PENDAHULUAN
A. Definisi
pengendalian sistem motorik sebagai akibat lesi dalam otak, atau suatu
tahun 1860, pertama kali mendeskripsikan satu penyakit yang pada saat itu
tersebut tidak bertambah baik dengan bertambahnya usia tetapi juga tidak
beberapa tahun, yang saat ini dikenal sebagai spastic diplegia. Penyakit ini
Anak celebral palsy termasuk salah satu jenis kelainan fisik (tuna
1
69), ”Celebral palsy terdiri dari dua kata, yaitu cerebral yang berasal dari
cerebrum yang berarti otak, dan palsy yang berarti kelumpuhan. Jadi
dan anggota gerak yang dibatasi oleh garis tengah yang didepan atau
B. Epidemiologi
dunia adalah sekitar 2-2,5 tiap 1000 kelahiran hidup. Dimana hal
2
bayi premature yang masih hidup. Penting untuk dicatat bahwa,
C. Etiologi
perlu digali mengenai hal bentuk cerebral palsy, riwayat kesehatan ibu
sekitar kelahiran dimana terjadi kerusakan motorik pada otak yang sedang
3
1. Prenatal
kerusakan neurologik pada orang dewasa, dapat juga terjadi pada fetus.
deposit fibril amiloid pada tunika media dan tunika intima arteria kecil
kongenital dari otak, ibu yang mengalami malnutrisi berat pada saat
4
antara ibu dan anak seperti pada penyakit eritoblastosis foetalis di
atetosis.
2. Perinatal
akan tetapi hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti apakah
yang lahir prematur sudah memiliki kelainan otak sejak awal yang
terjadi pada bayi dengan berat badan lahir yang sangat rendah,
sedangkan pada bayi prematur dengan berat badan lahir lebih dari
5
kelahiran yang terus berkelanjutan pada waktu lahir misalnya akibat
tali pusat yang melilit leher bayi, prolaps tali pusat (tali pusat keluar
3. Postnatal
bayi.
D. Patofisiologi
mati, maka tidak ada lagi impuls yang diteruskan ke sel otot. Ataupun
lokasi lesi, termasuk pada korteks motoris serebral, ganglia basalis atau
neural tube yaitu induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa
6
gestasi dan induksi ventral yang berlangsung pada minggu ke 5-6 masa
gestasi. Fase selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi pada masa
yang terjadi pada masa gestasi bulan 3-5. Migrasi terjadi melalui dua cara
pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal. Pada stadium ini terjadi
7
perobekan sekunder. Trauma lahir ini menimbulkan gejala yang
pada sel-sel hipokampus yaitu pada kornu ammonis, yang akan bisa
E. Gambaran Klinis
1. Paralisis
campuran.
2. Gerakan involunter
3. Ataksia
4. Kejang
8
5. Gangguan perkembangan mental
sensibilitas.
F. Klasifikasi
yang banyak.
9
Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung kepada letak dan
gerak tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang
lainnya.
tubuh.
terkontrol pada otot muka dan seluruh anggota gerak. Gerakan otot
nampak sebagai getaran yang bersifat regular atau spasme yang tiba-
10
cepat dan terlalu jauh. Keseimbangannya juga sangat buruk sehingga
3. Tipe Ataksia (5 %)
G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
11
meningkatkan kemandirian dan mobilitas, hal ini diusahakan melalui
peralatan mandi.
4. Penanganan deformitas
H. Prognosis
12
Pengamatan jangka panjang yang dilakukan oleh Cooper
13
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
perempuan, beragama Islam dan sisi dominan kiri. Anak bertempat tinggal
pertama dengan pengasuh utama yaitu Ibu. An.Nr dirujuk ke unit Okupasi
B. DATA SUBJEKTIF
mandiri tetapi pola jalannya jinjit, tidak ada luka pada anggota tubuh,
dan jari ke V tangan kanan anak swan neck. Atensi anak sudah cukup
14
kecemasan pada orang baru ketika ditinggal dan anak cukup
kooperatif. Ekstremitas atas dan bawah pada sisi sebelah kanan spastik
namun tipe spastiknya ringan. Saat berbicara artikulasi sudah jelas dan
bisa dipahami. Kontrol postural, gross motor serta fine motor belum
cukup baik.
2. Data Screening
pertama kali pasien datang untuk terapi yaitu usia 13 tahun dengan
baik dan benar dikarenakan adanya keterbatasan LGS dan KO, serta
3. Initial assessment
Ekstremitas atas dan bawah pada sisi sebelah kanan spastik. Ketika
berjalan kaki sebelah kanan jinjit. Ekstremitas atas dan bawah pada
15
memahami instruksi sederhana maupun kompleks. Dalam
movement.
D. DATA OBJEKTIF
oleh dokter di rumah sakit. An.Nr merupakan anak pertama. Saat hamil
ibu berusia 26 tahun. Pada usia 1 tahun ibu An.Nr membawa ke rumah
16
cerebral palsy. Ibu tidak memiliki riwayat apapun, tidak pernah
bulan, dan berjalan sudah berusia 4 tahun. perilaku anak saat ini (usia 14
tahun) bermain bersama teman-teman yang lain pada fase play stage.
Secara umum anak kooperatif, tidak bergantung pada orang tua, dan
friendly. Kontak mata cukup bagus sekitar 45-60 menit. Rentang atensi
kasar dan motorik halus kurang, kontrol kepala bagus, pola berjalan jinjit
(FIM) yang dilakukan pada tanggal 13 Juli 2017 diperoleh nilai 107 yaitu
okupasi terapi untuk anggota gerak atas lingkup gerak sendi (LGS)
shoulder = 65ᵒ. LGS pada elbow, fleksi = 65ᵒ, ekstensi elbow =150ᵒ. LGS
pada lengan bawah, supinasi =70ᵒ, pronasi = 80ᵒ. LGS pada wrist, fleksi =
75ᵒ, ekstensi = 20ᵒ, deviasi radiasi = 20ᵒ, deviasi ulnar = 25ᵒ. LGS pada
Metacarpo Phalangeal (MP), jari II = 45ᵒ, jari III = 45ᵒ, jari IV = 45ᵒ, jari
V =45ᵒ. LGS pada Proximal Interphalangeal (PIP), jari II = 45ᵒ, jari III =
45ᵒ, jari IV = 35ᵒ, jari V = 35ᵒ. LGS Distal Interphalangeal (DIP), jari II
=50ᵒ, jari III =45ᵒ, jari IV =45ᵒ, jari V =45ᵒ. LGS CMC jari I = 15ᵒ, MP
jari I = 20ᵒ, IP jari I = 65ᵒ. Pengukuran kekuatan otot (KO) terhadap An.Nr
17
diperoleh nilai kekuatan otot shoulder fleksi dan ekstensi = 4, abduksi = 4,
spastik namun tipe spastiknya ringan dan menurut skala asworth bernilai 1
yang artinya ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan terasanya
tahanan minimal (catch and release) pada akhir ROM pada waktu sendi
1. Aset
2. Limitasi
Lingkup gerak sendi (LGS) dan kekuatan otot (KO) kurang maksimal.
18
Gross motor, fine motor, dan kontrol postural kurang baik. Dalam
Anak tidak mampu menggosok gigi dengan baik dan benar karena
G. PROGNOSIS
1. Prognosis Klinis
2. Prognosis Fungsional
menggosok gigi secara mandiri karena gejala motorik yang ringan dan
19
H. CLINICAL REASONING DALAM MENENTUKAN PROBLEM,
DIGUNAKAN
(setelah makan) yang masuk dalam BADL (Basic Activity Daily Living),
dibantu oleh orang lain. Pihak keluarga An.Nr juga menginginkan agar
menggosok gigi. Kognitif anak bagus, namun lingkup gerak sendi (LGS)
dan kekuatan otot (KO) anak masih kurang maksimal menyebabkan An.Nr
belum mampu menggosok gigi secara mandiri dengan baik dan benar,
20
I. MENYUSUN PROGRAM TERAPI
sesi terapi
21
J. STRATEGI PELAKSANAAN TERAPI
1. Adjunctive
2. Enabling
b. Uraian
lumbricales, fleksi MCP PIP DIP JARI II-V, fleksi IP dan MCP
jari I.
3. Purposeful
b. Uraian
22
Anak diposisikan duduk tegak di lantai. Terapis
kekuatan otot carpi ulnaris, lumbricales, fleksi MCP PIP DIP JARI
4. Occupational
Uraian
anak melakukan aktivitas meremas malam pad dan balon yang berisi
lumbricales, fleksi MCP PIP DIP JARI II-V, fleksi IP dan MCP jari I.
23
Untuk mencapai tujuan jangka pendek 2 :
1. Adjunctive
2. Enabling
b. Uraian
berkumur.
3. Purposeful
b. Uraian
24
tersedak. Menyedot air bertujuan untuk meningkatkan kekuatan
otot buccinator dan orbicularis oris yang berada di pipi untuk bisa
4. Occupational
Uraian
hal ini mengacu pada konsep isometric atau kontraksi statis untuk
berada di pipi.
1. Adjunctive
25
2. Enabling
b. Uraian
3. Purposeful
b. Uraian :
4. Occupational
Uraian
26
Anak diposisisikan duduk tegak diatas kursi, dengan menghadap
1. Adjunctive
2. Enabling
b. Uraian
27
mangkok yang awalnya selevel perut, kemudian naik ke selevel
3. Purposeful
b. Uraian :
4. Occupational
Uraian
28
Kerangka acuan biomekanik digunakan pada STG 3 ketika anak
dengan gradasi tinggi mangkok selevel perut, dada, dan mulut. Hal ini
1. Adjunctive
2. Enabling
b. Uraian
29
3. Purposeful
b. Uraian
4. Occupational
Uraian
30
Untuk mencapai Tujuan jangka pendek 6 :
1. Adjunctive
2. Enabling
b. Uraian
otot (KO) pectoralis major; biceps brachii dan lingkup gerak sendi
31
3. Purposeful
b. Uraian :
4. Occupational
Uraian
dengan gradasi tinggi pada mangkok selevel perut, dada, dan mulut
32
belakang bertujuan meningkatkan kekuatan otot pectoralis major;
K. RE-EVALUASI
tangan kanan anak swan neck. Perilaku anak konsisten, kontak mata
sisi sebelah kanan spastik namun tipe spastiknya ringan. Anak mampu
memegang sikat gigi dan memencet pasta gigi walaupun dengan pola
pegang sikat gigi belum baik. Anak mampu berkumur tetapi belum
bagian kiri sudah mampu, tetapi untuk sebelah kanan anak belum
mampu melakukannya.
anggota gerak atas belum ada perubahan yang spesifik. Untuk FIM
33
diperoleh nilai 107 yang artinya pasien perlu setup untuk setiap
gerak atas lingkup gerak sendi (LGS) diperoleh hasil fleksi shoulder =
elbow, fleksi = 70ᵒ, ekstensi elbow =150ᵒ. LGS pada lengan bawah,
supinasi =70ᵒ, pronasi = 80ᵒ. LGS pada wrist, fleksi = 75ᵒ, ekstensi =
30ᵒ, deviasi radial = 20ᵒ, deviasi ulnar = 25ᵒ. LGS pada Metacarpo
Phalangeal (MP), jari II = 55ᵒ, jari III = 50ᵒ, jari IV = 45ᵒ, jari V =45ᵒ.
LGS pada Proximal Interphalangeal (PIP), jari II = 50ᵒ, jari III = 50ᵒ,
=50ᵒ, jari III =45ᵒ, jari IV =45ᵒ, jari V =45ᵒ. LGS CMC jari I = 15ᵒ,
terasanya tahanan minimal (catch and release) pada akhir ROM pada
34
3. Kesimpulan dari Hasil Re-evaluasi
mandiri namun bagian sebelah kanan anak belum mampu, dan dalam
spesifik.
menjadi lebih baik atau tidak. Yang lebih baik yang mana? Bagaimana
lebih baiknya? Berikan alasan – alasan. Kalau tidak menjadi lebih baik,
penggradasian tinggi dan memindah bola plasti dari sisi depan tubuh ke
35
bisa mengangkat tangan mendekati mulut. Setelah dilakukan evaluasi
gigi namun bagian sisi sebelah kanan anak belum mampu melakukannya,
kerangka acuan biomekanik dipilih untuk aktivitas ini yang bertujuan agar
Terapi yang dilakukan selama 12 kali sesi masih kurang karena anak
M. Follow up
program terapi di Klinik Mitra Insan Mandiri Ponorogo, orang tua ikut
melatih anak menggosok gigi dengan baik dan benar di rumah secara
konsisten agar anak terbiasa dan bisa melakukannya sendiri. orang tua
harus menahan diri dari keinginan untuk membantu agar anak menjadi
mandiri. oleh karena itu terapis dan orang tua harus sepakat, fokus, dan
satu tujuan konsisten melatih anak agar mandiri baik di tempat terapi
maupun di rumah. Selain itu untuk menguatkan oral motor khususnya otot
36
okupasi terapis saja maka aktivitas berkumur tidak akan dapat dilakukan
secara maksimal.
37
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pengendalian sistem motorik sebagai akibat lesi dalam otak, atau suatu
dan anggota gerak yang dibatasi oleh garis tengah yang didepan atau
adalah paralisis spastik atau dengan paralisis pada pergerakan volunter dan
38
Anak berinisial An.Nr, lahir di Ponorogo pada tanggal 08
perempuan, beragama Islam dan sisi dominan kiri. Anak bertempat tinggal
cerebral palsy spastik hempilegi dan diagnosis Okupasi Terapi (OT) pada
12 kali sesi terapi yaitu mampu menggosok gigi secara mandiri dengan
baik dan benar. Namun anak sudah mampu mencapai STG 4 yang telah
B. Saran
lama-lama anak akan mampu melakukannya dengan baik dan benar secara
mandiri. Selain itu orang tua harus menahan diri dari keinginan untuk
39
konsisten agar dapat melakukan aktivitas menggosok gigi secara mandiri.
Oleh karena itu diperlukan kerjasama antara terapis dan orang tua untuk
terapis saja maka aktivitas berkumur tidak akan dapat dilakukan secara
maksimal.
40