Anda di halaman 1dari 30

BAGIAN I PEREKONOMIAN GLOBAL

Keterangan gambar:
Seperti pengolahan logam dalam bara, respons kebijakan yang tepat dapat
membuat ekonomi Indonesia tetap lentur dan berdaya tahan di tengah
perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
INFOGRAFIS BAGIAN I
PEREKONOMIAN GLOBAL

PDB EROPA
PDB TIONGKOK
1,6%
PDB AS
1,6% 6,7% 1,0%
PDB JEPANG

PDB INDIA

Pertumbuhan ekonomi 7,4%


global melambat
2015
2016
3,2%
3,1%
HARGA KOMODITAS GLOBAL MASIH LEMAH KETIDAKPASTIAN PASAR
KEUANGAN GLOBAL MASIH TINGGI
Transisi politik Kenaikan FFR
di beberapa negara utama

Sawit Kopi MinyakBatubara

Brexit Trump E ect

π INFLASI GLOBAL MASIH RENDAH

RESPONS KEBIJAKAN
NEGARA MAJU NEGARA BERKEMBANG

KEBIJAKAN STIMULUS IMPLEMENTASI PENGUATAN KEBIJAKAN OPTIMALISASI IMPLEMENTASI


MONETER FISKAL REFORMASI KERJASAMA MONETER STIMULUS REFORMASI
EKSPANSIF, TERBATAS STRUKTURAL INTERNASIONAL AKOMODATIF FISKAL STRUKTURAL
KECUALI AS
BAGIAN I
Perekonomian Global

Perekonomian global pada 2016 masih menghadapi sejumlah Dampak pengaruh pertumbuhan ekonomi dunia yang belum
risiko yang telah mengemuka pada 2015. Tiga risiko utama solid melebar karena banyak negara merespons pelemahan
kembali terlihat pada 2016, yakni pertumbuhan ekonomi yang ekonomi dunia dengan strategi pertumbuhan ekonomi
menurun, harga komoditas yang masih rendah, dan berorientasi domestik. Strategi tersebut membuat hubungan
ketidakpastian di pasar keuangan yang masih tinggi. antara pertumbuhan ekonomi dunia dan volume perdagangan
Permasalahan menjadi semakin kompleks akibat dunia melemah. Hubungan keduanya semakin turun karena
ketidakpastian geopolitik di beberapa negara. Berbagai saat bersamaan global value chain juga terindikasi berkurang.
perkembangan yang kemudian berimbas pada proses Akibatnya, elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap volume
pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat dan tidak perdagangan dunia menurun dari 0,6 pada 2015 menjadi
sesuai dengan perkiraan sebelumnya. hanya 0,3 pada 2016. Perkembangan tersebut pada gilirannya
semakin menekan kinerja ekspor dan pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi global pada 2016 masih belum kuat
banyak negara.
dan tidak merata. Pertumbuhan ekonomi dunia 2016 tercatat
sebesar 3,1%, sedikit lebih rendah dari capaian pada 2015 Pertumbuhan ekonomi dunia yang belum kuat berdampak
sebesar 3,2%. Perkembangan tersebut juga lebih rendah dari kepada harga komoditas global yang masih rendah sampai
perkiraan awal tahun sebesar 3,4%. Berdasarkan kelompok dengan triwulan III 2016. Dari komoditas energi, rata-rata
negara, pertumbuhan ekonomi dunia yang belum kuat harga minyak dunia sampai dengan triwulan III 2016 masih
terutama dipengaruhi ekonomi negara maju yang masih lemah dalam kisaran 28,7 dolar AS hingga 41,3 dolar AS per barel,
yang bertumbuh 1,6%, menurun dibandingkan dengan lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata harga minyak
pertumbuhan pada 2015 sebesar 2,1%. Kinerja negara maju pada 2015 sebesar 48,7 dolar AS per barel. Satu sisi,
yang lemah dipengaruhi oleh penurunan pertumbuhan perkembangan tersebut tidak terlepas dari pengaruh
ekonomi di AS, Eropa, dan Jepang. Sementara itu, permintaan yang belum kuat sejalan dengan perekonomian
pertumbuhan ekonomi negara berkembang sedikit meningkat dunia yang masih lemah. Di sisi lain, harga minyak dunia yang
dari 4,0% pada 2015 menjadi 4,1%. Perkembangan positif di rendah juga dipengaruhi peningkatan pasokan minyak di
negara berkembang terutama ditopang beberapa negara di pasar dunia akibat respons OPEC yang meningkatkan
Asia seperti India dan Indonesia yang mencatat kenaikan produksi. Harga minyak dunia baru meningkat pada triwulan
pertumbuhan ekonomi sedangkan pertumbuhan ekonomi IV 2016 hingga rata-rata mencapai 46,5 dolar AS per barel.
Tiongkok menurun dari 6,9% menjadi 6,7%. Harga minyak dunia naik cukup tinggi pada triwulan IV 2016
dipengaruhi oleh permintaan dari negara berkembang, seperti
Beberapa faktor memengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia
Tiongkok dan India yang mulai meningkat. Selain itu, kenaikan
yang belum kuat. Di AS, pertumbuhan ekonomi yang menurun
harga juga dipengaruhi oleh produksi minyak dunia yang
disebabkan oleh investasi residensial dan investasi
berkurang terutama pascakomitmen penurunan produksi oleh
nonresidensial yang masih lemah akibat kinerja sektor minyak
OPEC.
dan pertambangan yang masih turun. Di Eropa, investasi juga
melambat terutama pascareferendum Brexit pada akhir Juni Sejalan dengan kondisi tersebut, harga komoditas nonmigas
2016 yang kemudian memicu ketidakpastian dan menahan global, termasuk harga komoditas ekspor Indonesia seperti
minat pemilik modal untuk berinvestasi. Di Jepang, batubara, kelapa sawit, dan tembaga, juga masih rendah
pelemahan ekonomi dipengaruhi penurunan di hampir seluruh sampai dengan awal triwulan III 2016. Perkembangan harga
komponen PDB yakni konsumsi, investasi, dan ekspor. komoditas yang rendah terutama dipengaruhi oleh permintaan
Sementara itu, pelemahan ekonomi Tiongkok banyak dunia yang belum kuat. Selanjutnya, perkembangan harga
dipengaruhi oleh strategi economic rebalancing yang komoditas nonmigas menunjukkan peningkatan tajam pada
ditempuh Pemerintah Tiongkok dalam merespons triwulan IV 2016. Kenaikan harga terutama dipengaruhi oleh
perekonomian global yang belum kuat. permintaan yang

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 Bagian I 3


mulai meningkat, terutama dari Tiongkok, serta gangguan berbagai rencana arah kebijakan Presiden AS terpilih Donald
Trump rentan mengganggu proses pemulihan ekonomi global.
produksi di komoditas timah dan kelapa sawit.
Rencana arah kebijakan AS tersebut antara lain kebijakan
Harga komoditas yang masih rendah dan permintaan dunia fiskal yang lebih ekspansif di tengah beban utang pemerintah
yang belum kuat berkontribusi kepada inflasi dunia yang yang besar, rencana kebijakan perdagangan internasional
masih rendah. Sampai dengan triwulan III 2016, inflasi dunia
yang lebih protektif, dan beberapa kebijakan di bidang
tercatat sangat rendah di beberapa negara dipengaruhi harga
imigrasi.
energi yang masih rendah dan permintaan agregat yang
belum kuat, seperti di Jepang dan Eropa. Namun, sejak Kebijakan makroekonomi yang ekspansif dan ditopang dengan
triwulan IV 2016 inflasi dunia mulai meningkat dipengaruhi penguatan kebijakan struktural ditempuh banyak negara dalam
oleh kenaikan harga komoditas dan permintaan agregat merespons dinamika perekonomian dunia 2016. Berbagai bank
dunia yang mulai naik. Dengan dinamika tersebut, inflasi sentral negara maju menempuh kebijakan moneter ekspansif,
dunia pada 2016 mencapai 3,2%, sedikit meningkat jika kecuali AS yang menaikkan suku bunga FFR sebanyak satu
dibandingkan dengan inflasi pada 2015 sebesar 2,9%. kali. Bank of Japan menempuh kebijakan suku bunga negatif,
Peningkatan inflasi tercatat lebih besar terjadi di negara maju sama seperti Bank Sentral Eropa yang juga menempuh
dibandingkan dengan inflasi di negara berkembang. Inflasi pelonggaran kebijakan moneter. Bank Sentral Tiongkok juga
negara maju naik dari 0,5% pada 2015 menjadi 1,2%, melonggarkan kebijakan moneter melalui penurunan Giro

sedangkan inflasi negara berkembang stabil sebesar 4,7%. Wajib Minimum guna menjaga likuiditas yang berkurang saat
terjadi pembalikan modal. Pemerintah Tiongkok juga
Perekonomian dunia yang belum solid mendorong
menempuh kebijakan reformasi struktural seperti di sektor
peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.
produksi yang membatasi peningkatan kapasitas produksi
Ketidakpastian pasar keuangan global terindikasi dari indeks untuk industri baja, batubara, dan alumunium. Sementara di
VIX yang naik, terutama pada triwulan I 2016 dan triwulan IV India, bank sentral juga menurunkan suku bunga kebijakan
2016. Ketidakpastian di pasar keuangan global juga meningkat yang disinergikan dengan kebijakan reformasi struktural
dipengaruhi rencana kenaikan Fed Funds Rate (FFR) oleh Pemerintah untuk memperkuat kemudahan berinvestasi.
bank sentral AS. Ketidakpastian kemudian memicu perubahan
pola aliran modal di pasar keuangan global. Hal ini kemudian
Kebijakan makroekonomi di banyak negara juga didukung
mendorong penguatan dolar dan memberikan tekanan kepada
berbagai kerja sama internasional. Agenda utama kerja sama
mata uang banyak negara, termasuk Indonesia.
internasional adalah mendorong pertumbuhan dan pemulihan
Perkembangan tersebut tergambar dari rata-rata indeks DXY
ekonomi dunia serta meningkatkan resiliensi ekonomi dan
yang meningkat pada triwulan I dan triwulan IV 2016 sejalan
sistem keuangan global. Beberapa kerja sama tersebut, seperti
dengan penguatan dolar AS.
yang dilakukan forum G20 dan EMEAP. Bank Dunia seperti
Ketidakpastian pasar keuangan dunia yang tinggi juga halnya International Monetary Fund (IMF) juga turut
didorong transisi politik di beberapa negara utama dunia. mendorong pertumbuhan ekonomi global melalui berbagai
Pada akhir semester I 2016, hasil referendum Inggris yang inisiatif investasi infrastruktur dalam forum G20. Untuk
memutuskan keluar dari Uni Eropa (Brexit), sempat memicu kawasan regional, penguatan resiliensi kawasan juga
ketidakpastian karena berbeda dengan ekspektasi pelaku dilakukan melalui peningkatan kapasitas surveilans ASEAN+3
pasar. Ketidakpastian kembali naik saat pasar menyikapi Macroeconomic Research Office (AMRO).
hasil pemilihan presiden AS. Pelaku pasar membaca

4 Bagian I LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016


Perekonomian global tahun 2016 masih diwarnai
Bab 1 sejumlah risiko yang telah mengemuka pada 2015.
Dinamika Risiko dipicu pertumbuhan ekonomi global dan

Perekonomian volume perdagangan yang menurun. Pertumbuhan


ekonomi global yang turun kemudian berdampak
Global pada harga komoditas, baik energi maupun non-
energi, yang masih di level rendah sampai triwulan III
2016. Perkembangan ekonomi global yang tidak
sesuai harapan pada gilirannya mendorong
ketidakpastian di pasar keuangan tetap tinggi.
Ketidakpastiaan di pasar keuangan sempat
meningkat, saat perkembangan geopolitik di
sejumlah negara tidak sesuai dengan ekspektasi
pelaku pasar seperti hasil referendum Brexit dan
hasil Pemilu AS.

Keterangan gambar:
Perekonomian global ibarat perputaran
bumi yang mengandung sisi gelap dan sisi
terang. Pada 2016, sisi gelap mendominasi
perekonomian global dalam bentuk
perlambatan ekonomi dan ketidakpastian
di pasar keuangan yang kemudian
berdampak negatif pada kinerja ekonomi
negara berkembang, termasuk Indonesia.
Perekonomian global pada 2016 masih belum sesuai harapan Minas sampai dengan triwulan III 2016 rata-rata mencapai
dan diwarnai sejumlah risiko yang sudah mengemuka pada 38,8 dolar AS per barel dan baru kembali naik pada triwulan
2015. Tiga risiko utama yang kembali terlihat pada 2016 yaitu IV 2016 menjadi 47,6 dolar AS per barel. Dari komoditas non-
pertumbuhan ekonomi global yang menurun, harga komoditas energi, berbagai harga komoditas juga tetap rendah,
yang masih di level rendah, dan ketidakpastian di pasar termasuk harga komoditas ekspor Indonesia seperti batubara,
keuangan yang tinggi. Ketidakpastiaan di pasar keuangan kelapa sawit, dan tembaga. Pada paruh kedua 2016 harga
semakin tinggi, saat perkembangan geopolitik di sejumlah minyak dan komoditas non-energi secara bertahap mulai
negara berbeda dengan ekspektasi pelaku pasar seperti hasil naik, dengan peningkatan cukup besar terutama terjadi pada
Brexit dan Pemilu AS. Berbagai faktor tersebut saling terkait, triwulan terakhir. Peningkatan harga komoditas non-energi
yang pada gilirannya berdampak pada pemulihan ekonomi terutama didorong penguatan ekonomi negara-negara
global yang berjalan lambat. berkembang dan dampak gangguan sisi pasokan.

Data terakhir menunjukkan pertumbuhan ekonomi global pada


2016 tercatat lebih lambat dari capaian 2015. Ekonomi dunia Peningkatan harga minyak dan komoditas terindikasi mulai
pada 2016 tumbuh sebesar 3,1%, lebih rendah dibandingkan meningkatkan tekanan inflasi, meskipun masih dalam kisaran
dengan capaian tahun sebelumnya sebesar 3,2%. Angka ini rendah. Inflasi dunia pada tahun 2016 mencapai 3,2%,
bahkan di bawah perkiraan pada awal tahun 2016 sebesar meningkat dibandingkan dengan inflasi pada 2015 sebesar
3,4%. Ekonomi global yang belum kuat dipengaruhi 2,9% (Grafik 1.2). Peningkatan tekanan inflasi terutama terjadi
perekonomian negara maju yang masih lemah sedangkan pada paruh kedua 2016, dipengaruhi kenaikan harga minyak
pertumbuhan ekonomi negara berkembang tetap solid. dan harga komoditas non-energi, serta mulai membaiknya
Dampak pertumbuhan ekonomi global yang turun semakin permintaan global. Perkembangan ini berbeda dengan kondisi
luas karena pertumbuhan ekonomi global yang melambat paruh pertama 2016 dimana inflasi sempat tercatat sangat
direspons banyak negara dengan menggeser strategi rendah di beberapa negara maju seperti Eropa dan Jepang.
pertumbuhan ekonomi menjadi lebih berorientasi domestik.
Strategi tersebut kemudian menyebabkan elastisitas antara
Pertumbuhan ekonomi global yang belum kuat dan dibarengi
pertumbuhan ekonomi dunia dan volume perdagangan dunia
dengan transisi politik di beberapa negara berdampak pada
semakin kecil (lihat Boks 1.1). Kompleksitas ini pada akhirnya
masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
mengakibatkan pertumbuhan volume perdagangan dunia
Transisi politik cukup kuat memengaruhi ketidakpastian
kembali dalam tren menurun sejak tahun 2010 (Grafik 1.1).
pasar keuangan pada paruh kedua
2016, terutama pascareferendum Brexit dan Pemilu AS.
Pertumbuhan ekonomi global yang turun berdampak pada Ketidakpastian meningkat dipicu hasil yang tidak sesuai
pelemahan harga komoditas hingga triwulan III 2016, baik dengan ekspektasi pasar. Ketidakpastian juga sempat muncul
komoditas energi maupun non-energi. Dari komoditas energi, pada triwulan I 2016 akibat sentimen pelemahan ekonomi
harga minyak dunia masih rendah, dengan level terendah Tiongkok dan ketidakpastian peningkatan FFR AS.
tercatat pada Januari 2016. Harga minyak jenis

Grafik 1.1. Volume Perdagangan Dunia dan PDB Dunia Grafik 1.2. Inflasi Global
Gra k 1.1. Grafik WTV dan PDB Gra k 1.1. Lanskap Ekonomi Global

Persen, yoy Rasio Volume Perdagangan Dunia/PDB Persen, yoy


15 4
8
10 3

5 2 6

0 0
4
-5 -1

Prakrisis Pascakrisis -2
-10 Rata-rata volume 2
perdagangan dunia: 6,9 2,3 -3
Rata-rata PDB: 3,8 3,4
-15 1992 -4 0
1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Volume Perdagangan Dunia PDB

Volume Perdagangan Dunia/PDB (skala kanan) Dunia Negara Maju Negara Berkembang

Sumber: CPB, WEO-IMF, diolah Sumber: WEO-IMF

8 Bab 1 LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016


1.1. PEREKONOMIAN NEGARA MAJU Grafik 1.3. Inflasi Beberapa Negara Maju dan Harga Gra k 1.2. Lanskap
Inflasi Global

Perkembangan ekonomi negara maju ditandai pertumbuhan Komoditas Global

ekonomi yang lebih lambat dan tekanan inflasi yang Persen, yoy Persen, yoy
meningkat. Ekonomi negara maju tumbuh sebesar 1,6% pada 6 80
5 60
2016, melambat dibandingkan dengan capaian pada 2015
sebesar 2,1% (Tabel 1.1 ). Perlambatan terutama dipengaruhi 4 40

perlambatan pertumbuhan ekonomi di AS, Eropa dan Jepang. 3 20


2
Sementara itu, inflasi negara maju mencapai 1,2% pada 2016, 0
1
lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun 2015 sebesar
0 -20
0,5%. Peningkatan inflasi negara maju terutama didorong
-1 -40
kenaikan harga minyak dan harga komoditas global non-energi
pada paruh kedua 2016 (Grafik 1.3). Meskipun meningkat, -2 II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -60

inflasi di beberapa negara maju tersebut masih berada di 2012 2013 2014 2015 2016
AS Jepang
bawah target masing-masing bank sentral. Bahkan,
perkembangan harga di Eropa dan Jepang sempat mencatat Kawasan Euro Indeks Harga Global IMF (skala kanan)

deflasi pada semester pertama 2016. Sumber: WEO-IMF

Berdasarkan negara, perekonomian AS pada 2016 tumbuh


melambat dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya, pembelian properti cukup besar guna mengantisipasi

meskipun dinamika triwulanan mengindikasikan perbaikan. kenaikkan FFR yang dimulai sejak akhir 2015 (Grafik 1.5).
Pertumbuhan ekonomi AS tercatat 1,6% pada 2016, lebih
Sejalan dengan dinamika triwulanan pada PDB, sektor tenaga
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun
kerja AS selama tahun 2016 juga dalam tren membaik dan
2015 sebesar 2,6% dan juga perkiraan awal sebesar 2,4%.
mulai mendekati kondisi full employment. Sejak semester II
Perkembangan ini dipengaruhi pemulihan ekonomi yang tidak
2016, pemulihan sektor tenaga kerja AS semakin solid dengan
sesuai harapan karena pada semester II 2016 investasi baik
level pengangguran pada akhir 2016 tercatat 4,7%, atau sudah
residensial maupun nonresidensial masih lemah. Kinerja yang
lebih rendah dari level Non-Accelerating Inflation Rate of
menurun pada investasi nonresidensial dipengaruhi
Unemployment (NAIRU) yang ditetapkan oleh The Fed
pelambatan investasi sektor minyak dan sektor pertambangan
sebesar 4,9%. Namun, dampak penurunan pengangguran
akibat harga minyak dan komoditas yang masih lemah sejak
kepada akselerasi upah riil terindikasi tidak optimal tercermin
tahun 2014 (Grafik 1.4). Sementara itu, investasi residensial
pada rata-rata pendapatan per jam yang stagnan (Grafik 1.6).
pada 2016 melambat karena pada 2015 investor telah
Hal ini dipengaruhi kondisi masih tingginya komposisi tenaga
melakukan
kerja paruh waktu yang memiliki level pendapatan masih
rendah. Pendapatan rata-rata riil yang masih rendah tersebut
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Global kemudian membatasi perbaikan kinerja konsumsi.

2015 2016 Kontribusi


(%)
Grafik 1.4. Sektor Industri AS dan Harga Minyak
Gra k 1.4. Sektor Industri AS
Dunia 3,2 3,1 100
Negara Maju 2,1 1,6 41,85 Persen, yoy Dolar AS per Barel
Jepang 1,2 1,0 4,14 15 120

Amerika Serikat 2,6 1,6 15,59 10 100

Kawasan Eropa 2,0 1,6 11,30


5 80
Perancis 1,3 1,2 2,30
Jerman 1,5 1,9 3,34 0 60
-5
Italia 0,7 0,9 1,87
Spanyol 3,2 3,2 1,42 -10 40

Negara Berkembang 4,0 4,1 58,15 -15 20


Tiongkok 6,9 6,7 17,86
-20 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 0
India 7,2* 7,3* 7,32

* Penghitungan diseragamkan dengan negara lain yakni data periode Jan - Des 2016. PDB 2012 2013 2014 2015 2016
India tahun 2015 berdasarkan tahun fiskal (Maret 2015 s.d. Maret 2016) adalah 7,5%. Indeks Produksi Manufaktur Indeks Produksi Pertambangan
Sumber: WEO IMF Jan-17, diolah
Indeks Produksi Utilities WTI (skala kanan)

Sumber: Bloomberg, diolah

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 Bab 1 9


Grafik 1.5. Sektor Perumahan AS Grafik 1.7. Inflasi AS
Gra k 1.5. Sektor Perumahan AS
Indeks Indeks Persen

80 85 3,0
75 80 2,5 2,4

75 2,0 1,8
70

65 70 1,5 1,5
65
60 1,0
60
55 0,5
55
0,0
50 50
-0,5
45 45
40 40 -1,0 I II III IV I II III IV
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016
2012 2013 2014 2015 2016
Housing Market Index Present Sales (skala kanan) Future Sales (skala kanan) PCE Int CPI Int PCE Target 2%

Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: Bloomberg, diolah

Inflasi AS pada 2016 juga tercatat meningkat, meskipun masih 2016 tumbuh sebesar 1,6%, melambat dibandingkan dengan
di bawah target yang ditetapkan The Fed. The Fed pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 2% (Grafik 1.8).
menggunakan Personal Consumption Expenditure (PCE) Pemulihan ekonomi Eropa yang belum kuat dipengaruhi
sebagai sasaran yang dalam jangka panjang ditargetkan ekspor yang masih lemah pascareferendum Brexit dan juga
sebesar 2%. Secara umum, kenaikan tekanan inflasi AS dipengaruhi transisi politik Eropa. Sementara itu, inflasi Eropa
terutama dipengaruhi tren peningkatan harga komoditas pada tercatat meningkat dari 0,5% pada 2015 menjadi 1,1%.
triwulan IV 2016. Selain itu, ekspektasi inflasi AS juga Meskipun naik, inflasi tersebut masih di bawah target inflasi
meningkat terutama dipengaruhi rencana ekspansi kebijakan bank sentral Eropa (ECB) yang mendekati 2%. Kenaikan inflasi
fiskal Trump. Menurut kelompok barang, tekanan inflasi terutama terjadi pada paruh kedua didorong kenaikan harga
terutama berasal dari peningkatan harga untuk jasa kesehatan kelompok energi. Kenaikan harga energi terindikasi telah
dan perumahan yang kemudian menyebabkan inflasi inti meningkatkan tekanan harga sejak di tingkat produsen,
berada pada level di atas 2% sejak awal tahun 2015. Secara tercermin dari inflasi Producer Price Index (PPI) yang telah
keseluruhan, inflasi IHK dan inflasi PCE tercatat meningkat mencatat positif pada akhir tahun 2016 sebesar 0,1%.
menjadi 1,5% (Grafik 1.7).

Dari Eropa, pertumbuhan ekonomi tercatat lebih lambat Dari Jepang, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016
dibandingkan dengan capaian pada 2015 sedangkan inflasi tercatat melambat dari 1,2% pada 2015 menjadi 1,0%
tercatat meningkat meskipun masih terbatas. PDB Eropa sehingga berkontribusi pada inflasi yang masih lemah.
Grafik 1.6. Sektor Tenaga Kerja AS Grafik 1.8. Dekomposisi Pertumbuhan Eropa (Euro Area)
Grafik 1.6. Sektor Tenaga Kerja AS Grafik 1.8. Dekomposisi Pertumbuhan Eropa (Euro Area)

Persen Persen, yoy Persen, yoy


-2 5
3
-1 4 2 2,0

0 3 1,6
1
1 2
0
1
2 0 -1

3 -1 -2

4 -2
-3
5 -3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2015 2016
Labor slack (U-3 minus NAIRU) (inverted) Konsumsi Pemerintah Investasi

Persediaan Ekspor Neto PDB


Average hourly earnings (skala kanan) Real Average Earnings (skala kanan)

Sumber: FRED, Bloomberg, diolah Sumber: Eurostat

10 Bab 1 LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016


Pertumbuhan ekonomi yang lemah dipengaruhi pemulihan terlepas dari kontribusi keberhasilan pengendalian inflasi di
konsumsi, investasi serta ekspor neto yang masih terbatas beberapa negara berkembang seperti Tiongkok, India, Brasil
(Grafik 1.9). Kinerja konsumsi tahun 2016 cenderung stagnan
dan Indonesia (Grafik 1.10).
antara lain dipengaruhi perbaikan sektor tenaga kerja yang
terbatas serta fenomena kondisi demografi masyarakat yang Berdasarkan negara, pertumbuhan ekonomi India tercatat
menua (aging population). Konsumsi yang belum kuat meningkat dan dibarengi penurunan tekanan inflasi.
kemudian berdampak pada tren penjualan ritel dan belanja Pertumbuhan ekonomi India pada 2016 tercatat meningkat dari
rumah tangga yang belum kuat. Permintaan agregat yang 7,2% pada 2015 menjadi 7,3%. Sumber utama kenaikan
pertumbuhan ekonomi India berasal dari konsumsi swasta
belum kuat selanjutnya berkontribusi pada inflasi yang masih
sedangkan investasi melambat (Grafik 1.11). Konsumsi swasta
lemah. Pada akhir tahun 2016, inflasi tercatat sebesar 0,3%
meningkat dipengaruhi kebijakan peningkatan upah dan dana
disumbang inflasi nonmakanan yang masih cukup rendah.
pensiun di sektor publik pada paruh kedua 2016. Peningkatan
Dalam dinamika triwulanan, inflasi dari kelompok produsen
konsumsi juga dipengaruhi perbaikan kinerja sektor pertanian
terindikasi meningkat dipengaruhi kenaikan harga energi.
didorong cuaca yang mendukung setelah pada tahun
Perkembangan ini tergambar pada deflasi dari harga produsen
sebelumnya mengalami kekeringan. Sementara itu,
yang semakin berkurang.
pertumbuhan investasi melambat, meskipun masih menjadi
kontributor utama pertumbuhan ekonomi India. Investasi yang
melambat kemudian menurunkan produksi khususnya untuk
1.2. PEREKONOMIAN
komponen produksi barang modal (Grafik 1.12). Di tengah
NEGARA BERKEMBANG pertumbuhan ekonomi yang meningkat, tekanan inflasi di India
Perekonomian negara berkembang pada 2016 tumbuh lebih masih menurun. Pada akhir tahun 2016, inflasi India tercatat
solid dan disertai inflasi yang tetap terkendali. Pertumbuhan 3,4% lebih rendah dibandingkan inflasi tahun 2015 sebesar
ekonomi negara berkembang pada 2016 tercatat 4,1%, sedikit 5,6%. Perkembangan positif
meningkat dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya ini dipengaruhi harga bahan pangan yang terkendali dan
sebesar 4,0%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi negara
imported inflation yang rendah.
berkembang terutama dipengaruhi kenaikan harga komoditas
sejak paruh kedua tahun 2016. Kondisi tersebut kemudian Dari Tiongkok, pertumbuhan ekonomi tercatat melambat dari
mendorong perbaikan ekonomi pada beberapa negara 6,9% pada 2015 menjadi 6,7%. Meskipun melambat,
penghasil minyak seperti Rusia pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2016 masih sesuai
dan Arab Saudi. Selain itu, pertumbuhan ekonomi India dan dengan kisaran sasaran pertumbuhan ekonomi Pemerintah
Indonesia yang meningkat ditopang oleh permintaan Tiongkok sebesar 6,5 - 7% dan juga lebih tinggi dibandingkan
domestik yang kuat juga berkontribusi pada kenaikan dengan perkiraan pada awal tahun sebesar 6,3%. Sementara
pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Pertumbuhan itu, inflasi Tiongkok tercatat 2,1% lebih tinggi dibandingkan
ekonomi negara berkembang yang solid dibarengi inflasi inflasi 2015 sebesar 1,6%. Peningkatan inflasi tersebut sejalan
yang tetap terkendali sama dengan capaian tahun dengan permintaan domestik Tiongkok yang masih cukup kuat,
sebelumnya 4,7%. Perkembangan positif tersebut tidak sebagaimana terlihat dari peningkatan

Grafik 1.9. Dekomposisi Pertumbuhan Ekonomi Jepang Grafik 1.10. Inflasi Beberapa Negara Berkembang
Grafik 1.10. Dekomposisi Pertumbuhan Jepang Gra k 1.9. Inflasi (CPI & Core)
Persen, yoy Persen, yoy

3,5 2,8 14
3,0 2,7 3,1 12
2,5 2,1
2,0 1,8
1,8 1,6 10
1,5 1,1 0,9 1,1 1,2 1,0 8
1,0 0,7
0,4
0,5 6
0 -0,1 4
-0,5 -0,3
-0,4
-1,0 2
-1,1
-1,5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 0 II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016
2013 2014 2015 2016
2012 2013 2014 2015 2016
Konsumsi Investasi Swasta Pemerintah Indonesia India Tiongkok Brasil
Persediaan Ekspor Neto PDB (yoy)

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg, diolah

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 Bab 1 11


Grafik 1.11. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi India Grafik 1.13. PDB Tiongkok Berdasarkan Industri
Gra k 1.17. Kontribusi PDB Gra k 1.12. Tiongkok Berdasarkan Industri – Kontribusi

Persen, yoy Persen, yoy


9
11
8 7,9 7,6 7,9 7,7 7,4 7,5 7,2
7,1 7,0 7,0 6,9
9 7,7 7,8 8,3 7,9 7 6,8 6,7 6,7 6,7 6,8
7,5 7,5 7,6 7,2 7,3 6
6,4 6,6 7,1 7,0 7,2 7,3
7 6,7 6,7
5
5,0 5,4 5,8
5 4,5 4
3
3 2
1 1
0
-1 II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-1
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2015
2016
2012* 2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016
Net Ekspor Investasi PDB Industri Primer Industri Sekunder Industri Tersier

Konsumsi Pemerintah Konsumsi Swasta Discrepancy PDB

Sumber: Bloomberg Sumber: China Na�onal Bureau Sta�s�cs

inflasi inti khususnya komponen nonmakanan. Sebaliknya, Dalam perkembangannya, implementasi strategi rebalancing
ekonomi Tiongkok tidak secepat perkiraan sehingga
tekanan inflasi dari bahan pangan justru menurun.
mendorong peran investasi tetap besar. Peran investasi yang
Perlambatan ekonomi Tiongkok tidak terlepas dari strategi besar terutama dipengaruhi investasi pemerintah melalui
rebalancing ekonomi yang ditempuh Pemerintah Tiongkok dan pembangunan proyek infrastruktur pemerintah. Pembangunan
kemudian berimplikasi pada penurunan kinerja investasi. infrastruktur pada 2016 tercatat cukup tinggi, seiring rencana
Strategi rebalancing ekonomi Tiongkok ditempuh dengan pembangunan 303 proyek infrastruktur, seperti pembangunan
menggeser sumber pertumbuhan dari struktur ekonomi yang jalan, jalur kereta api, pelabuhan udara, saluran air dan
berorientasi kepada investasi melalui sektor industri, menuju transportasi publik (Grafik 1.14). Sementara itu, investasi
struktur ekonomi yang berorientasi konsumsi melalui sektor swasta yang berkontribusi sebesar 70% dari total investasi,
jasa (Grafik 1.13). Selain itu, perlambatan juga dipengaruhi terlihat dalam tren melemah sejak awal 2016. Investasi swasta
lintasan pertumbuhan ekonomi natural Tiongkok yang juga yang menguat tercatat pada investasi bangunan, khususnya
melambat akibat berakhirnya era investment-boom dan konstruksi properti. Peningkatan investasi bangunan
menurunnya angkatan kerja. Secara keseluruhan, strategi ini khususnya konstruksi properti terutama terjadi pada triwulan I
berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang tidak sekuat
2016. Hal tersebut merupakan dampak dari pelonggaran
kinerja tahun-tahun sebelumnya.
kebijakan sektor properti yang diimplementasikan pada

Grafik 1.12. Produksi Sektor Manufaktur India


Grafik 1.11. Inflasi Jepang
Grafik 1.14. Investasi Aset Tetap Tiongkok
Gra k 1.14. Investasi Aset Tetap Tiongkok
Persen, yoy Persen, yoy

Persen, yoy
50 25
40 25
20 15
30
20 15 17,4 5
10
0 10 -5

-10 8,1

-20 6,8
-15
5 -20,4 -25
-30
4,1
-40 II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
0 -35
2012 2013 2014 2015 2016
Indeks Produksi Sektor Industri Produksi Durable Goods 2015 2016
FAI YTD FAI Real Estate YTD FAI Infrastruktur YTD

Produksi Barang Modal FAI Manufaktur YTD FAI Pertambangan YTD (skala kanan)

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg, diolah

12 Bab 1 LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016


akhir 2015, antara lain melalui penurunan mortgage rate dan dipengaruhi pasokan yang melimpah di tengah kondisi
inventori minyak yang masih tinggi dan permintaan yang masih
uang muka.
lemah. Kenaikan pasokan minyak tidak terlepas dari respons
Konsumsi Tiongkok cenderung stabil didukung stimulus fiskal OPEC sejak tahun 2015 untuk mempertahankan pangsa pasar
pemerintah. Konsumsi yang stabil terlihat dari rata-rata saat terjadi peningkatan produksi shale oil di AS. Setelah
pertumbuhan penjualan ritel tahun 2016 yang masih di atas periode itu, harga minyak cenderung stabil dan bergerak pada
10%. Penjualan ritel yang stabil juga dipengaruhi perbaikan kisaran sempit 40-50 dolar AS per barel pada triwulan II dan III
sektor properti yang mendorong kenaikan penjualan ritel 2016. Perkembangan in dipengaruhi gangguan produksi yang
untuk perabotan rumah dan material dekorasi. Selain itu, terjadi di Kanada, Irak, Kuwait dan Nigeria serta penurunan
penjualan otomotif juga tumbuh pesat dibandingkan dengan produksi di AS sehingga menahan penurunan harga minyak
kinerja pada 2015 ditopang pelonggaran kredit, penurunan lebih lanjut. Pada triwulan terakhir 2016, harga minyak
uang muka, dan pemberian subsidi oleh Pemerintah. meningkat cukup tinggi hingga di atas level 50 dollar AS per
Konsumsi stabil juga dipengaruhi penyaluran kredit ke rumah barel.
tangga dan korporasi yang masih cukup tinggi (Grafik 1.15).
Pada triwulan IV 2016, kenaikan harga minyak naik tinggi
dipengaruhi ekspektasi berkurangnya pasokan, di tengah
proses pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut.
Berkurangnya pasokan minyak akibat rencana penurunan
1.3. HARGA KOMODITAS GLOBAL
produksi oleh OPEC yang disepakati pada akhir September
Pertumbuhan ekonomi global yang turun berdampak pada 2016. Pada 10 Desember 2016, OPEC dan beberapa negara
harga komoditas energi dan non-energi yang masih rendah non-OPEC, termasuk Rusia, menyepakati pemotongan
hingga triwulan III 2016 (lihat Boks 1.2). Dari harga komoditas produksi sebesar 1,8 mbpd yang terdiri dari 1,2 juta barel per
energi, harga minyak dunia pada tahun 2016 secara rata-rata hari (million barrel per day/mbpd) untuk anggota OPEC dan
masih lebih rendah dibandingkan dengan harga tahun 0,6 mbpd untuk anggota non-OPEC. Kesepakatan
sebelumnya, meskipun pada triwulan akhir 2016 sudah pemotongan produksi yang setara 2% dari pasokan dunia
meningkat. Rata-rata harga minyak jenis Minas tercatat 41,0 berlaku pada Januari-Juni 2017 dan dapat diperpanjang
dolar AS per barel, menurun dibandingkan dengan rata-rata untuk 6 bulan selanjutnya. Pasca tercapainya kesepakatan
harga minyak pada tahun 2015 yang mencapai 48,9 dolar AS tersebut, level harga minyak melonjak ke 54 dolar AS per
per barel. barel dari sebelumnya stabil pada level 40-50 dolar AS per
barel sejak triwulan III 2016.
Dinamika harga minyak selama tahun 2016 menunjukkan tiga
perkembangan besar, yakni pada triwulan I, triwulan II-III, dan Perkembangan harga komoditas non-energi juga masih rendah
triwulan IV 2016. Pada triwulan I 2016, harga minyak dunia sampai dengan triwulan III 2016. Indeks komposit harga
tercatat cukup rendah, bahkan sempat berada pada level komoditas non-energi dunia tercatat rendah, sebelum
terendah dalam satu dekade terakhir yakni pada level 26,4 meningkat pada triwulan IV 2016. Harga komoditas non-energi
dolar AS per barel (Grafik 1.16). Perkembangan tersebut global yang masih rendah dipengaruhi permintaan

Grafik 1.15. Kredit Rumah Tangga dan Kredit Korporasi Gra Grafik 1.16. Perkembangan Harga Minyak dan Indeks Harga Gra k 1.28 Cadangan
Devisa Tiongkok
k 1.13. Household Loan vs Corporate Lo n
Komoditas Ekspor

Persen, yoy Triliun yuan Indeks Dolar AS per barel


60 120 130 140

50 100 120

110 100
40 80

30 60 80
Januari 2016 60
20 23,5 40
90 40
10 9,3 20 20

0 0 70 0
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
IHKEI Total Harga Minyak Brent (skala kanan)
Kredit Rumah Tangga (skala kanan) Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

Kredit Korporasi Nonkeuangan (skala kanan) Pertumbuhan Kredit Korporasi Nonkeuangan

Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: Bloomberg, diolah

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 Bab 1 13


yang masih lemah, di tengah pasokan yang masih cukup Grafik 1.17. Permintaan Batubara Dunia
Grafik 1.19. Impor dan Inventori Batubara Tiongkok
besar. Kondisi ini membuat pertumbuhan harga komoditas
ekspor nonmigas Indonesia sempat mengalami kontraksi
hingga 11,6% pada triwulan I 2016. Quadrilliun Btu
200

Harga komoditas non-energi meningkat cukup signifikan pada


150
triwulan IV 2016. Perkembangan ini mendorong indeks harga
komoditas pada 2016 tercatat sedikit lebih tinggi
100
dibandingkan dengan indeks pada 2015. Kenaikan harga
komoditas pada triwulan IV 2016 juga tercermin pada harga
50
komoditas ekspor nonmigas Indonesia seperti batubara,
kelapa sawit, dan timah (Tabel 1.2). Peningkatan permintaan

1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
0
komoditas terutama terlihat pada batubara sejalan tingginya

1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016*
permintaan dari Tiongkok di tengah kondisi produksi di Negara Lain India Tiongkok Amerika Serikat Dunia
Tiongkok yang juga menurun. Pengaruh permintaan Tiongkok
cukup tinggi mendorong kenaikan
harga komoditas mengingat pangsa permintaan Tiongkok Sumber: US Energy Information Administration

terhadap total permintaan global cukup dominan (Grafik


1.17). Sementara itu, peningkatan harga minyak kelapa sawit 2016 (Grafik 1.18). 1 Berbagai ketidakpastian juga sempat
dipicu gangguan produksi akibat faktor cuaca yakni La Nina meningkatkan VIX pada awal triwulan III dipicu gejolak
yang terjadi hingga triwulan III 2016. Secara keseluruhan, politik pascareferendum EU Brexit. Ketidakpastian pasar
dinamika harga tersebut membuat indeks harga komoditas keuangan global yang meningkat juga kembali terlihat pada
ekspor nonmigas Indonesia pada tahun 2016 kembali tumbuh triwulan IV 2016 sehingga memicu peningkatan VIX
positif yakni 4,6%. pascakemenangan Trump yang berada di luar perkiraan
pelaku pasar.

1.4. PASAR KEUANGAN GLOBAL Di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan
global, aliran modal ke negara berkembang pada 2016 secara
Pertumbuhan ekonomi global yang belum kuat dan dibarengi umum masih meningkat. Perkembangan ini dipengaruhi
dengan transisi politik di sejumlah negara memicu pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang tetap solid
ketidakpastian di pasar keuangan global tetap tinggi. dan imbal hasil yang masih menarik. Tekanan pembalikan
Ketidakpastian tersebut sempat meningkatkan VIX cukup modal di negara berkembang sempat terjadi pascapemilu AS
signifikan hingga mencapai di atas 20 pada triwulan I pada triwulan IV 2016. Aliran dana keluar sempat terjadi

Tabel 1.2. Harga Komoditas Ekspor Indonesia

Komoditas Satuan 2014 2015 2016 2016

I II III IV
Batubara USD/Metrik Ton 75,3 56,8
45,4 48,3 59,8 84,0 59,4
Tembaga USD/Metrik Ton 6.827,8 5.506,8 4.688,2 4.727,7 4.798,0 5.293,6 4.878,1
Nikel USD/Metrik Ton 16.971,3 11.924,0 8.558,0 8.854,8 10.337,6 10.829,4 9.647,8
Kelapa Sawit MYR/Metrik Ton 2.413,7 2.190,7 2.467,4 2.597,5 2.628,7 2.932,5 2.657,9
Karet USD/Kg 223,3 178,2 140,0 183,8 173,7 192,7 172,9
Timah USD/Metrik Ton 21.877,4 16.041,9 15.491,3 16.863,0 18.587,3 20.680,9 17.918,2
Aluminium USD/Metrik Ton 1.895,6 1.684,4 1.515,3 1.581,9 1.635,0 1.709,5 1.611,0
Kopi 1) USD/Pound 196,3 151,6 130,4 136,7 153,0 157,3 144,4

1) Data 2014 hanya tersedia dari bulan Juni. Periode rata-rata adalah Juni s.d.

Desember 2014 Sumber : Bloomberg, diolah

1 VIX merupakan indikator pasar yang digunakan untuk mengukur ketidakpastian atau

volatilitas. VIX dipublikasikan oleh Chicago Board Options Exchange (CBOE) yang

secara matematis diturunkan dari indeks saham AS S&P 500.

14 Bab 1 LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016


Grafik 1.18. Perkembangan Indeks VIX dan DXY Gra k Grafik 1.19. Aliran Modal Neto ke Negara Berkembang Gra k 1.22 Aliran Modal
Neto ke EM (kecuali Tiongkok)
1.16. Industrial Production
(kecuali Tiongkok)

Indeks Indeks Miliar dolar AS


70 120
60
60 110

45
50 100
30
40
90 15
30
20 80 0
-15
10 70
-30 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
0 60

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016
VIX Indeks DXY Indeks (skala kanan)

Sumber: Bloomberg Sumber: IIF

pada periode tersebut, meskipun relatif kecil dibandingkan Berbeda dengan kondisi negara berkembang, tekanan aliran
dengan jumlah aliran masuk ke negara berkembang modal keluar dari Tiongkok cukup kuat pada 2016. Tekanan
dipicu ekspektasi pelemahan yuan terhadap dolar AS
sepanjang tahun 2016 (Grafik 1.19).
pascapenerapan sistem nilai tukar yuan yang baru. Selain itu,
Aliran modal ke negara berkembang yang masih besar telah peningkatan ketidakpastian global terkait hasil referendum
mendorong indeks komposit harga saham dunia meningkat Brexit dan hasil Pemilu AS turut menambah ketidakpastian
pada 2016. Indeks saham naik menjadi 150,4 pada akhir aliran modal di Tiongkok. Pada satu
tahun 2016 dibandingkan dengan indeks akhir tahun 2015 sisi, aliran modal keluar dari Tiongkok berdampak pada
yang sebesar 142,3. Peningkatan tersebut dipengaruhi penurunan cadangan devisa Tiongkok pada 2016 hingga
kenaikan indeks saham di negara G7 yang cukup signifikan sebesar 210 miliar dolar AS yakni dari sebesar 3,23 triliun
pascapemilu AS. Peningkatan indeks saham di negara Asia dolar AS pada awal tahun 2016 menjadi menjadi 3,01 triliun
Pasifik dan negara berkembang Asia lebih terbatas masing- dolar AS. Pada sisi lain, aliran modal ke luar neto juga
masing naik dari 109,6 menjadi 111,9 dan dari 100,5 menjadi mendorong pelemahan Yuan sebesar 6,6% terhadap dolar
102,7. AS (ptp) pada tahun 2016.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 Bab 1 15


Boks 1.1. Volume Perdagangan Global dan Risiko ke Depan

Volume perdagangan global selama lebih dari satu dekade negara maju setelah 2008 tercatat 1,8%, lebih rendah
terakhir berada dalam tren menurun. Data enam tahun dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi
terakhir menunjukkan perdagangan global bergerak stagnan
selama 20 tahun sebelumnya (1987-2007) sebesar 2,5%.
dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 2,33%. Angka
Berbagai faktor struktural dan siklikal tersebut pada gilirannya
pertumbuhan ini jauh di bawah pertumbuhan pada periode
mengakibatkan berkurangnya hubungan antara pertumbuhan
sebelum krisis keuangan global yang rata-rata mencapai
ekonomi dunia dan volume perdagangan dunia. Beberapa
6,87%.
indikator mengindikasikan divergensi antara pertumbuhan
Volume perdagangan dunia yang melemah utamanya volume perdagangan dunia dan pertumbuhan ekonomi dunia
dipengaruhi faktor struktural akibat matangnya rantai nilai melebar. Data indeks volume perdagangan 2015 menunjukkan
global seiring melambatnya fragmentasi proses produksi penurunan pertumbuhan impor tercatat lebih besar
internasional. Publikasi terakhir OECD-WTO terkait rantai
dibandingkan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi
nilai global menunjukkan bahwa matangnya rantai nilai
(Grafik 2).
global telah terjadi sejak tahun 2000.1 Estimasi
menggunakan tabel Input-Output dari WIOD (World Input Ke depan, risiko penurunan perdagangan global dapat
meningkat seiring rencana kebijakan proteksionisme
Output Database) dengan periode observasi hingga tahun
perdagangan di beberapa negara. Sebagai gambaran, risiko
2014 juga menunjukkan fenomena kematangan rantai nilai
proteksionisme mengemuka pascareferendum Brexit pada 23
global tersebut masih terus berlanjut (Grafik 1). Pada periode
Juni 2016. Keunggulan suara pihak yang menginginkan agar
2011-2014, rantai nilai global mulai stabil dan tidak
Inggris keluar dari Uni Eropa dalam Referendum
menunjukkan tren peningkatan, sebagaimana juga
Uni Eropa dapat menurunkan perdagangan dunia dalam
ditemukan pada rantai nilai global untuk Indonesia.
jangka menengah-panjang. Hal ini karena kemenangan kubu
Volume perdagangan dunia yang melemah juga dipengaruhi Brexit dapat berdampak terhadap perdagangan bebas
faktor siklikal akibat pertumbuhan ekonomi negara maju yang internasional seiring dengan potensi hilangnya hak istimewa
masih lemah pascakrisis finansial global tahun 2008. Hasil Inggris terhadap pasar barang, jasa dan orang di Eropa
estimasi mengindikasikan pertumbuhan ekonomi negara (single market access).
maju pascakrisis 2008 berada di bawah pertumbuhan
Risiko kebijakan proteksionisme juga muncul setelah
potensial. Rata-rata pertumbuhan ekonomi
Pemilu AS 7 November 2016. Pada pidato pelantikan 21

Grafik 1. Estimasi Rantai Nilai Global Januari 2017, Presiden AS terpilih Donald Trump
menitikberatkan agenda populis dengan elemen utama

TIngkat Partisipasi GVC (Indeks)


55 Grafik 2. Perlambatan PDB dan Impor
50

45 Indeks, 2000 = 100


100
40 95

35
90
30

25 85

20
80
1995 2000 2005 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

GVC World (OECD) GVC Indonesia (OECD) GVC World (WIOD), diolah 75
GVC Indonesia (WIOD), diolah GVC World, est GVC Indonesia, est

Sumber: OECD-WTO : Trade in Value Aded (TiVA), WIOD, diolah Kawasan Eropa Amerika Serikat Dunia

PDB Impor

1 OECD-WTO: Trade in Value Added (TiVA), dengan periode observasi hingga


Sumber: World Bank, 2015
tahun 2011.

16 Bab 1 LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016


Tabel 1. Simulasi Dampak Penerapan Tarif Impor Tiongkok oleh AS terhadap PDB Sejumlah Negara

Negara ∆ Perdagangan/PDB(-1) (%) ∆ PDB (%) Negara ∆ Perdagangan/PDB(-1) (%) ∆ PDB (%)
Tiongkok -3,14 -0,30 AS -1,67 -0,14

Mitra Dagang Utama Tiongkok Mitra Dagang Utama Amerika Serikat


Jepang -0,26 -0,02 Kanada -1,92 -0,17
Korea -1,12 -0,10 Meksiko -2,74 -0,26
Hong Kong -5,20 -0,45 Jepang -0,22 -0,02
Jerman -0,24 -0,02 Jerman -0,32 -0,03
Australia -0,38 -0,03 Korea -0,62 -0,05
Vietnam -3,21 -0,30 Inggris -0,28 -0,02
Meksiko -0,38 -0,04 Perancis -0,19 -0,02
Malaysia -1,42 -0,13 India -0,23 -0,02
Belanda -0,51 -0,04 Italia -0,19 -0,02

Sumber: Bank Indonesia

proteksionisme. Pidato tersebut kemudian ditindaklanjuti kebijakan proteksionisme khususnya kebijakan Trump dan
melalui penandatanganan Executive Orders yang Brexit terhadap Indonesia masih terbatas. Hasil perhitungan
menyatakan AS keluar dari Trans-Pacific Partnership. dampak spillover penurunan PDB Tiongkok dan AS terhadap
Rencana penerapan kebijakan proteksionisme lainnya juga PDB Indonesia hanya 0,2 ppt (percentage point), tidak terlalu
masih sejalan dengan janji kampanye, antara lain besar dibandingkan dengan negara-negara lain.3 Terbatasnya
renegosiasi keanggotaan North American Free Trade dampak tersebut dipengaruhi penurunan PDB AS yang relatif
Agreement (NAFTA) dan penerapan hukuman terhadap lebih kecil dibandingkan penurunan PDB Tiongkok.
negara yang melanggar perjanjian perdagangan.

Rencana lain yang menjadi perhatian pasar terkait Kajian sebelumnya pada Anglingkusumo (2014) menunjukkan
kebijakan proteksionisme AS ialah rencana penerapan hal yang sama bahwa dampak spillover dari perekonomian
45% tarif kepada impor Tiongkok dan 35% tarif kepada impor Tiongkok ke PDB Indonesia tercatat lebih kecil dibandingkan
Meksiko.2 Khusus untuk Tiongkok, penerapan tarif impor dengan dampak spillover dari perekonomian AS.4 Sementara
terhadap Tiongkok diperkirakan dapat menurunkan transaksi itu, implikasi Brexit terhadap ekonomi Indonesia diperkirakan
perdagangan antara Tiongkok dan AS. Kondisi ini bila juga terbatas karena pangsa ekspor Indonesia ke Inggris

berlanjut tidak saja dapat berpengaruh negatif terhadap hanya sekitar 1%


dari total ekspor Indonesia. Meskipun demikian, dampak
pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan AS, tetapi dapat
merambat kepada mitra dagang masing-masing negara dan lanjutan dari terganggunya hubungan perdagangan Inggris-

volume perdagangan global (Tabel 1). Eropa perlu dicermati mengingat pangsa ekspor Indonesia ke
Eropa (di luar Inggris) cukup besar yakni mencapai 11,4%.
Bagaimana dampak kebijakan proteksionisme AS terhadap

Indonesia? Berdasarkan simulasi Bank Indonesia, dampak

3 Estimasi merujuk pada elastisitas dalam penelitian Harahap et al. (2016),


“Spillovers of United States and People’s Republic of China Shocks on Small
Open Economies: The Case of Indonesia”, ADBI Working Paper Series No.

2 Tiongkok merupakan penyumbang defisit terbesar neraca perdagangan AS. Pada 616”, November 2016.

tahun 2015, defisit neraca perdagangan AS tercatat 744 miliar dolar AS, hampir 50% 4 Anglingkusumo et al (2014), “Daya Saing Negara dan Dampak Spillover

dari defisit tersebut bersumber dari perdagangan dengan Tiongkok. Perekonomian Dalam Jaringan Produksi Global”, Bank Indonesia.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 Bab 1 17


Boks 1.2. Pengaruh Perekonomian AS dan Tiongkok terhadap Harga Komoditas Dunia

Dua tren menandai pergerakan harga komoditas dunia pada Grafik 1. Korelasi Harga Komoditas dengan Indeks DXY
2016. Tren pertama terlihat dari periode triwulan I hingga
triwulan III 2016. Pada periode ini, harga komoditas bergerak
Dolar AS per barel Indeks
dalam level yang rendah. Indeks harga komoditas yang pada 140 130

tahun 2011 sempat mencapai level tertinggi 126,4, dalam 100 120
110
perkembangan pada tiga triwulan pertama 2016 terlihat terus 60 100
90
turun hingga sempat berada di level terendah 72,8 pada awal
20 80
2016. Tren kedua terlihat pada triwulan IV 2016 dimana harga 70
-20 Sebelum Periode Program Quan�ta�ve Taper FFR 60
komoditas meningkat cukup tinggi hingga pada akhir 2016 krisis krisis Easing 1, 2, dan 3 di AS tantrum Normaliza�on
1 0,30 0,50
indeks harga komoditas ditutup di level 84,3.
0 -0,84 -0,48 -0,33

Berbagai studi empiris menunjukkan perkembangan harga -0,96 -0,88 -0,93 -0,94
-0,49
komoditas dunia memiliki hubungan positif dengan -1 -0,74 -0,59
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
pertumbuhan ekonomi AS dan Tiongkok, khususnya untuk
Harga Minyak Brent IHKEI Total (skala kanan) DXY Indeks (skala kanan)
komoditas logam dan minyak. Roache (2012) menunjukkan
Korelasi Harga Minyak & DXY Indeks Korelasi IHKEI & DXY Indeks
setiap peningkatan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 1
Sumber: Bloomberg, diolah
percentage point akan meningkatkan harga komoditas logam
seperti alumunium, tembaga, nikel dan timah dalam kisaran
Korelasi negatif antara dolar AS dan harga komoditas yang
6,0% hingga 9,8%. Sementara itu, kenaikan 1 percentage
melemah dapat berimplikasi pada potensi penguatan dolar
point pertumbuhan ekonomi AS berpengaruh terhadap
AS tidak serta merta mendorong penurunan harga
kenaikan harga minyak tercatat sebesar 9,9% untuk periode
komoditas. Optimisme membaiknya ekonomi AS yang dapat
satu tahun ke depan.1
mendorong penguatan dolar AS dapat saja tidak diikuti
Harga komoditas dunia juga berkaitan dengan perkembangan
dengan pelemahan harga minyak dan komoditas lain. Hal ini
dolar AS. Data empiris menunjukkan dolar AS memiliki korelasi
dikarenakan permintaan terhadap komoditas dapat terus
negatif dengan harga komoditas, meskipun perkembangan
tinggi untuk memenuhi kebutuhan aktivitas ekonomi AS.
terkini cenderung melemah. Roache (2012) menunjukkan
Bahkan, dalam jangka pendek, potensi kedua hal tersebut
apresiasi real effective exchange rate dolar AS sebesar 1
bergerak searah akan terbuka.
percentage point akan mendorong pelemahan harga minyak
Hubungan yang sama juga ditemukan pada korelasi antara
sebesar 3,45% dan juga pelemahan harga komoditas logam
pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan harga komoditas.
seperti alumunium, tembaga, nikel, dan timah dalam kisaran
Roache (2012) menunjukkan kenaikan pertumbuhan ekonomi
1,7-3,7% selama satu tahun ke depan.
Tiongkok sebesar 1 percentage point mendorong kenaikan
harga komoditas dalam kisaran 0,9% hingga 2,3% untuk
Namun, perkembangan terkini menunjukkan korelasi negatif komoditas logam, dan 1,9% untuk harga minyak. Peran
antara dolar AS dan harga komoditas melemah.2 Sejak awal ekonomi Tiongkok terhadap harga komoditas dunia
tahun 2015, korelasi negatif antara harga minyak dan dolar AS diperkirakan semakin besar karena impor komoditas Tiongkok
menurun dan bahkan beralih positif pada akhir 2016. terhadap komoditas yang terus meningkat. Sebagai
Perkembangan yang sama juga terlihat pada korelasi antara gambaran, pada tahun 2015, impor komoditas oleh Tiongkok
indeks harga komoditas ekspor utama Indonesia (IHKEI) dan sudah lebih besar dibandingkan dengan impor yang dilakukan
dolar AS (Grafik 1 ). AS (Grafik 2). Senada dengan temuan tersebut, Abiad et. al
(2016) juga menemukan peningkatan pertumbuhan Tiongkok
sebesar 1 percentage point akan meningkatkan harga batu
1 Shaun K. Roache, IMF Working Paper 12/15: China’s Impact on Commodity Market,

Mei 2012.
bara dan logam sebesar 7-22% dan harga komoditas migas
2 Penghitungan korelasi dibedakan berdasarkan event utama global yang
sebesar 5-7%.3
memengaruhi pergerakan dolar AS, yakni periode (i) sebelum krisis (April 2006 –
Mei 2008); (ii) krisis (Juni 2008 – Desember 2009); (iii) stimulus QE (Januari 2010
– April 2013); (iv) taper tantrum (April 2013 – Januari 2015); dan (v) normalisasi Fed 3 Abiad et. al, ADB Briefs: “Moderating Growth and Structural Change in the

Fund Rate (periode ekspektasi kenaikan Februari – Desember 2015 dan periode People’s Republic of China: Implications for Developing Asia and Beyond”, Maret
2016.
peningkatan FFR Januari 2016 – Januari 2017).

18 Bab 1 LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016


Grafik 2. Tingkat Impor Komoditas Dunia

Persen dari impor komoditas global


14

12

10

India
Spanyol
Kolombia

Argen�na

Brasil

Kanada

Italia

Jepang

AS
Selandia Baru

Chili

Singapura

Inggris

Korea
Swiss

Indonesia

Tiongkok
Perancis
Afrika Selatan

Thailand

Jerman
Arab Saudi

Hong Kong

Polandia

Rusia
Norwegia

Swedia

Australia

Meksiko
Turki
Nigeria

Filipina

Malaysia
Sumber: HSBC, UN Comtrade, US Global Investor, Agustus 2015

Ke depan, kenaikan harga komoditas berpotensi berlanjut


mempertimbangkan prospek perbaikan pertumbuhan
ekonomi AS dan Tiongkok. Hubungan tersebut dapat
semakin kuat jika pertumbuhan ekonomi didorong oleh
berbagai kegiatan pembangunan proyek infrastruktur
seperti yang direncanakan di AS dan Tiongkok.
Pembangunan infrastruktur Tiongkok diperkirakan tetap
tinggi dipengaruhi implementasi strategi rebalancing
ekonomi Tiongkok yang masih akan dilakukan bertahap.
Potensi peningkatan harga komoditas juga tetap besar
karena korelasi negatif antara dolar AS dan harga komoditas
terlihat semakin lemah.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 Bab 1 19


Respons kebijakan ekonomi global pada 2016
Bab 2 diarahkan untuk memitigasi risiko berlanjutnya
Respons Kebijakan pelemahan perekonomian global. Kebijakan

Ekonomi Global moneter negara maju, kecuali AS, masih akomodatif


melalui kebijakan moneter nonkonvensional
sedangkan stimulus melalui fiskal terbatas.
Kebijakan moneter di AS tetap diarahkan untuk
melanjutkan proses normalisasi kebijakan yang
sudah ditempuh sejak 2014, meskipun
implementasinya tidak secepat yang diperkirakan.
Sementara itu, kelompok negara berkembang
melakukan ekspansi fiskal, memanfaatkan ruang
pelonggaran kebijakan moneter, dan terus
menjalankan reformasi struktural. Kebijakan-
kebijakan tersebut ditopang pula dengan kerjasama
internasional untuk memperkuat struktur
perekonomian dunia.

Keterangan gambar:
Merespons perlambatan ekonomi global
dan ketidakpastian di pasar keuangan,
otoritas berbagai negara memperkuat
kerja sama melalui berbagai fora
internasional guna menyusun rumusan
kebijakan yang tepat.
Respons kebijakan ekonomi global pada 2016 secara umum 2
Grafik .1. Suku Bunga Kebijakan Negara
diarahkan untuk memitigasi risiko perlambatan pertumbuhan Maju Grafik .1. Probabilitas Kenaikan FFR
ekonomi dan berbagai ketidakpastian di pasar keuangan
global. Respons kebijakan dari berbagai negara secara umum Rate, Persen

lebih bersifat akomodatif. Kelompok negara-negara maju, 2


1,5
kecuali AS, masih berupaya untuk mendorong kinerja
perekonomiannya melalui kebijakan moneter longgar dengan 1

suku bunga rendah atau bahkan negatif dan program 0,5


pembelian aset oleh bank sentral. Respons melalui kebijakan
0
fiskal lebih terbatas mempertimbangkan ruang stimulus yang
lebih kecil. Sementara itu, kelompok negara berkembang
Negative Rate Policy
cenderung ekspansif dengan memanfaatkan ruang stimulus -0,5
-1
fiskal yang ada dan ruang pelonggaran moneter yang masih
2012 2013 2014 2015 2016 2017
lebar serta terus melanjutkan agenda reformasi struktural.
FFR-Lower Bound FFR-Upper Bound
ECB Main Refinancing Operations ECB Depo Facility
BoJ Policy-Rate Riksbank Interest Rate
Respons kebijakan ekonomi global juga dilakukan melalui Sumber: Bloomberg
berbagai kerja sama internasional. Kerjasama internasional
dilakukan, baik dalam konteks kerjasama regional maupun
moneter kuantitatif dan kualitatif yang diikuti dengan suku
kerjasama global. Di berbagai fora internasional, agenda
bunga negatif (quantitative and qualitative monetary easing
utama yang menjadi fokus kerjasama adalah upaya
with a negative interest rate).1 Kebijakan suku bunga negatif
mendorong pertumbuhan dan pemulihan ekonomi dunia serta
diharapkan akan memberikan disinsentif bagi konsumen untuk
meningkatkan resiliensi ekonomi dan sistem keuangan global.
menyimpan uang di bank dan dapat mendorong perbankan
Kerjasama yang ditujukan untuk memperkuat struktur
untuk menyalurkan pinjaman lebih banyak. Suku bunga
perekonomian global dilakukan dalam beberapa forum kerja
negatif juga diharapkan membantu melemahkan mata uang
sama antara lain G20, Financial Stability Board (FSB), dan
yen relatif terhadap mata uang negara lain sehingga
kerja sama di level regional seperti Association of South East
Asia Nations (ASEAN) dan Executives’ Meeting of East Asia- meningkatkan kinerja ekspor.

Pacific Central Banks (EMEAP). Dalam perkembangannya, kebijakan suku bunga negatif
belum optimal menarik Jepang dari zona deflasi maupun
mendorong pertumbuhan ekonomi. Jepang masih mencatat
deflasi dan pertumbuhan ekonomi yang hampir mengalami
2.1. KEBIJAKAN EKONOMI NEGARA MAJU
resesi teknik pada 2016. Konsumsi domestik sulit untuk
Respons kebijakan ekonomi negara maju, kecuali AS, pada ditingkatkan karena permasalahan struktural berupa penuaan
2016 secara umum masih akomodatif. Kebijakan moneter populasi (aging population). Risiko eksternal turut menekan
ditempuh baik melalui pendekatan harga, yakni suku bunga, pertumbuhan ekonomi Jepang. Berbagai risiko ketidakpastian
maupun pendekatan kuantitas (Grafik 2.1 dan Tabel 2.1). Arah eksternal menyebabkan yen menguat karena dianggap
kebijakan yang telah ditempuh sejak krisis keuangan global sebagai salah satu safe haven currency. Penguatan yen dan
tahun 2008 ditujukan untuk memitigasi risiko perlambatan lemahnya permintaan global kemudian menyebabkan inflasi
ekonomi yang masih cukup besar. Pertumbuhan ekonomi turun, ekspor terkontraksi, dan investasi tumbuh melambat.
negara maju sejak 2008 terlihat belum kembali dalam lintasan
meningkat yang pada gilirannya memengaruhi kondisi Untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, BoJ
perekonomian secara keseluruhan, termasuk harga komoditas melakukan penyempurnaan kebijakan. Kebijakan moneter
yang masih rendah.
melalui jalur kuantitatif menjadi salah satu opsi yang ditempuh
Bank of Japan (BoJ) masih melanjutkan kebijakan moneter BoJ sebagaimana beberapa negara maju lainnya. Pada Juli
akomodatif. BoJ menambah stimulus dengan mengeluarkan 2016, BoJ menambah volume pembelian aset pasar uang
kebijakan moneter baru yang bersifat nonkonvensional berupa berupa Exchange-Traded Fund (ETF) hingga
suku bunga negatif. Memasuki tahun keempat Abenomics
tepatnya pada Januari 2016, BoJ menyatakan komitmennya
1 Abenomics adalah paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri
untuk mencapai target inflasi 2% melalui tiga dimensi
Jepang Shinzo Abe pada awal tahun 2013. Abenomics terdiri dari “tiga panah”
kebijakan, yaitu pelonggaran
kebijakan, yaitu kebijakan moneter agresif, kebijakan fiskal yang fleksibel, dan
strategi pertumbuhan yang menyertakan reformasi struktural.

22 Bab 2 LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016


Tabel 2.1. Kebijakan Moneter Kuantitatif Negara Maju cash handout, program pensiunan, dan perbaikan fasilitas
perawatan anak (child care) sebagai salah satu bentuk
No Negara Maju Kebijakan Moneter Kuantitatif
dukungan bagi progam reformasi struktural Jepang.
1. Amerika Serikat QE 1 (Nov 2008 - June 2010)
MBS: total 600 miliar dolar AS Di kawasan Eropa, bank sentral Eropa, European Central
T Notes: 20 miliar dolar AS per bulan Bank (ECB) mengeluarkan kebijakan moneter yang sangat
QE 2 (Nov 2010 - 2011)
T Notes: 600 miliar dolar AS longgar untuk mendorong perekonomian. ECB meningkatkan
QE 3 (Sep 2012 - Okt 2014) stimulus Quantitative Easing (QE) dengan menambah besaran
40 miliar dolar AS, naik menjadi 85 miliar dolar
AS pada Des 2012, lalu diturunkan menjadi program pembelian aset (Assets Purchase Program/APP) dari
65 miliar dolar AS pada Sep 2013. Penurunan 60 miliar Euro menjadi 80 miliar Euro per bulan dan
jumlah pembelian aset (tapering) dimulai pada
Jan 2014. memperluas cakupan aset yang dapat dibeli dalam APP. ECB
2. Euro Zone PSPP + CBPP3 + ABSPP juga menurunkan suku bunga acuan Deposit Facility (DF)

Jan 2015: 60 miliar Euro per bulan


sebesar 10 bps menjadi -0,40%, terendah sepanjang sejarah
EAPP + CSPP ECB. Kebijakan suku bunga negatif sempat menurunkan nilai
Mar 2016: 80 miliar Euro per bulan
saham perbankan Eropa karena terdapat kekhawatiran bahwa
3. Inggris QE 1 (Mar - Jul 2012)
bank akan kesulitan memperoleh pendanaan dari masyarakat
Total 375 miliar Poundsterling
bila memberlakukan suku bunga negatif bagi produk simpanan
QE 2 (Agt 2016 - sekarang)
UK Gilts: 60 miliar Poundsterling perbankan. ECB merespons permasalahan melalui kebijakan
Corporate bonds: 10 miliar Poundsterling
pinjaman murah jangka panjang bagi bank yang ditujukan
4. Jepang Okt 2010 - Okt 2011: total 55 triliun yen sebagai sumber pendanaan perbankan.
April 2013: QE sebesar 60 - 70 triliun yen per
tahun
Okt 2014: QE naik menjadi 80 triliun yen per Pada 2016, European Commission juga mengarahkan negara-
tahun
Juli 2016: QE ETF naik menjadi 6 triliun per negara Eropa agar kembali menempuh kebijakan fiskal untuk
tahun dari sebelumnya 3,3 triliun yen mendorong pemulihan ekonomi. Namun, untuk mendukung
efektivitas arah kebijakan fiskal tersebut, beberapa negara
Keterangan: PSPP: Public Sector Purchase Programme, CBPP3: Covered Bond Purchase Programme 3,
Eropa seperti Yunani, Italia, Siprus,
ABSPP: Asset Backed Securities Purchase Programme
Sumber: Federal Reserve, ECB, BoE, BoJ dan Portugal harus terlebih dahulu mengurangi beban
utangnya untuk dapat memberikan stimulus fiskal. Beban
hampir dua kali lipat menjadi 6 triliun yen per tahun. 2 Dalam hutang negara-negara tersebut saat ini masih cukup tinggi
asesmen kebijakan moneternya pada September 2016, BoJ (Grafik 2.2). Upaya menurunkan beban utang tersebut
menyatakan target tingkat inflasi 2% masih belum tercapai diarahkan agar prospek kesinambungan fiskal di negara-
karena berbagai faktor eksternal dan ekspektasi inflasi yang negara tersebut tetap berdaya tahan.
cenderung melemah. BoJ kemudian menerapkan penguatan
kebijakan Quantitative and Qualitative Easing (QQE) dengan
menambahkan kontrol pada kurva imbal hasil obligasi
pemerintah Jepang agar berada di sekitar nol persen. BoJ juga
Grafik 2.2. Rasio Utang Pemerintah terhadap PDB Gra k 2.3. Rasio Utang
merumuskan kembali target inflasinya yang semula “mencapai Pemerintah Terhadap PDB Negara Eropa
Negara Eropa
inflasi 2%” menjadi “mencapai inflasi di atas 2%” untuk
menjangkar ekspektasi masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi. Persen
200
180
160
Kebijakan moneter di Jepang yang akomodatif juga bersinergi 140
dengan kebijakan fiskal yang ekspansif. Pada tahun 2016, 120
100
Jepang kembali meluncurkan program stimulus fiskal dengan 80
nilai sebesar 7,5 triliun yen (sekitar 73 miliar dolar AS) atau 60
40
kedua terbesar sejak krisis keuangan global. Program 20
BelgiaSp anyolPerancisAustria Slove niaIrl andiaJermanFinlandiaB elandaM altaRep.Sl ovak iaLithuaniaL atv iaLu xemburgE stonia

stimulus terutama ditujukan untuk proyek-proyek infrastruktur, 0


YunaniItalia

PortugalSiprus

selain juga disalurkan dalam bentuk

2014 2015 2016

2 ETF adalah produk pasar keuangan yang harganya berbasis pada suatu indeks

yang mengacu pada komoditas, obligasi, atau suatu keranjang aset. ETF
Sumber: IMF
diperdagangkan seperti saham di bursa saham.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 Bab 2 23


Berbeda dengan respons Jepang dan Eropa, kebijakan 33% populasi berumur 60 tahun atau lebih. Porsi populasi
moneter di AS tetap diarahkan untuk melanjutkan proses berusia lanjut yang tinggi juga terjadi di Jerman (28%), Italia
normalisasi kebijakan yang sudah ditempuh sejak 2014. (28%), dan Finlandia (27%)3. Dengan besarnya porsi populasi
Upaya normalisasi kebijakan tersebut ditempuh melalui berumur lanjut, rumah tangga cenderung memilih untuk
kenaikan suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR). Namun, menyimpan kekayaannya dibandingkan dengan melakukan
upaya normalisasi tidak bisa dilakukan secara agresif konsumsi. Penuaan populasi juga meningkatkan beban
mempertimbangkan pemulihan ekonomi AS yang berjalan ekonomi bagi penduduk usia produktif. Negara-negara maju
lambat pada paruh pertama 2016, meskipun pasar tenaga telah berupaya mengubah komposisi populasi dengan cara
kerja terus membaik. Inflasi juga tertahan akibat masih meningkatkan angka kelahiran, seperti yang dilakukan Jepang
rendahnya harga minyak. Pertumbuhan ekonomi AS baru melalui penyediaan pendidikan usia dini, bantuan pengobatan
meningkat pada triwulan III 2016 dan ketidakpastian transisi infertilitas, dan tambahan bantuan untuk keluarga dengan
politik juga mulai mereda. Perkembangan tersebut akhirnya orang tua tunggal (single-parent). Dengan berbagai upaya
mendorong bank sentral AS, The Fed, menaikkan FFR tersebut, Pemerintah Jepang menargetkan peningkatan angka
sebesar 25 bps pada Desember 2016. kelahiran dari 1,45 pada tahun 2015 menjadi 1,8 pada tahun
2025 (Grafik 2.4).
Dari kebijakan fiskal, Pemerintah AS tidak memiliki ruang
besar karena tingkat utang pemerintah sudah cukup tinggi. Kebijakan struktural juga diarahkan untuk mengurangi
Stimulus fiskal terakhir yang diberikan oleh Pemerintah AS segmentasi pasar tenaga kerja di negara maju. Di Jepang,
dalam jumlah cukup signifikan adalah pada tahun 2009 jaminan pekerjaan seumur hidup (lifetime employment) yang
melalui American Recovery and Reinvestment Act (ARRA). diterapkan perusahaan Jepang menyebabkan segmentasi
Sejak 2009, volume belanja pemerintah cenderung turun, tenaga kerja antara kelompok pegawai tetap dan kelompok
berkebalikan dengan neraca The Fed yang terus meningkat pekerja temporer. Perusahaan Jepang memilih untuk mengisi
seiring penerapan QE yang agresif (Grafik 2.3). lowongan kerja baru dengan pegawai temporer bergaji rendah
dan enggan mengambil pekerja tetap karena berbagai
peraturan ketenagakerjaan mengharuskan pemberian gaji dan
Kebijakan Struktural Negara Maju fasilitas yang cenderung memberatkan perusahaan. Dengan
kondisi tersebut, tingkat pengangguran Jepang dalam tren
Pengambil kebijakan kelompok negara maju juga menempuh
menurun, namun kenaikan gaji pegawai secara agregat
kebijakan struktural, dengan penekanan antara lain pada
berlangsung lambat (Grafik 2.5). Kondisi serupa juga terjadi di
upaya pemecahan masalah kependudukan, khususnya Eropa yang memiliki segmentasi pasar tenaga kerja antara
dampak penuaan populasi. Jepang menjadi negara dengan secured jobs
porsi populasi berusia lanjut terbesar, yakni

Grafik 2.4. Angka Kelahiran Jepang


Grafik 2.3. Stimulus Fiskal dan Moneter AS Gra k 2.5. Angka Kelahiran Jepang
Gra k 2.4. Stimulus Fiskal dan Moneter AS

Kelahiran per 1000 penduduk


Indeks, 2009=100 2,3
230 2,1
220
210
1,9
200 target: 1,8
190 1,7
180 1,5
170 1,45

1,3
160
150 1,1
140
0,9
130
120 0,7
110
100 0,5
90 II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2025
...
1960
1965

1970

1975

1980

1985

1990

1995

2000

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016


Neraca The Fed Belanja Pemerintah

Sumber: Departemen Kesehatan Jepang


Sumber: Bloomberg & US Bureau of Economic Analysis

3 United Nations, Department of Economic and Social Affairs (2015). World

Population Ageing 2015.

24 Bab 2 LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016


Grafik 2.5. Kondisi Ketenagakerjaan
dan
Pendapatan Riil Gra k 2.5. Kondisi Ketenagakerjaan Grafik 2.6. Perbandingan Suku Bunga Kebijakan Beberapa Gra k 2.5. Kondisi
dan Pendapatan Riil Jepang Ketenagakerjaan dan Pendapatan Riil Jepang
Jepang Negara Berkembang

Persen Persen Persen


6 32
18
4 31
16

2 30 14
12
0 29
10
28
8
-2 27
6
-4 26 4
2
-6 II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 25
I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
0
Tingkat Pengangguran Pertumbuhan Pendapatan Tunai Riil Bulanan (rata-rata) 2012 2013 2014 2015 2016
Rasio Pekerja Paruh Waktu (skala kanan) PBoC Deposit Rates BoK-7 Day Repo Rate Russia Key Rate
RBI Repurchase Rate PBoC Lending Rates Mexico Overnight Rate
Brazil Selic Rate Russia Reverse Repo Rate
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg

dan unsecured jobs. Penanganan permasalahan segmentasi Penurunan suku bunga acuan ditujukan untuk mendorong
pasar tenaga kerja membutuhkan perubahan mendasar pada bank swasta menambah penyaluran kredit ke sektor riil, di
undang-undang tenaga kerja dan budaya di tingkat tengah perlambatan penyaluran kredit bank pemerintah
perusahaan. Dengan demikian, proses reformasi struktural akibat tingginya rasio kredit macet (Grafik 2.8).
diperkirakan akan berjalan lambat.
Namun, India lebih berhati-hati dalam menempuh
kebijakan fiskal ekspansif mengingat rasio defisit fiskal
India terhadap PDB sudah dalam kategori tinggi di Asia.
2.2. KEBIJAKAN EKONOMI
Pemerintah India berupaya melakukan konsolidasi fiskal
NEGARA BERKEMBANG dengan menargetkan defisit fiskal turun hingga nol persen
Respons kebijakan makroekonomi negara berkembang juga pada tahun 2020. Sementara untuk anggaran belanja
diarahkan untuk memitigasi risiko perlambatan ekonomi. pemerintah pada 2016-2017, Pemerintah India menargetkan
Secara umum, negara berkembang memiliki ruang kebijakan defisit sebesar 3,5% dari PDB, lebih rendah dari realisasi
makroekonomi yang lebih luas dibandingkan dengan ruang tahun fiskal sebelumnya yang tercatat 3,9% dari PDB.
yang dimiliki negara maju, baik dari sisi kebijakan moneter Dalam ruang lingkup konsolidasi fiskal ini, Pemerintah India
maupun kebijakan fiskal. Dari kebijakan moneter, pelonggaran juga menekankan belanja fiskal akan banyak diarahkan
kebijakan moneter dimungkinan ditempuh mengingat tekanan pada sektor-sektor yang memiliki efek pengganda
inflasi cukup rendah pada 2016 (Grafik 2.6). Perbedaan (multiplier effect) tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi.
respons kebijakan moneter antar negara, di kelompok negara
Grafik 2.7. Rasio Utang Pemerintah terhadap PDB Negara Gra k 2.3. Rasio
berkembang hanya dipengaruhi perbedaan sensitivitas aliran Utang Pemerintah Terhadap PDB Negara Eropa

modal asing terhadap ketidakpastian pasar keuangan global, Berkembang dibandingkan Negara Maju

termasuk akibat ketidakpastian kenaikan FFR. Dari kebijakan Persen


100 229,2 104,2
fiskal, ruang stimulus fiskal juga masih ada mempertimbangkan 90 90,7

80
rasio utang pemerintah terhadap PDB yang masih rendah bila 70
69,0 69,5

dibandingkan dengan rasio yang dimiliki oleh negara-negara 60


53,2 51,3
50
maju (Grafik 2.7). 43,9 44,4 42,1 43,2
40 37,9

30 27,0
17,7 23,0
20
Respons kebijakan moneter akomodatif antara lain terlihat di 10
0
India. Seiring dengan turunnya risiko inflasi, bank sentral India,
Jepang

India

Rusia
kawasan Eropa

Tiongkok

Indonesia

Filipina
Amerika Serikat

Thailand

Polandia

Brasil

Peru
Malaysia*

Meksiko
Korea Selatan

Reserve Bank of India (RBI) melakukan pemotongan suku


bunga kebijakan sebanyak dua kali pada 2016 sehingga
tercatat pada level 6,25% pada akhir 2016. Penurunan suku Negara Maju Negara Berkembang

bunga kebijakan di India juga dimungkinkan karena


Sumber: IMF
mempertimbangkan risiko arus modal keluar yang rendah.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 Bab 2 25


2 terbuka yang jatuh waktu pada bulan Maret 2016 sebesar 1
Grafik .8. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Bank di India
Grafik .10. Penyaluran Kredit Bank di India triliun yuan. PBoC juga bertindak cukup agresif pasca
kenaikan FFR pada Desember 2016 dengan menyalurkan
Persen, yoy
pinjaman darurat sekitar 600 miliar yuan kepada lembaga
45
finansial.
40

35 Bauran kebijakan makroekonomi Tiongkok juga didukung


30 kebijakan fiskal yang akomodatif sehingga membuat defisit
25 anggaran pemerintah hampir melebihi batasan tiga persen.
20
Pemerintah Tiongkok memberikan stimulus dengan
15
memanfaatkan keberadaan bank-bank pembangunan untuk
10
berinvestasi pada proyek-proyek yang dijamin pemerintah.
5
Pemerintah Tiongkok juga menyalurkan stimulus fiskal melalui
0
III IV I II III IV I
2004 2005
II III IV I
2006
II III IV I
2007
II III IV I
2008
II III IV I
2009
II III IV I
2010
II III IV I
2011
II III IV I
2012
II III IV I
2013
II III IV I
2014
II III IV I II
2015 2016
belanja kuasi-fiskal, dengan menerbitkan obligasi oleh Local
Bank Milik Pemerintah Bank Swasta Government Financial Vehicles (LGFV). LGFV adalah
lembaga finansial milik pemerintah lokal yang pembukuannya
Sumber: Centre for Monitoring Indian Economy (CMIE)
terpisah dari anggaran pendapatan dan belanja negara. Dana
yang diperoleh dari obligasi tersebut kemudian diinvestasikan

Belanja pemerintah difokuskan pada sektor pertanian dan pada proyek-proyek pemerintah daerah. Realisasi berbagai
stimulus terlihat dari investasi pada perusahaan milik negara
pengembangan ekonomi pedesaan, seperti elektrifikasi
yang tumbuh tajam selama 2016 (Grafik 2.9).
desa, irigasi, dan program asuransi panen, selain melalui
proyek infrastruktur.
Pemerintah Tiongkok juga mengeluarkan kebijakan fiskal
Berbeda dengan India, respons kebijakan moneter di Tiongkok khusus untuk mendorong konsumsi. Pemotongan pajak
utamanya masih diarahkan untuk memperkuat upaya pembelian mobil berukuran kecil sejak Oktober 2015 yang
stabilisasi perekonomian. Pada 2016, bank sentral Tiongkok, disertai pemberian subsidi untuk pembelian mobil dengan
People’s Bank of China (PBoC), menempuh stance kebijakan sumber tenaga ramah lingkungan berhasil meningkatkan
moneter yang bersifat netral dengan menjaga tingkat volume penjualan mobil Tiongkok 2016 hingga 14,1%. Sektor
kecukupan likuiditas perekonomian. Stance kebijakan moneter properti juga mengalami peningkatan penjualan yang didorong
yang netral yang ditempuh tersebut masih merupakan oleh stimulus pemerintah. Untuk meningkatkan kinerja sektor
kelanjutan stance sejak 2011. properti di pasar tier-2, Pemerintah menurunkan persyaratan

Untuk memperkuat stance kebijakan moneter, PBoC uang muka dan menawarkan rumah-rumah yang belum terjual

mengeluarkan kebijakan untuk memitigasi risiko arus modal sebagai rumah sosial (social housing). Pada saat yang

keluar. Kebijakan tersebut dilakukan melalui pengendalian arus bersamaan, Pemerintah

modal dan injeksi likuiditas guna memitigasi berlanjutnya arus


modal keluar dari Tiongkok yang dipicu oleh ekspektasi Grafik 2.9. Pertumbuhan Investasi Swasta dan Gra k 2.10.
Investasi Swasta dan Pemerintah Tiongkok
penguatan dolar AS. Tiongkok kemudian memperketat Pemerintah Tiongkok
kebijakan arus modalnya, antara lain melalui pengetatan
Persen, yoy
persyaratan Outbound Direct Investment (ODI) serta
35
penurunan limit minimum remitansi ke luar negeri yang harus 30

dilaporkan dari 50 juta dolar AS menjadi 5 juta dolar AS. PBoC 25


juga berupaya mengendalikan ekspektasi depresiasi yuan
20
dengan mendiseminasikan penggunaan indeks China Foreign
15
Exchange Trade System (CFETS) sebagai acuan bagi pasar
10
dalam menilai pergerakan nilai tukar yuan.
5

0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV


Stance kebijakan moneter PBoC kemudian dikombinasikan
dengan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) pada Februari 2013 2014 2015 2016
Investasi Swasta Investasi Pemerintah
2016 sebesar 0,5% ke level 17%. Penurunan GWM tersebut
ditempuh guna mengimbangi turunnya cadangan devisa
Sumber: Bloomberg
Tiongkok dan mengakomodasi fasilitas operasi pasar

26 Bab 2 LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016


memperketat persyaratan pembelian rumah di pasar tier-1 penurunan pertumbuhan ekonomi yang terlalu dalam. Pada
pelaksanaannya, Pemerintah Tiongkok memperlambat langkah
karena berpotensi menciptakan bubble di sektor properti.
reformasinya untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi
Berbeda dengan stance kebijakan moneter negara tahun 2020. Pemerintah Tiongkok juga meneruskan kebijakan
berkembang di Asia seperti India dan Indonesia, sejumlah stimulus fiskal melalui investasi pemerintah, meskipun hal
negara Amerika Latin menempuh kenaikan suku bunga
tersebut memperlambat proses rebalancing antara konsumsi
kebijakan. Bank sentral di negara-negara Meksiko, Peru, dan
dan investasi.
Chile pada akhirnya meningkatkan suku bunga acuan
beberapa kali pada tahun 2016. Respons tersebut ditempuh
guna mengantisipasi risiko arus modal keluar dan depresiasi 2.3. KERJA SAMA INTERNASIONAL
nilai tukar akibat kenaikan FFR. Selain menaikkan suku bunga
Respons kebijakan global juga ditempuh dengan memperkuat
kebijakan, bank sentral di negara Amerika Latin tersebut juga
kerjasama internasional melalui koordinasi di berbagai fora.
melakukan stabilisasi pasar finansial merespons
Selain pemulihan ekonomi yang berjalan lambat, fora
ketidakpastian akibat kenaikan FFR.
mencermati sejumlah tantangan dan risiko, antara lain
volatilitas pasar keuangan, pelemahan ekonomi beberapa
Kebijakan Struktural Negara Berkembang negara berkembang, meningkatnya kebijakan yang berorientasi
domestik, dan faktor non-ekonomi seperti tekanan geopolitik
Respons kebijakan yang bersifat siklikal di negara dan terorisme. Sebagai respons atas kondisi perekonomian
berkembang juga ditopang dengan kebijakan struktural. global tersebut, fora internasional memperkuat kerjasama,
Kebijakan struktural diarahkan untuk memperbaiki alokasi memberikan rekomendasi, dan memperkuat komitmen untuk
sumber daya dan meningkatkan kapasitas produksi dengan mendorong pertumbuhan dan mempercepat pemulihan
cepat. Dobla-Norris et. al. (2016) merekomendasikan negara ekonomi, serta meningkatkan resiliensi ekonomi dan sistem
dengan tingkat pendapatan rendah dapat memfokuskan keuangan global.
kebijakan kepada reformasi untuk menghilangkan hambatan
terhadap pergerakan barang dan faktor-faktor produksi. 4

Sementara itu, di negara berkembang yang sudah lebih maju, Kerja Sama Mendorong Pertumbuhan
reformasi struktural perlu lebih diarahkan untuk meningkatkan dan Pemulihan Ekonomi
produktivitas dan inovasi.
Kerja sama internasional untuk mendorong pertumbuhan
Fokus kebijakan struktural Pemerintah India diarahkan dan pemulihan ekonomi yang inklusif antara lain dilakukan
untuk mendorong kemudahan berinvestasi. India memiliki di forum G20 di bawah kepemimpinan Tiongkok. Agenda
target untuk menempatkan negaranya pada peringkat forum G20 untuk mempercepat pemulihan ekonomi
50 teratas dalam hal kemudahan melakukan usaha diimplementasikan melalui kesepakatan Hangzhou Leaders
(ease of doing business). Terkait hal tersebut, India telah Communique pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 di
memperbaiki infrastruktur listrik dan kereta api, merelaksasi Hangzhou, 4-5 September 2016. Berdasarkan kesepakatan
persyaratan investasi asing, serta melakukan otomasi dan tersebut, setiap negara diharapkan dapat menerapkan
digitalisasi proses persetujuan dan pendaftaran perusahaan kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan reformasi
baru. India juga memulai perbaikan sistem perpajakan struktural untuk mencapai tujuan pertumbuhan yang
serta mengeluarkan penyempurnaan ketentuan mengenai kuat, seimbang, berkelanjutan, dan inklusif. Terkait dengan
kebangkrutan. reformasi struktural, G20 telah menunjukkan langkah
maju dalam mengimplementasikan komitmen yang
Tiongkok juga telah menetapkan sejumlah agenda pernah didokumentasikan dalam Strategi Pertumbuhan
reformasi struktural. Pemerintah Tiongkok berencana (Growth Strategies). Hasil asesmen organisasi internasional
menurunkan beban biaya perusahaan serta mengurangi menunjukkan bahwa 55% strategi pertumbuhan pada 2016
persediaan perumahan dan barang-barang industri. telah terlaksana dan diperkirakan dapat memberi tambahan
pertumbuhan ekonomi sebesar 1,5 percentage point
Reformasi pada sektor produksi direncanakan melalui
terhadap PDB negara G20 pada tahun 2018.
pembatasan peningkatan kapasitas produksi, terutama
pada industri baja, batubara, dan alumunium. Namun
G20 juga mendorong seluruh pelaku ekonomi untuk mencari
reformasi struktural tersebut akan berdampak pada
sumber pertumbuhan ekonomi baru dan meningkatkan angka
pertumbuhan potensial. Hal tersebut diwujudkan dengan
4 Dabla-Norris, E., G. Ho, and A. Kyobe. 2016. “Structural Reforms and Productivity
pengesahan G20 Blueprint on Innovative Growth
Growth in Emerging Market and Developing.” IMF Working Paper WP/16/15. IMF.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 Bab 2 27


yang berisi upaya global untuk mendorong revolusi industri rangka memfasilitasi tercapainya agenda pembangunan
baru dan inisiatif kerjasama ekonomi. G20 juga mendorong berkelanjutan (Sustainable Development Goals 2030) serta
pembentukan komitmen bersama sebelas Multilateral agenda global dalam mengatasi dampak perubahan iklim
Development Bank (MDB) untuk memberi dukungan pada seperti tercantum dalam kesepakatan The 21st Conference on
investasi infrastruktur.5 G20 bersama MDB kemudian Parties Agreement.
membentuk aliansi yang diberi nama Global Infrastructure
Connectivity Alliance untuk meningkatkan sinergi dan
kerjasama di antara berbagai program infrastruktur global. Kerja Sama Meningkatkan Resiliensi
Aliansi tersebut akan mengintegrasikan Global Infrastructure
Kerjasama meningkatkan resiliensi global juga dilakukan
Hub (GIH) yang dibentuk G20 pada 2014.
dalam forum G20 melalui kerjasama dengan berbagai
Negara-negara G20 juga berkomitmen untuk meningkatkan organisasi internasional. G20 mendorong IMF, Organisation
keterbukaan perekonomian. Keterbukaan perekonomian akan for Economic Co-operation and Development (OECD)
diwujudkan melalui upaya fasilitasi dan penguatan kerjasama dan Bank for International Settlement (BIS) untuk
perdagangan dan investasi antar negara G20. Terkait hal melakukan analisa perkembangan aliran modal global
tersebut, negara anggota G20 diharapkan untuk meratifikasi dan meningkatkan ketersediaan data melalui inisiatif

Trade Facilitation Agreement (TFA) dan mendorong anggota pemenuhan kesenjangan data tahap kedua. Selain itu,
G20 meminta organisasi internasional menyusun referensi
World Trade Organization (WTO) lainnya untuk melakukan hal
pelaksanaan capital flow management yang efektif melalui
yang sama. Selanjutnya, G20 mengesahkan dokumen G20
benchmarking dan berbagai penelitian. Penguatan jaring
Strategy for Global Trade Growth yang berisi upaya negara
pengaman keuangan global dilakukan melalui pembentukan
anggota untuk mendorong penurunan biaya perdagangan dan
fasilitas IMF yang sesuai dengan kebutuhan anggota,
pemanfaatan koherensi kebijakan perdagangan dan investasi.
penguatan sumber keuangan IMF, dan penguatan kerjasama
dengan jaring pengaman keuangan regional. G20 juga
International Monetary Fund (IMF) turut mendorong berupaya mengurangi ketergantungan perekonomian global
percepatan pemulihan ekonomi global dan upaya mengatasi terhadap mata uang dolar AS dengan mendorong penggunaan
tantangan yang muncul. Dalam Global Policy Agenda, IMF Special Drawing Right (SDR) sebagai satuan hitung laporan
merumuskan empat prioritas kebijakan yang perlu dilakukan keuangan dan neraca pembayaran serta mendorong
oleh negara anggota, yaitu (i) optimasi bauran kebijakan, (ii) penerbitan obligasi pemerintah dalam SDR.
pemberian prioritas kepada reformasi struktural, (iii)
Upaya global dalam meningkatkan resiliensi dilakukan
persiapan sumber daya manusia untuk menghadapi
melalui regulasi sektor keuangan dan pasar keuangan.
perubahan teknologi, dan (iv) peningkatan kerjasama global.
G20 mendukung upaya reformasi sektor keuangan global
IMF juga akan memperkuat perannya dalam melakukan
yang dikoordinasikan oleh Financial Stability Board (FSB)
surveilans terhadap kondisi perekonomian global dan individu
dengan prioritas pada empat area utama. Prioritas pertama
negara anggotanya. Selain itu, IMF berkomitmen untuk
ditujukan untuk meningkatkan ketahanan atau resiliensi
membantu negara berpenghasilan rendah dalam mengurangi
lembaga keuangan. Lembaga keuangan diwajibkan untuk
kemiskinan melalui pinjaman dengan skema Poverty
memiliki permodalan dan likuiditas pada tingkat yang
Reduction and Growth Trust (PRGT).
memadai untuk menyerap potensi risiko yang timbul. Prioritas
kedua adalah upaya mencegah terbentuknya lembaga
Sejalan dengan IMF, Bank Dunia juga berkomitmen untuk keuangan yang bersifat ‘too-big-to-fail’. G20 terus mendorong
mendorong pertumbuhan ekonomi global. Bank Dunia implementasi standar Total Loss Absorbing Capacity (TLAC).
melakukan berbagai inisiatif investasi infrastruktur dan Hal tersebut ditujukan untuk mempersiapkan kecukupan
memperkuat perannya sebagai lembaga keuangan global kemampuan lembaga keuangan global yang sistemik (Global
utama dalam mendorong pembangunan. Terkait agenda Systemically Important Financial Institutions/GSIFIs) untuk
pembangunan, Bank Dunia menyampaikan Visi 2030 dalam menyerap kerugian sehingga mekanisme bail-out Pemerintah
dapat dihindari. Selain itu, G20 berupaya memperkuat
infrastruktur pasar keuangan melalui pembentukan Central
5 MDB yang ikut serta dalam Joint Declaration of Aspirations on Actions to Support Clearing Counterparty (CCP), yaitu lembaga yang bertugas
Investment Infrastructure ialah World Bank, African Development Bank, Asian melakukan proses kliring dan penjaminan transaksi di pasar
Development Bank, Asian Infrastructure Investment Bank, Development Bank of Latin
keuangan.
America, European Bank for Reconstruction and Development, European Investment
Bank, Inter-American Development Bank, Islamic Development Bank, New
Development Bank, dan International Finance Corporation.

28 Bab 2 LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016


Prioritas ketiga dan keempat dari FSB berturut-turut adalah Negara-negara ASEAN+3 terus melakukan penguatan
upaya untuk mereformasi pasar over-the-counter (OTC) resiliensi kawasan dalam menghadapi risiko ketidakpastian
derivatif dan sistem shadow banking.6 Pasar OTC derivatif global.7 Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM)
mendapat perhatian akibat kompleksitas dan terbatasnya diperkuat dengan: (i) penyempurnaan Operational Guidelines;
transparansi sehingga menghambat kemampuan otoritas (ii) penguatan matriks Economic Report and Policy Dialogue
dalam memonitor dan merespon akumulasi risiko, serta (ERPD); (iii) penyusunan mekanisme koordinasi antara CMIM
mengevaluasi dampak penularan yang ditimbulkan ketika dengan jaring pengaman keuangan global; dan (iv) pengkajian
terjadi kegagalan lembaga keuangan. Selain itu, fungsi ulang terhadap fasilitas CMIM yang tidak terkait dengan
intermediasi di luar sektor perbankan yang dilakukan oleh program IMF (CMIM-IMF De-linked Portion/DLP).8 Dalam
entitas shadow banking juga mendapatkan perhatian karena review CMIM-IMF DLP, Bank Indonesia bertanggung jawab
dinilai berkontribusi pada krisis keuangan global. Mekanisme menyusun framework review, metodologi pengukuran, dan
untuk memantau perkembangan aktivitas dan risiko shadow mengawal proses review. Penguatan resiliensi kawasan juga
banking serta serangkaian kebijakan untuk merespon risiko dilakukan melalui peningkatan kapasitas surveilans ASEAN+3
tersebut telah dikembangkan. G20 juga mengeluarkan High Macroeconomic Research Office (AMRO) melalui penguatan
Level Principles for Digital Financial Inclusion sebagai kolaborasi dan kerja sama dengan IMF dan penyempurnaan
panduan dalam mendorong inklusi keuangan. kerangka surveilans.

Kerja sama untuk meningkatkan resiliensi juga dilakukan Integrasi keuangan di kawasan ASEAN juga menjadi isu
dalam forum kerjasama regional. Pada tahun 2016, Bank strategis yang dibahas dalam forum Senior Level Committee
Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan Gubernur Bank (SLC) on Financial Integration. 9 Bank Indonesia menjadi tuan
Sentral wilayah Asia dan Pasifik yang tergabung dalam rumah pertemuan SLC ke-12 di Jakarta pada 14 Oktober
forum Executives Meeting of East Asia Pacific (EMEAP). 2016. Dalam pertemuan tersebut, anggota SLC menyepakati
Salah satu isu yang dibahas adalah dampak penundaan penguatan pada dua area dalam rangka memastikan
penyelesaian pembayaran (T+1 margin settlement) di AS pencapaian visi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025.
dan Uni Eropa. Ketentuan tentang penundaan tersebut
Pertama, negara ASEAN akan melaksanakan asesmen
dinilai memiliki dampak negatif terhadap likuiditas,
menyeluruh untuk meyakini tercapainya manfaat dari
kelancaran fungsi sistem keuangan, dan pertumbuhan
integrasi ekonomi. Kedua, negara ASEAN akan melakukan
ekonomi global. Gubernur EMEAP meminta otoritas
asesmen stabilitas makroekonomi dan keuangan guna
AS dan Uni Eropa untuk bekerja sama dengan EMEAP
menjaga kelancaran proses integrasi MEA yang sedang
menyelesaikan isu tersebut, serta meminta masing-masing
berjalan.
otoritas menunda implementasi ketentuan dimaksud.

7 Kerjasama bank sentral ASEAN dengan tambahan tiga negara, yaitu Jepang,

Tiongkok, dan Korea

8 CMIM adalah kerja sama multilateral yang mengatur transaksi swap antar mata
uang negara ASEAN+3 dan Hong Kong dengan tujuan memberikan dukungan
finansial dalam dolar AS.
9 SLC beranggotakan Deputi Gubernur Bank Sentral dan Co-chairs ASEAN Working
6 Shadow banking didefinisikan sebagai aktivitas intermediasi yang melibatkan Committee dan memiliki mandat untuk memberikan panduan terhadap inisiatif dan
entitas dan aktivitas, baik sebagian maupun seluruhnya berada, di luar sektor implementasi integrasi keuangan kawasan.
perbankan.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 Bab 2 29

Anda mungkin juga menyukai