BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Menjelaskan pengaruh variabel terhadap produk fraksionasi biomassa.
2. Menghitung neraca massa pada sistem fraksionasi biomassa.
3. Menghitung yield sistem fraksionasi biomassa.
4. Menghitung persentase recovery komponen – komponen utama biomassa.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis,
baik berupa produk maupun buangan. Biomassa juga digunakan sebagai sumber
energi (bahan bakar). Secara umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah
biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil
produk primernya. Sumber energi yang dapat diperbarui sehingga dapat
menyediakan sumber energi secara berkesinambungan. Di Indonesia, biomassa
merupakan sumber energi alam yang sangat penting dengan berbagai produk
primer berupa bahan pangan, serat kayu dan lain lain yang selain digunakan untuk
memenuhi kebutuhan domestik juga di ekspor dan menjadi tulang punggung
penghasil devisa negara (Sutaryo, 2009).
Jumlah biomassa di Indonesia yang biasa digunakan sebagai sumber energi
sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan semuanya
potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan menghasilkan
limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan lain seperti
bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati memberikan
tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan efesiensi energi, secara
keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan
akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya,
karena seringkali membuang limbah biasa lebih mahal dari pada
memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan
sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan
mahal, khususnya di daerah perkotaan. Selain pemanfaatan limbah, biomassa
sebagai produk utama untuk sumber energi juga akhir-akhir ini dikembangkan
secara pesat. Kelapa sawit, jarak, kedelai merupakan beberapa jenis tanaman yang
produk utamanya sebagai bahan baku pembuatan biodiesel (Sutaryo, 2009).
3
2.2 Selulosa
Selulosa merupakan komponen kimia biomassa yang terbesar, yang
jumlahnya mencapai hampir setengah bagian biomassa. Selulosa adalah
komponen dasar pada dinding sel dan serat. Selulosa terdapat pada semua
tanaman tingkat tinggi hingga organisme tumbuhan yang primitif. Selulosa juga
terdapat pada binatang yakni jenis tunicin, zat kutikula tunicat dalam jumlah yang
sedikit (Fengel dan Wegener, 1985).
2.3 Hemiselulosa
4
kecil daripada selulosa. Berbeda dengan selulosa yang hanya tersusun atas
glukosa, hemiselulosa tersusun dari bermacam-macam jenis gula. Lima gula
netral, yaitu glukosa, mannosa, dan galaktosa (heksosan) serta xilosa dan
arabinosa (pentosan) merupakan konstituen utama hemiselulosa (Fengel dan
Wegener, 1995). Berbeda dari selulosa yang merupakan homopolisakarida dengan
monomer glukosa dan derajat polimerisasi yang tinggi (10.000–14.000 unit),
rantai utama hemiselulosa dapat terdiri atas hanya satu jenis monomer
(homopolimer), seperti xilan, atau terdiri atas dua jenis atau lebih monomer
(heteropolimer), seperti glukomannan. Rantai molekul hemiselulosa pun lebih
pendek dari pada selulosa.
Gambar 2.2 (a) Struktur xilan dan (b) glukomannan yang merupakan
hemiselulosa dominan pada graminiceae dan tumbuhan (Sixta, 2006)
Molekul hemiselulosa lebih mudah menyerap air, bersifat plastis, dan
mempunyai permukaan kontak antar molekul yang lebih luas dari selulosa.
Hemiselulosa merupakan istilah umum bagi polisakarida yang larut dalam alkali.
Hemiselulosa sangat dekat asosiasinya dengan selulosa dalam dinding sel
tanaman (Fengel dan Wegener, 1995).
2.4 Lignin
Lignin merupakan zat organik yang memiliki polimer banyak dan
merupakan hal yang penting dalam dunia tumbuhan. Lignin tersusun atas jaringan
5
dengan pelarut organik juga dikenal dengan organosolv, yaitu proses yang
menggunakan pelarut seperti alkohol, asam organik, ester, fenol dan keton.
10
11
timbang dioven lagi selama 10 menit dan diletakan pada alat desikator
sebelum ditimbang hingga beratnya konstan.
5. Jerami padi yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam botol timbang
yang kemudian ditimbang sebelum dioven. Setelah itu, botol timbang
yang berisi jerami padi dimasukkan didalam oven selama 1 jam yang
selanjutnya diletakkan didalam desikator sebelum ditimbang. Tahap
tersebut dilakukan berulang-ulang hingga beratnya konstan. Untuk
mengetahui kadar air pada jerami padi dapat dicari dengan rumus berikut:
Berat biomassa awal-berat biomassa kering
% Kadar Air Biomassa = x 100%
berat biomassa awal
10. Kemudian padatan yang telah bersih diperas lagi sampai semua air turun
dan padatan dikeringkan diudara terbuka selama 24 jam.
11. Setelah run satu selesai, dilanjutkan dengan run 2 dan run 3. Prosedur yang
dilakukan sama dengan prosedur pada run pertama hanya memvariasikan
waktu 3 dan 4 jam.
12. Setelah ketiga hasil percobaan dikeringkan selama 24 jam.
Perhitungan perolehan pulp (selulosa):
Berat pulp kering
% Perolehan Pulp = x 100%
Berat biomassa
erlenmeyer
pemanas