Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF


Dosen Pengampu : Ns. Sukini, S. Kep
Untuk memenuhi tugas matakuliah Respirasi

Disusun Oleh:

Kelompok 1 (S16A)

1. Aditya Arbi Setyawan (S16002) 11. Kartina W. Panjaitan (S16033)


2. Aji Tanda Irwanto (S16003) 12. Kirana Nandito I. P (S16035)
3. Andre Setya Aji (S16005) 13. Lulu’ul Arifah (S16037)
4. Dian Fatmawati (S16013) 14. Niken Ayu Putri U. (S16043)
5. Emila Yudianti (S16017) 15. Novia Ambarwati (S16046)
6. Fatimah Zakiyah (S16019) 16. Nur Aeni Khasanah (S16047)
7. Fenika Aprilia Maryani (S16021) 17. Nur Kholis (S16048)
8. Fitri Poniasih Sujarwati (S16022) 18. Riska Ayu Pratiwi (S16052)
9. Hana Pemata (S16025) 19. Wahyu Hermawan W. (S16063)
10. Ilham Wiratama (S16028) 20. Yuantika Kritella Dewi (S16064)

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2017
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF

Disusun Oleh:

Kelompok 1 (S16A)

1. Aditya Arbi Setyawan (S16002) 11. Kartina W. Panjaitan (S16033)


2. Aji Tanda Irwanto (S16003) 12. Kirana Nandito I. P (S16035)
3. Andre Setya Aji (S16005) 13. Lulu’ul Arifah (S16037)
4. Dian Fatmawati (S16013) 14. Niken Ayu Putri U. (S16043)
5. Emila Yudianti (S16017) 15. Novia Ambarwati (S16046)
6. Fatimah Zakiyah (S16019) 16. Nur Aeni Khasanah (S16047)
7. Fenika Aprilia Maryani (S16021) 17. Nur Kholis (S16048)
8. Fitri Poniasih Sujarwati (S16022) 18. Riska Ayu Pratiwi (S16052)
9. Hana Pemata (S16025) 19. Wahyu Hermawan W. (S16063)
10. Ilham Wiratama (S16028) 20. Yuantika Kritella Dewi (S16064)

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2017

i
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena
berkat rahmat serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Asuhan Keperawatan Pre Operatif dalam rangka untuk memenuhi
tugas mata kuliah Respirasi.
Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sebagai masukan bagi kami.
Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan kami sebagai penulis pada khususnya. Atas segala
perhatiannya kami mengucapkan banyak terima kasih.

Surakarta, Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Tujuan Penulisan ..........................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................2

A. Pengertian .....................................................................................................2
B. Persiapan Klien di Unit Perawatan ..............................................................2
C. Tindakan Keperawatan Pre Operatif ..........................................................13
D. Asuhan Keperawatan Pre Operatif .............................................................15

BAB III. PENUTUP ..............................................................................................23

A. Kesimpulan ................................................................................................23
B. Saran ...........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit
bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi
yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika sering kali pasien
dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan
yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan
segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman
terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan
tindakan pembiusan. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk
mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter
anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama
proses per operatif.
Faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit
tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien
sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang
pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig
untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif.
Tindakan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat
berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tindakan preoperatif
2. Untuk mengetahui persiapan klien di unit perawatan
3. Untuk mengetahui tindakan keperawatan preoperatif
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pre operatif

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Tindakan keperawatan adalah setiap terapi perawatan langsung yang
dilakukan perawat untuk kepentingan klien, terapi tersebut termasuk terapi
yang dilakukan perawat berdasarkan diagnosis keperawatan, pengobatan yang
dilakukan dokter berdasarkan diagnosis medis, dan melakukan fungsi penting
sehari – hari untuk klien yang tidak dapat melakukannya ( Mc. Closkey dan
Bulechek 1992 ) yang dikutip Barbara J. G ( 2008 ).
Tindakan keperawatan pre-operatif merupakan tindakan yang dilakukan
oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan
pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif.
Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta persiapan mental
sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien
berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan.
Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya
dapat berdampak pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan
kerjasama yang baik antara masing-masing komponen yang berkompeten
untuk menghasilkan outcome yang optimal, yaitu kesembuhan pasien secara
paripurna ( Rothrock, 1999 ). Pengakajian secara integral dari fungsi pasien
meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

B. Persiapan Klien di Unit Perawatan


1 Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2001 ), antara lain :

2
a. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat
penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi
endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus
istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup
pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga
bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat
stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.
b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi
gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih
lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama.
Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input
dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan
pemeriksaan di antaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 -

3
145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar
kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi
ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan
ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka
operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami
gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, dan nefritis
akut, maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal,
kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien
dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon
dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7
sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk
menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada
pasien yang membutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien
kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan lambung dapat dilakukan
dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman
dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu
yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada
pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus
dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada

4
daerah yang dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk
mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi
dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin
(pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah
sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, dan
hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran
pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan.
f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika
pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara
mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
g. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
h. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak
lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara
lain:

5
1) Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien
relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri
dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah
anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam
secara efektif dan benar maka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut : Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
(semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
Letakkan tangan di atas perut, hirup udara sebanyak-banyaknya
dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat.
Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-
lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
Lakukan hal ini berulang kali (15 kali). Lakukan latihan dua kali
sehari praopeartif.
2) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien
terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general.
Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas
selama dalam kondisi teranestesi. Sehingga ketika sadar pasien
akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan
terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif
sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan
cara : Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan
jari-jari tangan dan letakkan melintang di atas incisi sebagai bebat

6
ketika batuk. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas
dalam (3-5 kali).
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan
terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengandalkan kekuatan
tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal
ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya
terhadap incisi. Ulangi lagi sesuai kebutuhan. Jika selama batuk
daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan
menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut
untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat
mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
3) Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi
pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan
berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan
yang keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak
pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan
operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh.
Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai
operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat
merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih
cepat kentut/flatus.
Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir
pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan
terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar
sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi
pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi
tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan
posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun

7
kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka
pasien diminta
Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi
pasien yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik
akan mendukung dan mempengaruhi proses penyembuhan.
Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses
pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat
mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien
sebelum dilakukan pembedahan/operasi melakukan secara mandiri.
2. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang,
maka dokter bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang
harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud
adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan
lain seperti ECG, dan lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada
pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan
penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang
diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan bahwa pasien harus
operasi maka dokter anestesi berperan untuk menentukan apakah kondisi
pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anestesi juga memerlukan
berbagai macam pemeriksaan laboratorium terutama pemeriksaan masa
perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah
pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan
radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
Berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada
pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap
pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani

8
oleh pasien). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien
preoperasi antara lain :
a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks,
abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT
scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance
Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL
(Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG
(Electro Enchephalo Grafi), dll.
b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin,
angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit,
protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan
chlorida), CT/BT, ureum, kreatinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan pada sumsum tulang jika penyakit terkait dengan
kelainan darah.
c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD), pemeriksaan KGD dilakukan
untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang
normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam
(puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga
dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).
3. Pemeriksaan Status Anestesi
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiusan ditujukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anestesi demi
kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik
yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist).

9
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya
akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
Berikut adalah tabel pemeriksaan ASA :
b. ASA grade I
Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri.
Misal: penderita dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang
tua sehat, bayi muda yang sehat. Mortality (%) : 0,05.
c. ASA grade II
Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan
disebabkan oleh penyakit yang akan dibedah. Misal: penderita dengan
obesitas, penderita dengan bronkitis dan penderita dengan diabetes
mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi. Mortality (%) :
0,4.
d. ASA grade III
Status fisik : Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes
mellitus dengan komplikasi pembuluh darah dan datang dengan
appendisitis akut. Mortality (%) : 4,5.
e. ASA grade IV
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan
jiwa yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya:
insufisiensi koroner atau infark miokard. Mortality (%) : 25.
f. ASA grade V
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan
jiwa yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya
: insufisiensi koroner atau infark miokard. Mortality (%) : 50.
4. Informed Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang
terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum
dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik
pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,
operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien

10
yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anestesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi
tidak dapat dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan
dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan
komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat
pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau
resiko apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait
dengan berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup
istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang baik dengan
perawat dan tim selama dalam perawatan.
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait
dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala
resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum
menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi
yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan,
pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum
menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk
menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting
untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh
pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak
sesuai dengan gambaran keluarga.
5. Persiapan Mental/Psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa
muncul pada pasien preoperasi adalah kecemasan. Maka perawat harus
mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi klien. Perawat perlu

11
mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam
menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa
digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan
dan kecemasan preoperasi, seperti adanya orang terdekat, tingkat
perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi
pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula,
akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap
orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat
menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi
pembedahan antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.

Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat


menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
Pengalaman operasi sebelumnya, Persepsi pasien dan keluarga tentang
tujuan/alasan tindakan operasi, Pengetahuan pasien dan keluarga tentang
persiapan operasi baik fisik maupun penunjang, Pengetahuan pasien dan
keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi.,
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post
operasi), Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan

12
sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti: latihan nafas
dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang
pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya
pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke
rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu.
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting
untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat.
Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental
pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi,
memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang
menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk
menjalani operasi.
6. Obat-Obatan Premedikasi
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan
obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien
mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang
diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis
biasanya diberikan sebelum pasien dioperasi. Antibiotik profilaksis yang
diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama
tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya diberikan 1-2 jam
sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2 -3 kali (
Sjamsuhidayat dan Dejong, 2004 ).

C. Tindakan Keperawatan Preoperatif


Menurut Chitty Kay. K ( 1997), Peran perawat dalam perawatan klien
adalah pemberi pelayanan, pendidik, konselor, manager, peneliti, dan
kolaborator. Adapun implementasi (tindakan) keperawatan yang

13
diselenggarakan dapat berupa melakukan tindakan, mendelegasikan tindakan,
melakukan pengajaran, memberikan konseling, melakukan pencatatan dan
pelaporan serta tetap menjalankan pengkajian berkelanjutan.
Pengkajian terhadap kondisi fisik, psikologis, sosiokultural dan dimensi
spiritual pada klien penting karena pembedahan merupakan stressor utama
psikologis, mempengaruhi pola koping, support system dan kebutuhan
sosiokultural. Penurunan rasa cemas dan takut merupakan hal yang sangat
penting selama masa pre operatif karena stress emosional ditambah dengan
stress fisik meningkatkan resiko pembedahan (Taylor, 1997 ).
Adapun tindakan keperawatan preoperatif yang dapat dilakukan sesuai
peran perawat perioperatif antara lain :
1. Membina hubungan terpeutik, memberi kesempatan pada klien untuk
menyatakan rasa takut dan perhatiannya terhadap rencana operasi
2. Melakukan sentuhan untuk menunjukkan adanya empati dan perhatian
3. Menjawab atau menerangkan tentang berbagai prosedur operasi
4. Meningkatkan pemenuhan nutrisi dan hidrasi
5. Mengajarkan batuk dan nafas dalam
6. Mengajarkan manajemen nyeri setelah pembedahan
7. Mengajarkan latihan lengan dan ambulasi
8. Menerangkan alat – alat yang akan digunakan oleh klien selama operasi.
Sehari sebelum operasi :
9. Memberikan dukungan emosional, menjawab pertanyaan dan
memberikan dukungan spiritual bila diperlukan
10. Melakukan pembatasan diet pre operasi
11. Menyiapkan kebutuhan eliminasi selama dan setelah pembedahan
12. Mencukur dan menyiapkan daerah operasi
13. Mengecek bahwa bahan dan obat – obatan telah lengkap
14. Mengecek tanda – tanda vital
15. Mengecek inform consent
16. Melanjutkan persiapan nutrisi dan hidrasi
17. Melepaskan protese dan kosmetik

14
18. Melakukan perawatan mulut
19. Mengosongkan blas dan bowel
20. Mempersiapkan catatan yang diperlukan selama pre operasi
21. Memberikan obat –obatan yang perlu diberikan ( sesuai order dokter )

Adapun tindakan keperawatan yang perlu diberikan pada pasien


preoperatif menurut Potter & Perry ( 2005 ), pada hari pembedahan
diantaranya:
1. Memeriksa isi rekam medis dan melengkapi pencatatan, seperti
pemeriksaan penunjang dan inform consent
2. Melakukan pengukuran tanda – tanda vital
3. Melakukan pembersihan pasien
4. Melakukan pemeriksaan rambut dan kosmetik
5. Melakukan pemeriksaan prostese
6. Mempersiapkan usus dan kandung kemih
7. Melakukan pemasangan stoking anti emboli atau alat kompresi
sekuensial.
8. Meningkatkan martabat pasien dengan memberikan privasi terhadap
klien
9. Melakukan prosedur khusus seperti pemasangan NGT
10. Menyimpan barang – barang berharga pasien
11. Memberikan obat preoperatif

D. Asuhan Keperawatan Pre Operatif


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
a. Sirkulasi

15
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan
trombus.

b. Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
c. Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas) ;
membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode
puasa pra operasi).
d. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan); Munculnya kanker / terapi kanker terbaru; Riwayat
keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat
mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic,
dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer
dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.
Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang

16
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial
bagi penarikan diri pasca operasi).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan
(Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif
(Wilkinson, M. Judith, 2006) meliputi :
a. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri,
ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap
pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi atau krisis
maturasi.
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek
samping penanganan, factor budaya atau spiritual yang
berpengaruh pada perubahan penampilan.
c. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan
penampilan, keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi,
diagnosis kanker.
d. Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang
kompleks, hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain
terhadap perubahan penampilan.
e. Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis
(misalnya kanker), ketidakberdayaan.
f. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang
gerak, kerusakan saraf/otot, dan nyeri.

3. Intervensi dan Implementasi


Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan (Boedihartono, 1994:20)

17
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi,
1995:40). Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif
(Wilkinson, M. Judith, 2006) adalah :

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji dan 1. Memudahkan
berhubungan tindakan keperawatan dokumentasikan intervensi.
dengan diharapkan pasien tingkat kecemasan 2. Mempertahankan
ancaman memiliki persepsi yang pasien. mekanisme koping
terhadap positif terhadap 2. Kaji mekanisme adaftif, meningkatkan
konsep diri, penampilan dan fungsi koping yang digunakan kemampuan mengontrol
ancaman tubuh, dengan kriteria pasien untuk mengatasi ansietas.
terhadap hasil : ansietas di masa lalu. 3. Pendekatan dan
perubahan 1. Klien mampu 3. Lakukan pendekatan motivasi membantu
status merencanakan strategi dan berikan motivasi pasien untuk
kesehatan, koping untuk situasi- kepada pasien untuk mengeksternalisasikan
ancaman situasi yang membuat mengungkapkan kecemasan yang
terhadap pola stress. pikiran dan perasaan. dirasakan.
interaksi 2. Klien mampu 4. Motivasi pasien untuk 4. Alat untuk
dengan orang mempertahankan memfokuskan diri pada mengidentifikasi
yang berarti, penampilan peran. realita yang ada saat mekanisme koping yang
krisis situasi 3. Klien melaporkan ini, harapa-harapan dibutuhkan untuk
atau krisis tidak ada gangguan yang positif terhadap mengurangi kecemasan.
maturasi persepsi sensori. terapy yang di jalani. 5. Menciptakan rasa
4. Klien melaporkan 5. Berikan penguatan percaya dalam diri
tidak ada manifestasi yang positif untuk pasien bahwa dirinya
kecemasan secara meneruskan aktivitas mampu mengatasi
fisik. sehari-hari meskipun masalahnya dan
5. Tidak ada manifestasi dalam keadaan cemas. memberi keyakinan
perilaku akibat 6. Anjurkan pasien untuk pada diri sendri yang
kecemasan. menggunakan teknik dibuktikan dengan
relaksasi. pengakuan orang lain
7. Sediakan informasi atas kemampuannya.
factual (nyata dan 6. Menciptakan perasaan
benar) kepada pasien yang tenang dan
dan keluarga nyaman.
menyangkut diagnosis, 7. Meningkatkan

18
perawatan dan pengetahuan,
prognosis. mengurangi kecemasan.
8. Kolaborasi pemberian 8. Mengurangi ansietas
obat anti ansietas. sesuai kebutuhan.

2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji dan 1. Factor yang


citra tubuh tindakan keperawatan dokumentasikan mengidentifikasikan
berhubungan diharapkan pasien respons verbal dan non adanya gangguan
memiliki persepsi yang
dengan verbal pasien tentang persepsi pada citra
positif terhadap
pembedahan, penampilan dan fungsi tubuhnya. tubuh.
efek samping tubuh. Dengan kriteria 2. Kaji harapan pasien 2. Mungkin realita saat ini
penanganan, hasil : tentang gambaran berbeda dengan yang
factor budaya 1. Pasien tubuh. diharapkan pasien
atau spiritual melaporkan 3. Dengarkan pasien dan sehingga pasien tidak
yang kepuasan keluarga secara aktif, menyukai keadaan
berpengaruh terhadap dan akui realitas fisiknya.
pada penampilan adanya perhatian 3. Meningkatkan perasaan
perubahan dan fungsi terhadap perawatan, berarti, memudahkan
penampilan. tubuh. kemajuan dan saran koping,
2. Memiliki prognosis. mengurangi kecemasan.
keinginan 4. Berikan perawatan 4. Menciptakan suasana
untuk dengan cara yang tidak saling percaya,
menyentuh menghakimi, jaga meningkatkan harga diri
bagian tubuh privasi dan martabat dan perasaan berarti
yang pasien. dalam diri pasien.
mengalami
gangguan.
3. Menggambark
an perubahan
actual pada
fungsi tubuh.

3. Koping Setelah dilakukan 1. Kaji pandangan pasien 1. Mengidentifikasi


individu, tindakan keperawatan terhadap kondisinya persepsi pasien terhadap
ketidakefektifa diharapkan pasien dan kesesuaiannya kondisinya.
menunjukkan koping
n berhubungan dengan pandangan 2. Menghindari ketakutan
yang efektif, dengan
dengan kriteria hasil : pemberi pelayanan dan menciptakan
perubahan 1. Pasien akan kesehatan. hubungan saling
penampilan, menunjukkan minat 2. Gunakan pendekatan percaya, memudahkan

19
keluhan terhadap aktivitas yang tenang dan intervensi
terhadap untuk mengisi waktu meyakinkan. 3. Memberikan arahan
reaksi orang luang. 3. Anjurkan pasien untuk pada persepsi pasien
lain, 2. Mengidentifikasikan mengidentifikasi tentang kondisi nyata
kehilangan kekuatan personal gambaran perubahan yang ada saat ini.
fungsi, yang dapat peran yang realitas. 4. Meningkatkan perasaan
diagnosis mengembangkan 4. Bantu pasien dalam berarti, memberikan
kanker. koping yang efektif. mengidentifikasi penguatan yang positif.
3. Menimbang serta respons positif dari 5. Menciptakan suasana
memilih diantara orang lain. saling percaya, perasaan
alternative dan 5. Libatkan sumber- berarti, dan mengurangi
konsekuensinya. sumber yang ada di kecemasan.
4. Berpartisipasi dalam rumah sakit dalam
aktivitas kehidupan memberikan dukungan
sehari-hari (AKS) emosional untuk pasien
dan keluarga.

4. Proses Setelah dilakukan 1. Kaji interaksi antara 1. Mengidentifikasi


keluarga, tindakan keperawatan pasien dan keluarga. masalah, memudahkan
perubahan diharapkan pasien dan 2. Bantu keluarga dalam intervensi.
keluarga memahami
berhubungan mengidentifikasi 2. Mempengaruhi pilihan
perubahan perubahan
dengan terapi dalam peran keluarga, perilaku yang mungkin intervensi.
yang dengan kriteria hasil : menghambat 3. Membantu keluarga
kompleks, 1. pasien/keluarga pengobatan. dalam memilih
hospitalisasi/p mampu 3. Diskusikan dengan mekanisme koping
erubahan mengidentifikasi anggota keluarga adaptif yang tepat .
lingkungan, koping. tentang tambahan 4. Memudahkan keluarga
reaksi orang 2. pasien/keluarga ketrampilan koping dalam
lain terhadap berpartisipasi dalam yang digunakan. menciptakan/memelihar
perubahan proses membuat 4. Dukung kesempatan a fungsi anggota
penampilan. keputusan untuk mendapatkan keluarga.
berhubungan dengan pengalaman masa
perawatan setelah anak-anak yang normal
rawat inap. pada anak yang
berpenyakit kronis atau
tidak mampu.

5. Ketakutan Setelah dilakukan 1. Kaji respons takut 1. Mengidentifikasi


berhubungan tindakan keperawatan subjektif dan objektif masalah, memudahkan

20
dengan proses diharapkan pasien akan pasien. intervensi.
penyakit/prog memperlihatkan 2. Berikan penguatan 2. Mempertahankan
nosis pengendalian ketakutan, positif bila pasien perilaku koping yang
dengan kriteria hasil :
(misalnya mendemonstrasikan efektif.
1. Mencari
kanker), perilaku yang dapat 3. Pendekatan dan
informasi untuk
ketidakberday menurunkan atau motivasi membantu
menurunkan
aan. mengurangi takut. pasien untuk
ketakutan.
3. Lakukan pendekatan mengeksternalisasikan
2. Menggunakan
dan berikan motivasi kecemasan yang
teknik relaksasi
kepada pasien untuk dirasakan.
untuk menurnkan
mengungkapkan 4. Alat untuk
ketakutan.
pikiran dan perasaan. mengidentifikasi
3. Mempertahankan
4. Motivasi pasien untuk mekanisme koping yang
penampilan peran
memfokuskan diri pada dibutuhkan untuk
dan hubungan
realita yang ada saat mengurangi kecemasan.
social.
ini, harapan-harapan
yang positif terhadap
terapy yang di jalani.

6. Mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji kebutuhan akan 1. Mengidentifikasi


fisik, tindakan keperawatan pelayanan kesehatan masalah, memudahkan
hambatan diharapkan pasien akan dan kebutuhan akan intervensi.
menunjukkan tingkat
berhubungan peralatan. 2. Mempengaruhi
mobilitas optimal, dengan
dengan kriteria hasil : 2. Tentukan tingkat penilaian terhadap
penurunan 1. P motivasi pasien dalam kemampuan aktivitas
rentang gerak, ena melakukan aktivitas. apakah karena
kerusakan mpi 3. Ajarkan dan pantau ketidakmampuan
saraf/otot, dan lan pasien dalam hal ataukah ketidakmauan.
nyeri. yan penggunaan alat bantu. 3. Menilai batasan
g 4. Ajarkan dan dukung kemampuan aktivitas
sei pasien dalam latihan optimal.
mb ROM aktif dan pasif. 4. Mempertahankan
ang 5. Kolaborasi dengan ahli /meningkatkan kekuatan
.. terapi fisik atau dan ketahanan otot.
2. M okupasi. 5. Sebagai suatu sumber
elak untuk mengembangkan
uka perencanaan dan
n mempertahankan/menin
per gkatkan mobilitas

21
ger pasien.
akk
an
dan
per
pin
dah
an.
3. M
em
pert
aha
nka
n
mo
bilit
as
opti
mal
yan
g
dap
at
di
tole
rans
i,
den
gan
kar
akte
risti
k:
a. 0 : mandiri penuh
b. 1 : memerlukan
alat Bantu.
c. 2 : memerlukan
bantuan dari
orang lain untuk
bantuan,

22
pengawasan, dan
pengajaran.
d. 3 : membutuhkan
bantuan dari
orang lain dan
alat Bantu.
e. 4 :
ketergantungan;
tidak
berpartisipasi
dalam aktivitas.

4. EVALUASI
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
(Brooker, Christine. 2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan
Pre Operasi Tumor adalah :
a. Ansietas berkurang/terkontrol.
b. Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi
tubuh.
c. Pasien menunjukkan koping yang efektif.
d. Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran
keluarga.
e. Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
f. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tindakan keperawatan adalah setiap terapi perawatan langsung yang
dilakukan perawat untuk kepentingan klien, terapi tersebut termasuk terapi
yang dilakukan perawat berdasarkan diagnosis keperawatan, pengobatan yang
dilakukan dokter berdasarkan diagnosis medis, dan melakukan fungsi penting
sehari – hari untuk klien yang tidak dapat melakukannya ( Mc. Closkey dan
Bulechek 1992).
Tindakan keperawatan pre-operatif merupakan tindakan yang dilakukan
oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan
pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif.
Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta persiapan mental
sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien
berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan.
Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya
dapat berdampak pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan
kerjasama yang baik antara masing-masing komponen yang berkompeten
untuk menghasilkan outcome yang optimal, yaitu kesembuhan pasien secara
paripurna ( Rothrock, 1999 ). Pengakajian secara integral dari fungsi pasien
meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

B. Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud
nyatakan peran tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan
tugas – tugas dengan penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan
ilmunya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. (2001). Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. ( 2002 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Edisi 8
Vol. 1. Jakarta: EGC

Marilynn E. Doenges. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC

Potter & Perry. ( 2005 ). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Edisi 4 Vol 2.
Jakarta: EGC

Sjamsulhidayat, R dan Wim de Jong. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi.
Jakarta: EGC

Wilkinson, M. Judith. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 7.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai