Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Praktikum penggunaan alat daerah tanah


Pada praktikum dengan alat daerah tanah, data yang didapatkan bersumber dari penggunaan 3 alat, yakni thermometer
tanah, soil analyzer, dan soil tester. Data yang didapatkan pertama yakni kelembaban terukur rata-rata 41,55% dengan alat soil tester,
sedangkan soil analyze mencatat kelembaban pada tanah, rata-rata sebesar 1%, perbedaan data yang didapatkan dapat terjadi karena alat
yang sudah tidak berfungsi dengan baik, jika dibandingkan dengan rata-rata suhu tanah yakni 25, 33oC, karena kelembaban berbanding
lurus dengan suhu tanah, kelembaban dapat terjadi karena kadar uap air atau konsentrasi air yang tinggi, air sendiri memiliki panas jenis
yang tinggi, sehingga keberadaan air menyebabkan perubahan suhu terjadi dalam rentangan yang kecil (Campbell dkk, 2008: 52), dapat
diambil kesimpulan jika kelembaban tinggi menyebabkan suhu relatif rendah, ditarik kesimpulan bahwa alat soil analyze tidak berfungsi
dengan baik, dan soil tester memberikan data yang tepat.
Data yang kedua yakni pH, terukur pH rata-rata sebesar 6,76 dengan alat ukur soil tester, dan rata-rata 6, 96 dengan alat ukur
soil analyze, kedua alat menunjukkan pH dengan rentangan yang sama, sehingga kedua alat dalam pengukuran pH masih berfungsi
dengan baik. Intensitas cahaya terukur rata-rata sebesar 76197, 5 Lux hal ini berbeda dengan data yang didapatkan dari Lux meter yakni
rata-rata sebesar 1940 Lux, perbedaan jelas terjadi karena pengukuran dilakukan di daerah yang berbeda, sehingga intensitas cahaya
pada kedua alat tersebut menunjukkan angka yang berbeda.

Praktikum penggunaan alat daerah udara


Data yang didapatkan berasal dari penggunaan 6 alat, yakni anemometer, meteran jahit, Rol meter, Lux meter, Termohigrometer,
dan Altimeter, data yang pertama yakni suhu tempat, dengan menggunakan anemometer rata-rata suhu udara tercatat 29,83 oC, dan jika
menggunakan termohigrometer tercatat suhu rata-rata sebesar 28 oC, walau tidak menunjukkan derajat angka suhu yang sama, namun
rentangan suhu berada pada kisaran yang sama, perbedaan ini karena pengukuran oleh praktikan berada pada satu wilayah dengan sisi
yang berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua alat masih dapat bekerja dengan baik.
Data yang kedua adalah kelembaban, dengan menggunakan anemometer data yang teramati rata-rata kelembaban udara sebesar
66,16 % dan jika menggunakan termohigrometer sebesar 70%, kedua alat menunjukkan angka pada kisaran yang sama, sehingga kedua
alat berada pada keadaan yang baik. Kecepatan angin dapat mempengaruhi suhu udara, angin dapat membawa uap air dari daerah basah
ke daerah kering (Hopkins, 2008), teramati bahwa rata-rata kecepatan angin sebesar 0,626 m/s, dengan kecepatan angin yang kecil, rata-
rata suhu udara tidak dipengaruhi, sehingga rata-rata suhu udara tetap tinggi.
Data yang ketiga yakni meteran jahit, untuk mengukur keliling pohon meggunakan meteran jahit dan diketahui bahwa rata-rata
keliling pohon sebesar 52,3 cm, hal ini berkorelasi dengan intensitas cahaya yakni sebesar 1940 Lux, karena intensitas cahaya matahari
berkorelasi dengan laju fotonsitesis tanaman, dan proses pertumbuhan tumbuhan tersebut (Campbell dkk, 2008).

Praktikum penggunaan alat daerah sungai


Pada praktikum penggunaan alat daerah sungai, alat yang digunakan yakni refraktometer, DO meter, dan pH meter, dari data
yang didapatkan bahwa salinitas pada sungai tersebut sebesar 0%, dan DO meter sebesar 6,7 mg/L, kadar oksigen dalam air akan
bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang semakin tingginya salinitas, dan diketahui rata-rata suhu air 24oC dengan
pH rata-rata terukur sebesar 7,63
DAFTAR RUJUKAN

Campbell Neil A & Reece, Jane B. 2008. BIOLOGI. Edisi 8, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hopkins, William G. & Norman P.A. Huner. Introduction to Plant Physiology. USA: John Wiley & Sons Inc.

Anda mungkin juga menyukai