Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Posisi Ontologis Kajian Sosiologi

Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan yang


paling kuno dan berasal dari Yunani.Awal mula alam pikiranYunani telah
menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontologi.Studi tersebut membahas
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.Tokoh Yunani yang memiliki pandangan
yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada
masanya, kebanyakan orangbelum membedakan antara penampakan dengan
kenyataan.
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud (being) dan logos b e r a r t i i l m u . D a l a m Kamus Besar
Bahasa Indonesia ontology artinya cabang ilmu filsafat yang berhubungan
dengan hakikat hidup. J a d i ontologi adalah bidang pokok filsafat yang
mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata
hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada
alam, dan ada kausa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan
tertib dalam keharmonisan.
Didalam sosiologi, ontologi menunjuk pada keyakinan fundamental yang
dipegang oleh individu atau oleh masyarakat mengenai sifat dari sesuatu.
Maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan apakah seorang peneliti apakah
mungkin untuk memprediksi perilaku social sebagaimana memprediksikan alam.
Pertanyaan-pertanyaan ontologis dan jawaban-jawabannya itu akan
membentuk cara kita berkeyakinan apakah mungkin untuk mempelajari dunia
sosial. Cara memahami dunia atau sebagian dari dunia, harus membuat asumsi
(secara implisit maupun eksplisit) mengenai ranah yang dipelajari.
Oleh karena itu setiap ilmu termasuk sosiologi memiliki masing-masing
ontologi (misalnya ontologi dari sosiologi adalah individu, lembaga sosial, proses
sosial, norma, struktur sosial, peranan,dll)..
Menurut Suriasumantri (1985), Ontologi membahas tentang apa yang
ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu
pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan :
a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
1. Objek yang ditelaah oleh ilmu sosiologi
Objek dari sosiologi adalah masyarakat, yaitu dengan menyoroti hubungan
antar manusia dan proses sebab akibat yang timbul dari hubungan-hubungan
antar manusia tersebut. Masyarakat sebagai objek studi sosiologi merupakan
istilah tersendiri dan mempunyai definisi yang khusus. Istilah masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan,
memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak
mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia
dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunny. Sebagai sebuah
ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari
hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain
atau umum.
Ada beberapa unsur yang terkandung dalam istilah masyarakat antara lain:
a. Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relative lama,
didalamnya manusia dapat saling mengerti dan merasa dan mempunyai
harapan-harapan sebagai akibat dari hidup bersama itu. Terdapat system
komunikasi dan peratusan-peraturan yang mengatur hubungan antar
manusia dalam masyarakat tersebut.
b. Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu kesatuan.
c. Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu system hidup bersama,
yaitu hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan, oleh karenanya
setiap anggota masyarakat merasa dirinya masing-masing terikat dengan
kelompoknya.
2. Wujud yang hakiki dari obyek ilmu sosiologi
 Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala
kemasyarakatan.
 Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu
kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang
terjadi atau seharusnya terjadi.
 Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu
pengetahuan terapan.
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu
pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan
pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya
peristiwa itu sendiri.
 Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta
mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia,
sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini
menyangkut metode yang digunakan.
3. Bagaimana obyek ilmu sosiologi dengan daya tangkap manusia
Objek ilmu sosiologi lebih mengkhususkan objeknya kepada masyarakat
dan merupakan objek riil (berdasarkan fakta-fakta) dan abstrak yaitu
hubungan yang ada pada masyarakat tersebut. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian-penelitian terhadap objek sosiologi dengan kekuatan
pemikiran manusia. Pemikiran yang dimaksud adalah pemikiran dengan
menggunakan otak. Apakah artinya itu semua? Apabila pembicaraan
dikembalikan pada pengetahuan, pengetahuan tersebut diperoleh melalui
kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri, serta melalui alat
komunikasi, seperti misalnya dengan membaca surat kabar, mendengarkan
radio atau melihat televise dan lain sebagainya.
B. Posisi Epistemologis Kajian Sosiologi

Sebagaimana ontologi, epistemologi juga merupakan salah satu


dari sub sistem filsafat. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia,epistemolgi dimaknai dengan cabang ilmu filsafat tertentu,dasar-
dasardan batas-batas pengetahuan. Istilah epistemologi sendiri berasal daribahasa
Yunani episteme = pengetahuan dan logos = perkataan, pikiran,ilmu. Kata
“episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya
mendudukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka,harfiah episteme berarti
pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam
kedudukan setepatnya. Pengertian epistemologiini cukup menjadi perhatian para
ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika
mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda
Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi
yaitu: pertama tentang sumber pengetahuan manusia, kedua tentang
teori kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak
pengetahuan manusia. (Kaelan, 2003: 67).
Obyek Studi sosiologi adalah masyarakat, yaitu dengan
menyoroti hubungan antar manusia dan proses sebab akibat yang
timbul dari hubungan –hubungan antarmanusia tersebut. (Abdulsyani,
1994:14). Berbeda dengan antropologi yang berusaha mencapai
pengertian tentang manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk
fisik, kepribadian, masyarakat serta kebudayaannya.(Malo, 1989: 279)
Dimensi epistemologis dalam perkembangan sosiologi di
indonesia tentunya sebagaimana dimensi metafisis juga terkait dengan
ajaran positivisme yakni sumber kebenarannya hanya pada daerah-
daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia (empiri).
Objek penelaahan yang berada dalam batas pra-pengalaman dan pasca-
pengalaman diserahkan kepada pengetahuan lain. Asas epistemologi
sosiologi mensyaratkan adanya verivikasi secara empiris dalam proses
penemuan dan penyususnan pernyataan yang bersifat benar secara
ilmiah.
C. Posisi Aksiologis Kajian Sosiologi

Aksiologis adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau


nilai suatu kehidupan. Disebut juga teori nilai, karena ia dapat menjadi sarana
orientasi manusia dalam usaha menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental,
yakni bagaimana manusia harus hidup dan bertindak. Teori nilai atau aksiologi ini
kemudian melahirkan etika dan estetika.Dengan kata lain, aksiologi adalah ilmu
yang menyoroti masalah nilai dan kegunaan ilmu pengetahuan itu. Secara moral
dapat dilihat apakah nilai dan kegunaan ilmu itu berguna untuk peningkatan
kualitas kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia atau tidak.
Dasar aksiologis ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia
dari pengetahuan yang didapatkannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu telah
memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam mengendalikan
kekuatan-kekuatan alam. Dangan mempelajari atom kita dapat memanfaatkan
untuk sumber energi bagi keselamatan manusa, tetapi hal ini juga dapat
menimbulkan malapetaka bagi manusia.Penciptaan bom atom akan meningkatkan
kualitas persenjataan dalam perang, sehingga jika senjata itu dipergunakan akan
mengancam keselamatan umat manusia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang
membahas tentang kegunaan pengetahuan dalam kehidupan manusia yang
mengkaji tentang nilai-nilai etika dan estetika. Kegunaan dari aksiologi melalui
dengan tiga cara, description (menjelaskan), prediction (meramal, memerkirakan),
dan controling (mengontrol).

D. Metode Kajian Sosiologi

1. Metode Statistik
Banyak dipakai untuk menunjukkan hubungan atau pengaruh kausalitas
serta prasangka pribadi atau sepihak. Penerapan metode ini yang paling sederhana
adalah enumerasi (penghitungan). Jawaban pertanyaan responden disusun dalam
table sehingga diketahui jumlahnya.
2. Metode Eksperimen
Metode eksperimen dilakukan terhadap dua kelompok. Kelompok pertama
merupakan kelompok eksperimen sedangkan kelompok kedua sebagai kelompok
control. Metode ini membandingkan percobaan kedua kelompok tersebut. Dua
macam metode eksperimen yakni eksperimen laboratorium dan eksperimen
lapangan.
3. Metode Induktif dan Deduktif
Metode induktif adalah metode yang digunakan untuk memperoleh kaidah
umum dengan mempelajari gejala khusus. Adapun metode deduktif adalah metode
yang digunakan untuk memperoleh kaidah khusus dengan mempelajari gejala
umum.
4. Metode Studi Kasus
Metode ini digunakan untuk meniliti kebenaran suatu peristiwa tertentu.
5. Metode Survei Lapangan
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang hanya ada pada
kehidupan masyarakat secara langsung dan diperoleh melalui angket, wawancara,
ataupun observasi secara langsung. Persiapan yang dilakukan adalah menentukan
populasi yang hendak diteliti sekaligus objek, angket, dan bahasa yang dipahami.
6. Metode Partisipasi
Metode ini digunakan untuk melakukan penelitian terhadap kepentingan
kelompok. Peneliti berbaur dalam kehidupan kelompok sambil melakukan
pengamatan atau kegiatan penelitiannya tanpa mengungkapkan identitas sebagai
penelitidan tidak boleh terlibat secara emosionalterhadap kelompok yang
ditelitinya.
7. Metode Empiris dan Rasionalistis
Metode empris menyandarkan diri pada fakta yang ada pada masyarakat
melalui penelitian. Metode rasionalistis mengutamakan pemikiran sehat untuk
mencapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan.
8. Metode studi pustaka
Merupakan metode pengumpulan yang dilakukan dengan mengambil data
atau keterangan dari buku literatur di perpustakaan. Kelebihannya adalah
memperoleh banyak sumber tanpa perlu biaya, tenaga dan waktu. Akan tetapi
dibutuhkan keahlian peneliti untuk mencari buku yang relevan agar dapat dipakai
sebagai sumber perolehan data dalam penelitan tersebut.

E. Sosial, Fakta Sosial, dan Perilaku Sosial

1. Definisi Sosial
Kita harus mengakui bahwa manusia merupakan mahluk sosial karena
manusia tidak bisa hidup tanpa berhubungan dengan manusia yang lain bahkan
untuk urusan sekecil apapun kita tetap membutuhkan orang lain untuk membantu
kita.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi sosial menurut beberapa ahli:
a. LEWIS
Sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan dalam
interaksi sehari-hari antara warga negara dan pemerintahannya
b. KEITH JACOBS
Sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah situs
komunitas
c. RUTH AYLETT
Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai sebuah perbedaan namun
tetap inheren dan terintegrasi
d. PAUL ERNEST
Sosial lebih dari sekedar jumlah manusia secara individu karena mereka
terlibat dalam berbagai kegiatan bersama
e. PHILIP WEXLER
Sosial adalah sifat dasar dari setiap individu manusia
f. ENDA M. C
Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan
g. LENA DOMINELLI
Sosial adalah merupakan bagian yang tidak utuh dari sebuah hubungan
manusia sehingga membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang bersifat
rapuh di dalamnya.
h. PETER HERMAN
Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai suatu perbedaan namun tetap
merupakan sebagai satu kesatuan
i. ENGIN FAHRI. I
Sosial adalah sebuah inti dari bagaimana para individu berhubungan
walaupun masih juga diperdebatkan tentang pola berhubungan para
individu tersebut.
2. Definisi Fakta Sosial
Fakta sosial yang aliran sosiologi penilaian positif berasal dari atribut
eksternalitas mencakup struktur sosial, norma-norma budaya, dan nilai-nilai
sosial, fakta sosial jika dalam konteks konsepsi Émile Durkheim itu mungkin
termasuk kesadaran kolektif dan representasi kolektif yang berkaitan dengan cara-
cara bertindak yang berasal dari elaborasi kolektif digambarkan sebagai aturan
otoritatif hukum.
Pengertian Fakta Sosial Menurut Para ahli
a. Menurut Durkheim (Dalam buku Rules of Sociological Method) : “Fakta
sosial adalah cara bertindak, apakah tetap atau tidak, yang bisa menjadi
pengaruh atau hambatan eksternal bagi seorang individu. “Dan itu bisa
berarti bahwa fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan perasaan
yang berada di luar individu dan koersif dan dibentuk sebagai pola dalam
masyarakat.
b. (Ritzer 2000: 73), Mengatakan struktur sosial, norma-norma budaya, dan
nilai-nilai sosial termasuk dan ditegakkan (paksaan) untuk aktor sosial.
3. Definisi Perilaku Sosial
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan
keharusan untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai
bukti bahwa manusia dalam memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak
dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain.Ada
ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya
bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling
mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja
sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup
bermasyarakat.
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim
(2001), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang
dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga
identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam
Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial
seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara
yang berbeda-beda.

F. Jenis-jenis Paradigma Sosiologi

1. Paradigm Fakta Sosial


Menurut Rizert, paradigm fakta social yang dikemukakan oleh Emile
Duekheim menitik beratkan analisisnya terhadap system social dan setruktur
social. Timbulnya gejala social disebabkan oleh system atau setruktur social yang
memepengaruhi diri manusia sangat dominan, sehingga tindakan yang muncul
tidak lain adalah bagian dari prototype suatu system. Suatu system atau setruktur
yang mempengaruhi seseorang bertindak disebut sebagai fakta social. Karakter
system social adalah sesuatu yang abstrak, sulit untuk diraba keberadaannya tetapi
dirasakan pengaruhnya dalam membentuk suatu tindakan. Keberadaan fakta social
ada dalam suatu system atau struktur social dan tidak berada dalam idea tau diri
manusia.
Menurut durkheim fakta sosial di nyatakannya sebagai barang sesuatu
yang berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi obyek penyelidikan dari
seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat di pahami nelalui kegiatan mental murni
( spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil di luar
pemikiran manusia. Arti pentingnya pernyataan durkheim ini terletak pada
usahanya untuk menerangkan bahwa fakta sosial tidak dapat di pelajari melalui
intropeksi. Fakta sosial harus di teliti di dlm dunia nyata sebagai mana orang
mencari barang sesuatu yang lainnya.[2]
Menurut Durkheim fakt sosial terdiri dari dua macam:
1. Dalam bentuk material, yaitu barang sesuatu yang dapat di simak di
tangkap dan di observasi. Fkta sosial yang berbentuk material ini adalah
bagian dari dunia nyata contonya , arsitektur ,norma hukum dan peraturan
2. Dalam bentuk non- material, yaitu sesuatu yang di anggap nyta atau
ektersnal. Fakta sosial jenis ini merupakan fenomena yang bersifat
intersubjektif yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia
contohnya egoisme dan opini.
Fakta social itu bersifat eksternal dan coercive. Bersifat eksternal karena
fakta social berada di luar idea tau diri manusia. Norma atau aturan hokum,
misalnya, hanya di ketemukan dalam suatu masyarakat, tidak dalam diri
seseorang. Norma atau aturan tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan
masyarakat dan tidak tergantung pada indivdu. Boleh jadi aturan itu lahir tanpa
harus menunggu kelahiran seseorang. Bersifat coersive karena fakta social itu
bersifat memaksa seseorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan dari system
itu. Meskipun berada di luar diri manusia tetapi system dan setruktur mempunyai
kekuatan memaksa. Seseorang akan melakukan sesuatu apabila mendapatkan
pengaruh dari luar dirinya. Artinya tindakan yang di lakukan tidak lepas dari
pengaruh sitem-sistem. Terbentuknya hokum atau aturan, misalnya, adalah
sesuatu yang berada di luar diri manusia, tetapi mempunyai daya paksa sehingga
manusia mematuhi dan tunduk pada aturan tersebut. Sesorang yang melanggar
suatu aturan akan dikenai sanksi dan sanksi ini sebagai bukti bahwa hokum
mempunyai daya paksa. Unsure pemaksaan akan berangsur-angsur berkurang dan
tidak terasa lagi sebagai paksaan bersamaan dengan seringnya tindakan itu
dilkaukan sebagai suatu hal yang biasa dilakukan. Paradigm ini menggambarkan
seseorang sebagai sesuatu yang pasif dan menunggu pengarh dari system atau
setruktur dalam bertindak.
Ada empat teori yang tergabung ke dalam paradigma fakta sosial antara lain.
a. Teori fungsionalisme struktural
Teori ini menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan
perubahan- perubahan dalam masyarakat. Konsep- konsep utamanya adalah :
fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan.
Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas
bagian- bagian atau elemn yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam
keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan menbawa perubahan
pula terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setip setruktut
dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalau tidak
fungsinal maka setruktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya.
b. Teori konflik
Teori ini tidak seimbang antara kekuasaan dan wewenang. Maka teori
konflik menilai keteraturan yanf terdapat dalam masyarakat itu hanyalah di
sebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh
golongan yang berkuasa.
c. Teori sistem
Teori sistem merujuk pada serangkaian pernyataan mengenai hubungan
diantara variabel dependen dan independen yang diasumsikan berinteraksi satu
sama lain. Artinya perubahan dalam satu atau lebih dari satu variabel bersamaan
atau disusul dengan perubahan variabel lain atau kombinasi variabel.
d. Teori sosiologi makro
Teori Sosiologi Makro, yaitu teori-teori yang difokuskan pada analisis
proses sosial berskala besar dan jangka panjang, meliputi teori tentang:
evolusionisme, sistem, konflik, perubahan sosial, dan stratifikasi.
2. Paradigm Definisi Sosial
Paradigma ini lahir sebagai respon atas paradigm fakta social yang
menganalisis fenomena social secara komprehensif.[6] Analisis paradigm ini
menitikberatkan pada tindakan social yang dilakukan berdasarkan atas kesadaran
penuh seseorang. Yang dimaksudkan tindakan social adalah tindakan yang
dilakukan oleh seseorang yang mengandung makna bagi dirinya sendiri dan
tindakan itu diarahkan pada pihak lain. Tindakan yang diarahkan pada pihak lain
akan mendapatkan respon atau reaksi balik yang berupa tindakan juga.
Paradigma ini bertolak dari asumsi bahwa manusia mempunyai
kemampuan yang kreatif, inovatif, dan daya selektif yang kuat, sehingga apa yang
diperbuat bersumber dari dalam dirinya. Tindakan seseorang merupakan cerminan
dari dirinya sendiri dan mereka bebas untuk melakukan perbuatan tanpa
terpengaruh oleh system atau setruktur social di luar dirinya. Diri manusia
merupakan sumber inspirasi terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat
dan tanpa ada sifat-sifat itu tidak akan ada perubahan dalam peradaban manusia.
Jadi menurut paradigma ini, system atau setruktur di luar diri manusia tidak
mempunyai kemampuan mempengaruhi potensi dalam diri manusia. Tokoh utama
paradigm ini adalah Max Weber yang telah melahirkan teori Aksi Social atau
social action.
Menurut paradigma ini, dalam mengamati tindakan social diperlukan
pemahaman atau penafsiran dari tindakan social tersebut. Karena itu yang menjadi
perhatian paradigm ini adalah usaha mrngungkap apa yang menjadi perhatian
paradigm ini adalah usaha mengungkap apa yang menjadi keinginan dari si actor
dalam melakukan suatu tindakan dan mengapa ia melakukan tindakan itu.
Sehubungan dengan itu Weber menggunakan istilah verstehen atau interpretative
understanding, yaitu suatu konsep untuk memahami makna sedalam-dalamnya
dari fenomena yang muncul atas tindakan social manusia.
Untuk mendapatkan makna dari suatu tindakan social, seorang peneliti
harus menempatkan dirinya seolah-olah sebagai actor atau pelaku. Tanpa
mengambil peran seperti itu kemungkinan besar ia sulit mengungkap motif dari
suatu tindakan social. Selain itu, peneiti juga harus berupaya memberikan
interpretasi terhadap tindakan social itu sesuai dengan maksud dan tujuan pelaku
atas tindakannya itu.
Tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu
mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan di arahkan kepada tindakan
orang lain. Sebaliknya tindakn individu yang diarahkan kepada benda mati atau
obyek fisik semataa tanpa di hubungkannya dengan tindakan orang lain bukan
merupakan tindakan sosial. Tindakan seorang melempar batu ke sunagi itu bukn
tindakn sosial. Tapi tindakan tersebut dapat berubah menjadi tindakan sosial
kalau dengan melemparkan batu tersebut di maksudkannya untuk menimbulkan
reaksi dari orang lain seperti mengganggu seseorang yang sedang memancing.
Ada tiga teori yang termasuk ke dalam paradigma definisi sosial.
a. Teori aksi
Dalam teori aksi di terangkan oleh konsepsi Parsons tentang kesukarelaan.
Salah seorang tokoh menyatakan bahwa organisasi masyarakat manusia
merupakan kerangka di mana terdapat tindakan sosial yang bukan di tentukan oleh
kelakuan individunya.
Beberapa asumsi fundamental teori aksi di kemukakn oleh Hinkle dengan
merujuk karya Maciver, Znaniecki dan Parsons sebagai berikut:
a. Tindakan manusia muncul dari kesadaranya snediri sebagai subyek dan
dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.
b. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai
tujuan- tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan.
c. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik , prosedur, metode
serta perangkat yang di perkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Kelangsungan tindakan manusia hanya di batasi oleh kondisi yang tak
dapat di ubah dengan sendirinya.
e. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan,
sedang dan yang telah di lakukannya.
f. Ukuran- ukuran, aturan- aturan atau prinsip- prinsip moral di harapakan
timbul pada saat pengambilan keputusn.
g. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik
penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi,
sympathetic reconstruction atau sekan- akan mengalami sendiri ficarious
experience)
b. Teori interaksionisme simbolik
Ketika teori aksi berhenti di tengah jalan bik secara teoritis maupun
empris, kalau di lihat dari segi intensitas aplikasi teorinya, maka dalam keadan
kosong itu muncul suatu prespektif baru yang kemudian menjadi kkuatan utama
ilmu sosilogi. Prespektif yang di maksud adalah interaksionosme simbolik.
Pendekatan dari intereksionisme simbolik ini mengikuti pendektan Weber dalam
teori aksi. Sumbangan Parsosns dalam pengikut utama Weber terhadap
pengembangan teori baru ini juga sangat besar, walaupun tanpa pengakuan dan
penganut teori ini.
Kesimpulan dari teori ini sebagai berikut kehidupan bermsyaarakt
terbentuk melalui proses interaaksi dan komunikasi antar individual dn antr
kelompok dengan menggunakan simbol- simbol yang di pahami maknany mellui
proses belajar. Tindakan seseorang dalamprosese interaksi itu bukan semat- mt
merupakan sutu tnggapak yang bersifat langsung terhadap stimilus yang datang
dari lingkunganny atau dari luar dirinya. Tetapi tindakan itu merupakan hasil dari
pada proses interpretasi terhadap stimulus.jadi merupakan hasil proses belajar,
dalam arti memahami simbol- simbol, dan saling menyesuaikan makna dari
simbol- simbol itu. Meskipun norma- norma, nilai- nilai sosial dan makna dari
simbol- simnol itu memberikan pembatasan terhadap tindakannya, namun dengan
kemampuan berfikir yang dimilikiny manusia mempunyai kebebasan untuk
menentukan tindakan dann tujuan- tujuan yang hendak di cspiny.
c. Teori Fenomenologi (phenomenological sociology)
Persoalan pokok yang hendak yang diterangkan oleh teiri ini justru
menyangkut persoalan pokok ilmu sosial sndiri, yakni bagaimana kehidupan
bermasyarakat itu dapat terbentuk.
3. Paradigm Perilaku Sosial
Paradigm ini muncul paling akhir dibandingkan dengan dua paradigma
yang telah di sebutkan sebelumnya. Jika kita menggunakan logika berfikir Hegel
mengenai teas, antitesa, dan sintesa, maka dapat dibilang bahwa paradigm
Perilaku Sosial ini merupakan sintesa dari dua paradigma terdahulu.[8]
Menurut paradigm perilaku social, pemikiran yang memutuskan perhatian pada
system atau setruktur social, seperti yang berlangsung dalam paradigma Fakta
Social, dapat mengalihkan perhatian kita dari tingkah laku sebenarnya manusia.
Sebab system atau setruktur itu adalah sesuatu yang jauh dari realitas social.
Begitu juga pengagungan individu-individu manusia dengan menyatakan bahwa
tindakan manusia adalah hasil dari kreatifitas yang bersumber dari diri manusia,
seperti yang disodorkan oleh paradigm Definisi Sosial, merupakan pandangan
yang bersifat subyektif dan aspeknya sangant psikologis, sehingga menjauhkan
sosiologi dari dunua empiris. Jadi kedua paradigm ini menjauhkan sosiologi dari
tingkah laku atau perilaku yang diimbulkan oleh interaksi social yang terdapat
dalam lingkungan pergaulan masyarakat.
Menurut paradigma Perilaku Social, interaksi social menduduki posisi
yang sangat penting dalam suatu komunitas karena selalu menimbulkan perilaku
dan perubahan perilaku berikutnya. Tetapi secara konseptual perilaku di sini harus
dibedakan dengan perilaku menurut paradigma Definisi Sosial yang
memposisikan manusia sebagai actor yang mempunyai kekuatan kreatif. Dalam
paradigma Perilaku Social, individu kurang memiliki kebebasan dalam tingkah
laku. Tingkah lakunya itu di tentukan oleh stimulus dari luar dirinya. Jadi
dibandingkan dengan pandangan paradigma Definisi Sosial, tingkah laku manusia
menurut paradigma ini lebih bersifat mekanik. Mengenai pandangan paradigm
Fakta Social bahwa tindakan manusia ditentukan oleh system atau setruktur social
di luar diri manusia, paradigm Perilaku Social mengakui adanya penagruh itu
tetapi tidak dominan. Yang penting sejauh mana pengaruh itu tetapi menimbulkan
perilaku berikutnya.
Ada dua teori yang termasuk ke dalam paradigma perilaku sosial.
a. Behavioral sociology
Teori ini memusatkan perhatiaannya kepada hubungan antara akibat dari
tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor.
Akibat-akibat tingkah laku diperlakukan sebagai variabel independen. Ini
berarti bahwa teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu melalui
akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. Jadi nyata secara metafisik ia
mencoba menerangkan tingkah laku yang terjadi di masa sekarang melalui
kemungkinan akibatnya yang terjadi di masa yang akan datang. Yang menarik
perhatian behavioral sociology adalah hubungan historis antara akibat tingkah
laku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku yang terjadi
sekarang. Akibat dari tingkah laku yang terjadi di masa lalu mempengaruhi
tingkah laku yang terjadi di masa sekarang. Dengan mengetahui apa yang di
peroleh dari suatu tingkah laku nyata di masa lalu akan dapat diramalkan apakah
seseorang aktor akan bertingkah laku yang sama(mengulanginya) dalam situasi
sekarang.
Contoh yang sederhana adalah tentang makanan. Makana dapat dinyatakan
sebagai ganjaran yang umum dalam masyarakat yang umum. Tapi bila seseorang
sedang tidak lapar maka makan tidak akan di ulang.
b. Teori Exchange
Tokoh utamanya adalah George Homan.teori ini dibangun dengan maksud
sebagai raksi terhadap paradigma fakta sosial.
1) Pandangannya tentang emergence
Homan mengakui bahwa selama berlangsungnya proses interaksi, timbul
satu fenomena baru. Oleh penganut paradigma perilaku sosial sebagian dari
konsep ini dapat di terima.
2) Pandangan tentang psikologi
Psikologi waktu itu memusatkan perhatiannya terutama kepada bentuk-
bentuk tingkah laku yang bersifat instingtif dan mengasumsikan bahwa sifat
manusia adalah sama secara unuversal.
DAFTAR PUSTAKA

Sukanto, Memahami Fenomen Hukum dengan Prespektif Paradigma Sosial,


(Surabaya: Al-Qanun, 2005)
Ritzer,George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda,(jakarta : PT
Rajagrafindo Persada, 2011)
The Liang Gie. 2004. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.
Jujun S. Suriasumantri. 2005 Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :
Sinar Harapan.
http://www.anneahira.com/pengertian-sosial.htm Diakses pada 06 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai