Anda di halaman 1dari 37

LO 1 Memahami dan Menjelaskan Puskesmas

1.1 Definisi

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya


kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. (PMK No.75. 2014)
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.

1.2 Tujuan

Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang (PMK No.75. 2014):

 Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat
 Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
 Hidup dalam lingkungan sehat
 Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat

Visi (Trihono, 2005)

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah


tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Misi (Trihono, 2005)

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah


mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

1. Meggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.


2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehtana yang diselenggarakan
4. Memeilihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat
beserta lingkungannya.

Fungsi (Trihono, 2005)


Fungsi puskesmas menurut Kep.Men.Kes No.128 tahun 2004 adalah sebagai berikut;
1. Pusat Penggerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas harus berperan sebagai motor dan motivator terselenggaranya
pembangunan yang mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai
factor pertimbangan utama. Keberhasilan fungsi ini bias diukur melalui indeks
potensi tatanan sehat (IPTS), yaitu:
 Tatanan sekolah (SD, SMP, SMU/SMK, madrasah, universitas)
 Tatanan tempat kerja
 Tatanan tempat-tempat umum
Indikatornya:
 Tersedianya air bersih
 Tersedianya jamban yang saniter
 Adanya larangan merokok
 Tersedianya tempat sampah
 Adanya dokter kecil utuk SD atau PMR untuk SMP.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat


Bersifat non-instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama


Pelayanan kesehatan strata pertama yang menjadi tagging jawab puskesmas:
 Pelayanan kesehatan perorangan
 Pelayanan kesehatan masyarakat
5 kesehatan wajib: promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, KIA, KB,
Perbaikan gizi, pemberantasan penyakit menular (P2M)
Upaya pengembangan: UKS, kesehatan olah raga, perawatan kesmas,
kesehatan kerja, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan jiwa, kesehatan mata,
kesehatan usia lanjut, upaya pembinaan pegobatan tradisional.

Dalam melaksanakan tugas, Puskesmas menyelenggarakan fungsi:


a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas berwenang
untuk:
 Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
 Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
 Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan.
 Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan
sektor lain terkait.
 Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan
berbasis masyarakat.
 Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.
 Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
 Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan.
 Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas berwenang


untuk:
 Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
 Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif.
 Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
 Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
 Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi.
 Melaksanakan rekam medis.
 Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan.
 Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.
 Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya.
 Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.
Selain menyelenggarakan fungsi, Puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana
pendidikan Tenaga Kesehatan Ketentuan mengenai wahana pendidikan Tenaga Kesehatan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan
kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja
dan kemampuan penyelenggaraan. (PMK No.75. 2014)

Berdasarkan karakteristik wilayah kerja


Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya Puskesmas dikategorikan menjadi (PMK
No.75. 2014):

 Puskesmas kawasan perkotaan


Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi
paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut
(PMK No.75. 2014):
a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non
agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa
b. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2
km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel
c. Lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik
d. Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan
sebagaimana dimaksud pada huruf b.

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan


perkotaan memiliki karakteristik (PMK No.75. 2014):

a. Memprioritaskan pelayanan UKM


b. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
c. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat
d. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
e. Pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan
permasalahan yang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan.

 Puskesmas kawasan pedesaan


Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi
paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan (PMK No.75.
2014):
a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris
b. Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan
perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak
memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel
c. Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen
d. Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas sebagaimana dimaksud
pada huruf b.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan pedesaan


memiliki karakteristik (PMK No.75. 2014):

a. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat


b. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
c. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
d. Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan
masyarakat perdesaan
 Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil
Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik
(PMK No.75. 2014):
a. Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil,
gugus pulau, atau pesisir
b. Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang
pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan
transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca
c. Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan terpencil


dan sangat terpencil memiliki karakteristik (PMK No.75. 2014):

a. Memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi


tenaga kesehatan
b. Dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan
kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan
c. Pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal
d. Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan
masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil
e. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
f. Pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus
pulau/cluster dan/atau pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan
aksesibilitas.

Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan


Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan Puskesmas dikategorikan menjadi
(PMK No.75. 2014):

 Puskesmas non rawat inap


Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali
pertolongan persalinan normal.
 Puskesmas rawat inap
Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk meenyelenggarakan
pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

Sumber biaya dan dana


Pendanaan di Puskesmas bersumber dari: (Depkes RI, 1996)

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).


b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan


masyarakat yang menjadi tanggungjawab puskesmas, perlu ditunjang dengan tersedianya
pembiayaan yang cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan puskesmas yaitu:
1. Pemerintah
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah
terutama adalah pemerintah kab/kota. Disamping itu puskesmas masih menerima dana
yang berasal dari pemerintah provinsi dean pemerintah pusat. Dana yang disediakan oleh
pemerintah dibedakan atas dua macam yaitu: Dana anggaran pembangunan yang
mencakup dana pembangunan gedung, pengadaan peralatan serta pengadaan obat Dana
anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan peralatan,
pembelian barang habis pakai serta biaya operasional. (Depkes RI, 1996)
Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk
seterusnya dibahas bersama DPRD Kab/Kota. Puskesmas diberikan kesempatan
mengajukan kebutuhan untuk kedua anggaran tersebut melalui Dinas kesehatan Kab/Kota.
Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima oleh puskesmas adalah kepala
puskesmas, sedangkan administrasi keuangan dilakukan oleh pemegang keuangan
puskesmas yakni staf yang ditetapkan oleh Dinas KesehatanKab/Kota atas usulan kepala
puskesmas. Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan
memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Depkes
RI, 1996) (Raymon T, 2001)

2. Pendapatan Puskesmas
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban membiayai
upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan oleh
Peraturan Daerah masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada beberapa kebujakan yang
terkait dengan pemnfaatan dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan ini yakni: Seluruhnya disetor ke kas daerah Untuk ini secara berkala puskesmas
menyetor seluruh dana retribusi yang diterima ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan
Kab/Kota Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas. (Raymon T, 2001)
Beberapa daerah tertentu membenarkan puskesmas menggunakan sebagian dari dana
yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, yang lazimnya berkisar
antara 25 – 50% dari total dana retribusi yang diterima. Penggunaan dana hanya dibenarkan
untuk membiayai kegiatan operasional puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara
berkala dipertanggungjawabkan oleh puskesmas cke pemerintah daerah melalui Dinas
Kesehatan Kab/Kota Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas. (Depkes
RI, 1996)
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan puskesmas menggunakan seluruh
dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan untuk membiayai
kegiatan operasional puskesmas. Dahulu puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan
dana seperti ini disebut puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar
puskesmas yang juga harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang dananya
ditanggung oleh pemerintah diubah menjadi puskesmas swakelola. Dengan perkataan lain
puskesmas tidak mungkin sepenuhnya menjadi swadana. Pemerintah tetap berkewajiban
menyediakan dana yakni untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang
menjadi tanggungjawab pemerintah. (Depkes RI, 1996)

3. Sumber Lain
Pada saat ini puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber lain seperti: PT
ASKES yang peruntukannya sebagai imbal jasa pelayanan yang diberikan kepada para
peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. PT Jamsostek yang peruntukannya juga sebagai imbal jasa pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada peserta jamsostek. Dana tersebut juga dibagikan kepada
para pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jamkesmas/Jamkesda Untuk
membantu masyarakat miskin, pemerintah menyalurkan dana secara langsung ke
puskesmas. Pengelolaan dana ini mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan. (Gani A,
1989)
Apabila sistem Jaminan Kesehatan Nasional telah berlaku akan terjadi perubahan pada
sistem pembiayaan kesehatan. Sesuai dengan konsep yang telah disusun direncanakan pada
masa yang akan datang pemerintah hanya bertanggungjawab untuk membiayai upaya
kesehatan masyarakat, sedangkan untuk upaya kesehatan perorangan dibiayai melalui
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional, kecuali untuk penduduk miskin yang tetap ditanggung
oleh pemerintah dalam bentuk pembayaran premi. Dalam keadaan seperti ini apabila
puskesmas tetap diberikan kesempatan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan,
maka puskesmas akan menerima pembayaran dalam bentuk kapitasi dari Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional. (Depkes RI, 1996)
Untuk itu puskesmas harus dapat mengelola dana kapitasi tersebut dengan sebaik-
baiknya sehingga disatu pihak dapat memenuhi kebutuhan peserta Jaminan Kesehatan
Nasional dan pihak lain tetap memberikan keuntungan bagi puskesmas. Tetapi apabila
puskesmas hanya bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka
puskesmas hanya akan menerima dan mengelola dana yang berasal dari pemerintah.
(Depkes RI, 1996)

LO 2 Azas puskesmas dan program puskesmas

Azas puskesmas

Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Azas
yang dimaksud adalah:

1. Azas pertanggungjawaban wilayah

Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban


wilayah. Dalam arti puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus
melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain:

 Menggerakkan pembangunan berbagai sector tingkat kecamatan sehingga


berwawasan kesehatan
 Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya
 Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
 Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya.

2. Azas pemberdayaan masyarakat


Pukesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga, dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Untuk ini berbagai
potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan badan penyantun puskesmas
(BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka
pemberdayaan masyarakat antara lain:

 Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, bina keluarga balita (BKB)
 Upaya pengobatan: posyandu, pos obat desa (POD)
 Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar gizi
(kadarzi)
 Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali
murid, saka bakti husada (SBH), pos kesehatan pesantren (poskestren)
 Upaya kesehatan lingkungan: kelompok pemakai air (pokmair), desa
percontohan kesehatan lingkungan (DPKL)
 Upaya ksehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
 Upaya kesehatan kerja: pos upaya kesehatan kerja (pos UKK)
 Upayaa kesehatan jiwa: posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat
 Upaya pembinaan pengobatan traTOGA), pembinaan pengobatan tradisional
 Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat, tabungan ibu
bersalin, mobilisasi dana keagamaan

3. Azas keterpaduan
 Keteropaduan lintas program.

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai


upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh:

 Manajemen terpadu balita sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi,
promosi kesehatan, pengobatan.
 Upaya kesehatan sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan
promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan
kesehatan jiwa.
 Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi
kesehatan, kesehatan gigi.
 Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi
kesehatan
 Keterpaduan lintas sector

Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya


puskesmas (wajib, pengembangan, dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor
terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan unit usaha.
Contoh:
 Upaya kesehatan sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
 Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian
 Upaya kesehatan ibu dan anak: sektor kesehatan dengan camat, lurah, kades,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB
 Upaya perbaikan gizi: sektor kesehatan dengan camat, lurah, kades, pertanian,
pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha
 Upaya pembiayaan dan jamkes: sektor kesehatan dengan camat, lurah, kades,
tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan

4. Azas rujukan

Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan jga
untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib,
pengembangan, dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbale balik, baik secara vertical
maupun horizontal.

1) Rujukan upaya kesehatan perorangan


Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.Apabila
suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka
puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih
mampu (baik hotizontal maupun vertical).Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang
hanya memerlukan rawat jalan sederhana, bias dirujuk kembali ke puskesmas.

Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:


1. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (missal
operasi) dan lain lain.

2. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang


lebih lengkap.

3. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten
atau melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan
pelayanan medik spesialis di puskesmas.

2) Rujukan upaya kesehatan masyarakat


Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan
masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan
bencana.Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu
puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan
masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan
masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat,
maka puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten atau kota.

Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:

1. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,


peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan
obat, vaksin, dan bahan bahan habis pakai dan bahan makanan.

2. Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenanga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hokum kesehatan, penanggulangan
gangguan kesehatan karena bencana alam.

3. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan


tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat (antara lain usaha
kesehatan sekolah, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa, pemeriksaan
contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten / kota. Rujukan operasional
diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.

Program Puskesmas

Program pokok puskesmas

Kesehatan dasar BASIC SIX atau 6 program pokok puskesmas yaitu:


A. Promosi kesehatan.
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat, dalam
berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan informasi, dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan
melakukan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat
untuk mengenali, menjaga/memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
(Azwar A, 1996)
Tujuan promosi kesehatan Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. (Azwar A, 1996)
Sasaran
1. Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader
2. Penyuluhan Kesehatan
- Penyuluhan dalam gedung
- Penyuluhan luar gedung
Penyuluhan kelompok :
- Kelompok posyandu
- Penyuluhan masyarakat
- Anak sekolah
Penyuluhan perorangan : PHN
3. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
4. Advokasi program kesehatan dan program prioritas
Kampanye program prioritas antara lain : vitamin A, narkoba, P2M DBD, HIV,
malaria, diare
5. Promosi kesehatan tentang narkoba
6. Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
7. Pembinaan dana sehat/jamkesmas

B. Kesehatan lingkungan.
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping faktor
pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya potensial terhadap
kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat fisik, kimia maupun
biologi. Sejalan dengan kebijaksanaan’Paradigma Sehat’ yang mengutamakan upaya-
upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka upaya kesehatan
lingkungan sangat penting. (Azwar A, 1996)
Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh para staf Puskesmas
akan berhasil baik apabila masyarakat berperan serta dalam pelaksanaannya harus
mengikut sertakan masyarakat sejak perencanaan sampai pemeliharaan.
Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan terwujudnya kualitas
lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala
kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan bahaya
kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih baik.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat mencapai
derajat kesehatan yang optimal
2. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikut sertaan sektor lain yang
bersangkutan, serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan pelestarian
lingkungan hidup.
3. Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan lingkungan dan
permukiman yang berlaku.
4. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam
peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman.
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi perumahan,
kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan makanan, perusahaan dan
tempat-tempat umum. (Azwar A, 1996)
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan Puskesmas
meliputi: (Azwar A, 1996)
1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minuman
3. Pengawasan pembuangan kotoran mannusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukiman
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi

C. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular


1. Penyakit Menular
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang beraasal
dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada
pejamu (host) yang rentan.
2. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Adalah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik perhatian umum dan
mungkin menimbulkan kehebohan/ketakutan di kalangan masyarakat, atau
menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya peningkatan yang berarti
(bermakna) dari kejadiankesakitan/kematian tersebut kepada kelompok penduduk
dalam kurun tertentu.
3. Wabah Penyakit Menular
Adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat mennnimbulkan malapetaka (U.U. No.
4 tahun 1984 tentang wabah penyakit yang mennular)
4. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular (P2M)
Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-upaya:
(Azwar A, 1996)
 Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-
pos kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat
yang memadai termasuk rujukan.
 Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada
KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare,
dsb.
 Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan , pengamatan/pemantauan
(surveinlans ketat) dan logistik.
5. Program Pencegahan
Adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar didalam masyarakat,
yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan kepada host melalui
kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
6. Cara Peenularan Penyakit Menular
Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu: (Azwar A, 1996)
 Penularan secara kontak
 Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang
tercemar
 Pennularan melalui vector
 Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik dan tato.
7. Surveilans Evidemiologi Penyakit Menular
Adalah suatu kegiatan pengumpulan data/informasi melalui pengamatan terhadap
kesakitan/kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya secar sistematik, terus menerus dengan tujuan untuk
perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program, dan sistem
kewaspadaan dini. Secara singkat dapat dikatakan: Pengumpulan Data/Informasi
Untuk Menentukan Tindakan (Surveillance For Action).

Program Pemberantasan Penyakit Menular


 Program imunisasi
 Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
 Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)
 Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penaggulangan pneumonia
 Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
 Program rabies
 Program Surveilans
 Pemberantasan P2B2 demam berdarah

D. Kesehatan Keluarga dan Reproduksi


Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan sejahtra dari
suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya (UU RI no 23 th 1992)
Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh.
Bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.(WHO)
Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dan keluarganya dalam mengatur
biologik keluarga termasuk fungsi reproduksinya serta berperan serta aktif dalam
mencegah dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga serta meningkatkan kualitas
hidup keluarga
Tujuan Khusus
1. Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dan masalah reproduksi
2. Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas dan kesehatan
reproduksi, manfaat dan resiko dari: obat, alat, perawatan, tindakan serta
kemampuan memilih kontrasepsi dengan tepat
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
4. Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif
5. Kehamilan dap persalinan yang direncanakan dan aman
6. Pencegahan dan penanganan engguguran kandungan yang tidak dikehendaki
7. Pelayanan infertilitas
8. Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi hormon di usia lanjut
pada usia lanjut penapisan masalah malignasi
Kebijaksanaan Penyelenggaraan Pembinaan Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
Sesuai dengan intervensi nasional penanggulangan masalah kesehatan reproduksi di
indonesia berdasarkan rekomendasi strategi regional WHO untuk negara-negara Asia
Tenggara, maka kegiatan pelayanan reproduksi adalah: (Azwar A, 1996)
1. Kesehatan Ibu Dan Anak
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, pengembangan dan perlindungan
bayi, anak bawah lima tahun (BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam proses
tumbuh kembang.
Prioritas pelayanan KIA dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan
ibbu dan anak dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari
1. Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas
2. Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah
Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan berkualitas denagn partisipasi penuh pengguna jasa dan
keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai kesempatan yang
terbaik dalam hal waktu dan jarak antar kehamilan, melahirkan bayi sehat yang aman
dalam lingkungan yang kondusif sehat, denagn asuhan antenatal yang ade kuat,
dengan gizi serta persiapan menyusui yang baik. (Azwar A, 1996)
Tujuan Khusus
1. Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIE kepada ibu hamil termasuk KB
berupa pelayanan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas serta
perawatan bayi baru lahir.
2. Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan kebidanan dan
neonatal serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai kebutuhan
3. Memantau cangkupan pelayanan kebidanan dasar dan penagganan kedaruratan
kebidanan neonatal
4. Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan
5. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam
upaya KIA
6. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh bayi baru lahir yang
meliputi usaha pernafasan spontan, menjaga bayi tetap hangat, menyusui dini
dan eksklusif, mencegah interaksi serta tata laksana neonatal sakit
7. Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita dan anak pra
sekolah yang meliputi perawatn bayi baru lahir, pemeriksaan kesehatan rutin
pemberian imunisasi dan upaya perbaikan gizi
8. Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi tumbuh kembang
pada seluruh balita dan anak pra sekolah yang melipui perkembangan motorik,
kemampuan berbicara dan kognitif serta sosialisasi dan kemandirian anak
9. Melaksanakan management terpadu balita sakit yang datang berobat ke fasilitas
rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindak lanjutnya
Sasaran
Adalah ibu, bayi, balita, anak usia pra sekolah dan keluarga yang tinggal dan beraada
di wilayah kerja Puskesmas serta yang berkunjung ke Puskesmas.
2. Kesehatan Anak Usia Sekolah
Upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan serta membentuk prilaku hidup sehat anak usia sekolah yang
berada di sekolah dan perguruan agama
Anak usia sekolah (7-21 tahun) sesuai proses tumbuh kembang di bagi 3
subkelompok yaitu: (Azwar A, 1996)
a. Pra- remaja (7-9 tahun)
b. Remaja (10-19 tahun)
c. Dewasa Muda (20-21 tahun)
Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik, sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. (Azwar A, 1996)
Tujuan Khusus
1. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan
prinssip hidup sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan
kesehatan sekolah, perguruan agama, di rumah tangga maupun di
lingkungan masyarakat
2. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk,
penyalah gunaan narkotika dan bahan berbahaya, alkohol, rokok dan
sebagainya
3. Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi peserta
didik ddik sekolah dan diluar sekolah
4. Terciptanya lingkungan kehidupan sehat di sekolah

Sasaran
Masyarakat sekolah dari tingkat pendidik dasar sampai dengan tingkat
pendidikan menengah termasuk perguruan agama,beserta lingkungannya, serta
perguruan tinggi (tingkat 1 dan 2)

3. Kesehatan Remaja, termasuk pencegahan serta penanganan PMS (Penyakit


Menular akibat Hubungan Seks, HIV/AIDS)
Adalah pembinaan yang meliputi perencanaan, penilaian, pembimbingan
dan pengendalian segala upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja dan
peningkatan peran serta aktif remaja dalam perawatan kesehatan diri dan
kesehaatan keluarga, dengan dukungan kerjasama lintas program dan lintas
ssektoral. (Azwar A, 1996)
Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan hidup sehat remaja sebagai unsur kesehatan
keluarga, guna membina kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka
meningkatkan ketahanan diri, prestasi dan peran aktifnya dalam pembangunan
nasional
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang perkembangan biologik yang
terjadi pada dirinya
2. Menurunnya angka kehamilan dikalangan remaja
3. Menurunnya angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan remaja
4. Menurunnya angka kejadian Penyakit akibat hubungan seksual(PHS) di
kalangan remaja
5. Meningkatnya peran serta aktif keluarga dan masyarakat dalam upaya
pembinaan kesehatan remaja.

Sasaran
Sasaran untuk wilayah Puskesmas. (Azwar A, 1996)
a. Sasaran Remaja
 Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam institusi pendidikan
formal dan non formal di wilayah Puskesmas
 Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam kelompok pekerja
 Remaja berusia 10-19 tahun dalam kelompok masyarakat (Olahraga,
Kesenian, PMI Remaja, Pramuka, Karang Taruna)
b. Sasaran Pembina Remaja
 Perkumpulan orang tua murid
 Pimpinan/supervisor/pembimbing kegiatan remaja
 Pimpinan kelompok pekerja/industri yang beranggotakan remaja
c. Sasaran Pengelola Kegiatan
 Pimpinan pengelola program/upaya pelayanan kesehatana.
 Petugas Pelayanan Kesehatan

4. Keluarga Berencana
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi
reproduksi yang berkualitas.
Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan
pasangan usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah
dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka
kelahiran nasional
Tujuan Umum
Adalah terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan penuh pengguna
jasa pelayanan dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap pasangan usia
subur mempunya kesempatan yang terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan
jarak antar kehamilan guna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga kecil,
bahagia dan sejahtra. (Azwar A, 1996)
Tujuan Khusus
 Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE kepada
pasangan usia subur dan keluarganya
 Memberikan pertolongan pertama/penanganan efek samping dan kegagalan
metode kontrasepsi serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II)
sesuai dengan kebutuhan
 Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan metoda
kontrasepsi
 Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan
 Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat
dalam upaya KB
 Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon pasangan
usia subur, serta anggota keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan
kualitas kesehatan fungsi reproduksinya
 Melaksanakan penanganan infentaris pasangan usia subur yang berkualitas
dan merunjuk ke fasilitas rujukan primer sesuai dengan kebutuhan
 Melaksanakan managemen terpadu pelayanan kontrasepsi yang datang
berobat ke fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan
tindakan lanjutnya

Sasaran
a. Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur
b. Calon pasangan usia subur
c. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menoupaus
d. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas
e. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase
intervensi pelayanan KB.

5. Kesehatan Usia Lanjut (Program Pengembangan Puskesmas)

Indikator keberhasilan program di wilayah kerja dinilai dari: (Azwar A, 1996)


1. Angka Kematian Bayi
2. Angka Kematian Ibu
3. Prosentase Ibu Hamil Yang Mempunyai Berat Badan Dan Tinggi Yang Normal
4. Prosentase Ibu Hamil Dengan Anemia
5. Prosentase Balita Dengan Berat Badan Dan Tinggi Sesuai Umur

E. Perbaikan Gizi masyarakat


Adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat dengan
pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran serta
aktif masyarakat. (Azwar A, 1996)
Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas meliputi:
1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
2. Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)
3. Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi Yang Terdiri Dari:
 Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY)
 Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)
 Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi Protein (KEP) Dan
Kurang Energi Kronis (KEK)
 Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
 Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi Mikro
LainPencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih
4. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)
Tujuan Umum
Menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mewujudkan prilaku gizi yang baik dan benarsesuai denagn
gizi seimbang
2. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari berbagai
institusi pemerintahan serta swasta
3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi/petugas Puskesmas
lainnya dalam merencanakan, melaksanakan, membina, memantau dan
mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat
4. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi keluarga terhadap
pencegahan dan penanggulangan masalah kelainan gizi
5. Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan/pelaporan masalah gizi dan
tersedianya informasi situasi pangan dan gizi.

Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang beresiko menderita


kelainan gizi antara lain: (Azwar A, 1996)
1. Bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah
2. Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin (cantin), ibu hamil, ibu
nifas, ibu menyusui, dan usia lanjut (usila)
3. Semua penduduk rawan gizi (endemik)
4. Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi
5. Pekerja penghasilan rendah.

F. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan


Pelayanan Medik Rawat Jalan
Adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan (dokter) baik
secara sendiri ataupun atas koordinasi bersama dengan sesama profesi maupun
pelaksana penunjang pelayanan kesehatan lain sesuai dengan wewenangnya, untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dan menyembuhkan penyakit yang ditemukan
dari pengguna jasa pelayanan kesehatan, dengan tidak memandang umur dan jenis
kelamin, yang dapat diselenggarakan pada ruang praktek. (Azwar A, 1996)
Tujuan Umum
Tujuan pelayanan medik rawat jalan adalah terwujudnya pengguna jasa dan
keluarganya yang partisipatif, sehat sejahtera, badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara sosial dan ekonomi
dengan baik. (Azwar A, 1996)
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri, trutama melalui
peningkatan kesehatan dasar dan pencegahan penyakit
2. Meningkatkan kesehatan ‘pengguna jasa pelayanan, dan komunikasi yang
dilayani oleh Puskesmas
3. Terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas serta melibatkan
partisipasi keluarga terhadap perawatan untuk:
 Mengurangi penderitaan karena sakit
 Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan
 Memulihkan kesehatan fisik, psikis dan sosial
 Menurunnya angka morbidilitas penyakit di wilayah kerja Puskesmas.
Sasaran
Sasaran pelayanan medik rawat jalan yang diselenggarakan Puskesmas adalah
semua anggota masyarakat dengan tidak memandang umur, dan tidak membedakan
strata sosial.

Pelayanan Kedaruratan Medik


Adalah pelayanan medik terdepan yang merupakan penatalaksanaan kecelakaan
dan keadaan kedaruratan medik berkenaan dengan perubahan keadaan baik
fisiologik, anatomik dan mental psikologikal dari pengguna jasa pelayanan, yang
terjadi mendadak, yang tindakan mengatasinya harus segera dilaksanakan di mulai
dari tempat kejadian sampai dengan pelayanan medik untuk menyelamatkan
kehidupan. (Azwar A, 1996)
Tujuan pelayanan kecelakaan dan kedaruratan medik adalah memberikan
pertolongan medik segera dengan menyelesaikan masalah kritis yang ditemukan
untuk mengambil fungsi vital tubbuh serta meringankan penderitaaan dari
pengguna pelayanan.
Prinsip Kerja
Pelayanan kedaruratan medik mempunyai prinsip-prinsip kerja khusus yang harus
dilaksanakan, yaitu: (Azwar A, 1996)
a. Pertolongan harus cepat dan tepat
b. Pertolongan harus memenuhi standar pelayanan tingkat primer, yaitu :
 Menstabilkan kondisi medik untuk evakuasi ke tempat rujukan
 Memperbaiki jalan nafas dan pernafasan spontan, agar terjaminnya
oksigenasi yang adekuat ke seluruh tubuh terutama otak
 Memperbaiki sirkulasi darah
 Menghilangkan dan mengurangi rasa nyeri
 Melakukan tindakan invasif medik yang diperlukan
c. Memberikan informed consent kepada keluarga penderita
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Adalah pelayanan gigi dan mulut yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan medik
ataupun kesehatan yang berwenang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, yang
dilaksanakan sendiri atau bersama menurut fungsinya masing-masing, gguna
mengantisifasi proses penyakit gigi dan mulut dan permasalahannya secara
keseluruhan, yang dapat dilaksanakan dalam prosedur pelayanan di kamar praktek
dan dengan pembinaan kesehatan wilayah setempat.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi: (Azwar A, 1996)
1. Pelayanan kesehatan gigi dasar paripurna yang terintegrasi dengan program-
program lain di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan gigi esensial yang
terbanyak di butuhkan oleh masyarakat dengan mengutamakan upaya
peningkatan dan pencegahan penyakit gigi.
2. Pelayanan kesehatan gigi khusus adalah upaya perlindungan khusus, tindakan,
pengobatan dan pemulihan masalah kesehatan gigi dan mulut serta pelayanan
asuhan sistemik kesehatan gigi dan mulut.
Tujuan Umum
Tujuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatkannya partisipasi
anggota masyarakat dan keluarganya untuk bersama-sama mewujudkan
tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimal. (Azwar A,
1996)
Tujuan Khusus
1. Meningkatnya kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat dalam kemampuan
pemeliharaan diri di bilang kesehatan gigi dan mulut dalam mencari
pertolongan sedini mungkin
2. Meningkatkan kesehatan gigi pengguna jasa pelayanan, keluarga dan
komunikasinya
3. Terselenggaranya pelayanan medik gigi dan mulut yang berkualitas serta
melibatkan partisipasi keluarga terhadap perawatan untuk:
 Menghentikan perjalanan penyakit gigi dan mulut yang diderita
 Terhindarnya/berkurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan
gigi dan mulut
 Mengurangi penderita karena sakit
 Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan
 Memulihkan kesehatan gigi dan mulut
4. Menurunnya prevelensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat terutama pada kelompok masyarakat yang rawan
Sasaran
Kelompok rentan untuk mendapatkan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
yaitu:
a. Anak sekolah dasar (upaya kesehatan gigi sekolah)
b. kelompok ibu hamil dan menyusui
c. Anak pra sekolah
d. Kelompok masyarakat lain berpenghasilam rendah
e. Lansia

Program pengembangan puskesmas

Program Pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas adalah beberapa upaya


kesehatan pengembangan yang ditetapkan Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota
sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan kemampuan puskesmas. Dalam struktur
organisasi puskesmas program pengembangan ini biasa disebut Program spesifik lokal.
(Azwar A, 1996)

Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut adalah (Azwar A,


1996)

1. Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat yang dilakukan


petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan SMP) diwilayah kerja
Puskesmas
2. Kesehatan Olah Raga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu
pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, naik atlet
maupun masyarakat umum. Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesegaran jasmani
anak sekolah dan kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di luar gedung
3. Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan penanganan kasus
tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak lanjuti atau dikunjungi ketempat
tinggalnya untuk dilakukan asuhan keperawatan induvidu dan asuhan keperawatan
keluarganya. Misalnya kasus gizi kurang penderita ISPA/Pneumonia
4. Kesehatan Kerja, adalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmas yang
ditujuhkan untuk masyarakat pekerja informal maupun formal diwilayah kerja
puskesmas dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan
yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalnya pemeriksaan secara
berkala di tempat kerja oleh petugas puskesmas
5. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi dan mulut yang
dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar gedung
(mengatasi kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang merupakan salah satu
penyakit yang terbanyak di jumpai di Puskesmas
6. Kesehatan Jiwa, adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh
tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam rangka
mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui kegiatan
pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan
konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling
jiwa di Puskesmas.
7. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama pemeliharaan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dibidang mata dan
pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan didukung oleh peran serta
aktif masyarakat. Misalnya upaya penanggulangan gangguan refraksi pada anak
sekolah.
8. Kesehatan Usia Lanjut, adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau upaya
kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia
lanjut. Misalnya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif,
kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok
masyarakat usia lanjut.
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional, Adalah program pembinaan terhadap
pelayanan pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan
tradisional. Yang dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang
dilakukan secara turun temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk
jarum, juru sunat) maupun keterampilan (pijat, patah tulang).
10. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah haji
yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan pemantauan
kesehatan jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji.
11. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang
dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

LO 3 Pengorganisasian puskesmas

Strukrut organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-msing
puskesmas. Penyusunan strukur organisasi puskesmas disuatu kabupaten/kota dilakukan oleh
dinas kesehatn kabupaten/kota, sedangkan penetapanya dilakukan dengan peraturan daerah.

Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagiai berikut:

a. Kepala puskesmas
Kepala puskesmas memiliki tugas untuk memimpin, mengawasi dan mengkoordinasi
kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan structural dan jabatan fungsional.
Dalam melaksanakan tugasnya, kepala puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan puskesmas maupun dengan satuan
organisasi di luar puskesmas sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Dalam melaksanakan tugasnya kepala puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi
petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan teknis pelaksanaan yang ditetapkan olah kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

b. Unit tata usaha yang bertanggungjawab membantu kepala puskesmas dalam pengelolaan:
 Data dan informasi
 Perencanaan dan penilaian
 Keuangan
 Umum dan kepegawaian
c. Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas:
 Unit yang terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional
 Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah masing-masing
 Unit-unit terdiri dari:

Unit I, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga
berencana, dan perbaikan gizi

Unit II, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan


penyakit, khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan, dan laboratorium sederhana

Unit III, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan
tenaga kerja dan manula

Unit IV, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarkat,


kesehatan sekolah dan olah raga, kesehatan jiwa, kesehatan mata, dan kesehatan khusus
lainnya.

Unit V, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya


kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat

Unit VI, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap

Unit VII, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kefarmasian.

d. Jaringan pelayanan puskesma:


 Unit puskesmas Pembantu
Puskesmas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan
berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
 Unit puskesmas keliling
Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi
dengan kendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor fan peralatan kesehatan,
peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas.
Kegiatan puskesmas keliling:
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil
yang tidak terjangkau oleh pelayanan puskesmas atau puskesmas pembantu
2. Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa
3. Melakukan penyuluhan kesehtan dengan menggunakan alat audio-visual
 Unit Bidan di Desa/komunitas.
Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya, akan
ditempatatkan seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas. Wilayah kerja bidan
tersebut adalah satu desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 orang
Tugas utama bidan tersebut adalah membina peran serta masyarakat melalui
pembinaan posyandu dan pembinaan pimpinan kelompok persepuluhan, disamping
member pelayanan langsung di posyandu dan pertolongan persalinan di rumah-
rumah. Selain itu juga menerima rujukan masalah kesehatan anggota keluarga
persepuluhan untuk diberi pelayanan seperlunya atau dirujuk lebih lanjut ke
puskesmas atau ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terjangkau
secara rasional.

Trihono. Manajemen Puskesmas berbasis paradigm sehat. Jakarta: CV Sagung Seto; 2005

Dinas Kesehatan RI. Pedoman Kerja Puskesmas jilid I.

LO 4 Upaya preventif dan promotif

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
secara keseluruhan telah menetapkan indikator status kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang
mengacu pada Global Goals for Oral Health 2020 yang dikembangkan oleh FDI, WHO dan
IADR. Salah satu program teknis dari Departemen of Non-communicable Disease Prevention
and Health Promotion yang mewadahi program kesehatan gigi dan mulut secara global adalah
WHO Global Oral Health Programme (GOHP). Program ini menyarankan negara-negara di
dunia untuk mengembangkan kebijakan pencegahan penyakit gigi dan mulut serta promosi
kesehatan gigi dan mulut. Kebijakan ini juga mendukung integrasi program kesehatan gigi dan
mulut dengan program kesehatan umum. Salah satu aksi prioritas dari GOHP, khususnya untuk
anak sekolah dan remaja adalah promosi kesehatan gigi di sekolah.
Indikatornya Global Goals for Oral Health 2020 adalah:

• Berkurangnya rasa sakit yang dinilai dari berkurangnya hari absen di sekolah karena sakit.

• Peningkatan proporsi bebas karies pada usia 6 tahun sebanyak x%.


• Penurunan komponen D dari DMFT pada usia 12 tahun sebanyak x%, dengan perhatian khusus
pada kelompok berisiko tinggi.
• Berkurang sebanyak x% jumlah gigi di ekstraksi karena karies pada usia 18 tahun.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah selain dilaksanakan melalui
kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas juga diselenggarakan secara terpadu
dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
yang juga dilaksanakan oleh swasta.
Program UKGS sudah berjalan sejak tahun 1951, status kesehatan gigi pada anak usia 12
tahun masih belum memuaskan. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 (Kemenkes), menunjukkan
prevalensi karies gigi dalam 12 bulan terakhir di Indonesia adalah 46,5% dan yang mempunyai
pengalaman karies sebesar 72,1%. Prevalensi karies aktif kelompok umur 12 tahun sebesar
29,8% sedangkan pengalaman karies 36,1%. Besarnya kerusakan gigi yang belum ditangani dan
memerlukan penumpatan/pencabutan (RTI) pada usia 12 tahun sebesar 62,3% sedangkan
persentasi dari jumlah gigi tetap yang sudah di tumpat (PTI) pada usia ini baru mencapai 0,7%
dan 26,2% telah terlanjur dicabut.

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan
untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah
binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi individu
(peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
Upaya Kesehatan Masyarakat pada UKGS berupa kegiatan yang terencana, terarah dan
berkesinambungan.
.
a. Intervensi perilaku yaitu:
• Penggerakan guru, dokter kecil, orang tua murid melalui lokakarya/pelatihan.
• Pendidikan kesehatan gigi oleh guru, sikat gigi bersama dengan menggunakan pasta gigi
berfluor, penilaian kebersihan mulut oleh guru/dokter kecil.
• Pembinaan oleh tenaga kesehatan.

b. Intervensi lingkungan
• Fluoridasi air minum (bila diperlukan)
• Pembinaan kerjasama lintas program/lintas sektor melalui TP UKS.

Upaya kesehatan perorangan pada UKGS berupa intervensi individu pada peserta didik
yang membutuhkan perawatan kesehatan gigi dan mulut meliputi surface protection, fissure
sealant, kegiatan skeling, penambalan dengan metode ART (Atraumatic Restorative Treatment
technique) penambalan, pencabutan, aplikasi fluor atau kumur-kumur dengan larutan yang
mengandung fluor, bisa dilaksanakan di sekolah, di Puskesmas atau di praktek dokter gigi
perorangan/dokter gigi keluarga.
Tujuan Umum:
Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang optimal

Tujuan Khusus:

a. Meningkatnyapengetahuan, sikap dan tindakan peserta didik dalam memelihara kesehatan


gigi dan mulut.
b. Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua dalam upaya promotif-preventif.
c. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut bagi peserta didik yang
memerlukan.
Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS meliputi:
1. Sasaran primer: peserta didik (murid sekolah) TK–SD-SMP-SMA dan sederajat
2. Sasaran sekunder: guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan, orang tua murid serta TP
UKS disetiap jenjang.
3. Sasaran tertier:
a. Lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai pada sekolah lanjutan, tingkat
atas, termasuk perguruan agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya.
b. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan.
c. Lingkungan, yang meliputi:
• Lingkungan sekolah
• Lingkungan keluarga
• Lingkungan masyarakat

http://pbpdgi.or.id/wp-content/uploads/2015/04/UKGS.pdf
UKGM adalah suatu pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi, dengan mengintegrasikan upaya
promotif, preventif kesehatan gigi pada berbagai upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
yang berlandaskan pendekatan primary health care(posyandu, bina keluarga balita,
polindes,ponstren, dan taman kanak-kanak). Sasaran UKGM yaitu semua masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan diutamakan bagi kelompok rentan penyakit gigi mulut yaitu golongan
balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

Tujuan UKGM yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, dan peran serta
masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Program UKGM di posyandu, dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan gigi dari puskesmas dan kader. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki
atau perempuan yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat serta bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.

Kegiatan UKGM yang dilaksanakan di posyandu yaitu pemeriksaan kesehatan gigi, memebrikan
penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, dan pelatihan kader. Kemampuan
pendanaan dari pemerintah terbatas, karenanya perlu dikembangkan pendanaan yang berasal dari
masyarakat untuk kepentingan pelayanan. Dana ini dapat berwujud dana sehat atau bentukbentuk
asuransi kesehatan lainnya yang merupakan bentuk swadaya masyarakat.
LO 5 Manajemen Puskesmas
Manajemen kesehatan adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan
kesehatan masyarakat, sehingga yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem yang
berlangsung (Notoatmodjo (2007).
Manajemen pelayanan kesehatan berarti penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam
pealayan kesehatan untuk sistem dan pelaksanaan pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan
baik, sesuai dengan prosedur, teratur, menempatkan orang-orang yang terbaik pada bidang-
bidang pekerjaannya, efisien, dan yang lebih penting lagi adalah dapat menyenangkan konsumsi
atau membuat konsumen puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan (Trisnantoro, 2005).
Konsep dasar
1. Manajemen sebagai Ilmu
Manajemen telah dipelajarai lama dan telah dikaji, diorganisasikan menjadi suatu rangkaian
teori. Manajemen memerlukan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan lain dalam penerapannya
untuk mencapai tujuan. Manajemen dalam upaya mencapai tujuannya berdasarkan kaidah
ilmiah dan sistematis. (Subandi A, 2001)

2. Manajemen sebagai Seni


Diartikan bahwa manajer dalam mencapai tujuan banyak dipengaruhi oleh keterampilan-
keterampilan pribadi, bakat dan karakternya. (Subandi A, 2001)

3. Manajemen sebagai Proses


Manajemen sebagai proses karena dalam mencapai tujuan menggunakan serangkaian
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Manajemen sebagai proses
lebih diarahkan pada proses mengelola dan mengatur pelaksanaan suatu pekerjaan, atau
serangkain aktivitas dalam rangka mencapai tujuan. (Subandi A, 2001)

4. Manajemen sebagai Profesi


Manajemen sebagai profesi penekankan pada kegiatan yang dilakukan sekelompok orang
dengan menggunakan keahlian-keahlian tertentu. Keahlian-keahlian tersebut diperoleh
karena telah memenuhi syarat atau standart tertentu dan diakui olehmasyarakat. Dengan
keahlian tersebut seseorang dapat memperoleh suatu status. (Subandi A, 2001)

Unsur manajemen
Unsur berarti bahan asal, bagian yang penting disuatu hal. Unsure manjemen adalah sesuatu
yang menjadi bahan mutlak sebagai pembentuk manajemen. Dalam banyak literature
mengemukakan bahwa unsure manajemen seperti yang dikemukakan oleh G.R Terry dengan
istilah “The SiX M’s In Management” (6 M di dalam manajemen) yaitu Man, Money,
Materials,Machines, market dan method.
Jika di lihat dari pengertian manajemen yaitu koordinasi semua sumber daya melalui proses
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penetapan tenaga kerja (Accuating), dan
pengawasan (controlling) untuk mencapai suatu sasaran yang diinginkan. Maka unsure-unsur
manajemen, meliputi: (Handoko TH, 2003)
1. Manusia
(Manusia memimpin, manusia pelaksana dan manusia objekpelaksana)
Dalam suatu usaha yang dilakukan oleh lebih dari satu orang keberadaan pihak pemimpin
dan pihak yang dipimpin adalh suatu hal yang mutlak.
2. Tujuan yang hendak dicapai
3. Wadah yakni badan/ organisasi sebagai tempat orang-orang melakukan usaha kerjasama.
4. Alat atau sarana untuk mencapai tujuan.
5. Kegiatan/aktivitas seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,dll

Model manajemen

1. Model Planning, Implementation & Evaluation ( P-I-E).


Model tersebut merupakan model paling sederhana, karena hanya meliputi 3 fungsi yakni
fungsi perencanaan, implementasi, dan evaluasi sumberdaya guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Model Planning, Organizing, Actuating & Controling ( P-O-A-C).
Tetapi pada tahun 1914 dari pengertian diatas mengalami transformasi setelah seorang
ahli manajemen berkebangsaan Prancis Henri Fayol menyebutkan manajemen
melaksanakan 5 fungsi utama yakni, merencanakan (plan) aktivitas yang akan dilakukan,
kemudian mengorganisasikan (organize) untuk mencapai rencana tersebut. Kemudian
mengarahkan (direct) sumberdaya yang dimiliki guna melaksanakan rencana serta
memimpin sumberdayanya (leading). Hingga kemudian mengendalikan (control)
sumberdaya agar tetap beroprasi optimal.
3. Model perencanaan, pergerakan dan pelaksanaan, serta pengawasan, pengendalian dan
penilaian ( P1-P2-P3)
4. Model Analisis, Rumusan, Rencana, Implementasi dan Forum komunikasi ( A-R-R-I-F )
Model tersebut dipergunakan oleh organisasi yang bergerak dalam bidang partisipasi
kemasyarakatan.
5.Model Analisis, Rumusan, Rencana, Implementasi, Monitoring dan Evaluasi ( A-R-R-I-
M-E )
Model ini tidak jauh berbeda dengan model nomor 4, namun perbedaannya hanya terletak
pada fungsi monitoring serta evaluasi yang diletakan secara terpisah.

Manajemen kesehatan merupakan salah satu subsistem dalam Sistem Kesehatan Nasional.
Subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya administrasi
kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi pengembangan dan penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Tujuan
subsistem manajemen kesehatan adalah terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan
yang berhasil guna dan berdaya guna, didukung oleh sistem informasi IPTEK dan hukum
kesehatan, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan yang meningkatkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Subsistem manajemen kesehatan terdiri dari 4 (empat)
unsur utama yakni administrasi kesehatan, informasi kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta hukum kesehatan. Dengan demikian administrasi kesehatan merupakan salah satu bagian
dari manajemen kesehatan (Departemen Kesehatan, 2004).

Manajemen Puskesmas didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja secara


sistematis untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan
sistematis yang dilaksanakan Puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada 3 (tiga)
fungsi manajemen Puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian,
serta Pengawasan dan Pertangungjawaban. Semua fungsi manajemen tersebut harus
dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan (Departemen Kesehatan, 2004).

Dari uraian beberapa pengertian manajemen tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen Puskesmas diselenggarakan sebagai (Sulaeman, 2009):
1. Proses pencapaian tujuan Puskesmas
2. Proses menselaraskan tujuan organisasi dan tujuan pegawai Puskesmas (management by
objectives atau MBO) menurut Drucker
3. Proses mengelola dan memberdayakan sumber daya dalam rangka efisiensi dan efektivitas
Puskesmas
4. Proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
5. Proses kerjasama dan kemitraan dalam pencapaian tujuan Puskesmas;
6. Proses mengelola lingkungan.

Lo 6 Fungsi manajemen POAC

Pengertian tiap Fungsi POAC


Fungsi POAC sendiri dalam suatu organisasi adalah untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya. Berikut adalah pemaparan singkat tentang
tiap bagian dari POAC, yang mana akan dibahas lebih dalam di bab lain: (Dubrin dan Andrew J,
2008)

A. Planning
Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk mencapai tujuan
tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama manajemen dan meliputi segala
sesuatu yang manajer kerjakan. Di dalam planning, manajer memperhatikan masa depan,
mengatakan “Ini adalah apa yang ingin kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya”.
(Dubrin dan Andrew J, 2008)
Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena setiap pilihan
dibuat berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana. Planning penting karena banyak berperan
dalam menggerakan fungsi manajemen yang lain. Contohnya, setiap manajer harus membuat
rencana pekerjaan yang efektif di dalam kepegawaian organisasi.
Prinsip Perencanaan
Berikut ini adalah prinsip dari perencanaan: (Dubrin dan Andrew J, 2008)
A. Prinsip Kontribusi
Tujuan perencanaan adalah untuk memastikan pencapaian efektif dan efisien tujuan
organisasi, dalam kenyataannya, kriteria dasar untuk perumusan rencana untuk mencapai
Tujuan utama perusahaan. Pencapaian tujuan selalu tergantung pada rencana dan jumlah
kontribusi organisasi terhadap perencanaan.
B. Prinsip Suara dan Konsisten Premising
Bangunan adalah asumsi mengenai kekuatan lingkungan seperti kondisi ekonomi dan pasar,
sosial, politik, aspek hukum dan budaya, tindakan pesaing, dll Ini adalah lazim selama
periode pelaksanaan rencana. Oleh karena itu, Rencana yang dibuat atas dasar tempat sesuai,
dan masa depan perusahaan tergantung pada tingkat kesehatan rencana yang mereka buat
sehingga untuk menghadapi keadaan tempat.

Metode Pengambilan keputusan


A. Elementary Methods (Metode dasar)
Metode pendekatan ini sangat simpel, dan membutuhkan perhitungan untuk mendukung
analisis. Metode ini sesuai untuk keadaan di mana masalah hanya diselesaikan oleh satu
orang saja, alternatif yang terbatas dan ada karakter yang unik di lingkungan pembuatan
keputusan. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
B. MAUT (Multi-Attribute Utility Theory)
Metode ini menggunakan skala prioritas antara 0-1 untuk membantu dalam pembuatan
keputusan di organisasi. Hasil dari prioritas itu dapat digunakan sebagai pembuat keputusan.
(Dubrin dan Andrew J, 2008)
C. SMART ( Simple Multi Attribute Rating Technique)
Metode pengambilan keputusan ini menggunakan fungsi nilai yang dihitung secara
matematis. Adanya skala penilaian yang telah diketahui oleh banyak orang. (Dubrin dan
Andrew J, 2008)
D. Basic Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA)
MCDA umumnya mempunyai masalah yang memiliki salah satu dari sejumlah alternatif.
Alternatif tersebut didasarkan pada seberapa baik dalam penilaian hal yang
dipilih. Kriteriadan nilai atau skornya dibuat oleh si pembuat keputusan. Setelah memberikan
penilaian terhadap alternatif dijumlahkan sesuai masing-masing kriteria dan kemudian
diurutkan sesuai jumlah skor. Urutan hasil yang telah didapatkan oleh pembuat keputusan
adalah hasil keputusan. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
E. NGT (Nominal Group Technic)
NGT adalah suatu metode untuk mencapai konsensus dalam suatu kelompok dalam membuat
keputusan. Teknik ini mengumpulkan ide-ide dari tiap peserta atau anggota organisasi
kemudian memberikan voting dan rangking terhadap ide-ide yang mereka pilih. Ide yang
dipilih adalah ide yang paling banyak skornya, yang berarti merupakan konsensus bersama.
(Dubrin dan Andrew J, 2008)

Metode Menentukan Prioritas


A. Metode USG (Urgent, Seriousness, and Growth). (Koontz H dan Weihrich H, 1990)
1) Urgent
Tingkat kegawatan suatu masalah, artinya apabila masalah tidak segera ditanggulangi akan
semakin gawat.
2) Seriousness
Tingkat keseriusan sebuah masalah, apabila masalah tidak diselesaikan akan berakibat serius
pada masalah lainnya.
3) Growth
Besar atau luasnya masalah berdasarkan pertumbuhan atau perkembangan, artinya
apabila masalah tersebut tidak segera diatasi pertumbuhannya akan berjalan terus.

B. Metode MCUA (Multi Criteria Utility Assesment)


MCUA adalah metode kuantitatif untuk memilih intervensi terbaik di antara banyak pilihan
kandidat yang berbeda. (Koontz H dan Weihrich H, 1990)
C. Metode CARL (Capability, Accessability, Readiness, and Leverage)
Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menentukan prioritas
masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Metode ini dilakukan dengan
menentukan skor atas criteria tertentu, seperti kemampuan (capability), kemudahan
(accessibility), kesiapan (readiness), serta pengungkit (leverage). Semakin besar skor
semakin besar masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas.
Penggunaan metode CARL untuk menetapkan prioritas masalah dilakukan apabila pengelola
program menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan maslah. Penggunaan
metode ini menekankan pada kemampuan pengelola program. (Koontz H dan Weihrich H,
1990)
D. Metode Hanlon
Metode Hanlon merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menentukan
prioritas masalah dengan menggunakan empat kelompok kriteria, yaitu besarnya masalah
(magnitude), kegawatan masalah (emergency), kemudahan penanggulangan masalah
(causability), dan faktor yang menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan
(PEARL factor). Tujuan Metode Hanlon adalah meningkatkan pemahaman dan keterampilan
peserta dalam meningkatakan penentuan masalah. (Koontz H dan Weihrich H, 1990)

Implementasi (Koontz & Weihrich, 1990, p. 55)


A. Menyadari kesempatan.
Penting sekali bagi seorang manajer untuk mengetahui kesempatan atau peluang di
lingkungan eksternal dengan sangat baik dalam organisasi sebagai awal perencanaan.
Menjadi bagian penting melihat terhadap kesempatan masa depan.
Manajer harus tahu di mana kondisi pasar, kompetisi antar organisasi, permintaan konsumen
atau pelanggan, kekuatan mereka sendiri, dan kelemahan.
B. Menentukan tujuan.
Langkah kedua adalah menetukan tujuan untuk seluruh organisasi dan setiap sub unit di
dalamnya. Tujuan memberikan arahan terhadap setiap departemen atau sub unit di dalamnya.
C. Mengembangkan dasar pikiran.
Dasar pikiran di sini adalah sebuah asumsi yang ada dalam pikiran organisasi. Mengenal dan
memahami dengan baik rencana akan berjalan di lingkungan yang sesuai, eksternal maupun
internal.
D. Menentukan tindakan alternatif.
Memikirkan tindakan alternatif jika dalam pelaksanaan perencanaan terdapat permasalahan
hambatan.
E. Mengevaluasi tindakan alternatif.
Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi tindakan alternatif dengan menimbang dengan
cermat, tindakan alternatif yang memberikan peluang yang paling bagus tentang pencapaian
tujuan, biaya yang paling murah dan keuntungan yang paling tinggi.
F. Memilih tindakan alternatif yang telah ditentukan atau dirumuskan dan dievaluasi.
G. Merumuskan pendukung tujuan. Saat keputusan telah dibuat, perencanaan telah selesai, dan
tujuah langkah telah dilakanakan, maka memerlukan daftar atau hal yang diperlukan untuk
mendukung tujuan. Contoh pendukung tujuan adalah alat, bahan, memperkerjakan dan
melatih pegawai, dan mengembangkan sebuah produk baru.
H. Penghitungan anggaran dana perencanaan, seperti volum dan harga penjualan, biaya operasi
perencanaan, pengeluaran untuk peralatan dan lainnya.

B. Organizing
Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap sumber
daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan
organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam
setiap tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan
beberapa tugas. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan ke departemen atau
beberapa subdivisi lainnya. Misalnya kepegawaian, untuk memastikan bahwa sumber daya
manusia diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Memekerjakan orang untuk pekerjaan
merupakan aktifitas kepegawaian yang khas. Kepegawaian adalah suatu aktifitas utama yang
terkadang diklasifikasikan sebagai fungsi yang terpisah dari organizing. (Dubrin dan Andrew J,
2008)
Pentingnya pengorganisasian, menyebabkan timbulnya sebuah struktur organisasi, yang
dianggap sebagai sebuah kerangka sebuah kerangka yang masih dapat menggabungkan usaha-
usaha mereka dengan baik.
Dengan kata lain, salah satu bagian penting tugas pengorganisasian adalah
mengharrmonisasikan kelompok orang yang berbada, mempertemukan macam-macam
kepentingan dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan kesemuanya kesuatu arah tertentu.
(Dubrin dan Andrew J, 2008)
Maksud dari hal tersebut adalah dapat dihasilkannya sinergisme, yang berarti perlu
adanya tindakan-tindakan untuk mengelompokkan semua kemampuan yang sesuai menjadi satu
tempat dan memanfaaatkan kemampuan tersebut agar dapat berguna bagi organisasi tersebut.
Akan tetapi suatu pengorganisasian tidak hanya mengelompokkan sumber daya manusia saja,
akan tetapi juga dengan sumber daya lainnya agar dapat efektif. Jadi pengorganisasian
merupakan sebuah kasus yang dapat menimbulkan efek yang sangat baik dalam upaya
menggerakan seluruh aktivitas dan potensi yang bisa diwadahi serta sebagai pengawasan
manajerial. (Dubrin dan Andrew J, 2008)

C. Actuating
Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya, suatu
tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran
sesuai dengan tujuan organisasi. Jadi, actuating bertujuan untuk menggerakkan orang agar mau
bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan kesadaran secara bersama- sama untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan
(leadership) yang baik. (Dubrin dan Andrew J, 2008)

Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja yang sesuai dengan tujuan
organisasi. Actuating adalah implementasi rencana, berbeda
dariplanning dan organizing. Actuating membuat urutan rencana menjadi tindakan dalam dunia
organisasi. Sehingga tanpa tindakan nyata, rencana akan menjadi imajinasi atau impian yang
tidak pernah menjadi kenyataan.
Prinsip Actuating. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
A. Pelaksanaan dan Penugasan.
Langkah lanjutan dari penetapan program kerja pengawasan adalah pelaksanaan pengawasan
dalam bentuk pemberian tugas. Tjuan utama penugasan adalah untuk mencapai
keseimbangan antara beberapa faktor: persyaratan dan kualifikasi personal, keseimbangan
untuk pengembangan profesi, dan lain-lain.
B. Pengawasan Pengelolaan Dana.
Pengelolaan terhadap dana atau anggaran yang digunakan oleh organisasi penting dilakukan
agar dana tidak disia-siakan.
C. Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana Pengawasan.
Pengawasan juga membutuhkan saran dan alat untuk melakukan pengawasan, misalnya
teknologi yang digunakan untuk memantau kerja anggota organisasi atau pekerja.
D. Dokumentasi Pengawasan.
Hal ini diperlukan unutuk mendapatkan bukti yang nyata bila terjadi pelanggaran, kesalahan
dalam melakukan aktivitas di dalam organisasi.
E. Supervisi Audit.

D. Controlling
Menurut G.R Terry, pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang
harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan
dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana
yaitu selaras dengan standar. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
Jelas sekali bahwa fungsi pengawasan yang diambil dari sudut pandang definisi sangat
vital dalam suatu perusahaan. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan dari
rencana. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan. Hal ini dilakukan untuk
pencapaian tujuan sesuai dengan rencana. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini membandingkan
antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang
signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang
sifatnya mengoreksi. Misalnya meningkatkan periklanan untuk meningkatkan penjualan. (Dubrin
dan Andrew J, 2008)
Fungsi dari controlling adalah menentukan apakah rencana awal perlu direvisi, melihat
hasil dari kinerja selama ini. Jika dirasa butuh ada perubahan, maka seorang manajer akan
kembali pada proses planning. Di mana ia akan merencanakan sesuatu yang baru, berdasarkan
hasil dari controlling. (Dubrin dan Andrew J, 2008)

Proses dalam Controlling


Dalam controlling ada beberapa proses dan tahapan, yaitu pengawasan. Proses pengawasan
dilakukan secara bertahap dan sistematis melalui langkah sebagai berikut: (Dubrin dan Andrew
J, 2008)
A. Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian.
B. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai.
C. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan
jika ada.
D. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan
sesuai dengan rencana.
E. Meninjau dan menganalisis ulang rencana, apakah sudah realistis atau tidak. Jika ternyata
belum realistis maka perlu diperbaiki
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, Pedoman Kerja Puskesmas mengacu Indonesia Sehat 2010, Jakarta, 2003

Depkes, Visi, Misi, Kebijakan dan strategi Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia sehat
2010, Jakarta, 1999

Depkes, Pedoman Pelaksanaan Upaya Kesehatan Kerja di Puskesmas, Jakarta, 2004

Depkes, Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, Jakarta, 2004

Notoatmodjo Soekidjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta , Jakarta, 2003

http://promsikesehatan.blogspot.com/p/promosi-kesehatan.html

http://puskelinfo.wordpress.com/pelayanan/program-puskesmas/

Raymond, Tubagus. 2001. Pendekatan “real cost” Dalam Menghitung Biaya per Pelayanan di
Rumah Sakit, Workshop analisis biaya Rumah Sakit, Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan.
FK UGM. Jogjakarta
Depkes RI, 1996. Buku panduang analisis biaya dan penyesuaian tarif pelayanan kesehatan di
Indonesia, YPKMI-LD FE UI.
Gani, Ascobat. Et al. 1989. Analisis Biaya Rumah Sakit Kelas B di Indonesia. FKN UI Jakarta.
Trihono Manajemen Puskesmas berbasis paradigm sehat. Jakarta: sagung seto; 2005
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai