Anda di halaman 1dari 12

RESENSI NOVEL “FORGIVEN”

Judul buku : forgiven


Pengarang : Morra Quatro
Penerbit : Gagasmedia
Tahun : 2010
Tebal : 265 hal.
Kategori : Novel (fiksi)

Morra Quatro. Lahir di Bangka, 8 Desember 1980. Sekarang tinggal di Jakarta, setelah di
Jogja selama 10 tahun. Anak kedua dari lima saudara. Senang menulis sejak remaja. Tapi mulai
serius menekuninya sejak tahun 2007, ketika bergabung dengan sebuah komunitas menulis
online. Forgiven adalah buku pertamanya.
Karla, seorang perempuan yang senang bergaul dengan laki – laki. Ia memiliki 5 sahabat
lelaki yaitu Will, Alfan, Laut, Wahyu, dan Robby. Namun ia mendapati dirinya ternyata tidak
benar – benar mengenal mereka. Banyak hal dari seorang laki – laki yang tidak bisa dibagi
dengannya. Tetapi, salah satu diantara teman lelakinya, Will, seorang maniak fisika, setia kawan,
dan pemuja champagne supernova itu telah membuatnya jatuh cinta. Entah sejak kapan.
Setelah lulus dari SMA 8 Yogyakarta, mereka meneruskan pendidikannya di universitas
masing – masing. Will diterima di UGM, tetapi entah mengapa ia justru hilang setelah kelulusan
dan hal itu membuat Karla sangat sedih. Ditengah kesedihannya, Karla tetap harus meneruskan
kuliahnya di Philadelphia setelah menemui ayahnya terlebih dahulu di Singapura. Yang paling
mengejutkan, Will tiba – tiba menemuinya di Singapura. Ia berencana untuk melanjutkan
pendidikan di MIT, Boston, USA.
Hubungan mereka berlanjut menjadi sepasang kekasih. Namun ternyata takdir tidak
memudahkan jalan mereka hingga akhirnya mereka harus berpisah dan melupakan segala
kenangan masa SMA. Mereka berdua telah memiliki hidup dan pasangan masing – masing.
Kini, Will duduk dihadapan Karla dengan borgol membelenggu kedua tangannya.
Disebelah kirinya–sebelah kanan Karla-ada cermin lebar sisi ganda yang dibaliknya berdiri
sejumlah sersan dan detektif dari kepolisian Cambridge, Massachusetts. Kini namanya dikenal di
seluruh Amerika setelah insiden ledakan Edridge & Co, sebuah konsultan telekomunikasi di
selatan Boston.
Banyak hal yang ternyata baru Karla ketahui mengenai Will, ia tidak pernah benar-benar
bisa menebak apa yang ada dalam pikiran Will, ia juga tidak bisa membuat Will bersikap jujur
akan penyakit kanker otak yang dideritanya. Kini ia menyesal tidak mencari Will dari dulu untuk
memberi kekuatan padanya walaupun kampus mereka berdekatan. Tidak peduli walaupun Will
akan menolaknya ia akan berada disisinya untuk mendukungnya. Tapi semua sudah terlambat.
Will tetap sama seperti dulu, selalu mencintai fisika dan teorinya. Ia selalu bersinar dengan
mimpi – mimpinya tentang membuat reaktor nuklir sendiri. Ia tidak tampak tegang atau ketakutan
sama sekali. Ia sangat tenang meski saat ini ia dihadapkan pada kenyataan antara hidup dan mati.
Itulah ringkasan cerita novel Forgiven yang memiliki cerita yang sangat menarik. Dalam
kisah ini, terjadi banyak konflik yang dialami oleh tokoh – tokohnya. Penulis mampu
menggambarkan kehidupan SMA para remaja sekaligus proses kedewasaan dan kehidupan tokoh
selanjutnya. Cerita ini terasa sangat nyata karena melibatkan banyak nama tempat dan instansi
terkenal. Penulis juga mampu membuat pembaca disetiap babnya semakin ingin membacanya dan
mebuat ceritanya semakin menarik.
Penulis juga mampu menyampaikan perasaan tokoh dan amanat dari novel ini dengan
bahasa yang menarik. Secara garis besar, penulis menggunakan dua setting tempat yaitu di
Indonesia dan Amerika. Walaupun tidak terlalu mendeskripsikan detail tempat – tempat di
Amerika, penulis mampu membuat pembaca merasakan suasana di setiap tempatnya. Dengan latar
belakang seorang guru bahasa Inggris, tidak heran ia dapat dengan mudah membuat percakapan
yang bersetting di Amerika. Novel ini juga memuat banyak perkataan Will, tokoh utama pria yang
maniak fisika, mengenai pengetahuan – pengetahuan ilmu Fisika sehingga terdapat banyak istilah
– istilah sains modern. Kekurangan kosakata bahasa inggris dan pemahaman teori fisika dapat
menjadi hambatan dalam buku ini. Tetapi, tentu saja tidak mengurangi kemenarikkan buku ini.
Novel ini mengajarkan kita tentang persahabatan, kasih sayang, kejujuran, dan kesabaran
dalam hidup ini. Novel ini mengungkap bagaimana seseorang tidak bisa dengan mudah
mengungkapkan perasaannya, pemikiran manusia yang selalu menahan keinginannya karena
berbagai hal. Mengungkapkan bagaimana penderitaan orang yang telah kehilangan arah hidupnya.
Buku ini selain menghibur sekaligus menambah wawasan akan pengetahuan sains modern
terutama di bidang fisika.

Resensi: Forgiven Karya Morra Quatro

Judul buku: Forgiven


Penulis: Morra Quatro
Editor: Kinanti Atmarandy
Desainer cover: Jeffri Fernando
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-432-1
Cetakan kedua, 2010
266 halaman, hardcover
Buntelan dari @GagasMedia
DIALAH YANG PERTAMA.

Maniak Fisika. Pengagum Albert Einstein. Setia kawan. Si iseng dan suka usil, kalau sisi kekanak-
kanakannya sedang kumat. Karla bisa menyebutkan sederet lagi hal unik tentang Will. Betapa
tidak, selama bertahun-tahun, laki-laki itu adalah sahabat terbaiknya. Dan bagi Will, dia adalah
tempat berbagi rahasia dan mimpi-mimpi yang tak sembarang orang tahu. Namun, siapa sangka,
ternyata itu tak cukup untuk membuatnya merasa mengenal laki-laki itu.

DIALAH SATU-SATUNYA.

Takada yang bisa menggantikan Will. Ke mana pun dia pergi, dengan siapa pun diaakrab, Will
tetap yang paling spesial. Seperti bintang Polaris yang selalu berada di utara Bumi, demikianlah
keberadaan Will di hati Karla. Selamanya.

DIA, YANG TAK TERLUPAKAN.

Kepergian Will tak ubahnya bagaikan El Nino—memporakporandakan hati Karla habis-


habisan.Jarak membuat rindu Karla merajalela. Dia kehilangan bagian terbaik dalam hidupnya.
Tapi perasaan kehilangan itu tak seberapa dibanding rasa kaget saat mendengar berita buruk
tentang Will. Karla mendengarkan suara hatinya sekali ini—dia tak akan membiarkan Will
menghadapi semua itu seorang diri....

FORGIVEN, sebuah kisah tentang lelaki pemuja Champagne Supernova dan perempuan yang
selalu menanti bintang itu.
Saya membaca Forgiven pertamakali pada tahun 2011, entah pastinya kapan, yang jelas saat itulah
saya membaca karya debut dari Morra Quatro ini, karya perdana yang membuat saya selalu
menantikan buku terbarunya, yang menjadikan dia ada di deretan author autobuy. Di tahun 2016
ini, masih saja saya merasakan perasaan yang sama ketika pertamakali membaca, kembang
kempis, bikin sesak napas, bikin nangis megep-megep, book hangover selama beberapa hari. Buku
di mana memiliki tokoh yang tidak akan terlupakan, sosok jenius, pecinta fisika, memiliki impian
tentang nuklir, William Hakim.

Cerita diawali ketika Karla mengunjungi Will di sebuah penjara yang terletak di Massachusetts,
Boston. Karla dan Will bersahabat selama SMA, Will menjadi satu-satunya orang yang mengerti
Karla, tapi ada masa ketika mereka tidak lagi akur, masa di mana Karla membenci Will, di
kesempatan tersebut Karla bertemu kembali dengan Will setelah memiliki kehidupan masing-
masing. Kemudian cerita berputar ulang ke masa sepuluh atau sebelas tahun yang lalu, masa di
mana mereka semua bahagia.
"Listrik arus lemah menghasilkan energi panas pada benda dengan kandungan air. Seperti tubuh
kita. Aku pernah memikirkan besar energinya kalau itu gelombang arus kuat. Mungkin, rasanya,
a little like -jantungmu menghentak keras ke kepala. Seluruh ion dalam tubuhmu bertubrukan
sedemikian rupa hingga kamu merasa tercekik, sesak, karena tidak bisa bernapas. Mungkin ini
akan berlangsung selama sepuluh menit, saat asam-asam dalam tubuhmu bereaksi keluar. Selama
proses ini kamu masih mampu berpikir apakah kamu masih hidup. Kamu pernah benar-benar
melihat orang yang mati di arus kursi listrik itu, La?"
Karla bukan anak terpandai di sekolah, dia selalu dipercaya menjadi ketua kelas dan beberapa kali
menjuarai PORSENI dalam bidang sprint, begitu pula dengan Will, dia cerdas tapi tidak pernah
menjadi juara kelas. Will sangat mengagumi kakaknya, Nicolas Hakim, di mana menjadi legenda
di sekolah karena pernah menjuarai olimpiade fisika dan sekarang mendapat beasiswa di MIT,
salah satu kampus di Amerika yang sangat terkenal dengan orang-orang berotak kiri. Walau
perempuan, Karla tidak pernah mempunyai sahabat sesama jenis, dia malah menjadi salah satu
anggota geng yang beranggotakan enam orang, selain Karla ada Alfan pacarnya, kemudian Will,
Laut, Wahyu dan Robby. Alasan mereka bersahabat sangat sederhana, rumah mereka berdekatan
dan satu arah, mereka selalu bersepeda bersama ke sekolah.

Menjadi salah satu perempuan kadang membuat posisi Karla tersisih, ada beberapa rahasia antar
lelaki yang tidak boleh dia ketahui, salah satunya menjadi masalah besar di sekolah, dan mau tidak
mau Karla harus ikut andil membereskannya. Waktu itu Robby ketahuan melakukan perbuatan
yang dilarang keras di sekolah, menyebabkan dia dipukul oleh salah satu guru. Teman satu geng
tidak terima dan berniat membalas dendam, segala rencana telah dibuat, Will yang mengusulkan
ide tersebut. Namun, sewaktu menjalankan aksi balas dendam, ada salah satu yang berkhianat,
membuat perbuatan mereka gagal dan ketahuan. Demi melindungi yang lain, khususnya Will yang
akan dikirim ke olimpiade Fisika internasional di Brussel, Karla menelan semua hukuman, dia
kena skors selama lima belas hari, ditambah tidak boleh keluar rumah dan bertemu dengan siapa
pun, terlebih teman satu geng oleh ibunya. Sejak insiden tersebut, persahabatan antara mereka
mulai merenggang.

Orangtua Karla sudah bercerai, insiden kena skors membuat ibu Karla berbicara dengan mantan
suaminya dan memutuskan selepas SMA Karla akan ikut ayahnya beberapa saat di Singapura
sebelum melanjutkan kuliah di Amerika. Kenyataan tersebut tentu membuat Karla bersedih harus
berpisah dengan sahabatnya tapi dia tidak mempunyai pilihan lain, setidaknya dia akan bertemu
dengan Will karena lelaki tersebut berniat mencari beasiswa dan ingin mengikuti jejak kakaknya,
mereka akan sama-sama berada di Amerika. Namun, keadaan sedikit di luar rencana, ketika Karla
menemui Will sesuai dengan janji yang pernah mereka buat sebelumnya, Will menjadi pribadi
yang sangat berbeda, dia terkesan tidak ingin bertemu dengan Karla lagi, Will tidak ingin memiliki
hubungan lagi dengan Karla.
"Everyone makes mistake," desis Mama beberapa saat kemudian, membuatku tersadar. "But only
a few could forgive. Padahal ada banyak kesalahan yang hanya perlu dimaafkan, bukan dihukum.
An eye for an eye will make us blind."
"It is, K. It's fair. Kamu tau, Tuhan nggak menentukan nasib. Tuhan cuma memberi orang beberapa
karakteristik, seperti elektron dan proton dan neutron dalam atom. Sisanya berjalan seperti hukum
alam. Semua orang punya pilihan untuk menarik garis hidup mereka masing-masing."
"Tapi," katanya lagi, "Kita cuma dapat beberapa kesempatan seumur hidup -hanya beberapa
kesempatan saja- yang bisa mengubah seluruh hidup kita. Sometimes we make bad choice."
Nyesek banget bacanya, yah, kadang hidup memang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan,
begitulah yang saya lihat dari kisah Karla dan Will ini. Saya menyukai semua adegan yang
melibatkan Karla dan Will, tanpa kata-kata, hanya dengan perbuatan yang dapat kira rasakan di
bagian narasi atau teknik show yang selalu Morra Quatro terapkan dalam tulisannya, saya dapat
merasakan perasaan besar antara Karla dan Will. Saya bisa memahami kenapa Will memilih pergi
dari kehidupan Karla, saya dapat memahami kenapa dia memilih menjalani hidup dengan orang
lain yang tidak dia cintai, hatinya hanya untuk Karla, akan selalu untuknya. Hidup benar-benar
tidak adil, huhuhu. Dan adegan di penjara adalah adegan yang sangat mengiris hati, terlebih ketika
Karla membawa anak semata wayangnya, Troy. Will menggambar dan mengoceh tentang fisika
terhadap Troy, benar-benar bikin hati remuk.

Penulis agak berlama-lama di bagian flashback, ketika Karla dan Will masih SMA, mungkin untuk
membangun chemistry dan mengenalkan beberapa tokoh pendamping. Saya berharapnya cerita
akan lebih banyak di Amerika, ketika mereka berpisah, ketika mereka saling merindu. Banyak
karakter yang hanya disinggung sebentar, tapi setidaknya peran mereka jelas, terlebih Nicolas.
Membaca buku ini pembaca akan disuguhkan dengan teori yang sering berseliweran di pelajaran
eksak khususnya fisika, jadi kalau merasa sebagai anak jurusan IPA yang murtad kayak saya ini
alias sama sekali nggak ngerti, iyain aja teorinya, hahaha. Setidaknya fisika sangat melekat pada
pribadi Will, setiap dia membahas pelajaran yang menyerap nutrisi di otak kiri kita ini, dia terlihat
sangat menyukai, sangat memahami, bahwa fisika memang benar-benar passionnya.

Membaca buku ini juga mengenalkan kepada pembaca akan kehidupan orang-orang yang
berkuliah di luar negeri khususnya yang mengambil jurusan yang sama sekali tidak menarik bagi
saya. Bagaimana orang-orang pintar membahas sesuatu yang mustahil saya kuasai. Menarik, saya
yakin risetnya tidak sembarangan, bahkan di lembar persembahan penulis mengemukakan kalau
profesor yang mengajar fisika dan mahasiswa yang mendapatkan nilai straight A's di kampus
Amerika sungguh-sungguh ada. Selain itu ceritanya benar-benar tidak bisa ditebak, yang mulanya
hanya sebatas sahabat jadi cinta yang diberi bumbu sains, siapa yang menyangka cerita akan
bersinggungan dengan tragedi World Trade Center.

Buku ini menjadi salah satu karya debut yang cukup diperhitungkan, tidak semua penulis bisa
menulis sebaik Morra Quatro di karya perdananya. Karyanya selalu unik, sangat oldies, dan saya
berharap tidak ada tokoh yang mati di buku selanjutnya, plissss, bikin sesuatu yang pembaca
bahagia ketika menutup lembar terakhir, hahahaha.

4.5 sayap untuk William Hakim, pengagum Einstein dan pemuja Champagne Supernova.

Sinopsis Novel FORGIVEN

Antara Karla dan Will memang tidak pernah terjadi apa-apa. Mereka hanya sepasang sahabat
yang saling mengisi dan mendukung. Mereka hanyalah sepasang teman akrab yang saling
berbagi cerita dan rahasia. Namun apa yang terjadi kemudian adalah suatu perasaan yang
menyesakkan bagi Karla.

Selama ini, Will adalah satu-satunya cowok yang sangat mengenal dirinya, meski Karla
memiliki pacar bernama Alfan. Will yang selalu ada di saat ia membutuhkan. Will yang selalu
menghiburnya di kala ia sedang kesusahan. Will yang selalu mengisi hari-hari Karla dengan
cerita tentang mimpi-mimpinya.
Meski sudah bertahun-tahun menjadi sahabat Will, namun ternyata tidak cukup bagi Karla
untuk mengenal sosok Will yang sebenarnya. Pasca-kelulusan SMA, Karla begitu sedih karena
tidak dapat bertemu Will lagi. Will hilang entah kemana, tanpa kata atau kabar berita.

Hal ini jelas membuat Karla terpuruk. Seharusnya ia menyadari perasaan lain yang perlahan
muncul di hatinya. Seharusnya ia mengikuti kata hatinya untuk terus mencari Will. Dan,
seharusnya ia selalu berada di sisi Will apa pun keadaannya.

Saat ini, Will berada di hadapannya. Di sebuah penjara di Amerika. Sikap dan perilakunya
masih sama seperti saat ia mengenalnya sejak di bangku sekolah. Will yang sedari dulu
mencintai fisika. Will yang sedari dulu bercita-cita untuk menciptakan reaktor nuklir sendiri.
Namun apa yang membuatnya sampai ke hotel prodeo ini? Apa yang membuatnya tetap tenang
meski saat ini ia sedang dihadapkan pada kenyataan antara hidup dan mati?

Entah sejak kapan, Karla mulai mencintainya. Yang ia tahu, ia tidak akan sanggup hidup tanpa
Will. Yang ia sadari, ia begitu merindukan Will saat jauh darinya. Namun sekali lagi, apa yang
mengubah Will hingga seperti ini?

Penyesalan memang selalu datang belakangan. Karla pun menyadari semua itu, meski pada
akhirnya Karla juga mengetahui apa yang dirasakan Will terhadapnya. Sayang, semua itu sudah
terlambat. Kematian akan segera menjemput kekasih hati Karla. Apa yang sebenarnya terjadi
pada Will selama Karla kehilangan dirinya?

eview Novel: Forgiven, Morra Quatro


Judul : Forgiven
Penulis : Morra Quatro
Jumlah Halaman : vi + 266 hlm.
Genre : Young Adult Romance
Penerbit : Gagasmedia
Cover Designer : Jeffri Fernando
Tahun : 2010
Harga : pinjam di perpusda
ISBN : 978-780-432-1
Rating di Goodreads : 3.93 stars of 778 reviews
First Sentence : Aku tidak pernah tahu kalau harus bertemu lagi dengannya dalam keadaan seperti
ini.
Final Sentence : Dan dia tidak pernah salah.

Everyone makes mistake, .... but only a few could forgive. Padahal ada banyak kesalahan yang
hanya perlu dimaafkan, bukan dihukum. An aye for an eye will make us all blind.
Hal. 238

Kedekatan Will dan Karla pada awalnya hanya sebatas teman se-geng zaman SMA yang
terdiri dari Will, Alfan, Laut, Wahyu, Robby, dan Karla sebagai satu-satunya perempuan disana.
Karla dan Alfan berpacaran, sementara Will sendiri, dengan kombinasi kecerdasan di atas rata-
rata dan rupa Turkish yang menawan, sudah tak terhitung berapa kali ganti-ganti pacar di sekolah
tersebut. Dibanding dengan yang lainnya, Karla lebih sering bersama Will, apalagi Will sering
berulah dengan berlama-lama di laboratorium sementara Karla sebagai ketua kelas, diwajibkan
untuk membereskan lab sebelum kelas berikutnya memakai ruangan tersebut. Ya, laboratorium
memang menjadi tempat favorit Will untuk melakukan eksperimen yang tentu saja berhubungan
dengan Fisika. Sebagai maniak Fisika, terutama Fisika nuklir, Will berambisi untuk mendapatkan
nobel, dan langkahnya tersebut dimulai dengan terpilihnya ia sebagai delegasi untuk olimpiade
Fisika internasional di Brussel.
Hubungan Will dan Karla semakin dekat ketika Will menolak ide Alfan yang berencana
untuk meniduri Karla. Mengetahui hal tersebut, Karla marah dan kisah percintaannya dengan
Alfan pun kandas. Walau begitu, geng mereka tetap solid sampai akhirnya masa perpisahan tiba.
Masing-masing anggota sudah memutuskan untuk melanjutkan kuliah kemana. Begitu juga
dengan Karla yang akan pergi ke Singapura untuk mengikuti pelatihan tes masuk universitas
sekaligus mengunjungi ayahnya. Sebelum pergi, Karla berniat untuk pamit dengan Will namun
sayangnya rumah Will sudah kosong dan nomor Will pun tidak dapat dihubungi. Kepergian Karla
kali itu diiringi oleh kesedihan luar biasa karena ia juga tak tahu kapan bisa bertemu Will kembali.
Di Singapura, Karla memulai persiapan masuk universitasnya dengan mengikuti training
review pelajaran SMA dan simulasi tes ini itu. Suatu hari, Karla mendapat kejutan yaitu
menemukan Will di depan pintu kediamannya. Will bilang bahwa ia ingin melanjutkan pendidikan
ke Boston, tepatnya di MIT. Dan hal tersebut jelas cukup membahagiakan bagi Karla karena ia
sendiri juga akan melanjutkan kuliah ke Amerika tepatnya ke Philadelphia. Meskipun jarak Boston
dan Philadephia tidak dekat, setidaknya mereka masih di negara yang sama. Di bandara, menjelang
keberangkatan Karla yang terlebih dulu pergi ke Amerika, Will mendaratkan ciuman di bibir gadis
itu dan meminta Karla untuk terus menjaga rambut panjangnya. Mereka pun merancang janji-janji
untuk saling mengunjungi saat di Amerika nanti.
Di suatu kunjungan, saat Will berada di Philadephia dan ia meminta Karla untuk
menemuinya, momen yang seharusnya menjadi momen pelepas rindu ternyata justru berbalik 180
derajat. Will berucap bahwa ia sudah memiliki kekasih. Hati Karla patah detik itu juga.
Sebagai tahap move on dari Will, Karla mulai menjalin hubungan dengan teman
sekampusnya Casey. Bahkan hubungan tersebut menghadirkan sesosok anak laki-laki di antara
mereka, Troy. Tetapi sayangnya, lagi-lagi kisah cinta Karla dan Casey kandas ketika tunangan
Casey muncul. Di suatu kesempatan, Karla kembali bertemu dengan Will dan Will pun menyadari
bahwa Karla telah melahirkan.
Waktu berlalu dengan tiadanya lagi komunikasi dan interaksi antara Karla dan Will sampai
suatu hari ia mendapat kabar dari kawannya yang seorang jurnalis, Beverly, bahwa ada teror yang
tengah terjadi di Boston. Dan dalang di balik teror tersebut adalah Will. Dimulai dari kejadian
itulah, rahasia-rahasia yang melingkupi Will selama ini, kebohongan-kebohongannya, juga fakta
mengejutkan bahwa Will divonis death sentence karena aksi terornya yang menewaskan dua orang
tersebut, mengalir dari mulut Chiara Hakim, istri Will.
҉ ҉ ҉

Dibilang sebagai salah satu fiksi terbaik terbitan Gagasmedia, siapa yang tidak penasaran
untuk melahap novel bersampul biru ini. Pun, saya sudah begitu lama mendambakan Forgiven
namun karena terbilang terbitan lama, novel ini sudah sold out dimana-mana. Di olshop-olshop
pun novel ini jadi incaran, jadi siap-siap aja gigit jari kalau keduluan yang lain. Nah, kebetulan
seminggu yang lalu ngunjungin perpusda, ceritanya cuma nemenin temen nyari bahan buat skripsi.
Tapi, setelah ngeliat banyak novel-novel baru di rak fiksi, lalulah saya menjelajah dan menemukan
beberapa buku bagus. Sayangnya, kartu keanggotaan perpus sudah habis masa berlakunya, tapi
sama si petugas perpus dibolehin pinjam buku untuk sekali ini. Hehehe....
Well, setelah saya berhasil menamatkan novel ini, satu hal yang saya rasain adalah blue.
Tiba-tiba aja ngerasa sedih, galau, muram, berkat klimaks tragis yang diciptakan Morra Quatro di
buku perdananya ini. Secara atmosfer dan penyampaian rasa, novel ini jelas berhasil dengan baik.
Forgiven sendiri bisa dibilang terbagi menjadi dua sisi cerita yang bertolak belakang. Di
bab-bab awal, ketika Karla dan Will masih bergelut dengan dunia remaja SMA, atmosfer cerita
masih warna-warni. Dipenuhi dengan kejailan-kejailan dan tingkah-tingkah nakal yang saya rasa
sedikit kelewatan. Oh ya, sebenarnya setting masa remaja Karla dan Will terjadi pada tahun 70an
atau 80an, agak lupa yang pasti saat itu presiden Indonesia masih Soeharto. Nah, sayangnya detail
oldschool tersebut nggak terasa sama sekali. Ditambah lagi penggunaan Bahasa Inggris di
beberapa dialog malah menegaskan kalau setting cerita justru di dunia modern dan bukan di Jogja.
Atmosfer penceritaan mulai kelam ketika Karla dan Will sudah lulus dari SMA, dan
memuncak ketika Will ditahan karena tuduhan terorisme. Sebagai tokoh protagonis, tentu saja Will
mendapat simpati besar dari pembaca, termasuk saya. Namun, simpati tersebut tidak dikabulkan
oleh sang penulis karena ending-nya tetap tragis.
Mengenai karakter, saya baru sekali ini menemui karakter cowok jenius yang seperti Will.
Di beberapa novel, dan juga film, cowok jenius selalu digambarkan kalau tidak geeky pasti
sombong. Nah, Will justru sebagai cowok jenius yang cool, padahal kejeniusan Will benar-benar
di atas rata-rata. Ambisinya untuk menciptakan pembangkit listrik tenaga nuklir membuat novel
ini dipenuhi dengan penjelasan-penjelasan Fisika yang kental. Bagi yang alergi sains, bagian-
bagian ini bisa di-skip kok karena tidak berpengaruh ke alur cerita juga.
Sayangnya, di mata saya, novel ini hanya keren di ‘rasa’ yang disampaikan juga beberapa
twist. Mengenai gaya penceritaan dan alur cerita sendiri tidak terlalu mengesankan, padahal saya
amat berharap novel yang mendapat banyak pujian ini tampil outstanding di mata saya.
Oh ya, saya juga tidak terlalu mengerti apa hubungan antara Champagne Supernova, nama
rasi bintang Polaris yang dinamai Will, dengan inti cerita sampai-sampai rasi tersebut dijadikan
sampul buku.
Bagi yang suka roman-roman tragis ala Autumn in Paris-nya Ilana Tan, novel ini tentu
highly recommended. Terakhir, entah kenapa sisi gelap novel ini mengingatkan saya pada
muramnya novel “Hujan dan Teduh” karya Wulan Dewatri.

Forgiven. Yang Tak Terlupakan....

12:27 ULI FEBRIARNI No comments

sebuah buku yang dikarang begitu cantik oleh Morra Quatro

“Aku bahagia memiliki mimpi. Dan bila Aku tak berhasil menggapai mimpiku, aku akan tetap
bahagia”

Ini mungkin menjadi salah satu makna yang dalam. Makna yang diperoleh dari membaca novel
“Forgiven-Yang Tak Terlupakan.” Yang mengisahkan tentang seorang gadis. Gadis yang jatuh
cinta pada seseorang gila Fisika. Penggemar berat Albert Einsten. Seorang yang memiliki mimpi
meraih gelar nobel.
Kisah cerita yang sulit ditebak. Novel cinta dan mimpi yang sangat memukau. Memiliki makna
yang dalam. Dan unpredictable. Bagi penggila cerita novel yang flip-ending (susah ditebak
alurnya), novel ini sangat dirokemendasikan.

Prologue
Prologue novel yang dimulai dari pertemuan dua sahabat sejak SMA. Yang sudah tak bertemu
selama sebelas tahun. Will, sang gila Fisika. Dan Karla, seorang gadis yang lincah dan cerdas.
Bagian awal cerita yang berlatarkan di sel penjara. Pertemuan kembali, Will dan Karla yang telah
bertahun-tahun lamanya tak berjumpa. Will, yang sedang dalam posisi ditahan. Berjumpa lagi
dengan Karla. Memulai percakapannya tentang kehidupan mereka masing-masing. Kisah keluarga
Will. Keluarga Karla. Dan tentu saja sedikit mengungkit masa lalu mereka. Alur cerita dilanjutkan
dengan flashback ke masa sebelas tahun silam. Masa-masa indah mereka, yaitu masa SMA.

Masa SMA
Will yang memiliki seorang kakak. Kakak lelaki yang jenius Fisika. Mengenalkan padanya Albert
Einsten. Teori relativitas. Kekekalan energi. Dari kakaknya, Will kecil ikut menjadi tergila-gila
dengan Fisika. Berambisi mengikuti jejak kakaknya yang kuliah di MIT Amerika. Sekolah teknik
terbaik sedunia.
Sedari SMA, Will telah menunjukkan kecintaannya pada ilmu pasti. Sangat suka berlama-lama di
laboratorium Fisika. Pada saat semua temannya bermain di luar dan nongkrong. Will sibuk
mengutak atik benda-benda elektronik.
Will, adalah pria yang tenang dan jenius. Dia digilai oleh remaja putri di SMA nya. Bahkan wanita
terpopuler di sekolahnya ikut menggilai Will.
Karla adalah sahabat Will, sering mereka bermain bersama. Belajar bersama juga. Mereka
memiliki geng, tidak hanya Will dan Karla saja. Namun satu-satunya wanita dalam geng tersebut
hanyalah Karla.

Lomba Fisika
Di dalam geng tersebut, Karla sangat menyadari betul perasaan nyamannya terhadap Will.
Walaupun Karla tidak tahu banyak tentang kehidupan Will. Paling hanya tahu bahwa Will
hanyalah ramaja autis yang gila Fisika. Perawakan Will yang misterius menjadi daya tarik
tersendiri bagi Karla.
Will bukanlah anak SMA yang selalu ranking di kelasnya. Dia hanya mecintai Fisika dan
Matematika. Dia tidak suka pelajaran Bahasa bahkan ilmu Geografi. Itu sebabnya dia jarang
dikenal temannya sebagai anak jenius. Karena hanya pada ilmu Eksaklah dia berfokusnya.
Hingga suatu hari Will, diberitahukan kepala sekolahnya. Bahwa dia menjadi wakil dari
sekolahnya. Untuk mengikui olimpiade Fisika di Brussel, Belgia.
Will, telah berkali-kali ikut olimpiade. Dan membawa kemenangan tentunya. Dan kali ini semua
orang yakin. Kemenangan akan kembali diperolehnya.
Saat sebelum keberangkatan, Will dan Karla jadian. Tidak tahu apakah ini beneran atau tidak.
Karena Karla sendiri tak menyadarinya. Ini ulah Will. Dia membiarkan gosip mereka pacaran
menyebar begitu saja. Will menikmatinya, sebenarnya Will pun juga diam-diam menyukai Karla.
Namun semua itu terpendam dalam dirinya tertutup oleh kegilaannya pada Fisika.
Satu minggu sebelum Will berangkat Olimpiade. Will mengalami musibah besar dalam hidupnya.
Mata Will tiba-tiba tidak bisa melihat. Mata cerah yang bersinar. Mata yang dimiliki Will. Mata
bersinar yang selalu dikagumi oleh Karla. Pada hari itu begitu redup. Gelap. Dan sangat tak hidup.
“Percayalah padaku, semua akan baik-baik saja” Will mengatakannya sambil memegang pipi
Karla. Memastikan tak ada air mata yang jatuh di wajah kekasihnya itu. Yang sebenarnya terjadi,
Karla mati-matian menahan air matanya keluar. Agar Will tidak ikut bersedih.
Hari-hari terakhir sebelum Olimpiade, mata Will kembali normal secara ajaib. Will berangkat.
Dan pulang kembali dengan membawa medali emas.
Kelulusan
Ternyata mata Will tidak benar-benar sembuh. Saat Will berangkat olimpiade, matanya hanya
sembuh sementara. Kebutaan itu hanya implikasi saja. Implikasi dari penyakit yang lebih parah.
Ternyata Will mengalami kanker otak. Namun Will tidak pernah menceritakannya kepada teman-
temannya. Bahkan Karla sekalipun.
Saat kelulusan SMA, masing-masing orang berangkat menuju mimpinya. Karla akan kuliah di
Amrik bersama Ayah tirinya. Sejujurnya Karla sangat sedih berpisah dengan teman-temannya.
Berpisah dengan Will. Will akan melanjutkan kuliahnya di MIT. Tempat kakaknya kuliah. Tapi
Will tidak akan berangkat kuliah di tahun tersebut. Will akan tetap di Indonesia untuk beberapa
saat. Mungkin untuk menjalankan terapi. Dan semua rencana tersebut juga tak pernah
diceritakannya. Diceritakan kepada Karla.
Seusai upacara kelulusan, Karla berangkat ke Australia. Tempat Ayah kandungnya, untuk
menjalani masa training. Untuk latihan adaptasi kuliah di luar negeri.

Will, Where are You?


Tiada hari tanpa didampingi rasa rindu yang dalam. Rasa rindu kepada Will. Sebelum berangkat
ke Australia, memang Karla tidak berjodoh menemui Will. Karla berusaha keras menghubungi
Will. Mendatangi rumahnya. Namun Will seolah-olah lenyap. Ditelan bumi. Hilang dari peredaran
tata surya.
Hingga suatu hari. Saat Karla sedang di apartemen Ayahnya. Sendirian, dan sedang terserang
penyakit demam akut. Tidak ada seorangpun yang menolong. Tak ada dokter. Saat itulah, Will
tiba-tiba hadir di depan mata Karla.
“Karla, I’ve found you”. Ucap Will tiba-tiba. Mendadak muncul begitu saja. Muncul dan
memancarkan sinarnya kembali. Sinar yang menyinari gelapnya rasa rindu Karla padanya.
Berhari-hari kemudian. Will mengisi kekosongan dalam hati Karla. Will ikut tinggal sementara di
Australia. Mereka memang akan kuliah bersama di Amerika. Will kuliah di MIT, Boston. Tempat
elitnya semua universitas ada di sana. Harvard, Yale, Princeton dan MIT tentunya. Sedangkan
Karla kuliah di Philadelphia. Setengah jam dari Boston.
Will akan kuliah di MIT. Tempat kuliahnya para elit teknik sedunia. Will memiliki mimpi besar.
Meraih penghargaan nobel. Nobel atas ilmu Fisika tentunya. Dengan mata bersinar yang dimiliki
oleh Will. Karla yakin, Will mampu meraih kebahagiaannya.
“Kamu pasti diterima di MIT,” kata Karla pada Will.
“You think so…?” Jawab Will
“Kamu pasti senang bila diterima kan?”
“Aku tetap senang biarpun nggak diterima.”
Ini adalah bagian dari ketulusan Will akan makna kebahagiaan. Dia menyadari betul apa hasrat
dalam hidupnya. Apa yang menjadikan dirinya bahagia. Will sudah cukup bahagia. Bisa bertemu
Karla. Bertemu dengan kakaknya nanti di Boston. Dan mengerjakan sesuatu yang dicintainya. Will
bahagia, bahkan sekalipun mimpinya tidak tercapai. Ini adalah salah satu makna akan arti dari
kebahagiaan. Yang nantinya akan lebih berasa pada bagian epilogue dari novel ini.

Say Goodbye
Setelah Will berangkat lebih dahulu ke Amerika. Will berjanji akan menghubungi Karla. Dan
benar, Will menepati janjinya. Mereka terus berkomunikasi dengan baik. Saling menjaga
hubungan mereka. Mereka saling jatuh cinta.
Hingga saat kedatang Karla. Untuk mengunjungi Will di kediamannya, di Boston. Di sini adalah
bagian yang tidak terkira. Karena saat Karla berhasil menemui Will. Setelah pertemuan terakhir di
Australia beberapa bulan yang lalu. Will mengalami perubahan pada sikapnya. Hawa dingin
dipancarkan oleh Will pada Karla, kekasihnya. Pada bagian inilah Will meminta untuk berpisah
dengan Karla.
“Karla, kamu jangan datang ke Boston bulan depan, ya.” Ujar Will
“Why…?”
“I can’t see you.”
“Why…? You got someone else?”
Will, memandang wajah Karla. “Yeah. I’ve got someone else.”

Why You Must Read It!


Kenapa novel ini sangat recommended. Karena dalam novel ini, pembaca akan banyak diberi
kejutan yang tak terkira. Dari hubungan percintaan Will dan Karla yang begitu misterius. Dan
penuh dinamika. Saat akhirnya Will dan Karla bersatu kembali di Australia. Tiba-tiba Will
memutuskannya di Boston beberapa bulan kemudian. Dan bagaimana Will bisa bertemu lagi
dengan Karla dalam setting penjara. Apa yang terjadi selama Will berpisah dengan Karla.
Bagaimana impian Will dalam meraih penghargaan nobel. Bagaimana penyakit kanker yang
diderita Will. Bagaimana penulis menceritakan makna kebahagiaan yang begitu dalam di novel
ini. Novel ini sangat cocok buat kamu yang suka cerita romansa yang susah ditebak alurnya. Kisah
tentang mimpi dan pengejarannya. Enjoy It!

Anda mungkin juga menyukai