Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………………………………………………………………………………………
…1
ABSTRAK………………………………………………………………………………………………………………………………………
….2
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………..3
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………….4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah…………………………………………………………………………………………………………….6

1.2 Rumusan
masalah…………………………………………………………………………………………………………………….7

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………………………………………….7

1.4 Kegunaan Penelitian……………………………………………………………………………………………..8

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Tanaman
Jagung……………………………………………………………………………………………………………………….8
2.1.1
Deskripsi………………………………………………………………………………………………………………………………..8
2.1.2
Keanekaragaman…………………………………………………………………………………………………………………..9
2.1.3
KandunganGizi………………………………………………………………………………………………………………………10
2.1.4
Pemanfaatan…………………………………………………………………………………………………………………………11
2.2
Media Tanaman………………………………………………………………………………………………………………………11
2.2.1 Media Tanam Tanah
Liat………………………………………………………………………………………………………11
2.2.2 Media Tanam Pasir
………………………………………………………………………………………………………………11
2.2.3 Media Tanam
Kapas………………………………………………………………………………………………………………12
2.3 Kajian dan Hasil
Penelitian……………………………………………………………………………………………………….12
2.4
Hipotesa…………………………………………………………………………………………………………………………………..13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel dan definisi Operasional


Variabel………………………………………………………………………………13
3.1.1 Variabel
Bebas………………………………………………………………………………………………………………………13
3.1.2 Variabel
Kontrol……………………………………………………………………………………………………………………13
3.1.3 Variabel
terikat…………………………………………………………………………………………………………………….14
3.2 Rancangan
Penelitian………………………………………………………………………………………………………………14
3.3 Instrumen
Penelitian……………………………………………………………………………………………………………….14
3.3.1
Alat……………………………………………………………………………………………………………………………………….14
3.3.2
Bahan……………………………………………………………………………………………………………………………………15
3.4 Sasaran
Penelitian……………………………………………………………………………………………………………………15
3.4.1
Populasi…………………………………………………………………………………………………………………………………15
3.4.2
Sampel………………………………………………………………………………………………………………………………….15
3.5 Prosedur Pelaksanaan
penelitian……………………………………………………………………………………………15
3.6 Teknik pengolahan dan Analisis
Data………………………………………………………………………………………16
3.7 Jadwal
Penelitian…………………………………………………………………………………………………………………….16
3.7.1 waktu penelitian………………………………………………………………………………………………………………
…16
3.7.2 Tempat
Penelitian……………………………………………………………………………………………………………….16
BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi
Data…………………………………………………………………………………………………………………………17
4.2 Pengujian
Hipotesis…………………………………………………………………………………………………………………18
4.3
Pembahasan……………………………………………………………………………………………………………………………18
4.3.1 Data hasil
Penelitian…………………………………………………………………………………………………………….19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………….20
5.2
Saran………………………………………………………………………………………………………………………………………20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………….21
DAFTAR LAMPIRAN (gambar benih & tanaman jagung)…………………………………………………..22

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya
tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi
dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang
menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Begod Sudjadi (2006) memberikan penjelasan tentang perkecambahan, yaitu :

Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang


memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji
tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan
plumula.

Istamar Syamsuri (2004) memberikan penjelasan tentang perkecambahan, yaitu :

Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil


perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan
embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi akar.

Salisbury (1985) memberikan penjelasan tentang perkecambahan, yaitu :

Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang ke


luar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan pemunculan radikula tersebut,
terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan
fisiologis.

Menurut para tokoh :


Perkecambahan biji merupakan bentuk awal embrio yang berkembang menjadi sesuatu
yang baru yaitu tanaman anakan yang sempurna menurut Baker, 1950. Sedangkan,
menurut Kramer dan Kozlowski, 1979, perkecambahan biji adalah proses tumbuhnya
embrio atau keluarnya redicle dan plumulae dari kulit biji.

Dalam perkecambahan biji selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan.Arti


dari pertumbuhan dan perkembangantumbuhan sangatlah beda. Pertumbuhan adalah
proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi (bahan dasar) yang
bersifat irreversible(tidak dapat kembali dalam keadaan semula). Sedangkan
perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat diukur dan
bersifat kualitatif. Pertumbuhan dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur
apabila tunasnya sudah keluar dan tumbuh.

Pertumbuhan dan perkembangan biji akan selalu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang dapat dibedakan menjadi 2 yakni faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan yang terdiri atas
faktor intrasel (di dalam sel) yang meliputi gen, dan faktor intersel (sela-sela sel) yang
meliputi hormon. Yang kedua adalah faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan atau
faktor eksternal yang mencakup cahaya/sinar matahari, suhu/temperature, kelembaban
udara, nutrisi, kadar air,oksigen atau karbondioksida, pH atau sederajat keasaman,
kepadatan populasi, dan media tanam tumbuhan.

Media tanam merupakan salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan


dan perkembangan tanaman. Penggunaan media tanam yang tepat akan menentukan
pertumbuhan bibit yang ditanam. Tidak hanya kegunaannya saja tapi pengaruhnya
terhadap perkecambahan suatu biji. Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena setiap
media tanam mengandung unsur-unsur dan struktur yang berbeda-beda.

Media tanam merupakan media/tempat dimana tanaman/biji dapat tumbuh dan


berkembang di dalamnya. Contohnya seperti tanah,air,kapas,pasir, dan sejenis lainnya.
Saat ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan,tanah selalu menjadi media
tanam bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan penelitian, siswa-siswi selalu
memakai kapas untuk perkecambahan biji mereka, sedangkan media tanam yang
menggunakan air biasanya dikhususkan untuk tumbuhan hidroponik. Media tanam itu
berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan semua tanaman termasuk pertumbuhan
tanaman jagung.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis bermaksud membahas


lebih lanjut dalam sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Jagung”.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa
permasalahan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam tanah liat
?
1.2.2 Bagaimanakah pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam pasir ?
1.2.3 Bagaimanakah pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam kapas ?
1.3Tujuan Penelitan
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut
:
1.3.1 Memaparkan hasil penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media
tanam tanah liat.
1.3.2 Memaparkan hasil penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media
tanam pasir.
1.3.3 Memaparkan hasil penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media
tanam kapas.

1.4Kegunaan Penelitian
Sebagai sumber informasi bagi sebagian orang yang belum mengetahui
pengaruhmedia tanam bagi tumbuhan jagung.
Sebagai sumber informasi dalam pengembangan teknologi pertanian, dan juga untuk
memberi informasi pembaca atau petani tentang ciri-ciri media tanam yang baik untuk
pertumbuhan tanaman jagung.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tanaman Jagung


2.1.1 Deskripsi
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan
dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan
paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. tinggi
tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada
umumnyajagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga betina jagung berupa “tongkol”
yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan “rambut”. Rambut jagung sebenarnya
adalah tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul
akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya
tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga
tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yangmuncul
dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun
jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang
licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki
familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini
berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam
satutanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh dibagian puncak tanaman, berupa karangan bunga
(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun
dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, diantara batang dan pelepah daun. Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun
memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari
satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung
cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada betinanya (protandri).
Taksonomi jagung adalah :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophita (tumbuhan berbiji)
Sub diviso : Angiospermae (biji tertutup)
Classis : Monocotyledone (keping satu)
Ordo : Graminae (rumpt-rumputan)
Familia : Graminaceal
Genus :Zea
Species : Zea Mays L
2.1.2 Keanekaragaman
Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe bulir. Kiri atas adalah jagung gigi-kuda, dikiri
latar depan adalah podcorn, sisanya adalah jagung tipe mutiara. Jagung yang dibudiayakan
memiliki sifat bulir/biji yang bermacam-macam. Di dunia terdaapat enam kelompok kultivar
jagung yang dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang
membentuk bulirnya :
1.Indentata (Dent,”gigi-kuda”)
2. Indurata (Flint,”mutiara”)

3. Saccharata (Sweet,”manis”)

4.Everta (Popcorn,”berondong”)

5. Amylacea (Flour corn,”tepung”)

6. Glutinusa ( Sticky corn,”ketan”)

7. Tunicata (Podcorn, merupakan kultivar yang paling primitif dan anggota subspecies yang
berbeda dari jagung budidaya lainnya).
Dipandang dari bagaimana suatu kultivar (“varietas”) jagung dibuat dikenal berbagai
tipe kultivar :
1.Galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih

2.Komposit, dibuat dari campuran beberapa populasijagung unggul yang diseleksi untuk
keseragaman dan sifat-sifat unggul.

3.Sintetik, dibuat dari gabunganbeberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum
(daya gabung umum) dan seragam.

4.Hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua,tiga,atau empat galur
yang diketahui menghasilkan efek heterosis.

Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya
(aleuron),mulai dari putih,kuning,jingga,merah darah,ungu,hingga ungu kehitaman. Satu
tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda,karena
setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.
2.1.3 Kandungan Gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besarberada pada endospermium.
Kandungan karbihidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat
dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung
ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak
banyak berpengaruh pada kandungan gizi,tetapi lebih dalam pengolahan sebagai bahan
pangan. Jagung manis diketahuimengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami
peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan gizi jagung per 100 gram bahan adalah :
 Kalori :355 kalori
 Protein :9,2 gr
 Lemak :3,9 gr
 Karbohidrat : 73,7 gr
 Kalsium : 10 mg
 Fosfor :256 mg
 Ferrum :2,4 mg
 Vitamin A :510 SI
 Vitamin B1 : 0,38 mg
 Air :12 gr
Dan bagian yang dapat dimakan 90 %. Untuk ukuran yang sama, meski jagung
mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namun mempunyai kandungan
protein yang lebih banyak.

2.1.4 Pemanfaatan
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan
sebagai sumber energy alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi
polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahan di
Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing computer
yang siap dipasarkan.
2.2 Media Tanam
2.2.1 Media Tanam Tanah Liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket atau
berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori-pori berukuran kecil (pori-pori
mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran besar (pori-pori makro)
sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat. Pori-pori mikro adalah pori-
pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro adalah pori-pori
kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori
mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan sirkulasi air atau udara menjadi
lamban.
Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu dikombinasikan
dengan bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara. Penggunaan tanah liat yang
dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti pasir dan humus sangat cocok dijadikan
sebagaimediaa penyemaian, cangkok,dan bonsai.
2.2.2 Media Tanam Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi
tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk
penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman.
Sifatnya yang cepat kering akan memudahkanproses pengangkatan bibit tanaman yang
dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang
cukup berat akan mempermudah tegaknya stek batang. Selain itu, keunggulan media
tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi
serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan jenis pasir yang
sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi
mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan
terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin.
Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih
intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam
secara tunggal.
Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran
bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan
dengan jenis tanaman.
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah bersersalinitas tinggi
merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk gunakan sebagai media tanam, kendati
pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam
dapat menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu,organ-organ tanaman, seperti
akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan
kematian jaringan(nekrosis).
2.2.3 Media Tanam Kapas
Kapas memiliki struktur yang lembut, dan juga memiliki daya serap air yang rendah.
Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, danjuga memiliki
persediaan air dalam jangka waktu yang lama.
2.3 Kajian dan hasil penelitian
Setiap media tanam selalu memiliki daya intermolekul (tenaga listrik pada molekul-
molekul media tumbuh) yang berbeda-beda. Apabila, molekul-molekulnya rapat maka air
akan sulit diresap oleh biji tersebut. Sedangkan, apabila molekul-molekulnya renggang
maka air akan mudah diserap oleh biji tersebut. Jadi, daya intermolekul itu berbanding
terbalik dengan kecepatan air. Sehingga perkecambahan dapat terpengaruh oleh daya
intermolekul suatu media tanam.
Selanjutnya, setiap media tanam selalu memiliki tekstur yang berbeda-beda. Apabila,
media tanam tersebut bertekstur pasir maka media itu mudah untuk diolah, media jenis
ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara ) dan drainase yang baik, namun memiliki
luas permukaan komulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat
rendah dan media tersebut lebih cepat kering. Yang kemudian , kecambah biji akan sulit
bertumbuh karena kekurangan air.
Tidak hanya tekstur daya intermelekul yang dapat mempengaruhi perkecambahan,
tetapi juga kandungan-kandungan unsur yang ada dalam media tanam tersebut.
Kandungan unsur-unsur itu ada yang dapat mempercepat pertumbuhan dan
juga memperhambat pertumbuhan . Tapi kebanyakan unsur-unsurnya dapat membantu biji
dalam perkecambahan.

2.4. Hipotesis
Rumusan hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa jenis media tanam dapat
berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji jagung. Hipotesis ini di sebut juga
hipotesis alternatif, hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh veriabel bebas terhadap
variable terikat .

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel dan Definisi Operasional variabel


Variabel merupakan faktor yang berpengaruh dan memiliki nilai (ukuran tertentu)
serta dapat berubah atau diubah. Oleh karena itu, variabel sering disebut faktor ubah atau
faktor penentu. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada 3 macam, yaitu sebagai
berikut :
3.1.1 Variabel Bebas
Faktor yang dibuat beda. Media tanam untuk perkecambahan biji jagung :
 Media Tanam Tanah Liat
 Media Tanam Pasir
 Media Tanam Kapas
3.1.2 Variabel Kontrol
Faktor yang dibuat sama :
 Jenis biji jagung
 Air
 Tempat untuk media tanam (gelas plastik)
 Waktu penelitian
3.1.3 Variabel Terikat/Respon
Variabel Terikat / Respon merupakanfaktor yang di amati. Faktor yang di amati
pada penelitian ini adalah kecepatan tumbuh perkecambahan biji jagung.
Dalam sebuah penelitian, tidak hanya variabel yang ditentukan tetapi operasional
variabel juga.Operasional variabel ini berguna sebagai penjelasan bagaimana
variabel tersebut di ukur atau di bedakan. Operasional variabel yang dijelaskan dalam
penelitian ini ada 2 macam, yakni :
 Operasional variabel bebas
Media tanam untuk perkecambahan dibedakan dengan cara melihat struktur /tingkat
peresapan air media tersebut pada tiap tempat.

 Operasional variable terikat /Respon


Kecepatan perkecambahan diukur dengan melihat tinggi kecambah tersebut dalam per hari.

3.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian menggambarkan bagaimana hubungan antara variabel bebas


dan variabel terikatyang akan diteliti. Dalam penelitian ini, rancangannya adalah sebagai
berikut :
 Kelompok 1 : Perlakuan disimpan di media tanah liat
 Kelompok 2 : Perlakuan disimpan di media pasir
 Kelompok 3 : Perlakuan disimpan di media kapas
Keterangan :

Tiap kelompok terdiri dari 8 biji Jagung, dan masing-masing ditempatkan dalam gelas
plastik yang terpisah.
3.3 Instrumen Penelitian
3.3.1 Alat
 3 buah gelas plastik
 Alat siram
 Alat tulis
 Penggaris
 Skrop
 Stopwatch/jam

3.3.2 Bahan
 24 biji jagung
 Tanah liat
 Pasir
 Kapas
 Air
3.4 Sasaran Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi adalah seluruh kelompok objek penelitian atau kelompok subjek di mana
kesimpulan akan digeneralisasikan. Dalam penelitian ini, populasi adalah semua jenis biji
jagung.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian anggota populasi yang mewakili populasi. Pada penelitian ini,
jenis biji jagung yang dipakai adalah biji jagung manis ( sweet corn). Jadi, jumlah sampel
penelitian adalah 3 X 8 biji jagung manis (sweet corn).

3.5 Prosedur pelaksanaan penelitian


Berikut ini adalah prosedur penelitian pengaruh media tanam untuk biji jagung
terhadap kecepatan perkecambahan.
1. Rendam biji jagung dengan air selama kurang lebih 24 jam.
2. Siapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan
3. Masukkan tanah ke gelas plastik 1, pasir ke gelas plastik 2, dan kapas ke gelas
plastik 3,volume dari ketiganya harus berjumlah sama, kurang lebih seperempat bagian.
4. Masukkan air kedalam 3 gelas pada setiap media tanam dengan volume yang sama.
5. Tanam 8 biji jagung ke dalam setiap gelas plastik yang berisi tanah, pasir, dan kapas.
6. Amati perkecambahan biji dengan interval 24 jam atau sehari sekali.
7. Catat hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan.

3.6 Teknik pengolahan dan analisis data


Analisis data adalah cara mengolah data hasil penelitian sehingga membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukan. Pada penelitian ini, analisis data yang dapat dilakukan
adalah :
1. Mencari nilai rata-rata kecepatan perkecambahan biji jagung pada tiap perlakuan.
2. Membandingkan hasil antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain.
3.7 Waktu dan tempat penelitian
3.7.1 Waktu
Penelitian perkecambahan jagung ini dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 1989
sampai dengan 5 November 1989.
3.7.2 Tempat penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Teknologi Menengah Negeri Kimia Bandung
yang beralamat di Jalan Buah Batu nomer 212 Bandung, Jawa Barat.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi data


Dalam setiap media tanam, terdapat daya intermolekul :
 Merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah / media tumbuh (makin rapat
molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji).
 Berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air.
Hal ini menyebabkan biji jagung akan sulit untuk berkecambah di media tanah.
Juga, terdapat tekstur yang berbeda-beda :
1. Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan
rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang
relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat
kering.
Tabel perbandingan hara yang terdapat dalam jenis tekstur tanah :

Jenis
tekstur P K Ca Fe2O3 MgO
Pasir 0,08 2,53 2,92 5,19 1,02
Debu 0,10 3,44 6,58 9,42 2,22
Tanah liat 0,20 4,20 5,73 17,10 1,77

2. Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan
lewat tanah, pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah
bertekstur lempung atau liat, tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena
unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi
pemupukan juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus
karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.
3. Sedangkan, kapas memiliki struktur yang lembut, dan juga memiliki daya serap air yang
rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, dan juga
memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama.

4.2 Pengujian Hipotesis


Penelitian mengenai pengaruh media tanam terhadap suatu perkecambahan ini,
dapat diketahui bahwa daya intermolekul dan tekstur setiap media tanam berbeda. Hal
itulah yang membuat pengaruh terhadap perkecambahan. Jadi, rumusan hipotesis diterima
karena sesuai dengan hasil penelitian.
Hipotesis mengatakan bahwa berbagai media tanam dapat berpengaruh
terhadap kecepatan perkecambahan biji jagung. Dalam menguji hipotesis, kita
bisa melakukan pengamatan terhadap media tanam yang dipakai beberapa orang. Contoh,
siswa dan insinyur pertanian. Kebanyakan siswa memilih kapas sebagai media tanam untuk
penelitian kecambahanya. Sedangkan insiyur pertanian kebanyakan memeran pentingkan
tanah dalam pertaniannya. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara media
tanah dan kapas yang kemudian mempengaruhi suatu perkecambahan, sehingga hipotesis
ini dapat berlaku di kemudian hari.

4.3 Pembahasan
Setelah diteliti, ternyata perkecambahan biji jagung lebih cepat di media pasir.
Alasannya :

 Daya intermolekul yang dimiliki oleh tanah liat kecil. Molekul-molekulnya yang rapat dapat
membuat air sulit diserap oleh biji, tetapi tanah liat yang digunakan peneliti mengandung
unsur hara yang dapat membantu percepatan pertumbuhan kecambah.
 Kapas memiliki molekul-molekul yang renggang sehingga biji jagung dapat menyerap air
dengan mudah, tetapi di karenakan kapas yang peneliti gunakan merupakan kapas yang
teksturnya berserat, maka menghambat ruang gerak pertumbuhan akar kecambahan ,yang
menyebabkan pertumbuhan jagung sangat lambat.
 Tanah bertekstur pasir sangat mudah di olah, media ini memiliki aerasi (ketersediaan
rongga udara) dan drainase yang baik,memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil,
sehingga kemampuan akar kecambah menembus tanah bertekstur pasir sangat mudah dan
meyebabkan pertumbuhan kecambah sangat cepat.
Setiap media yang berbeda pasti selalu memberikan pengaruh yang berbeda-
beda terhadap suatu perkecambahan. Karena, setiap media tanam pasti memiliki
daya intermolekul, tekstur, unsur, dan yang lainnya berbeda-beda.

4.3.1 Data Hasil Penelitian


Dalam penelitian ini, biji dengan media pasir lebih cepat daripada dengan media
tanah liat dan media kapas. Berikut ini adalah pengukuran pertumbuhan biji jagung selama
jangka waktu 5 hari.
Tinggi pertumbuhan batang (dalam cm)
1 2 3
Hari ke- Tanah Liat Pasir Kapas
1 1,5 0,7 0
2 2,5 5 3,5
3 5 7,5 4,2
4 7,5 10 5,6
5 10 13 7
Rata –rata 5,3 7,24 4,06

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan
biji jagung.Mulai dari daya intermolekul,tekstur media tersebut dan lain-lain.Apa bila media
tanam memiliki daya intermolekul yang kecil maka kecepatan perkecambahan juga akan
lambat dikarenakan biji sulit dalam menyerap air,sedangkan apabila daya intermolekul
besar maka sebaliknya.Dilihat dari tekstur,apabila media tanam memiliki tekstur sangat
berserat atau pori – porinya sangat rapat seperti kapas, maka akar akan sulit menembus
atau sulit mendapat ruang gerak. Bila menggunakan media tanam pasir, akar tanaman
akan mudah mendapat ruang gerak, mudah menembus pori-pori karena pasir mempunyai
rongga udara yang baik dan mempunyai daya serap air yang baik, sehingga
perkecambahan biji jagung mengalami pertumbuhan yang cepat.
5.2 Saran
Pembaca disarankan dapat melanjutkan penelitian ini sebagai perbandingan untuk
penelitian yang lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan untuk
penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan penanaman biji jagung.
Perkembangan Ilmu Biologi bergantung pada kepedulian kita terhadap hal-hal baru dalam
pengetahuan alam.

DAFTAR PUSTAKA

Badri, Rohman,Penelitian Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jagung,(Biologi


Umum dan Mikrobiologi Industri), Sekolah Teknologi Menengah Negeri Kimia,Bandung,1989
.
*Budidaya Jagung Manis*, http://mitra-petani.blogspot.com/2012/11/budidaya-jagung-
manis.html, diakses pada jumat,9 November 2012.
Justice.OrenL,Bass.Louis N,Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih,Jakarta:Raja Grafindo
Perkasa.http://ditjembun.deptan.go.id/.diaksespada jumat,9 November 2012.
http://www.kebonkembang.com/,diaksespada jumat,9 November 2012.
Kartasapoetra,Ance G, Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum),Jakarta:Rineka Cipta,2003.
Pratiwi, D.A, S. Maryati, Srikini, Suharto & Bambang S. , BIOLOGI untuk SMA kelas X,
Jakarta: Penerbit Erlangga,2007.
Subandi dan Kusneni,Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman,2007.
Subardi,Nuryani, Shiddiq Pramono,BIOLOGI untuk SMA dan MA Kelas XII,Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,2007.
Susila ,A.D , Panduan Budidaya Tanaman Sayuran, Bogor : Departemem Agronomi dan
Holtikutura, Fakultas Pertanian IPB,2006.

Anda mungkin juga menyukai