Anda di halaman 1dari 15

Bahan kuliah Pengelolaan Lingkungan Tambanng 2016

 Menurut data yang dikeluarkan oleh Jaringan


Advokasi Tambang Indonesia masih sangat banyak
perusahaan tambang yang tidak melaksanakan
kewajibannya untuk mereklamasi lahan pasca
penambangan.
 Data tersebut menyatakan bahwa operasi
penambangan menimbulkan dampak yang sangat
serius bagi masyarakat sekitar kawasan tambang.
 Pemerintah telah mengeluarkan 10.963 izin usaha
pertambangan (IUP) di seluruh Indonesia, dimana dari
operasi penambangan tersebut telah mengakibatkan
71 korban jiwa, 584 korban kekerasan, dan 13 juta
ha hutan lindung terancam keberadaannya (JATAM
2015).
 Dari fenomena tersebut akhirnya muncul
penilaian yang negatif dari masyarakat
terhadap sektor pertambangan di Indonesia.
 Padahal jika dilihat dari peraturan dan
perundangan yang berlaku, pemerintah telah
membuat kebijakan yang sangat mengikat
bagi perusahaan tambang agar operasi
penambangan yang dilakukan wajib
diselesaikan dengan kegiatan reklamasi (best
reclamation practice).
 Kondisi suatu kawasan sebelum adanya kegiatan
penambangan pada umumnya merupakan daerah
yang terisolir, memiliki perputaran ekonomi yang
lambat, infrastruktur yang buruk, jumlah penduduk
sedikit, pendatang hampir tidak ada, jumlah SDM
berpendidikan tinggi sedikit, aksesibilitas rendah,
dan sumberdaya alam kurang termanfaatkan.
 Ketika perusahaan tambang mulai beroperasi maka
terjadi gangguan lahan, terbentuk lubang-lubang
bekas tambang, serta kerusakan dan pencemaran
lingkungan di sekitarnya.
 Namun dengan adanya perusahaan tambang tersebut
akan membuka daerah yang terisolir, meningkatkan
perputaran ekonomi masyarakat setempat,
membangun infrastruktur yang baik seperti jalan,
fasilitas kesehatan dan pendidikan, serta
meningkatkan aksesibilitas kawasan tersebut.
 Setelah tambang ditutup kemudian dilakukan
rehabilitasi lahan bekas tambang dan lubang
galian secara bertahap agar aman dan tetap
menjadi produktif dengan menggunakan
dana reklamasi yang telah dianggarkan sejak
awal, misalnya pemanfaatan lubang tambang
untuk reservoir air, pengembangan usaha
perikanan atau lainnya yang perlu studi dan
desain lebih lanjut dalam aplikasinya.
Kegiatan operasi penambangan yang dilakukan oleh perusahaan
tambang harus mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku, yaitu
Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri ESDM serta instrumen perjanjian
berupa Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara (PKP2B).

Dasar hukum terkait meliputi :


 Undang-Undang No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara,
 Peraturan Pemerintah No 23/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Pertambangan Mineral dan Batubara Jo PP No. 24 /2012 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batubara,
 Peraturan Pemerintah No 55/2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara,
 Peraturan Pemerintah No. 9/2012 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang
Berlaku di KESDM,
 Keputusan Presiden No. 75/1996 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
PKP2B,
 Peraturan Menteri ESDM No 17/2010 tentang Tata Cara Penetapan Harga
Patokan Penjualan Mineral dan Batubara, Kontrak Karya (KK) serta
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B).
Kegiatan reklamasi merupakan salah satu kewajiban
pemegang izin berdasarkan peraturan dan perundangan,
diantaranya :

 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang


Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Pasal 30 yang
mencantumkan kewajiban pemegang izin tambang untuk
melakukan kegiatan reklamasi lahan pasca pertambangan.
 Dalam aturan tersebut dinyatakan bahwa reklamasi areal
bekas tambang harus dilakukan secepatnya sesuai dengan
rencana dan persyaratan yang telah ditetapkan, reklamasi
dinyatakan selesai setelah disetujui oleh Dirjen, dan
pemegang izin wajib menanami kembali daerah bekas
tambang, termasuk daerah sekitar project area sesuai
studi AMDAL yang bersangkutan.
 Jika melihat sepanjang jalan antara Kota
Samarinda menuju Tenggarong akan
ditemukan sangat banyak lubang-lubang
bekas galian tambang yang telah ditinggalkan
dan menjadi kolam-kolam air yang sangat
luas, hal ini sangat memprihatinkan
mengingat kegiatan reklamasi lahan pasca
tambang merupakan salah satu kewajiban
bagi pemegang IUP yang ditandai dengan
pembayaran jaminan reklamasi pada saat
pengajuan IUP kepada Pemerintah.
 Sesuai peraturan yang berlaku kegiatan
pertambangan seharusnya hanya boleh dilakukan
oleh pemegang IUP dari pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun daerah
(provinsi/kabupaten).
 Namun pada kenyataannya sangat banyak
kegiatan pertambangan yang dilakukan tanpa IUP
atau pertambangan illegal, hal ini sangat
mungkin mengakibatkan banyaknya bekas-bekas
galian yang ditinggalkan dan tidak dilakukan
kegiatan reklamasi setelah dilakukan eksplorasi
dan produksi hasil tambang.
 Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 yang
dimaksud dengan reklamasi adalah kegiatan yang
bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan
yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan
berdayaguna sesuai dengan peruntukannya.
 Kebijakan reklamasi ditujukan agar pembukaan lahan
untuk pertambangan seoptimal mungkin, dan setelah
digunakan segera dipulihkan fungsi lahannya.
Reklamasi harus dilaksanakan secepatnya sesuai
dengan kemajuan tambang dan merupakan bagian
dari rencana pemanfaatan lahan pasca tambang.
 Bahan tambang batubara merupakan salah satu
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui,
memiliki nilai ekonomi sangat tinggi, dan untuk
pengelolaannya perlu SDM dengan kualifikasi
yang tinggi.
 Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui
seperti hutan, ikan, ternak, tanaman pertanian,
memiliki nilai ekonomi rendah dan umumnya
mudah rusak dan mengalami gangguan dalam
produksi, sehingga perlu adanya kombinasi
antara kedua sumberdaya alam tersebut melalui
kegiatan reklamasi lahan pasca tambang.
 Beberapa perusahaan tambang yang
berkomitmen dan berhasil dalam melaksanakan
kegiatan reklamasi lahan pasca tambang yaitu
PT. Bukit Asam, Tbk di Tanjung Enim, PT. Adaro
Indonesia di Kalimantan Selatan, dan PT. Kaltim
Prima Coal di Kalimantan Timur.
 Pembukaan lahan dan proses reklamasi areal
tambang perusahaan tersebut telah dilaksanakan
sesuai dengan butir-butir ketentuan pada
Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 dan
Peraturan Menteri No 18 tahun 2008 mengenai
Reklamasi dan Penutupan Tambang.
1. pembukaan lahan dilakukan bertahap,
2. penataan lahan timbunan yang sudah final
(pengaturan pola alir air, back slope, penghamparan
topsoil),
3. pengendalian erosi (pembuatan check dump, rip rap
dan kolam pengendap lumpur),
4. revegetasi lahan (cover crop dan tanaman tahunan),
5. pengelolaan limbah B3 (incinerator, pengiriman
limbah B3 ke pihak ketiga),
6. pengendalian air asam tambang,
7. perawatan tanaman dan sarana lingkungan, dan
8. Contoh : Pemanfaatan tanaman kayu putih yang
diolah menjadi minyak kayu putih, sumber bahan
diambil dari lahan reklamasi pasca tambang.
 Kegiatan reklamasi mampu mengembalikan
fungsi lahan sehingga sektor lain bisa
berkembang, seperti kehutanan, pertanian,
perkebunan dan perikanan.
 Oleh karena itu reklamasi menjadi kunci
penting dalam pembangunan berkelanjutan
setelah kegiatan pertambangan telah selesai.
 Perusahaan tambang tidak hanya memerlukan
komitmen untuk melaksanakan reklamasi, tetapi juga
harus memiliki tenaga teknis dan SDM yang unggul
terkait perencanaan hutan dan reklamasi lahan pasca
tambang.
 Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah di sektor
pertambangan harus terus dievaluasi dalam
implementasi di lapangan, karena pemerintah
memiliki kewenangan untuk mencabut izin yang
diberikan jika pemegang izin tidak melaksanakan
kewajiban-kewajiban yang dibebankan.
 Selain itu masyarakat juga harus bisa menjadi mitra
pemerintah dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan
pertambangan serta implementasi kebijakan yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai