Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 2 No. 1, Februari 2014, 1-8

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Desalinasi Sistem


Penyulingan menggunakan Panas Matahari dengan
Pengaturan Tekanan Udara
Hangga Hiranandani Tanusekar*, Alexander Tunggul Sutanhaji

Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145
*Penulis Korespondensi, Email: tanusekar@gmail.com

Abstrak

Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut, begitu banyak air yang melimpah
akan tetapi masih terdapat daerah yang sulit air untuk keperluan air tawar atau air minum.
Melimpahnya sinar matahari yang menyinari kepulauan Indonesia hampir sepanjang tahun
dapat digunakan sebagai sumber energi. Bentuk pemanfaatan sumber daya matahari adalah
upaya memanfaatkan energi matahari untuk memproduksi air tawar dengan memanfaatkan
energi panas dari matahari untuk penyulingan air laut. Tujuan penelitian ini adalah merancang
dan membuat alat desalinasi air laut yang dapat digunakan untuk penjernihan atau pemurnian
air dengan memanfaatkan energi matahari dan melakukan uji kinerja alat yang dirancang.
Perancangan alat terdiri dari tiga bagian yaitu evaporator, kondensor dan pompa vakum. Alat
desalinasi bekerja berdasarkan sifat koligatif larutan mengenai titik didih. Semakin rendah
tekanan atmosfer maka semakin rendah titik didih zat cair, sebaliknya semakin tinggi tekanan
atmosfer maka semakin tinggi titik didih zat cair. Tujuan dari menurunkan tekanan adalah
menurunkan titik didih zat cair untuk mempercepat laju penguapan. Pengujian penelitian ini
menggunakan alat desalinasi yang telah dibuat. Alat desalinasi ini memiliki daya tampung
bahan 80 liter dengan dimensi 100 cm x 80 cm x 20 cm. Selama pengujian, tekanan udara alat
desalinasi diatur pada tekanan -5 cmHg, -7,5 cmHg, -10 cmHg. Hasil pengujian alat desalinasi
selama 6 hari dengan titik pengambilan data pada pukul 10.00 WIB, 11.00 WIB, 12.00 WIB dan
13.00 WIB diperoleh hasil maksimal pada perlakuan volume air laut 40 liter dan suhu air laut 47

C dengan tekanan -10 cmHg didapatkan laju penguapan 305,76 ml/jam.

Kata kunci : Air laut, desalinasi, evaporator, kondensor dan pompa vakum.

Design Build and Test Performance Tools Distillation


Desalination System using Solar Heat with Air Pressure Settings
Absract

Indonesia is an archipelago surrounded by the sea, so much water is abundant but there are
still areas that are hard water for fresh water or drinking water. The abundance of sunlight that
shines almost all year Indonesian archipelago can be used as an energy source. Forms of
resource utilization is an effort to harness the sun solar energy to produce freshwater by
utilizing the heat of the sun's energy for desalination. The purpose of this research is to design
and create a sea water desalination equipment that can be used for purification of water by
using solar energy and performance test tools designed. Design tool consists of three parts:
evaporator, condenser and vacuum pump. Desalination tool works by colligative properties of
the solution boiling point. The lower the atmospheric pressure, the lower the boiling point of the
liquid, otherwise the higher the atmospheric pressure the higher the boiling point of the liquid.
The purpose of lowering the pressure is lowered boiling point of liquids to accelerate the rate of
evaporation. Tests using a desalination research that has been made. This tool has a
desalination capacity of 80 liters of material with dimensions of 100 cm x 80 cm x 20 cm.
During the test, the air pressure is set at a pressure tool desalination cmHg -5, -7.5 cmHg, -10
cmHg. The test results desalination equipment for 6 days with data collection points at 10.00
am, 11.00 am, 12.00 am and 13.00 pm on treatment results obtained maximum volume of 40

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Desalinasi – Tanusekar & Sutanhaji 1
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 1, Februari 2013, 1-9

liters of sea water and sea water temperature of 47 ᵒ C to -10 cmHg pressure obtained
evaporation rate 305, 76 ml / hour.

Key words : sea water, desalination, evaporator, condenser and vacuum pump

PENDAHULUAN

Penyediaan air bersih bagi seluruh lapisan masyarakat masih merupakan satu masalah
besar di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan upaya untuk mendapatkan air
jernih dari air keruh maupun air tawar dari air payau atau air laut. Kepulauan Indonesia berada
di sekitar garis katulistiwa memiliki iklim tropis. Melimpahnya sinar matahari yang menyinari
kepulauan Indonesia hampir sepanjang tahun dapat digunakan sebagai sumber energi. Energi
matahari yang tersedia merupakan sumber energi yang murah dan dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi alternatif. (Darpito, dkk., 1996).
Salah satu bentuk pemanfaatan sumber daya matahari adalah upaya memanfatkan energi
matahari untuk memproduksi air tawar dengan memanfaatkan energi panas dari matahari untuk
penyulingan air laut. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat alat desalinasi air
laut dengan memanfaatkan energi matahari dan melakukan uji kinerja alat desalinasi yang telah
dibuat.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diambil Air laut dari pantai Tamban Kab.
Malang melalui agen ikan laut hias, kadar garam diasumsikan 35 gr/kg untuk laut hindia
(Vulkan & Verlag, 1978). Alat yang dipakai dalam percobaan ini terdiri dari: Termometer untuk
mengukur suhu; Manometer vakum (cmHg) untuk mengukur tekanan udara; Rangkaian pompa
jet air untuk menurunkan tekanan udara; Pompa air untuk pendingin kondensor. Untuk
pengujian digunakan alat desalinasi yang sudah dirancang yang terdiri dari evaporator,
kondensor dan pompa vakum. Evaporator dibuat berukuran 100 cm x 80 cm dengan daya
tampung bahan 80 liter memiliki laju penguapan 305,76 ml/jam dan kapasitas 7,2 liter/ m2/hari.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah perancangan alat yang meliputi analisa
fungsional dan analisa struktural dan dilanjutkan dengan melakukan uji kinerja alat yang sudah
dirancang. Uji kinerja dilakukan dengan menggunakan dua perlakuan yaitu perlakuan dengan
volume awal bahan 30 L dan 40 L , setiap perlakuan dilakukan sebanyak tiga pengamatan
dengan tekanan -5 cmHg, -7.5 cmHg dan -10 cmHg. Untuk pengamatan dilakukan dengan
menggunakan rangkaian alat desalinasi yang terdiri dari: Evaporator dengan luas 0.8 m² sebagai
tempat menguapkan air laut. Kondensor sebagai tempat mengembunkan uap air yang berasal
dari evaporator. Pompa vakum sebagai alat menurunkan tekanan di dalam evaporator sekaligus
menarik uap air yang dihasilkan menuju kondensor. Manometer sebagai alat penunjuk tekanan
pada evaporator.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaporator
Evaporator merupakan salah satu bagian dari alat desalinasi yang memiliki peranan sebagai
pemanas air laut yang nantinya menguapkan air dari air laut. Penelitian sebelumnya menemukan
bahwa evaporator tenaga surya ukuran 0,4512 m² ( dimensi ruang : 94 cm x 48 cm) mampu
Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Desalinasi – Tanusekar & Sutanhaji 2
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 1, Februari 2013, 1-9

menghasilkan air tawar 1877,33 mL/hari, kemudian dapat dihitung rata-rata volume air tawar
yang diuapkan adalah 4,161 L/m²/hari. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman
(Anonim, 2005), menemukan bahwa dengan evaporator tenaga surya bisa dihasilkan air tawar
6-8 L/hari, untuk evaporator yang dibuat oleh kimpraswil tidak terdapat informasi mengenai
ukuran evaporator. Sugeng Abdullah (2005) menemukan bahwa evaporator tenaga surya ukuran
1m² (dimensi ruang : 100 cm x 100 cm) mampu menghasilkan air tawar dari air laut sebanyak
3,942 L/m²/hari. Sedangkan evaporator dalam penelitian yang dilakukan ini apabila
diasumsikan uap air yang terjadi diembunkan semua maka dengan ukuran 0,8 m² (dimensi
ruang : 100 cm x 80 cm) mampu menghasilkan air 5.50368 L/hari maka dapat dihitung rata-rata
volume air tawar yang dihasilkan adalah 7,2 L/m²/hari, rata-rata ini ternyata lebih tinggi dari
penelitian terdahulu, perbedaan volume air tawar yang dihasilkan dari berbagai evaporator
tenaga surya ini dapat terjadi karena kemungkinan kondisi dan variable penelitian yang
dilakukan berbeda.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Goswami mampu menghasilkan 0.19 liter/jam
dengan dimensi evaporator 0.2 m² maka dapat dihitung rata-rata volume air tawar yang
dihasilkan adalah 22.8 L/m²/hari. Selisih produksi air dari penelitian Goswami dengan
penelitian yang telah dilakukan sangat jauh, hal tersebut dikarenakan bahwa penelitian
Goswami menggunakan perlakuan pengaturan tekanan udara hingga 6000 Pa(abs) yang setara
dengan 4.5 cmHg (abs) atau sama dengan -71.5 cmHg, sehingga air laut pada evaporator turun
titik didihnya yang dapat mempercepat laju penguapan pada evaporator. Perbedaan yang paling
terlihat adalah pada pengaturan tekanan udara (pemvakuman) pada penelitian yang dilakukan
ini sedangkan pada penelitian sebelumnya tidak mengunakan pengaturan tekanan udara
(pemvakuman) sehingga dapat disimpulkan bahwa pemvakuman dapat mempercepat laju
penguapan air. Gambar rancangan evaporator disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Evaporator

Kondensor
Kondensor merupakan bagian dari alat desalinasi yang berperan sebagai mesin penukar
panas yang berfungsi mengkondensasikan (mengembunkan) uap air yang berasal dari ruang
evaporator. Kondensor memiliki tinggi 40 cm dengan diameter 10.16 cm dengan kapasitas pada
dalam gulungan pipa tembaga 1,5 L. Kondensor yang telah dibuat dipilih kondensor jenis
vertical watercooled condensor yaitu kondensor yang didinginkan oleh air dibantu dengan
pompa dengan aliran bahan dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas. air pendingin masuk
melalui bawah dan melalui ruang dalam kondensor kemudian keluar melalui atas kondensor.
Uap air masuk melalui bagian atas kondensor dan air pendingin masuk melalui bagian bawah ini
dilakukan untuk mempercepat laju penukaran kalor atau reaksi pengembunan. Gambar
rancangan kondensor disajikan pada Gambar 2.

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Desalinasi – Tanusekar & Sutanhaji 3
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 1, Februari 2013, 1-9

Gambar 2 Kondensor

Pompa Vakum
Pompa vakum merupakan bagian dari alat desalinasi yang berperan sebagai penghisap uap
air dan mengatur tekanan pada evaporator. Pompa vakum ini memiliki panjang 58 cm dengan
diameter lubang hisap dan lubang buang 1 inchi dan lubang masukan air sebesar 3.81 cm pompa
vakum dapat menghasilkan kekuatan hisap hingga -62 cmHg. Pompa vakum ini dirancang
dengan cara menggabungkan jet air dengan pompa air listrik. Spesifikasi pompa air listrik yang
digunakan untuk pompa vakum dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan gambar pompa vakum
yang digunakan disajikan pada Gambar 3.

Tabel 1. Spesifikasi Pompa Air Listrik Yang Digunakan Untuk Pompa Vakum
Spesifikasi Nilai
Merk DAB buatan Italy
Model AQUA 401A
Max Cap (L) 340
Suct Head (m maks) 8
Disc Head (m) 12.5
Total Head (m) 20.5
Size (cm) 5.08 x 3.175
Out (watt) 400
V/Hz/Ph 220/50/1
Rpm 2850

Gambar 3. Pompa vakum

Sistem Operasi Alat Desalinasi


Sistem operasi dalam proses desalinasi (pengurangan kadar garam air laut) meliputi
peristiwa penyerapan energi panas dari sinar matahari yang menembus kaca evaporator oleh air
laut yang ada dalam evaporator. Energi panas dari sinar matahari berasal dari sinar inframerah
yang merupakan salah satu komponen sinar matahari. Wisnubroto (2004), mengatakan bahwa
sinar matahari memiliki panjang gelombang ( λ ) antara 0.15 – 4 μm, dan hanya panjang
gelombang ( λ ) antara 0.32 – 2 μm yang mampu menembus kaca transparan. Sifat sinar dengan
panjang gelombang mampu menembus kaca transparan dengan membawa energi panas.
Gambar sistem operasi alat desalinasi disajikan pada Gambar 4.

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Desalinasi – Tanusekar & Sutanhaji 4
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 1, Februari 2013, 1-9

Gambar 4 Sistem Operasi Alat Desalinasi


Proses selanjutnya dalam ruang evaporator, energi panas akan terakumulasi sehingga suhu
dalam ruang evaporator akan bertambah tinggi. Ini terjadi karena adanya perubahan panjang
gelombang dari 0.32 – 2.00 μm menjadi 3 - 80 μm. Akibatnya adalah pada panjang gelombang
tidak mampu menembus kaca dan ruang evaporator bertambah panas. Fenomena demikian
sering disebut sebagai Green house effect (efek rumah kaca) yaitu kondisi dimana suhu udara
dalam rumah kaca lebih tinggi dari suhu udara lingkungan luar.
Pada proses selanjutnya energi panas yang berasal dari sinar matahari akan diserap oleh air
laut yang berada dalam evaporator sehingga air laut menguap dan pada proses selanjutnya uap
air ini akan menuju kondensor, aliran uap air menuju kondensor disebabkan oleh hisapan pompa
vakum. Pada proses penguapan air dimana terjadi perubahan bentuk air dari bentuk cair menjadi
bentuk gas, secara langsung akan terjadi perubahan berat jenis dari air tersebut, berat jenis air
dalam bentuk uap akan lebih kecil dari berat jenis air dalam bentuk cair. Ketika terjadi
penguapan air maka unsur - unsur penyusun air laut dan berbagai unsur logam, garam, bahan
padat, dan lain-lain yang memiliki berat jenis lebih besar dari berat jenis uap air akan tertinggal
sebagai refinat atau residu.

Kinerja Alat Desalinasi Air Laut


Kinerja alat desalinasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil penelitian
yang selanjutnya dapat diketahui keunggulan dan kelemahan yang terdapat pada penelitian ini.

Suhu Air Laut dan Suhu Lingkungan


Perbandingan antara suhu air laut dengan suhu lingkungan dapat menunjukan seberapa
baik evaporator bekerja dalam hal menyerap energi panas dari sinar matahari apakah sesuai
dengan perancangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa suhu air laut lebih tinggi daripada
suhu lingkungan. Ini disebabkan karena air laut ditempatkan pada ruang tertutup sehingga
energi panas yang diserap tidak dapat keluar dan semakin lama semakin meningkat, ini juga
bisa disebabkan oleh karena evaporator terbuat dari bahan tembus cahaya yaitu kaca sehingga
energi panas yang dibawa oleh sinar dengan panjang gelombang pendek dapat menembus
permukaan kaca dan mengenai air laut dan saat menembus permukaaan kaca terjadi perubahan
panjang gelombang dari panjang gelombang panjang menjadi panjang gelombang pendek, pada
panjang gelombang pendek ini sinar tidak dapat menembus permukaan kaca sehingga terpantul
kembali ke dalam evaporator ini menyebabkan bertambahnya suhu dalam evaporator ini maka
kinerja dari evaporator dapat dikatakan berhasil karena proses berjalan sesuai dengan tujuan
perancangan evaporator. Grafik hubungan antara suhu air laut dan suhu lingkungan disajukan
pada Gambar 5.

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Desalinasi – Tanusekar & Sutanhaji 5
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 1, Februari 2013, 1-9

60

40 Suhu

Suhu (ᵒC)
Lingkungan

20
Suhu Air
0 Laut
10.00 11.00 12.00 13.00
Jam (WIB)
Gambar 5 Perbandingan suhu air laut dan suhu lingkungan

Pada pukul 10.00 WIB suhu lingkungan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan suhu air
laut namun pada pukul 13.00 WIB suhu air laut naik dan lebih tinggi. Pada pukul 13.00 WIB
untuk suhu air laut mencapai titik tertinggi selama enam hari yaitu 47 ᵒC, ini disebabkan oleh
cuaca yang cerah dan banyak energi panas yang berasal dari matahari yang diserap oleh air laut
sehingga suhu air laut meningkat, untuk suhu lingkungan hanya mencapai 30 ᵒC.

Suhu Air Laut dan Tekanan


Pada hasil penelitian menunjukan bahwa suhu air laut semakin naik dengan semakin
turunya tekanan. Menurut persamaan gas ideal (PV = nRT) apabila tekanan diturunkan maka
suhu juga ikut turun. Namun dari hasil penelitian berbeda, ini terjadi karena ruang evaporator
mendapat asupan energi panas matahari secara terus menerus sehingga walaupun tekanan
diturunkan suhu akan tetap naik. Pada grafik hubungan suhu air laut dan tekanan dapat dilihat
bahwa semakin turunnya tekanan maka suhu air laut makin tinggi. Grafik hubungan suhu air aut
dan tekanan disajikan pada Gambar 6.

60
Suhu Air Laut (ᵒC)

Pukul 10.00

40 Pukul 11.00

Pukul 12.00
20
Pukul 13.00

0
-5 - 7,5 -10
Tekanan (cmHg)

Gambar 6 Grafik Hubungan Suhu Air Laut Dan Tekanan

Pada tekanan -5 cmHg suhu tertinggi yang dicapai adalah 36 ᵒC, pada tekanan -7.5 cmHg
suhu tertinggi yang dicapai adalah 36ᵒC, pada tekanan -10 cmHg suhu tertinggi yang dicapai
adalah 46ᵒC, ini terjadi karena evaporator terus menerus di sinari oleh cahaya matahari yang
memberi energi panas sehingga walaupun tekanan turun suhu tidak akan turun melainkan
semakin naik.

Laju Penguapan Alat Desalinasi


Laju penguapan meningkat seiring dengan perlakuan tekanan selama penelitian dapat
dilihat pada gambar dibawah ini, ini di sebabkan karena tekanan yang semakin rendah akan
menurunkan titik didih air laut sehingga laju penguapan air laut semakin cepat. Grafik laju
penguapan rata-rata disajikan pada Gambar 7.
Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Desalinasi – Tanusekar & Sutanhaji 6
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 1, Februari 2013, 1-9

Laju penguapan rata-rata


300.00

229.32 Volume 30

(ml/jam)
200.00 203.84
178.36 liter
152.88
127.40 Volume 40
100.00 101.92
liter

0.00
-5 - 7,5 -10
Tekanan (cmHg)
Gambar 7. Grafik Laju Penguapan Rata–Rata

Pada gambar 7 dapat dilihat laju penguapan air laut untuk volume air 30L terlihat laju
penguapan tertinggi pada tekanan -7,5 cmHg yaitu 229.32 mL/jam dan turun pada tekanan -10
cmHg yaitu 152.88 mL/jam, turunnya laju penguapan disebabkan oleh cuaca pada saat
penelitian cenderung berawan sehingga sinar matahari yang membawa energi panas terhalang
oleh awan. Pada laju penguapan air laut untuk volume 40 L terlihat naik dan laju penguapan
tertinggi pada tekanan -10 cmHg yaitu 203.84 mL/jam, ini disebabkan oleh cuaca pada saat
penelitian cerah dan tidak berawan ini sangat mendukung terjadinya laju penguapan yang tinggi
disamping itu tekanan -10 cmHg cukup rendah untuk menurunkan titik didih air laut.

Efisiensi
Dalam penelitian ini efisiensi yang di hitung adalah perbandingan antara banyaknya air laut
masukan dengan banyaknya air yang menguap. Efisiensi penguapan selama penelitian
ditunjukan pada gambar grafik terlihat bahwa efisiensi dari evaporator untuk volume bahan
baku 30L naik menjadi 2.29% pada perlakuan -7.5 cmHg setelah itu turun untuk perlakuan -10
cmHg menjadi 1.53% , ini disebabkan oleh karena pada waktu penelitian untuk perlakuan -10
cmHg cuacanya berawan sehingga cahaya matahari yang sampai ke evaporator terhalang
sehingga laju penguapannya kecil. Volume bahan baku 40L terlihat efisiensi evaporator
semakin naik dari menjadi 0.76% pada perlakuan -5 cmHg setelah itu naik untuk perlakuan -10
cmHg menjadi 1.34% dan naik lagi menjadi 1.53% , ini disebabkan oleh karena pada waktu
penelitian untuk volume 40L cuacanya dari berawan menjadi cerah sehingga cahaya matahari
yang sampai ke air laut tidak terhalang oleh awan sehingga laju penguapannya menjadi besar.
Grafik efisiensi perbandingan antara banyaknya air laut masukan dengan banyaknya air yang
menguap disajikan pada Gambar 8.

2.5
2.29
2 Volume
Efisiensi (%)

30 Liter
1.5 1.53
1.27 1.34 Volume
1
0.76 40 Liter
0.5
0
-5 - 7,5 -10

Tekanan (cmHg)
Gambar 8 Grafik efisiensi

Hasil penelitian menunjukan bahwa efisiensi penguapan pada alat ini kecil disebabkan
karena tidak semua energi panas yang diserap oleh air laut digunakan untuk menguap dan energi
panas berasal dari panas matahari bukan dari biomassa atau minyak bumi yang memiliki nilai
kalor lebih besar. Di tinjau dari grafik efisiensi penguapan pada Gambar 32, dapat digunakan

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Desalinasi – Tanusekar & Sutanhaji 7
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No. 1, Februari 2013, 1-9

untuk penentuan besarnya efisiensi alat desalinasi yang sudah dibuat dengan mencari rata-rata
selama pengamatan 6 hari yaitu 1.45%.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perancangan dan pengujian alat desalinasi system penyulingan


menggunakan panas matahari dengan pengaturan udara diperoleh kesimpulan sebagai berikut;
Alat desalinasi air laut bekerja berdasarkan sifat koligatif larutan mengenai titik didih yaitu
suatu zat cair dikatakan mendidih jika tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer di atas
permukaan cairan. Semakin tinggi tekanan atmosfer maka semakin tinggi titik didih zat cair
begitu juga sebaliknya semakin rendah tekanan atmosfer maka semakin rendah titik didih zat
cair. Sistem pengaturan tekanan udara pada evaporator dibuat dengan cara menghisap udara dari
evaporator menggunakan pompa vakum, pada pengoprasiannya dibuat secara manual dengan
membuka dan menutup kran evaporator; Alat desalinasi sistem penyulingan menggunakan
panas matahari dengan pengaturan tekanan udara telah dirancang sesuai dengan rancangan
struktural pada metodologi. Evaporator yang dibuat berukuran 100 cm x 80 cm dengan daya
tampung bahan 80 liter memiliki laju penguapan 305,76 ml/jam dan kapasitas 7,2 liter/hari/m².

DAFTAR PUSTAKA

Darpito H. dkk. 1996. Kualitas dan Penanganan Penyediaan Air Bersih di Desa-desa Pantai di
Indonesia. “Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Air di Indonesia 1996”. ITB.
Bandung.
Goswami D Y, and Al-Kharabsheh S. 2004. Theoretical Analysis of a Water Desalination
System Using Low Grade Solar Heat. Vol.126:774-780
Kusnaedi. 2006. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Penebar Swadaya, Depok.
Lastriyanto, A. 1999. Peralatan Pasca Panen dan Industri Pengolahan Hortikultura (Kajian
Kasus : Peralatan Industri Pengolahan Hortikultura dengan Tekanan Rendah Berbasis
Teknologi Jet Air/Water jet. Makalah Seminar Nasional Pengembangan Usaha
Agroindustri Peluang dan Tantangan BPPT, Jakarta.
Lynne, T. 2000. Properties of Seawater. Dilihat 7 oktober 2011. (http://sam.ucsd.edu/sio210/
lect_2/lecture_2.html)
Said NI. 2008. Teknologi Pengolahan Air Minum. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,
Jakarta.
Vulkan & Verlag E. 1978. Sea Water and Sea Water Destilation, Homig, HE.
Wisnubroro S. 2004. Meteorologi Pertanian Indonesia. Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Desalinasi – Tanusekar & Sutanhaji 8

Anda mungkin juga menyukai