LEMBAGA KEUANGAN
Meningkatnya peran lembaga keuangan dalam perekonomian terutama disebabkan oleh
beberapa factor antara lain:
Jasa-jasa likuiditas
Ketidakpastian arus kas unit usaha dalam kegiatan operasinya jelas akan dapat mengancam
dan mengganggu kegiata operasi perusahaan apabila kondisi keuangannya tidak dalam
keadaan baik. Masalah likuiditas tersebut kemungkinan akan menyebabkan timbulnya
beban biaya yang pada gilirannya akan mengganggu kelancaran operasi perusahaan.
Masalah likuiditas tersebut dapat juga dialami oleh individu.. untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas ini, lembaga keuangan menciptakan dan menjual produk atau jasa-jasa likuiditas
yang memberikan kemudahan nasabah untuk mengatasi kesulitan likuiditasnya.
Semua sistem keuangan, baik yang masih sederhana maupun yang telah cukup kompleks,
melaksanakan setidak-tidaknya satu fungsi dasar, yaitu memindahkan dana dari penabung (unit
surplus) dan meminjamkannya kepada peminjam yang akan melakukan investasi (unit defisit).
Pengalihan atau transfer dana dari penabung kepada peminjam dapat dilakukan dalam tiga cara
yaitu:
a. Pembiayaan langsung (direct finance)
Metode pembiayaan langsung atau direct finance terjadi apabila penabung (ultimate lender)
bertemu langsung dengan peminjam (ultimate borrower) dan menukarkan dananya dengan
aset finansial tanpa ada bantuan dari pihak ketiga.
Pembiayaan langsung merupakan metode yang paling sederhana dalam proses transfer dana
dalam ekonomi, namun dalam pelaksanaannya, baik dilihat dari kepentingan pemilik dana
maupun peminjam, memeliki beberapa kelemahan, yaitu:
Dibutuhkan adanya keinginan atau kebutuhan yang bersamaan (coincidence of wants)
mengenai jumlah dana, tingkat bunga dan jangka waktu.
Pemilik dana harus bersedia menerima surat utang atau IOU ( I owe you) yang
dikeluarkan peminjam.
Pemilik dana dihadapkan pada risiko yang tinggi.
Membutuhkan biaya transaksi ( transaction cost) yang biasanya relatif besar termasuk
biaya informasi (information cost) untuk dapat saling bertemu satu dengan lainnya.
Peminjam mungkin harus menemui banyak pemilik dana untuk menemukan jumlah
dana dan jangka waktu yang sesuai dengan keinginan masing-masing pihak.
Proses transfer dana dengan surat utang antara peminjam dan pemilik dana dilakukan
dengan melalui jasa perantara. Oleh karena itu, proses transfer dana tersebut sangat
tergantung pada peran dan intervensi pihak ketiga, yaitu broker dan dealer. Peran broker
(pialang) dan dealer (pedagang) efek memiliki perbedaan.
Broker dapat berupa individu atau institusi yang menyediakan informai dan jasa jual
beli efek/surat berharga.
Peran broker pada dasarnya hanyalah mempertemukan pihak penjual dan pembeli.
Broker tidak memiliki atau mengambil resiko apapun karena sebenarnya ia tidak
mengambil posisi. Untuk jasanya tersebut ia mendapatkan fee dari pihak yang
memberikan instruksi (yaitu instruksi jual atau beli).
Dealer pada dasarnya juga melakukan peran intermediasi antara penjual dan pembeli
efek.
Namun dealer sebenarnya membeli terlebih dahulu efek tersebut dengan harapan akan
menjualnya kemudian dengan harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan
keuntungan.
Jadi dealer mengambil posisi risiko dengan membeli putus (outright purchase) efek
tersebut untuk kepentingan portofolionya. Dengan demikian, ia kemungkinan akan
mengalami kerugian bilamana harga efek tersebut turun.
Kontribusi yang sangat penting yang diberikan oleh broker-dealer terutama dalam pasar
keuangan adalah pesatnya pertumbuhan pasar sekunder. Metode pembiayaan semi langsung
ini memiliki keterbatasan, yaitu risiko likuiditas yand dihadapi terutama apabila pasar modal
masih belum berkembang. Oleh karena itu, pada dasarnya pemilik surat berharga tetap
dituntut harus bersedia menerima risiko likuiditas tersebut dan karakteristik jatuh tempo
IOU yang dikeluarkan peminjam. Dengan demikian, metode ini tetap membutuhkan prinsip
coincidence of wants.
Adanya keterbatasan dalam metode pembiayaan langsung dan semi langsung menyebabkan
dikembangkannya metode pembiayaan tidak langsung yang dilakukan dengan bantuan
lembaga intermediasi keuangan, yaitu: bank, perusahaan asuransi, dana pensiun, perusahaan
pembiayaan, perusahaan efek dan reksa dana.
Peran utama lembaga intermediasi dalam sistem keuangan adalah melayani penabung dan
peminjam dengan cara yang lebih kompleks dibandingkan jasa broker dan dealer. Lembaga
intermediasi di satu pihak menerbitkan sekuritas sekunder (secondary security) kepada
penabung dan di pihak lain menerima surat utang (IOU) dari peminjam yang disebut
sekuritas primer (primary security). Sekuritas sekunder yang diterbitkan oleh lembaga
intermediasi keuangan dapat berupa rekening giro, simpanan, polis asuransi jiwa, anuitas,
saham, atau unit penyertaan reksa dana.