Gambar 1. Sketsa Fisografi Jawa (Van Bemmmelen, 1949) dan Citraan Landsat (SRTM
NASA, 2004), Zona Merah merupakan zona pegunungan Selatan daerah Kulonprogo
b. Sistem Ke-Dua
Pada sistem ini endapan yang ditemukan berupa hasil dari vulkanik primer
berumur Oligo - Miosen yang menutupi sebagian Zona Pegunungan Selatan.
Pada saat ini terjadi aktivitas vulkanik yang sangat intensif, eksplosif dan
bertipe plinian (Smyth dkk. 2005). Endapan berupa batuan Andesite - Riolit,
termasuk abu vulkanik, Tuff kristal, Pumice, Breksia litik, lava dome dan lava
flows. Tebal lapisan berkisar antara 250 m - 2000 m. Sistem ini dan vulkanik
aktifitas terekam sebagai vulkanisme dengan umur pendek dan mungkin terjadi
letusan besar (Smyth dkk. 2005).
c. Sistem Ke-Tiga
Sedimen sistem ini sekitar 500 m terekam sebagai pengerosian sistem kedua
dan peningkatan endapan karbonat. Terumbu berkembang sangat baik dan
terjadi penurunan aktifitas vulkanik secara besar, sehingga mengakibatkan
kematian aktifitas vulkanik.
Gambar 4. Batupasir kaya kuarsa pada Songo Beds, Formasi Nanggulan berusia
Eosen Tengah (Awang Satyana dkk , 2013)
Gambar 5. Channelised conglomeratic sandstone of basement origin from the Kali
Songo Member of the Nanggulan Formation, Central Java ( Smyth dkk , 2003)
Gambar 6. Serpih Karbonan pada Formasi Nanggulan berusia Eosen Tengah ( Awang
Satyana dkk , 2013)
3. Formasi Jonggrangan
Tersusun oleh konglomerat, napal tufan, dan batupasir gampingan
dengan kandungan Moluska serta batulempung dan sisipan lignit di bagian
bawah. Di bagian atas komposisinya batu gamping berlapis dan batugamping
koral. Ketebalan lapisan ini antara 250-400. Formasi ini terbentuk akibat
pasifnya aktivitas Vulkanik Kompleks pegunungan Kulonprogo, dan akibat
kelanjutan proses kenaikan muka air laut sehingga lingkungan transisi menjadi
laut dangkal. Selain itu akibat lingkungan Kulonprogo saat itu yang berupa Laut
lepas ; Samudera Hindia, sehingga memiliki arus yang cukup kuat, dan sirkulasi
air yang baik untuk membawa supply makanan dan dapat mendukung
kehidupan lingkungan terumbu yang umum ditemui pada daerah bergaris
lintang rendah (0o-10o). Pada Formasi ini, lingkung terumbunya berada pada
puncak - puncak tinggian sehingga lebih dekat dengan permukaan laut agar
mendapatkan sinar matahari. Sedangkan pada daerah rendahannya dianggap
sebagai cekungan yang mendapatkan sumber sedimen berupa pecahan dan
rombakan terumbu serta fosil moluska, foraminifera dan alga.
5. Kolovium
Endapan Kolovium pada daerah Kulonprogo terbentuk dari material
longsoran yang tertransportasi tanpa medium air, satuan endapan ini terbentuk
pada beberapa lembah dan menunjukkan ciri material berbutir kasar, berbentuk
menyudut dan endapan campuran batuan. Endapan Kolovium ini terbentuk
pada Umur Kuarter.
6. Alluvium
Endapan Alluvial (Alluvium) pada daerah Kulonprogo terbentuk dari
material longsoran dan lapukkan yang kemudian tertransportasi dengan media
air, satuan endapan ini terbentuk pada beberapa lembah dan dataran, serta tepi
sungai. Menunjukkan ciri material berbutir agak kasar, berbentuk agak
membundar dan agak menyudut dan endapan campuran batuan, serta dominan
material berbutir kasar. Endapan Alluvial ini terbentuk pada Umur Kuarter.
Gambar 11. Peta Geologi Lembar Yogyakarta yang menunjukkan daerah Kulonprogo.
(PPP Geologi, 1995)
Vulkanoklastik dan Volkanogenik
Gambar 12. Diagram Produk dari Erupsi Vulkanik (McPhie dkk, 1993)
Gambar 15. Karakteristik Endapan Vulkanogenik pada Lingkungan Darat dan Laut
dangkal, serta Laut dalam (McPhie dkk , 1993)
Struktur Geologi Kawasan Kulonprogo