Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan adanya kemajuan zaman, pembangunan disegala bidang makin

harus diperhatikan. Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup bangsa adalah

dengan pembangunan industri. Salah satunya adalah industri kimia, baik yang

menghasilkan suatu produk jadi maupun produk yang akan diolah lebih lanjut.

Pembangunan industri kimia yang meghasilkan produk ini sangat penting, karena

dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap industri luar negeri, yang pada

akhirnya akan dapat mengurangi devisa untuk mengimpor bahan tersebut, termaksud

diantaranya natrium nitrat.

Bahan baku pembuatan natrium nitrat (NaNO3) adalah natrium klorida (NaCl)

dan asam nitrat (HNO3). Natrium nitrat merupakan bahan kimia intermediet (bahan

antara) dalam pembuatan pupuk yang mengandung senyawa nitrogen, dinamit,

pembuatan kalium nitrat, pembuatan kaca, sebagai reagen dalam kimia analis, obat-

obatan, korek api dan masih banyak lagi. Natrium nitrat merupakan kristal bening

tidak berwarna tidak berbau. Bahan kimianya ini memiliki sifat-sifat diantaranya

mudah larut dalam air, gliserol, amoniak, alkohol, mempunyai titik lebur pada

temperature 308 oC.

Natrium nitrat bersifat hidroskopis. Oleh karena itu digunakan dalam berbagai

keperluan natrium nitrat yang kemudian diubah menjadi garam kalium nitrat. Nama
umum untuk KNO3 adalah sendawa, sedangkan NaNO3 disebut chili. Garam kalium

nitrat dapat dibuat dengan cara mereaksikan kalium klorida KCl yang ditemukan

dalam mineral silvi, dengan natrium nitrat (NaNO3). Jika larutan jenuh, masing-

masing reaksi tersebut, saling dicampurkan, maka akan terbentuk garam natrium

klorida (NaCl) dan kalium nitrat (KNO3). Karena larutan NaCl didalam pelarut air

sangat kecil, maka garam tersebut akan mengalami pengendapan dan melalui

penyaringan larutan KNO3 dapat dipisahkan dari NaCl. Dengan mendinginkan filtrat

tersebut secara perlahan maka KNO3 akan mengalami proses kristalisasi, dan untuk

memenuhi KNO3 yang dihasilkan perlu kristalisasi.

Banyak reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik, analisa kualitatif

yang melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri

sebagai suatu fase padat yang keluar dari larutan. Endapan dapat berupa kristal

(kristalin) atau koloid yang dapat dikeluarkan dari larutan dengan cara penyaringan.

Endapan akan terbentuk jika larutan terlalu jenuh, dengan zat yang bersangkutan.

Kelarutan ini bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi,

serta bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan pada kondisi pelarutnya. Berdasarkan

uraian yang telah ada, maka dilakukanlah percobaan pembuatan kalium nitrat, untuk

membuktikan teori-teori yang telah ada.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukan percobaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan

garam kalium nitrat hasil reaksi antara natrium nitrat dengan kalium klorida serta
mengetahui cara pemisahan garam tersebut dari hasil samping natrium klorida

berdasarkan perbedaan kelarutan.

1.3 Prinsip percobaan

Prinsip percobaan pada praktikum kali ini yaitu pembuatan kalium nitrat

dari KCl dan NaNO3 melalui rekristalisasi yang didasarkan pada perbedaan kelarutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kalium Klorida

Kalium merupakan salah satu hara utama yang dapat menjadi pembatas

peningkatan produksi padi. Pupuk KCl sebagai sumber K mempunyai harga yang

cukup mahal sehingga sebagian petani tidak lagi menggunakan pupuk KCl.

Mengingat sifat K yang mudah hilang (mobile) dari dalam tanah, sehingga pemberian

pupuk K perlu diberikan dalam dua jenis yaitu pupuk KCl dalam bentuk anorganik

dan kompos jerami dalam bentuk organik. Mekanisme peningkatan dari berbagai P

tersedia dari masukan kalium yang diberikan kedalam tanah akan mengalami proses

mineralisasi P sehingga akan melepaskan P anorganik kedalam tanah. Selain itu,

penambahan pupuk kalium kedalam tanah akan meningkatkan aktivitas mikrobia

tanah (Salbiah, 2013).

Kalium yang terdapat di alam bersifat sedikit radioaktif karena mengandung

kira-kira 0,02 % isotop radioaktif 40 K dengan waktu paruh 1,3 x 109. Ekstraksi

logam kalium dalam elektrolit akan sangat berbahaya karena sifatnya yang sangat

reaktif. Pada ekstraksi melibatkan reaksi logam natrium dengan lelehan kalium

klorida pada temperatur 850ºC menurut persamaan reaksi :

KCl(l) + Na(l) → K(g) + NaCl(l)

Kesetimbangan menggeser ke kiri pada temperatur 850 ºC namun kalium berupa gas

(Sugiyanto, 2010).
2.2 Natrium Nitrat (NaNO3)

Natrium nitrat (NaNO3) merupakan kristal bening tidak berwarna dan tidak

berbau. Bahan kimia ini mempunyai sifat-sifat diantaranya mudah larut dalam air,

gliserol, amoniak, alkohol, mempunyai titik lebur pada temperature 308 0C dan

terdekomposisi pada temperatur 380 0C.

Menurut shreve (1984), natrium nitrat (NaNO3) merupakan bahan kimia

intermediet dalam pembuatan pupuk yang menggandung senyawa nitrogen. Pada

pembuatannya diperoleh dari endapan alamiah yang terdapat di dataran tinggi chilli

dan merupakan endapan yang cukup lebar, yaitu 8 - 65 km serta tebal 0,3 - 1,2 m.

Produk dengan kualitas tinggi dapat dihasilkan dengan kristalisasi dan pengeringan.

(Suwarno, 2008).

2.3 Kalium nitrat (KNO3)

Potasium nitrat biasanya dikenal dengan kalium nitrat. Kalium nitrat terjadi

karena ada reaksi aktif antara K dan N. Kalium nitrat adalah bahan yang dapat dapat

menghasilkan KNO3 yaitu dengan bereaksi dengan kalium sulfat. Jika larutan kalium

nitrat dan kalium sulfat dicampur, maka kalium sulfat akan segera mengendap,

endapan tersebut tidak dapat larut, yang tersisa dari reaksi ini adalah padatan KNO3.

kalium sulfat dapat juga digantikan KCl untuk menghasilkan KNO3.

Ca(NO3)2 + 2KCl → CaCl2 + 2KNO3

Reaksinya adalah : Ca(NO3)2 + K2SO4 → CaSO4 + 2KNO3


KNO3 di dekomposisi pada temperature rendah dalam bahan anorganik yang

dapat menyerap seperti alumina, titanium dan silica bersama NaY, KY, KI %, β %,

zeolit seperti MCM - 41 (molekul hasil saringan yang menyerap). KNO3 memiliki

kandungan yang tinggi, selain itu memilik tingkat kelarutan dalam air yang tinggi.

(Dinal, 2009).

2.4 Garam

Garam yang kita kenal sehari-hari dapat didenefisikan sebagai suatu

kumpulan senyawa kimia yang bagian utamanya adalah NaCl dengan zat-zat

pengotor terdiri CaSO4, MgSO4, MgCl2 dan lain-lain. Garam dapat diperoleh dari tiga

cara yaitu penguapan air laut, penambangan batuan garam, dan dari sumur air garam.

Secara teoritis garam yang berasal dari penguapan air laut 97 % lebih, akan tetapi

dalam prakteknya lebih rendah. Garam yang dihasilkan merupakan kristal putih yang

selain mengandung garam NaCl juga mengandung garam lain yang merupakan

impuritas (Rositawati, 2013).

2.5 Kristalisasi

Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan partikel-partikel zat padat dalam

suatu fase homogen. Kristalisasi dari larutan dapat terjadi jika padatan terlarut dalam

keadaan berlebih (di luar kesetimbangan, maka sistem akan mencapai kesetimbangan

dengan cara mengkristalkan padatan terlarut. Penggunaan proses kristalisasi

diaplikasikan dalam berbagai jenis reaktor, tetapi reaktor dengan media terfluidisasi

menjadi prioritas pilihan (Dewi, 2003).


Keunggulan kristalisasi pelarut adalah penggunaan suhu rendah dan mudah

diaplikasikan dengan peralatan sederhana. Pelarut digunakan pada tahap kristalisasi.

Pada tahap ini, terjadi proses kristalisasi komponen-komponen yang tidak larut dalam

pelarut dan mempunyai titik beku yang lebih tinggi dari suhu yang digunakan akan

membeku dan membentuk kristal( Ahmadi, 2010).

2.6 Rekristalisasi

Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau

pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah

dilarutkan dalam pelarut (solven) yang sesuai atau cocok. Ada beberapa syarat agar

suatu pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu memberikan perbedaan

daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak

meninggalkan zat pengotor pada kristal dan mudah dipisahkan dari kristalnya. Dalam

kasus pemurnian garam NaCl dengan teknik rekristalisasi pelarut (solven) yang

digunakan adalah air. Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan

antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pengotor atau pencemarnya.

Larutan yang terbentuk dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang

diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya (mencapai kondisi supersaturasi

atau larutan lewat jenuh) (Rositawati, 2013).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 21 November 2017, pukul 13.15

– selesai. Bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universita Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia 400 mL, gelas

beaker 600 mL, pipet volume 25 mL, gelas ukur 100 mL, filler, corong kaca, cawan

penguap, hot plate, botol semprot, batang pengaduk, dan spatula.

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kalium klorida,

natrium nitrat, kertas saring dan aquades.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Garam Kalium Nitrat

Dilarutkan 15 gram KCl dan 17 gram NaNO3 masing-masing dalam 50 mL air

panas, kemudian dicampurkan kedua larutan tersebut dan diuapkan larutan tersebut

sampai volume larutan menjadi 40 mL dengan menggunakan hot plate. Setelah itu

dalam keadaan panas, disaring larutan tersebut dan diuapkan lagi sampai volumenya

20 mL. Setalah itu didinginkan larutan tersebut dan disaring kristal kalium yang

terbentuk.
3.3.2 Pemurnian Kristal Kalium Nitrat

Dilarutkan kristal yang dihasilkan dengan sedikit aquades dengan cara

pemanasan, kemudian didinginkann larutan tersebut dan disaring larutan kristal

kalium nitrat bebas ion klorida, selanjutnya ditimbang kristal yang dihasilkan dan

dihitung rendemennya.
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel 4.1. Pembutan Garam Kalium Nitrat


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Dilarutkan 15 gram KCl + 17 gram NaNO3 Campuran bewarna putih
dilarutkan dalam 50 mL air panas, terdapat endapan putih
dan diuapkan lalu disaring.

2 Hasil dari saringan diuapkan dan Terbentuk kristal kalium


kemudian didinginkan, lalu disaring.

Tabel 4. 2. Pemurnian Kristal Kalium Nitrat


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Larutan kristal kalium + aquades dan Terbentuk kristal kalium
kemudian disaring. nitrat bebas ion.

2 Berat kristal yang diperoleh 14,2 gram

3 Rendemen yang diperoleh 65 %

4.2 Reaksi-reaksi yang terjadi

KCl+ NaNO3 NaCl + KNO3

4.3 Perhitungan

Berat KCl yang ditimbang = 15 gram

Berat NaNO3 yang ditimbang = 17 gran

Mol KCl = 0,2 mol

Berat teoritis = 0,2 x 101 = 20,2 gram


Berat kristal = 14,2

Warna kristal = Putih

Rendemen yang diperoleh :

14,2
Rendemen = × 100%
20,2

= 65%

4.4 Pembahasan

Praktikum kali ini mengenai pembuatan kalium nitrat yang dibuat dengan

mereaksikan kalium klorida dan natrium nitrat, dapat dilihat dengan cara menguji

tingkat kemurnian kalium nitrat dan natrium klorida. Metode yang digunakan adalah

kristalisasi, dan rekristalisasi. Kristalisasi adalah proses penguapan larutan menjadi

padatan. Rekristalisasi adalah proses pemurnian kristal untuk menghilangkan zat

pengotornya. Sebagian besar garam-garam nitrat bersifat higroskopis dan mudah larut

dalam air. Beberapa garam nitrat dapat diperoleh dalam bentuk anhidrat dan tidak

mengalami dekomposisi pada pemanasan yang cukup tinggi. Sehingga pada saat

terjadi pendidihan yang cukup tinggi garam ini tidak menguap, tetapi pelarutnya yang

menguap dan volume larutannya berkurang.

Pembuatan kalium nitrat didasarkan pada perbedaan titik didih dan perbedaan

kelarutan dari garam – garam yang terbentuk dari reaksi antara KCl dan NaNO3 maka

garam yang lebih dulu mengendap adalah NaCl sedangkan KNO3 larut dalam air

panas (bersifat higroskopis), karena garam – garam nitrat maupun klorida akan lebih
cepat larut dalam suhu tinggi maka dalam percobaan ini larutannya menggunakan air

panas, yang temperaturnya berada diatas titik didih air (sifat koligatif larutan).

Proses pembuatan garam kalium nitrat ini, dibuat dengan melarutkan larutan

jenuh 15 gram KCl dengan larutan jenuh 17 gram NaNO3 dengan volume 50 mL air

panas, tujuannya agar garam kalium klorida dan garam natrium nitrat dapat melarut

sehinggka terbentuk suatu larutan. Garam nitrat ini bersifat hidroskopis atau mudah

untuk membentuk basa, dan mudah larut dalam air. Sehingga NaNO3 lebih mudah

larut dalam air, ketimbang KCl. Terlihat pada saat dilarutkan dengan air panas KCl

sukar larut, hal ini disebabkan oleh adanya kekuatan ion. Garam KCl larut saat

dicampurkan dengan NaNO3 yang sudah dilarutkan, dalam proses ini NaNO3 juga

menghasilkan larutan berwarna bening. Kemudian dicampurkan larutan tersebut

sampai volumenya menjadi 40 ml. Hal ini dilakukan agar campuran kedua senyawa

itu mudah larut. NaNO3 yang bersifat asam adalah reduktor yang kuat terhadap unsur-

unsur logam, seperti kalium yang nantinya jika kalium klorida (KCl) direaksikan

dengan asam yang berasal dari senyawa nitrat akan membentuk aquaregia. Dengan

demikian ion klorida akan terkompleks sehingga menigkatkan efektifitas aquaregia

sehingga unsur-unsur logam akan teroksidasi oleh nitrat yang bersifat asam menjadi

oksida.

Kekuatan pengoksida ini sangat bergantung pada besarnya konsentrasi. Dalam

keadaan panas kedua campuran larutan tersebut (natrium nitrat dan kalium klorida)

disaring dan diuapkan kembali hingga volumenya mencapai 20 ml. Tujuan proses

penguapan adalah untuk mengurangi jumlah kandungan pelarut sehingga menjadi


jenuh. Dalam tahapan ini menyebabkan konsentrasi larutan campuran tersebut

memilki konsentrasi yang semakin besar yang mana menyebabkan sifat pengoksida

yang kuat. Dengan demikian akan diperoleh kristal garam. Setelah campuran larutan

tersebut diuapkan sampai 20 ml, maka selanjutnya adalah menyaring campuran

larutan tesebut dengan menggunakan corong untuk menghasilkan endapan kristal

garam. Pada proses ini terdapat suatu endapan didasar gelas kimia, sehingga dengan

adanya reaksi yang ada dibawah, dapat dilihat bahwa NaCl mengendap terlebih

dahulu, sehingga dapat dikatakan bahwa endapan yang terbentuk adalah NaCl.

Terbentuknya endapan NaCl ini menunjukkan bahwa Ksp NaCl telah lewat jenuh.

Hal ini juga menunjukkan bahwa nilai Ksp NaCl lebih kecil dibandingkan Ksp

KNO3. Serta kelarutan NaCl semakin berkurang dengan bertambahnya suhu. Akan

tetapi, kristal garam yang dihasilkan masih belum murni, sehingga harus dimurnikan

lagi.

Untuk memurnikan kristal KNO3 (kalium nitrat) dari hasil reaksi natrium

klorida, maka kristal yang dihasilkan dilarutkan dengan sedikit aquades dengan cara

pemanasan. Hal ini dilakukan karena KNO3 memiliki kelarutan yang besar pada

pelarut air dibanding dengan NaCl. KNO3 merupakan asam kuat yang mampu

terionisasi sempurna sehingga mudah mengikat gugus OH- dan H+ pada air.

Sedangkan ion klorida pada NaCl bersifat netral sehingga relatif susah untuk

terionisasi. Kemudian campuran kristal dan air tersebut didinginkan. Tujuan

pendinginan adalah agar kristal KNO3 terbentuk dengan cepat dengan maksud untuk

memisahkan antara kristal KNO3, dengan zat pengotor, sehingga dilakukan


penyaringan. dan dengan menggunakan corong kita dapat memisahkan kristal dan

garam kalium nitrat murni dari larutannya yaitu dengan berat 14,2 gram yang

berwarna putih.

Hasil kristalisasi dan pengeringan garam KNO3 yang telah menjadi kristal

beratnya adalah 14,2 gram, sehingga dapat ditentukan rendemanya yaitu berat KNO3

secara prakik dibagi dengan berat KNO3 secara teori dikali dengan 100 % maka

rendemen yang dihasilkan adalah sebesar 65 %. Dengan melihat angka rendemen

kurang dari 100 % berarti kristal garam KNO3 yang dibuat murni masih mengandung

KNO3. Akan tetapi hasil yang kami dapat ini dapat dikategorikan berhasil karena

berat rendemen yang dihasilkan di atas 50 %. Hal tersebut disebabkan karena adanya

proses pemurnian secara kristalisasi dan penyaringan berkali-kali sehingga fitrat

benar-benar terpisah dari ampas hasil dari penyaringan yang mengandung NaCl

(natrium klorida).
BAB V
SIMPULAN

Kesimpulan dari hasil percobaan pembuatan kalium nitrat ini adalah membuat

kristal garam kalium nitrat dengan mencampurkan kalium klorida dengan NaNO3

yang dilakukan dengan cara pemanasan dan penyaringan kemudian di dinginkan

sehingga terbentuk kristal. Rendemen yang dihasilkan dari pembuatan kalium nitrat

ini yakni sebesar 65 %.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Ks. 2010. Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah Pada Pembuatan Konsentrat
Vitamin E dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit. Tanggerang: Jurnal
Teknologi Pertanian. Vol. 11, No. 1: Hal 1-2.

Dewi, D., dan Masduqi A. 2003. Penyisihan Fosfat dengan Proses Kristalisasi dalam
Reaktor Terfluidisasi Menggunakan Media Pasir Silika. Surabaya: Jurnal
Purifikasi. Vol. 4, No. 4: Hal 1 - 2.

Dinal. 2009. Pembuatan Kalium Nitrat. http://dinalgraciadj.com/2009/11/pembuatan-


kalium-nitrat.html. (24 November 2017).

Rositawati, A. L., Taslim dan Soetrisnanto, D. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat


dari Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri. Semarang: Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2, No. 4: Hal 1 - 2.

Salbiah, C.,Muyassir., dan Sufardi. 2012. Pemupukan KCl, Kompos Jerami dan
Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan Dan Hasil Padi
Sawah, (Oryza Sativa L.). Aceh: UNSIAH.

Sugiyarto, K. H dan Suyanti, D. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta :Graha


Ilmu.

Sukarsono, Kristantyo., Indras Marhaendra jaya., K. Sofjan Firdausi. 2008. Studi


Efek Kerr untuk Pengujian Tingkat Kemurnian Aquades, Air PAM dan Air
Sumur. Semarang: Jurnal Berkala Fisika. Vol. 11, No. 1. Hal 3 - 4.

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK I

PERCOBAAN II

PEMBUATAN KALIUM NITRAT MELALUI REKRISTALISASI


DIDASARKAN PADA PERBEDAAN KELARUTAN DAN TITIK DIDIH

OLEH

NAMA : NOVIANTI USU


NIM : A1L1 15 032
KELAS : B (GENAP)
KELOMPOK: II (DUA)
ASISTEN : YULIA AYU PRAHASTI

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017

Anda mungkin juga menyukai