Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN


ALLELOPATI

DISUSUN
OLEH

NAMA : Dita Ariani


NIM : F1071151062
KELOMPOK : 5 (LIMA)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuhan dalam bersaing mempunyai senjata yang bermacam-macam, misalnya duri,
berbau, yang kurang bisa diterima sekelilingnya, tumbuh cepat, berakar dan berkarnopi luas dan
bertubuh tinggi besar. Maupun adanya sekresi zat kimiawi yang dapat merugikan pertumbuhan
tetangganya. Dalam uraian ini akan disinggung tentang sekresi kimiawi yang disebut alelopat
dan mengakibatkan peristiwa yang disebut alelopati.Peristiwa alelopati adalah peristiwa adanya
pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat
merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuhdi sekitarnya. Tumbuhan lain jenis
yang tumbuh sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan tersebut karena menyerap zat kimiawi
yang beracun berupa produk sekunder dari tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat racun itu
dapat berupa gas atau zat cai dan dapat kelau dari akar, batang maupun daun.
Hambatanpertumbuhan akibat adanya alelopat dalam peristiwa alelopati misalnya pertumbuhan
hambatan pada pembelahan sel, pangambilan mineral,resppirasi, penutupan stomata, sintesis
protein, dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau eksudat
uang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis yang dikeluarkan pada umumnya
berasal dari golongan fenolat, terpenoid dan alkaloid.
Oleh karena itu , pada praktikum kali ini dilakukanlah percobaan tentang pengaruh
allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau, dengan menggunakan ekstrak akasia(Acacia
mangium), ilalang(Imperata cylindrica) dan bawang putih(Allium sativum) bertujuan untuk
mengetahui pengaruh allelopati terhadap perkecambahan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau?
2. Apa pengaruh perlakuan pada perkecambahan kacang hijau yang diberikan ekstrak allelopati
yang berbeda (akar ilalang, daun akasia, bawang putih) ?
3. Apakah terdapat perbedaan pada perkecambah kacang hijau yang diberikan zat allelopati
ekstrak akar ilalang, daun akasia dan bawang putih dengan konsentrasi yang berbeda (0 M,
1:7 M, 1:14 M, dan 1:21 M) ?
C. Tujuan
Mempelajari pengaruh allelopati terhadap perkacambahan kacang hijau dengan perlakuan
pemberian ekstrak yang berbeda yaitu ekstrak akar ilalang, akasia dan bawang putih serta
pengaruh pemberian konsentrasi yang berbeda yaitu 0 M, 1:7 M, 1:14 M dan 1:21 M.

BAB II
TINAJUAN PUSTAKA

Alelopati merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tubuh tumbuhan (jaringan
tumbuhan) yang dikeluarkan ke lingkungannya dan dapat menghambat atau mematikan individu
tumbuhan lainnya (Odum, 1971 terjemahan Samingan, 1993).
Permasalahannya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang
bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan
memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji atau pun bibit tanaman lainnya. Terlepas dari
suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cicik, karena
tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri
barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan
ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya adalah apakah beberapa tanaman
mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya yang tumbuh di lapangan dan ini harus
terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya, air dan hara (Kartawinata, 1986).
Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan metabolit sekunder
di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji. Fungsi dari senyawa
alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa tersebut dapat
berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan
terhadap senyawa alelokimia dari tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses
perkecambahan, pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering
terjadi akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan
perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas dan akar . Pertumbuhan alangalang
sangat cepat, menyebar secara luas dan mampu tumbuh pada berbagai kondisi tanah. Sehingga
alang-alang banyak tumbuh pada lahan kritis. (Soetikno,1990)
Sebagai allelopat, substansi kimiawi itu terkandung dalam tubuh tumbuhan, baik tanaman
maupun gulma. Bertindaknya allelopat tersebut setelah tumbuhan atau bagian tumbuhan
mengalami pelapukan, pembusuk, pencucian ataupun setelah dikeluarkan berupa eksudat
maupun penguapan. Tumbuhan yang suseptibel bila terkena substansi semacam itu akan
mengalami gangguan yang berupa penghambatan pertumbuhan atau penurunan hasil (Sukman,
1991).
Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan jenis tumbuhan yang mengandung senyawa
kimia seperti gugusan asam organik, gula, asam amino, pektat, asam giberelat, terpenoid,
alkaloid, dan fenolat. Senyawa fenolat merupakan senyawa yang larut dalam air. Senyawa
fenolat yang terlarut dapat berpengaruh pada proses pertumbuhan tanaman, bergantung kepada
konsentrasinya. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa jika konsentrasi fenolat dalam air
tinggi, maka potensial lingkungan akan naik sehingga menghambat difusi air dan oksigen ke
dalam suatu tanaman. Jika suplai air ke dalam tanaman terhambat, maka proses pembelahan dan
perbesaran sel juga akan terhambat.
Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda
untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan,
kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dari anaknya sendiri. Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi
karena adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa
sekunder karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme
organisme. Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan perpanjangan
sel, aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan
stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya daya hambat senyawa kimia penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman
yang menghasilkan, macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman
mengalami perombakan (Odum, 1998).
Allelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara
gulma dan tanaman melalui eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang teruapkan,atau
melalui hasil pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang
mempunyai efek allelopati adalah Pinus merkusii, Imperata silindrica, Musa spp, dan Acacia
mangium, dsb. Dalam pengaruhnya, Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara lain senyawa
allelopati dapa menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan
ion-ion oleh tumbuhan, beberapa allelopat menghambat pembelahan sel-sel akar
tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, menghambat respirasi akar, menghambat
sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas membran pada sel tumbuhan dan dapat
mengahambat aktivitas enzim (Mc.Naughton and Wolf, 1990).
Sejumlah peneliti melaporkan bukti untuk zat kimia mengendalikan distribusi tumbuhan,
asisiasi antar species, dan jalannya suksesi tumbuhan. Muller (1966) telah meneliti hubungan
spatial antara Salvia leucophyla dan rumput annual. Rumpun saliva yang hidup pada padang
rumbut ternyata dibawah rumpun dan disekeliling rumpun semak tersebut terjadi zona gundul (1-
2 meter) tak ada tumbuhan rumput dan herba lain. Bahkan 6-10 m dari kanopi semak tumbuhan
lain menjadi kerdil. Bentuk kerdil ini tidak disebabkan karena kompetisis untuk air, karena kar
semak tidak menyusup jauh ke daerah rumput. Faktor tanah nampak tidak bertanggung jawab
untuk asosiasi nehgatif, karena faktor khemis dan fisis tanah tidak berubah pada zona gundul
tersebut (Muller, 1996)

BAB III
METODOLOGI

A. WAKTU DAN TEMPAT


Waktu :Senin, 4 Desember 2017 – 14 Desember 2017
Pukul :13.00-Selesai
Tempat :Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN
Pontianak.

B. ALAT DAN BAHAN

No Nama Alat No Nama Bahan


1. Cawan Petri 1. Akuades
2. Kertas Saring 2. Akar Ilalang
3. Corong Penyaring 3. Umbi Bawang Putih
4. Blender 4. Daun Akasia
5. Mortar dan Alu 5. Biji Kacang Hijau
6. Kertas Merang
7. Pisau/gunting
8. Penggaris/benang meteran
9. Labu Ukur
10. Pipet Tetes

C. CARA KERJA
1. Dipilih biji kacang hijau yang baik
2. 4 cawan petridish disiapkan yang telah diberi kertas merang
3. Ekstrak akar ilalang, akasia dan bawang putih dibuat dengan cara sebagai berikut:
a. Dihaluskan bagian tumbuhan diatas dengan blender, mortar dan aluatau digunting
halus
b. Dibuat ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan akuades
dengan perbandingan sebagai berikut:
a) Bagian tumbuhan dan air (1:7)
b) Bagian tumbuhan dan air (1:14)
c) Bagian tumbuhan dan air (1:21)
4. Dibiarkan selama 24 jam, lalu saring dengan menggunakan alat penyaring. Ini adalah
larutan ekstrak yang akan digunakan sebagai perlukaan.
5. Diletakkan masing-masing 10 biji kacang hijau kedalam petridish
6. Dilakukan perlakuan pada kacang hijau sebagai berikut:
a. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml akuades
b. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak ilalang
a) Ekstrak perbandingan (1:7)
b) Ekstrak perbandingan (1:14)
c) Ekstrak perbandingan (1:21)
Diulangi hal yang sama dengan menggunakan ekstrak akasia dan bawang putih
c. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak akasia
d. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak bawang putih
7. Dibuat ulangan sebanyak 3 kali
8. Diamati perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari selama 10 hari dan diamati
pertumbuhan kecambahnya dengan mengukur panjang kecambah
9. Ditentukan persen perkecambahan
10. Dibandingkan hasil pengamatan dengan menggunakan RAL dan RAL factorial.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
a. Tabel pengamatan 1
DATA ALELOPATI DAUN AKASIA
KELAS VA
PERLAKUAN ULANGAN HARI KE- ( RATA-RATA) RATA-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RATA
KONTROL 1 0 0,7 1,2 2,5 0 0 0 0 0 0 0.44
(AQUADES)
AKASIA (1:7) 1 0 0 0.2 0,3 0 0 0 0 0 0 0.07
AKASIA(1:14) 1 0 0 0.2 0,3 0 0 0 0 0 0 0.07
AKASIA 1 0 0,4 0,6 1,3 0 0 0 0 0 0 0.23
(1:21)

PERLAKUAN ULANGAN KONSENTRASI TOTAL


KONTROL (1:7) (1:14) (1:21)
DAUN 1 0.44 0.07 0.07 0.23 0.81
AKASIA
TOTAL 0.44 0.07 0.07 0.23

b. Tabel pengamatan 2

DATA ALELOPATI AKAR ALANG-ALANG


KELAS VA
Treat R HARI KE- ( RATA-RATA) R
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ATA-
RATA
KONTROL 1 0 1,3 1,5 2 0 0 0 0 0 0 0.48
(AQUADES)
ALANG- 1 0 2 2,2 2,3 0 0 0 0 0 0 0.65
ALANG
(1:7)
ALANG- 1 0 1,2 1,3 1,6 0 0 0 0 0 0 0.41
ALANG
(1:14 )
ALANG- 1 0 1 1,1 1,3 0 0 0 0 0 0 0.34
ALANG
(1:21 )

PERLAKUAN ULANGAN KONSENTRASI TOTAL


KONTROL (1:7) (1:14) (1:21)
AKAR 1 0.48 0.65 0.41 0.34 1.88
ALANG-
ALANG
TOTAL 0.48 0.65 0.41 0.34

c. Tabel pengamatan 3
DATA ALELOPATI UMBI BAWANG PUTIH
KELAS VA
Treat R HARI KE- ( RATA-RATA) RATA-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RATA
KONTROL 1 0 0,2 0,5 1,1 0 0 0 0 0 0 0.18
(AQUADES)
BAWANG 1 0 0,1 0,1 0,7 0 0 0 0 0 0 0.09
PUTIH (1:7 )
BAWANG 1 0 0,1 0,2 0,7 0 0 0 0 0 0 0.08
PUTIH (1:14 )
BAWANG 1 0 0,2 0,2 0,7 0 0 0 0 0 0 0.10
PUTIH (1:21 )
PERLAKUAN ULANGAN KONSENTRASI TOTAL
KONTROL (1:7) (1:14) (1:21)
UMBI 1 0.18 0.09 0.08 0.10 0.45
BAWANG
PUTIH
TOTAL 0.18 0.09 0.08 0.10

d. Tabel pengamatan akhir


PERLAKUAN ULANGAN KONSENTRASI Total ulangan
KONTROL (1:7) (1:14) (1:21) (faktor A)
DAUN 1 0.44 0 0 0 0.81
AKASIA .07 .07 .23
TOTAL 0.44 0 0 0
.07 .07 .23
ILALANG 1 0.48 0 0 0 1.88
.65 .41 .34
TOTAL 0.48 0 0 0
.65 .41 .34
UMBI 1 0.18 0 0 0 0.45
BAWANG .09 .08 .10
PUTIH TOTAL 0.18 0 0 0
.09 .08 .10
Total perlakuan 1.1 1 0 0 Y=2.492
(Faktor B) .62 .56 .67

2. Perhitungan RAL dan RAL FAKTORIAL


a. DAUN AKASIA

C 0.16
SSY 0.1
SST 0.09
SSE 0.01
C 0.16

Table Anova

Source df SS MS F-test
Treatment 3 0.09 0.03 2.4
Eksp. Error 8 0.01 0.0125
1
Total 1 0.1
Kesimpulan : F test = 2.4 dan f table 0,05;3,8 yaitu 4,07 . F table > Ftest maka tidak
terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun akasia terhadap pertumbuhan kacang hijau.

b. ILALANG
C 0.88
SSY 0.06
SST 0.05
SSE 0.01

Table Anova
Source df SS MS F-test
Treatment 3 0.05 0.02 1.6
Eksp. Error 8 0.01 0.0125
Total 1 0.06
Kesimpulan : F test = 1.6 dan f table 0,05;3,8 yaitu 4,07 . F table > F test maka
tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak ilalang terhadap pertumbuhan kacang hijau.

c. UMBI BAWANG PUTIH


C 0.05
SSY 0.01
SST 0.009
SSE 0.001

Table Anova
Source df SS MS F-test
Treatment 3 0.009 0.003 2.4
Eksp. Error 8 0.001 0.00125
Total 1 0.39
Kesimpulan : F test = 2.4 dan f table 0,05;3,8 yaitu 4,07 . F table > F test maka
tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak umbi bawang putih terhadap
pertumbuhan kacang hijau.

d. Tabel Data RAL Faktorial


C 0.56
SSY 0.69
SAB 0.68
SSE 0.01
SSA 0.94
SSB 0.54
SSAB 0.28

Table Anova
Source df SS MS F-test
A 2 0.94 0.47 111.9
B 3 0.54 0.18 42.85
A*B 6 0.28 0.05 11.90
Eksp. Error 24 0.01 0.0042
Total 35 31.41
Kesimpulan :
a. F test = 111.9 dan f table 0,05;2,24 yaitu 3,4 . f table < f test maka terdapat pengaruh
pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) terhadap
pertumbuhan kacang hijau.
b. F test = 42.85 dan f table 0,05;3,24 yaitu 3,01 . f table < f test maka terdapat pengaruh
perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.
c. F test = 11.90 dan f table 0,05;6,24 yaitu 2,51 . f table < f test maka terdapat pengaruh
pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) dan
perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan yang berjudul “Allelopati”, tujuan
dilakukannya percobaan ini yaitu untuk Mempelajari pengaruh allelopati terhadap
perkacambahan kacang hijau dengan perlakuan pemberian ekstrak yang berbeda yaitu ekstrak
akar ilalang, akasia dan bawang putih serta pengaruh pemberian konsentrasi yang berbeda yaitu
0 M, 1:7 M, 1:14 M dan 1:21 M. Adapun bahan utama yang diguanakan dalam percobaan ini
yaitu Akar ilalang, daun akasia dengan umbi bawang putih, dengan kacang hijau sebagai bahan
untuk dicobakan.
Alelopati merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tubuh tumbuhan (jaringan
tumbuhan) yang dikeluarkan ke lingkungannya dan dapat menghambat atau mematikan individu
tumbuhan lainnya. Sebagai allelopat, substansi kimiawi itu terkandung dalam tubuh tumbuhan,
baik tanaman maupun gulma. Bertindaknya allelopat tersebut setelah tumbuhan atau bagian
tumbuhan mengalami pelapukan, pembusuk, pencucian ataupun setelah dikeluarkan berupa
eksudat maupun penguapan. Tumbuhan yang suseptibel bila terkena substansi semacam itu akan
mengalami gangguan yang berupa penghambatan pertumbuhan atau penurunan hasil
Ilalang (Imperata cylindrica) merupakan jenis tumbuhan yang bersifat allelopati bertugas
menghambat atau mematikan individu tumbuhan. Ilalang mengandung senyawa kimia seperti
gugusan asam organik, gula, asam amino, pektat, asam giberelat, terpenoid, alkaloid, dan fenolat.
Senyawa fenolat merupakan senyawa yang larut dalam air. Senyawa fenolat yang terlarut dapat
berpengaruh pada proses pertumbuhan tanaman, bergantung kepada konsentrasinya. Salisbury
dan Ross (1995) menyatakan bahwa jika konsentrasi fenolat dalam air tinggi, maka potensial
lingkungan akan naik sehingga menghambat difusi air dan oksigen ke dalam suatu tanaman. Jika
suplai air ke dalam tanaman terhambat, maka proses pembelahan dan perbesaran sel juga akan
terhambat.
Dari tabel pertumbuhan kacang hijau terlihat tanaman kacang hijau ( Phaseolus radiatus L)
yang diberi perlakuan dengan ditambahkan ekstrak bawang putih lebih pendek kehidupannya
jika dibandingkan dengan penambahan ekstrak ilalang maupun daun akasia. Hal ini terjadi
karena bawang putih memiliki senyawa alelopathy yang disebut allicin. Allicin yaitu komponen
utama yang berperan memberi aroma pada bawang putih dan merupakan salah satu zat aktif yang
diduga dapat membunuh bakteri baik gram positif maupun gram negatif karena mempunyai
gugus asam amino para amino benzoat dan menghambat perkecambahan tanaman lain. Pada
percobaan ini penambahan senyawa allelopathy (allicin) dengan konsentrasi tertentu dapat
menurubkan kemampuan pertumbuhan kacang hijau (phaseolus radiatus L).Hal ini sejalan
dengan yang dinyatakan oleh Reussen, Patrick dalam (Soetikno,1990) yang menyatakan bahwa
senyawa allelopathy pada konsentarasi tertentu dapatmenurunkan kemampuan pertumbuhan
tumbuhan , karena transportasi asam amino dan pembentukan protein terhambat. Selain itu
allelopathy juga sangat menghambat pertumbuhan akar semai, perkecambahan biji,
pertumbuhan, sistem perakaran dan tumbuhan menjadi layu bahkan dapat menyebabkan
kematian. Senada dengan hal tersebut, (Suprapto,1999) memberi penjelasan lebih rinci bahwa
alelopathy dapat menghambat proses berikut perbanyakan dan perpanjangan sel, aktivitas
giberalin (GA) dan (IAA), penyerapan hara mineral, laju fotosintesis, respirasim pembukaan
stomata, sintesis protein dan aktivitas enzimatis.
Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa tinggi perkecambahan
ada pada tanaman kacang hijau dengan perlakuan akar ilalang dengan tinggi kecambah dari
tanaman kontrol, ekstrak akar ilalang (1:7), (1:14), dan (1:21) secara berturut-turut adalah
0.65cm, 0.41cm dan 0.34cm. Sedangkan yang terendah adalah pada biji kacang hijau yang
diberikan perlakuan ekstrak bawang putih dengan tinggi kecambah dari tanaman kontrol, ekstrak
akar bawang putih (1:7), (1:14), dan (1:21) secara berturut-turut yaitu 0.09cm, 0.08cm, 3,63cm
dan 0.10cm. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak bawang putih mempunyai zat allelopati yang
lebih tinggi daripada ekstrak daun akasia dan ekstrak akar ilalang. Oleh sebab itu tanaman
kecambah kacang hijau yang diberikan perlakuan ekstrak bawang putih lebih kecil
pertumbuhannya karena dihambat oleh zat kimia allelopati bawang putih. Namun untuk
perlakuan dengan ekstrak daun akasia dan akar ilalang tidak terlalu berbeda nyata. Ini dapat
terjadi demikian, mungkin karena tanaman kacang hijau lebih tahan terhadap zat kimia yang
dikeluarkan oleh tanaman allelopati dari ekstrak daun akasia dan akar ilalang. Dalam kejadian ini
terlihat bahwa adanya persaingan tanaman untuk mempertahankan hidup dari zat-zat yang
bersifat allelopati yang dikeluarkan oleh tanaman lain uyang bersifat merusak. Dalam persaingan
antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan
kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu
jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari
tumbuhan lain.
Berdasarkan perhitungan faktorial diperoleh nilai Ftest masing-masing faktor yakni:
1. F test = 111.9 dan f table 0,05;2,24 yaitu 3,4 . f table < f test maka terdapat pengaruh
pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) terhadap
pertumbuhan kacang hijau.
2. F test = 42.85 dan f table 0,05;3,24 yaitu 3,01 . f table < f test maka terdapat pengaruh
perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.
3. F test = 11.90 dan f table 0,05;6,24 yaitu 2,51 . f table < f test maka terdapat pengaruh
pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) dan
perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun akasia,
ilalang, dan umbi bawang putih terhadap perkecambahan biji kacang hijau. Hal ini pun dapat
dilihat dari perbandingan tanaman kontrol dengan tanaman yang diberikan ekstrak. Terlihat
perbedaan yang nyata bahwa kecambah kacang hijau kontrol jauh lebih tinggi dibandingkan
kecambah kacang hijau yang ditambahkan ekstrak. Dilihat dari F test yang kedua yaitu tidak
terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. Hal ini dapat
dilihat pada tabel pengamatan bahwa kecambah dengan konsentrasi yang berbeda mempunyai
tinggi yang hampir sama sehingga konsentrasi yang berbeda tidak menyebabkan perbedaan pada
pertumbuhan kecambah kacang hijau. Untuk nilai F test yang ketiga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih
(alelopati) dan perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Alelopati merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tubuh tumbuhan (jaringan
tumbuhan) yang dikeluarkan ke lingkungannya dan dapat menghambat atau mematikan
individu tumbuhan lainnya
2. Percobaan menggunakan Ekstrak daun akasia, akar ilalang dan umbi bawang putih
terhadap pertumbuhan kacang hijau
3. Ekstrak daun akasia, akar ilalang dan umbi bawang putih dapat menghambat
perkecambahan tanaman.
4. Daya penghambat dari alelopati umbi bawang putih lebih besar dari pada akasia dan
ilalang karena pada bawang putih mengandung senyawa allicin yang dapat
menghambat perkecambahan tanaman.
5. Pada pemberian ekstrak bawang putih dengan 3 kali pengulangan selama 10 hari
dengan 3 konsentrasi yang berbeda yaitu pada konsentrasi 1:7 tinggi kacang hijau yaitu
0,09 cm, pada 1:14 yaitu 0.08 cm dan padakonsentrasi 1:21 yaitu 0,10 cm, dan pada
perlakuan control yaitu 0,18 cm.
6. Ilalang (Imperata cylindrica) merupakan jenis tumbuhan yang bersifat allelopati
bertugas menghambat atau mematikan individu tumbuhan. Ilalang mengandung
senyawa kimia seperti gugusan asam organik, gula, asam amino, pektat, asam giberelat,
terpenoid, alkaloid, dan fenolat.
7. Pada pemberian ekstrak akasia dengan perlakuan kontrol tinggi kacang hijau 10,07
cm.dan rata-rata tinggi tanaman kecambah kacang hijau pada konsentrasi 1:7 yaitu 6,48
cm; pada konsentrasi 1:14 tinggi rata-rata nya 6,4; dan pada konsentrasi 1:21 tingginya
8,17 cm.
8. Pada pemberian ekstrak ilalang dengan 3 kali pengulangan dan 3 konsentrasi yang
berbeda yaitu 1:7, 1:14 dan 1:21 dan perlakuan control didapatkan masing-masing rata-
rata tinggi tanaman kecambah kacang hijau yaitu 0,65 cm; 0,41 cm; 0,34 cm dan 0,48
cm.
9. Dipilihnya tanaman kacang hijau sebagai media karena kacang hijau mempunyai daya
adaptasi yang luas, di daerah kering atau pada musim panas tanaman ini masih mampu
memproduksi dengan baik, tetapi perlu dikatahui bahwa pada awal pertumbuhan
hingga awal berbunga membutuhkan kelembaban tanah yang cukup baik.
10. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin besar pengaruh alelopati dalam
menghambat pertumbuhan dan aktivitas kecambah kacang hijau.
11. Padaperhitungan yang didaptkan, F hitung < F tabel, yang berarti bahwa konsentrasi,
ekstrak alelopati, serta kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi
pertumbuhan tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan ini merupakan kesalahan,
seharusnya F hitung > F tabel.
B. Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya antara asisten dan praktikan saling partisipatif
dan lebih mengefesiensikan waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Kartawinata. 1986. Pengantar Ekologi. Remadja karya CV : Bandung.
Melda Yanti, Indriyanto, dan Duryat. 2016. Pengaruh Zat Alelopati Dari Alang-Alang Terhadap
Pertumbuhan Semai Tiga Spesies Akasia (The Effect Of Allolepathy From Blady Grass
To Three Species Of Acacia Seedlings Growth). Jurnal Sylva Lestari. VOL. 4 NO.2 (27—
38).
Muller. 1996. Ilmu Ekologi Tumbuhan Allelopati Jilid 2. Jakarta: UI Press.
Odum, 1998. EkologiTumbuhan. Yogyakarta: RinekaCipta.
Resosoedarmo, S., K. Kartawinata, A. Soegiarto. 2006. Pengantar Ekologi.
Bandung:Remadja Rosdakarya.
S.J. MC. Naughton, Larry L. Wolf. 1992. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gajah
UniversitasPress.
Soetikno, S. Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sukman, Y. & Yakub. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya.Jakarta:
Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai