dilepaskan dari tubuh ke lingkungan sekitar dengan
Pembusukan bahan pangan dapat terjadi akibat jumlah panas yang dihasilkan oleh tubuh.
enzim, kimia, dan kegiatan mikrob. Namun, 30% Temperatur yang tinggi dan musim panas yang
produk perikanan rusak akibat pembusukan oleh panjang pada negara tropis seperti Indonesia dapat
mikrob. Mikrob yang berada pada permukaan tubuh menimbulkan stres dan membangkitkan adaptasi
ikan akan masuk ke dalam tubuh ikan dan perilaku, fisiologik, dan biokimiawi (Lin et al.,
menyebabkan pembusukan disertai dengan 2005). Selama terjadinya peningkatan suhu,
pembusukan oleh enzim dan proses kimiawi. Proses metabolisme dalam tubuh berlangsung cepat
pembusukan berlangsung akibat terjadi pemecahan sehingga membutuhkan banyak oksigen (O 2),
berbagai komponen dan pembentukan komponen sedangkan karbondioksida (CO 2) dalam darah
baru. Komponen baru ini menyebabkan perubahan menurun (Roberts et al., 2002).

37
Jurnal Medika Veterinaria Vol. 10 No. 1, Februari 2016

Stres akibat peningkatan suhu air pada ikan Pemeriksaan Mikrob Menggunakan Metode Plate
berdampak terhadap performa dan kesehatan ikan Count
berupa gangguan fungsi sel-sel darah (El-Sherif dan El- Enam ekor ikan nila setiap akuarium, diambil tiga
Feky, 2009). Perubahan suhu air juga berpengaruh ekor secara acak, kemudian ikan tersebut dibawa ke
terhadap aktivitas pencernaan, pertumbuhan, dan laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan. Seluruh
reproduksi ikan (Cruz et al., 2002). Keadaan suhu air ikan diambil bagian insang, usus, dan daging. Masing-
memengaruhi metabolisme ikan. Hal ini disebabkan masing bagian tersebut dilakukan stomacher secara
kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu. terpisah, sesuai dengan bagian yang diperiksa. Masing-
Kelarutan oksigen akan menurun dengan meningkatnya masing bagian yang sudah dilakukan stomacher,
suhu (Houlihan et al., 1993). diambil sebanyak 1 ml lalu dimasukan ke dalam 9 ml
Kebanyakan bakteri patogen ikan termasuk larutan natrium klorida (NaCl) fisiologis 10-1 dan
golongan Gram negatif, seperti Aeromonas sp., dihomogenkan. Setelah homogen, hasil pengenceran
Pseudomonas sp., Flexibacter sp., dan Vibrio sp. 10-1 diambil dengan pipet sebanyak 0,1 ml ke dalam
Bakteri-bakteri ini hampir selalu ditemukan dan hidup pengenceran 10-2 dan dihomogenkan, setelah homogen
di air kolam, di permukaan tubuh ikan, dan pada organ- kemudian dilakukan pengenceran kembali mulai dari
organ tubuh bagian dalam ikan. Pencegahan infeksi 10-3 sampai dengan 10-6.
bakteri ini terletak pada pengelolaan kualitas air yang Hasil pengenceran, mulai dari 10-3 sampai dengan
-6
baik sehingga ikan terhindar dari stres. Ikan mas dan 10 diambil dengan pipet satu per satu sebanyak 0,1 ml
ikan nila sering terserang bakteri Aeromonas dan dimasukkan ke dalam masing-masing cawan petri
hydrophilla, Aeromonas salmonicida, dan yang telah diberi label mulai dari 103-106. Kemudian,
Pseudomonas flourescens (Sari, 2011). ke dalam cawan petri tersebut, dimasukan media agar
Penyakit yang mewabah pada budidaya ikan nila di total plate count (TPC) cair dengan suhu 50° C
Jawa Barat dan beberapa pulau di Indonesia pada secukupnya. Setelah agar memadat, cawan-cawan
tahun-tahun belakangan ini adalah penyakit tersebut dimasukkan ke dalam refrigerator dengan suhu
Streptococcosis yang disebabkan oleh Streptococcus ±4° C selama 4-7 hari. Setelah 4-7 hari jumlah bakteri
agalactiae, S. agalactiae (Taukhid, 2009). Bakteri S. yang tumbuh dihitung. Perhitungan jumlah koloni
agalactiae termasuk Gram positif, motilitas dan didapatkan melalui standar yang disebut TPC (Fardiaz,
oksidatif fermentatif positif, dan katalase negatif 1989).
(Evans et al., 2006).
Analisis Data
MATERI DAN METODE Data yang diperoleh dalam penelitian ini
dianalisis menggunakan uji t.
Hewan coba dalam penelitian ini adalah ikan nila
dengan bobot badan berkisar 35-40 g. Ikan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan sebanyak 6 ekor, dibagi menjadi dua
perlakuan, masing-masing terdiri atas tiga ekor ikan. Rata-rata nilai TPC total bakteri psikotropik pada
Sampel yang digunakan adalah bagian daging, insang P1 menghasilkan nilai rataan pada organ insang; usus;
dan usus. Pada penelitian ini digunakan tiga ulangan dan daging masing-masing adalah 4,2x106; 5,7x106;
pada masing-masing perlakuan. Ukuran akuarium pada dan 4,3x106 cfu/g, sedangkan pada P2 terjadi
masing-masing perlakuan adalah 60x45x40 cm dengan penurunan total bakteri psikotropik dengan rataan pada
ketinggian air ±30 cm. organ insang; usus; dan daging masing-masing adalah
Rancangan yang digunakan adalah rancangan 1,5x103; 7,7x103; dan 9,7x103 cfu/g. Hasil analisis
acak lengkap (RAL) pola searah. Perlakuan terdiri statistik menunjukkan suhu pemeliharaan ikan nila
atas P1 dan P2. Perlakuan I (P1), ikan diberi pakan berpengaruh (P<0,01) terhadap total bakteri psikotropik
komersil dengan suhu pemeliharaan 29±1 C, dan tiap organ yang diamati.
perlakuan II (P1), ikan diberi pakan yang sama juga Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa
dengan peningkatan suhu pemeliharaan menjadi 35±1° peningkatan suhu pemeliharaan dapat menghambat
C. Perlakuan ini diberikan selama 21 hari berturut- pertumbuhan bakteri psikotropik pada ikan nila. Hasil
turut. tersebut sesuai dengan pendapat Frazier (1988) yang
Pada masing-masing perlakuan, suhu dalam menyatakan bahwa pertumbuhan dan reaksi
akuarium ditingkatkan secara bertahap dengan metabolisme mikroorganisme dipengaruhi oleh suhu.
menggunakan heater. Heater memiliki sensor Laju pertumbuhan dan jumlah total bakteri sangat
termoregulator otomatis. Heater mulai dinyalakan dipengaruhi oleh suhu, pH, dan gas oksigen. Setiap
pada pukul 09.00 WIB. Secara bertahap akan spesies bakteri tumbuh pada kisaran suhu tertentu.
meningkat dari suhu lingkungan mencapai Bakteri psikotropik mampu tumbuh pada suhu minimum
peningkatan suhu panas sampai (35±1° C) selama (-4-5° C), optimum (25-30° C), dan maksimum (30-35°
empat jam yaitu pada pukul 13.00-17.00 WIB. Setelah C) (Prescott, 2005). Suhu 35° C merupakan suhu
itu heater dimatikan. Air akuarium diganti setiap tiga maksimum pertumbuhan bakteri psikotropik, maka pada
hari sekali sebanyak 80% dari total volume suhu tersebut dapat dikatakan bahwa bakteri psikotropik
akuarium. tersebut sudah memasuki fase kematian. Volk dan

38
Jurnal Medika Veterinaria Safni Kamal, dkk

Wheeler (1993) menyatakan bahwa fase pertumbuhan sempurna. Pada organ usus ikan di perairan tawar,
bakteri dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu fase lag, banyak terdapat bakteri golongan Pseudomonas sp.,
fase logaritma (eksponensial), fase stasioner, dan fase Bacillus sp. dan Aeromonas sp., sedangkan pada
kematian. perairan laut banyak terdapat bakteri halofilik seperti
Fase lag merupakan fase penyesuaian bakteri Vibrio sp., Flavobacterium sp. dan Pseudomonas sp.
dengan lingkungan yang baru. Lama fase lag pada (Nursyirwani, 2003). Usus ikan mengandung bakteri
bakteri sangat bervariasi, tergantung pada komposisi sekitar 102-107 cfu/cfu/g (Nair, 1998).
media, pH, suhu, aerasi, jumlah sel pada inokulum Kulit ikan mengandung bakteri sekitar 102-107
awal, dan sifat fisiologis mikroorganisme pada cfu/cm2. Umumnya bakteri yang hadir antara lain
media sebelumnya. Fase logaritma atau fase adalah golongan bakteri Gram negatif, seperti
eksponensial adalah ketika sel telah menyesuaikan Pseudomonas, Shewanella, Moraxella, dan golongan
diri dengan lingkungan yang baru maka sel mulai Gram positif seperti Micrococcus (Adam dan Moss,
membelah hingga mencapai populasi yang 2008). Menurut SNI 01-6366 (BSN 2000) batas
maksimum. Fase eksponensial ditandai dengan maksimum cemaran mikrob (BMCM) adalah jumlah
terjadinya periode pertumbuhan yang cepat. Setiap jasad renik/mikrob maksimum (cfu/g) yang diizinkan
sel dalam populasi membelah menjadi dua sel. atau direkomendasikan yang dapat diterima dalam
Variasi derajat pertumbuhan bakteri pada fase bahan makanan asal hewan. Batas maksimum cemaran
eksponensial ini sangat dipengaruhi oleh sifat mikrob pada daging adalah 1x106 cfu/g dan untuk
genetika yang diturunkannya. Selain itu, derajat koliform adalah 1x102 cfu/g SNI 01-7388 (BSN, 2009).
pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kadar nutrien
dalam media, suhu inkubasi, kondisi pH dan aerasi. KESIMPULAN
Ketika derajat pertumbuhan bakteri telah
menghasilkan populasi yang maksimum, maka akan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang mati bahwa peningkatan suhu air dapat menurunkan jumlah
dan jumlah sel yang hidup. Fase stasioner terjadi bakteri psikotropik.
pada saat laju pertumbuhan bakteri sama dengan laju
kematiannya, sehingga jumlah bakteri keseluruhan DAFTAR PUSTAKA
bakteri akan tetap. Keseimbangan jumlah
Affendi, H. 2001. Telaah Kualitas Air bagi Pengelola Sumberdaya
keseluruhan bakteri ini terjadi karena adanya
dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
pengurangan derajat pembelahan sel. Hal ini Cruz, E.M., S. Almatar, and K.A. Elah. 2002. Determination of the
disebabkan oleh kadar nutrisi yang berkurang dan maximum and minimum lethal temperature for year 0 and year 1
terjadi akumulasi produk toksik sehingga silver pomfret (Pampus argenteus Euphrasen). Asian Fisheries.
Sci.15:91-97.
menggangu pembelahan sel. Fase stasioner ini
El-Sherif, M.S. and A.M.I. El-Feky. 2009. Performance of nile tilapia
dilanjutkan dengan fase kematian yang ditandai (Oreochromis niloticus) fingerlings II. Influence of different
dengan peningkatan laju kematian yang melampaui water temperature. Int. J. Agric. Biol. 11:301-305.
laju pertumbuhan, sehingga secara keseluruhan Eryanto, I. 2006. Karakteristik Surimi Fillet Ikan Nila (Oreochromis
sp.) yang Disimpan pada Suhu Dingin. Skripsi. Program Studi
terjadi penurunan populasi bakteri.
Teknologi Hasil Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan Bogor. Bogor.
tetap hidup merupakan suatu hal yang penting untuk Evans, J.J., P.H. Klesius, and C.A. Shoemaker. 2006. An overview of
diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang Streptococcus in warmwater fish. Aquac. Health Int. 7:10-14.
Fardiaz, S. 1989. Petunjuk Laboratorium. Analisis Mikrobiologi
memengaruhi pertumbuhan mikrob sangat penting di
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Direktorat
dalam mengendalikan mikrob (Suriawiria, 2005). jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan
Sebagian besar mikrob (pada ikan hidup) biasanya Kebudayaan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
terdapat pada permukaan tubuh (kulit), insang, dan Frazier, W.C. dan D.C. Westhoff. 1998. Food Microbiology. 4th ed.
Mc Graw-Hill Book, Singapore.
saluran pencernaan (Jay et al., 2005).
Ghaly, A.E., D. Dave, S. Budge, and M.S. Brooks. 2010. Fish
Bagian yang paling rentan dari ikan adalah daerah spoilage mechanisms and preservation techniques review. Am. J.
insang. Insang mempunyai peranan yang sangat Appl. Sci. 7(7):859-877.
penting sebagai organ yang mampu dilewati air Houlihan, D.F., E. Mathers, and A. Foster. 1993. Biochemical
Correlates of Growth in Fish. In Fish Ecophysiology. Rankin
maupun mineral, serta tempat dibuangnya sisa
J.C. and F.J. Jensen (Eds.). Chapman and Hall, London.
metabolisme (Moyle dan Cech, 1999 yang disitasi Jay, G., P. Ganesan, R. Anandaraj, J.R. Shakila and D. Sukumar.
Affendi, 2001). Permeabilitas insang yang tinggi 2005. Quantitative and qualitative studies on the bacteriological
terhadap ion-ion monovalen Na¯ dan Cl¯, sehingga quality of indian white shrimp (Penaeus indicus) stored in dry
ice. J. Food Microbiol. 23(6):526-533.
pasif bergerak dari media atau lingkungan air laut ke
Lin, H., H.F. Zhang, R. Du, X.H. Gu, Z.Y. Zhang, J. Buyse, and E.
dalam plasma. Tanda-tanda awal pembusukan Ducypere. 2005. Thermoregulation responses of broiler chickens
organoleptik dapat dilihat dari insang yang berbau. to humidity at different ambient temperatures II. Four weeks of
Bakteri pembusuk yang biasa terdapat pada ikan age. Poult. Sci. 84:124-128.
Nair, K.K.S. and R.B. Nair. 1988. Bacteriological quality of fresh
adalah Pseudomonas-Alteromonas 32-60% dan
water fish from Krishnarajedra Sagar reservoir. Fish Technol.
Moraxella-Acinetobacter 18-37% (Jay et al., 2005). 5(1):78-79.
Usus merupakan tempat berlangsungnya proses Nursyirwani. 2003. Aktivitas bakteri nitrifikasi pada konsentrasi
pencernaan dan arbsorbsi bahan makanan secara lebih subtrat berbeda. Ilmu Kelautan. 8(1):8-15.

39
Jurnal Medika Veterinaria Vol. 10 No. 1, Februari 2016

Prescott, J. 2005. Microbiology. 6th ed. Mc Graw Hill Companier, USA. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Roberts, M., T. Rivers, S. Oliveria, and P. Texeira. 2002. Suriawiria, U. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang
Adrenoceptor and local modulator control of cutaneous blood Sehat. PT. Alumni, Bandung.
flow in thermal stress. Comp. Physiol. Biochem. 313:485-496. Taukhid, 2009. Efektivitas Pemberian Vaksin Streptococcus spp.
Rostini, I. 2007. Peranan Bakteri Asam Laktat (Lactobacilus pada Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) melalui Teknik
plantarum) terhadap Masa Simpan Filet Nila Merah pada Suhu Perendaman untuk Pencegahan Penyakit Streptococcosis.
Rendah. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laporan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Pusat Riset
Universitas Padjadjaran. Bandung. Perikanan Budidaya Depertemen Kelautan dan Perikanan.
Sari, D.N. 2011. Pencegahan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Jakarta.
pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Pemberian Volk, W.A. dan M.F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar.
Ektrak Etil Asetat Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa). (Diterjemahkan Adisoemitro, S). Edisi ke-5. Erlangga, Jakarta.

40

Anda mungkin juga menyukai