1.1 Definisi
1.2 Tujuan
Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat
Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
Hidup dalam lingkungan sehat
Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan
kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja
dan kemampuan penyelenggaraan. (PMK No.75. 2014)
2. Pendapatan Puskesmas
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban membiayai
upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan oleh
Peraturan Daerah masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada beberapa kebujakan yang
terkait dengan pemnfaatan dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan ini yakni: Seluruhnya disetor ke kas daerah Untuk ini secara berkala puskesmas
menyetor seluruh dana retribusi yang diterima ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan
Kab/Kota Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas. (Raymon T, 2001)
Beberapa daerah tertentu membenarkan puskesmas menggunakan sebagian dari dana
yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, yang lazimnya berkisar
antara 25 – 50% dari total dana retribusi yang diterima. Penggunaan dana hanya dibenarkan
untuk membiayai kegiatan operasional puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara
berkala dipertanggungjawabkan oleh puskesmas cke pemerintah daerah melalui Dinas
Kesehatan Kab/Kota Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas. (Depkes
RI, 1996)
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan puskesmas menggunakan seluruh
dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan untuk membiayai
kegiatan operasional puskesmas. Dahulu puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan
dana seperti ini disebut puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar
puskesmas yang juga harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang dananya
ditanggung oleh pemerintah diubah menjadi puskesmas swakelola. Dengan perkataan lain
puskesmas tidak mungkin sepenuhnya menjadi swadana. Pemerintah tetap berkewajiban
menyediakan dana yakni untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang
menjadi tanggungjawab pemerintah. (Depkes RI, 1996)
3. Sumber Lain
Pada saat ini puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber lain seperti: PT
ASKES yang peruntukannya sebagai imbal jasa pelayanan yang diberikan kepada para
peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. PT Jamsostek yang peruntukannya juga sebagai imbal jasa pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada peserta jamsostek. Dana tersebut juga dibagikan kepada
para pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jamkesmas/Jamkesda Untuk
membantu masyarakat miskin, pemerintah menyalurkan dana secara langsung ke
puskesmas. Pengelolaan dana ini mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan. (Gani A,
1989)
Apabila sistem Jaminan Kesehatan Nasional telah berlaku akan terjadi perubahan pada
sistem pembiayaan kesehatan. Sesuai dengan konsep yang telah disusun direncanakan pada
masa yang akan datang pemerintah hanya bertanggungjawab untuk membiayai upaya
kesehatan masyarakat, sedangkan untuk upaya kesehatan perorangan dibiayai melalui
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional, kecuali untuk penduduk miskin yang tetap ditanggung
oleh pemerintah dalam bentuk pembayaran premi. Dalam keadaan seperti ini apabila
puskesmas tetap diberikan kesempatan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan,
maka puskesmas akan menerima pembayaran dalam bentuk kapitasi dari Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional. (Depkes RI, 1996)
Untuk itu puskesmas harus dapat mengelola dana kapitasi tersebut dengan sebaik-
baiknya sehingga disatu pihak dapat memenuhi kebutuhan peserta Jaminan Kesehatan
Nasional dan pihak lain tetap memberikan keuntungan bagi puskesmas. Tetapi apabila
puskesmas hanya bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka
puskesmas hanya akan menerima dan mengelola dana yang berasal dari pemerintah.
(Depkes RI, 1996)
Azas puskesmas
Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Azas
yang dimaksud adalah:
Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, bina keluarga balita (BKB)
Upaya pengobatan: posyandu, pos obat desa (POD)
Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar gizi
(kadarzi)
Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali
murid, saka bakti husada (SBH), pos kesehatan pesantren (poskestren)
Upaya kesehatan lingkungan: kelompok pemakai air (pokmair), desa
percontohan kesehatan lingkungan (DPKL)
Upaya ksehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
Upaya kesehatan kerja: pos upaya kesehatan kerja (pos UKK)
Upayaa kesehatan jiwa: posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat
Upaya pembinaan pengobatan traTOGA), pembinaan pengobatan tradisional
Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat, tabungan ibu
bersalin, mobilisasi dana keagamaan
3. Azas keterpaduan
Keteropaduan lintas program.
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi,
promosi kesehatan, pengobatan.
Upaya kesehatan sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan
promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan
kesehatan jiwa.
Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi
kesehatan, kesehatan gigi.
Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi
kesehatan
Keterpaduan lintas sector
4. Azas rujukan
Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan jga
untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib,
pengembangan, dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbale balik, baik secara vertical
maupun horizontal.
3. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten
atau melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan
pelayanan medik spesialis di puskesmas.
2. Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenanga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hokum kesehatan, penanggulangan
gangguan kesehatan karena bencana alam.
Program Puskesmas
B. Kesehatan lingkungan.
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping faktor
pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya potensial terhadap
kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat fisik, kimia maupun
biologi. Sejalan dengan kebijaksanaan’Paradigma Sehat’ yang mengutamakan upaya-
upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka upaya kesehatan
lingkungan sangat penting. (Azwar A, 1996)
Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh para staf Puskesmas
akan berhasil baik apabila masyarakat berperan serta dalam pelaksanaannya harus
mengikut sertakan masyarakat sejak perencanaan sampai pemeliharaan.
Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan terwujudnya kualitas
lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala
kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan bahaya
kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih baik.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat mencapai
derajat kesehatan yang optimal
2. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikut sertaan sektor lain yang
bersangkutan, serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan pelestarian
lingkungan hidup.
3. Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan lingkungan dan
permukiman yang berlaku.
4. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam
peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman.
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi perumahan,
kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan makanan, perusahaan dan
tempat-tempat umum. (Azwar A, 1996)
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan Puskesmas
meliputi: (Azwar A, 1996)
1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minuman
3. Pengawasan pembuangan kotoran mannusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukiman
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi
Sasaran
Masyarakat sekolah dari tingkat pendidik dasar sampai dengan tingkat
pendidikan menengah termasuk perguruan agama,beserta lingkungannya, serta
perguruan tinggi (tingkat 1 dan 2)
Sasaran
Sasaran untuk wilayah Puskesmas. (Azwar A, 1996)
a. Sasaran Remaja
Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam institusi pendidikan
formal dan non formal di wilayah Puskesmas
Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam kelompok pekerja
Remaja berusia 10-19 tahun dalam kelompok masyarakat (Olahraga,
Kesenian, PMI Remaja, Pramuka, Karang Taruna)
b. Sasaran Pembina Remaja
Perkumpulan orang tua murid
Pimpinan/supervisor/pembimbing kegiatan remaja
Pimpinan kelompok pekerja/industri yang beranggotakan remaja
c. Sasaran Pengelola Kegiatan
Pimpinan pengelola program/upaya pelayanan kesehatana.
Petugas Pelayanan Kesehatan
4. Keluarga Berencana
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi
reproduksi yang berkualitas.
Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan
pasangan usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah
dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka
kelahiran nasional
Tujuan Umum
Adalah terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan penuh pengguna
jasa pelayanan dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap pasangan usia
subur mempunya kesempatan yang terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan
jarak antar kehamilan guna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga kecil,
bahagia dan sejahtra. (Azwar A, 1996)
Tujuan Khusus
Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE kepada
pasangan usia subur dan keluarganya
Memberikan pertolongan pertama/penanganan efek samping dan kegagalan
metode kontrasepsi serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II)
sesuai dengan kebutuhan
Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan metoda
kontrasepsi
Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan
Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat
dalam upaya KB
Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon pasangan
usia subur, serta anggota keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan
kualitas kesehatan fungsi reproduksinya
Melaksanakan penanganan infentaris pasangan usia subur yang berkualitas
dan merunjuk ke fasilitas rujukan primer sesuai dengan kebutuhan
Melaksanakan managemen terpadu pelayanan kontrasepsi yang datang
berobat ke fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan
tindakan lanjutnya
Sasaran
a. Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur
b. Calon pasangan usia subur
c. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menoupaus
d. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas
e. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase
intervensi pelayanan KB.
LO 3 Pengorganisasian puskesmas
Strukrut organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-msing
puskesmas. Penyusunan strukur organisasi puskesmas disuatu kabupaten/kota dilakukan oleh
dinas kesehatn kabupaten/kota, sedangkan penetapanya dilakukan dengan peraturan daerah.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagiai berikut:
a. Kepala puskesmas
Kepala puskesmas memiliki tugas untuk memimpin, mengawasi dan mengkoordinasi
kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan structural dan jabatan fungsional.
Dalam melaksanakan tugasnya, kepala puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan puskesmas maupun dengan satuan
organisasi di luar puskesmas sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Dalam melaksanakan tugasnya kepala puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi
petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan teknis pelaksanaan yang ditetapkan olah kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Unit tata usaha yang bertanggungjawab membantu kepala puskesmas dalam pengelolaan:
Data dan informasi
Perencanaan dan penilaian
Keuangan
Umum dan kepegawaian
c. Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas:
Unit yang terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional
Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah masing-masing
Unit-unit terdiri dari:
Unit I, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga
berencana, dan perbaikan gizi
Unit III, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan
tenaga kerja dan manula
Unit VI, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap
Trihono. Manajemen Puskesmas berbasis paradigm sehat. Jakarta: CV Sagung Seto; 2005
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
secara keseluruhan telah menetapkan indikator status kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang
mengacu pada Global Goals for Oral Health 2020 yang dikembangkan oleh FDI, WHO dan
IADR. Salah satu program teknis dari Departemen of Non-communicable Disease Prevention
and Health Promotion yang mewadahi program kesehatan gigi dan mulut secara global adalah
WHO Global Oral Health Programme (GOHP). Program ini menyarankan negara-negara di
dunia untuk mengembangkan kebijakan pencegahan penyakit gigi dan mulut serta promosi
kesehatan gigi dan mulut. Kebijakan ini juga mendukung integrasi program kesehatan gigi dan
mulut dengan program kesehatan umum. Salah satu aksi prioritas dari GOHP, khususnya untuk
anak sekolah dan remaja adalah promosi kesehatan gigi di sekolah.
Indikatornya Global Goals for Oral Health 2020 adalah:
• Berkurangnya rasa sakit yang dinilai dari berkurangnya hari absen di sekolah karena sakit.
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan
untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah
binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi individu
(peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
Upaya Kesehatan Masyarakat pada UKGS berupa kegiatan yang terencana, terarah dan
berkesinambungan.
.
a. Intervensi perilaku yaitu:
• Penggerakan guru, dokter kecil, orang tua murid melalui lokakarya/pelatihan.
• Pendidikan kesehatan gigi oleh guru, sikat gigi bersama dengan menggunakan pasta gigi
berfluor, penilaian kebersihan mulut oleh guru/dokter kecil.
• Pembinaan oleh tenaga kesehatan.
b. Intervensi lingkungan
• Fluoridasi air minum (bila diperlukan)
• Pembinaan kerjasama lintas program/lintas sektor melalui TP UKS.
Upaya kesehatan perorangan pada UKGS berupa intervensi individu pada peserta didik
yang membutuhkan perawatan kesehatan gigi dan mulut meliputi surface protection, fissure
sealant, kegiatan skeling, penambalan dengan metode ART (Atraumatic Restorative Treatment
technique) penambalan, pencabutan, aplikasi fluor atau kumur-kumur dengan larutan yang
mengandung fluor, bisa dilaksanakan di sekolah, di Puskesmas atau di praktek dokter gigi
perorangan/dokter gigi keluarga.
Tujuan Umum:
Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang optimal
Tujuan Khusus:
http://pbpdgi.or.id/wp-content/uploads/2015/04/UKGS.pdf
UKGM adalah suatu pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi, dengan mengintegrasikan upaya
promotif, preventif kesehatan gigi pada berbagai upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
yang berlandaskan pendekatan primary health care(posyandu, bina keluarga balita,
polindes,ponstren, dan taman kanak-kanak). Sasaran UKGM yaitu semua masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan diutamakan bagi kelompok rentan penyakit gigi mulut yaitu golongan
balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Tujuan UKGM yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, dan peran serta
masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Program UKGM di posyandu, dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan gigi dari puskesmas dan kader. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki
atau perempuan yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat serta bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kegiatan UKGM yang dilaksanakan di posyandu yaitu pemeriksaan kesehatan gigi, memebrikan
penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, dan pelatihan kader. Kemampuan
pendanaan dari pemerintah terbatas, karenanya perlu dikembangkan pendanaan yang berasal dari
masyarakat untuk kepentingan pelayanan. Dana ini dapat berwujud dana sehat atau bentukbentuk
asuransi kesehatan lainnya yang merupakan bentuk swadaya masyarakat.
LO 5 Manajemen Puskesmas
Manajemen kesehatan adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan
kesehatan masyarakat, sehingga yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem yang
berlangsung (Notoatmodjo (2007).
Manajemen pelayanan kesehatan berarti penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam
pealayan kesehatan untuk sistem dan pelaksanaan pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan
baik, sesuai dengan prosedur, teratur, menempatkan orang-orang yang terbaik pada bidang-
bidang pekerjaannya, efisien, dan yang lebih penting lagi adalah dapat menyenangkan konsumsi
atau membuat konsumen puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan (Trisnantoro, 2005).
Konsep dasar
1. Manajemen sebagai Ilmu
Manajemen telah dipelajarai lama dan telah dikaji, diorganisasikan menjadi suatu rangkaian
teori. Manajemen memerlukan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan lain dalam penerapannya
untuk mencapai tujuan. Manajemen dalam upaya mencapai tujuannya berdasarkan kaidah
ilmiah dan sistematis. (Subandi A, 2001)
Unsur manajemen
Unsur berarti bahan asal, bagian yang penting disuatu hal. Unsure manjemen adalah sesuatu
yang menjadi bahan mutlak sebagai pembentuk manajemen. Dalam banyak literature
mengemukakan bahwa unsure manajemen seperti yang dikemukakan oleh G.R Terry dengan
istilah “The SiX M’s In Management” (6 M di dalam manajemen) yaitu Man, Money,
Materials,Machines, market dan method.
Jika di lihat dari pengertian manajemen yaitu koordinasi semua sumber daya melalui proses
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penetapan tenaga kerja (Accuating), dan
pengawasan (controlling) untuk mencapai suatu sasaran yang diinginkan. Maka unsure-unsur
manajemen, meliputi: (Handoko TH, 2003)
1. Manusia
(Manusia memimpin, manusia pelaksana dan manusia objekpelaksana)
Dalam suatu usaha yang dilakukan oleh lebih dari satu orang keberadaan pihak pemimpin
dan pihak yang dipimpin adalh suatu hal yang mutlak.
2. Tujuan yang hendak dicapai
3. Wadah yakni badan/ organisasi sebagai tempat orang-orang melakukan usaha kerjasama.
4. Alat atau sarana untuk mencapai tujuan.
5. Kegiatan/aktivitas seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,dll
Model manajemen
Manajemen kesehatan merupakan salah satu subsistem dalam Sistem Kesehatan Nasional.
Subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya administrasi
kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi pengembangan dan penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Tujuan
subsistem manajemen kesehatan adalah terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan
yang berhasil guna dan berdaya guna, didukung oleh sistem informasi IPTEK dan hukum
kesehatan, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan yang meningkatkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Subsistem manajemen kesehatan terdiri dari 4 (empat)
unsur utama yakni administrasi kesehatan, informasi kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta hukum kesehatan. Dengan demikian administrasi kesehatan merupakan salah satu bagian
dari manajemen kesehatan (Departemen Kesehatan, 2004).
Dari uraian beberapa pengertian manajemen tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen Puskesmas diselenggarakan sebagai (Sulaeman, 2009):
1. Proses pencapaian tujuan Puskesmas
2. Proses menselaraskan tujuan organisasi dan tujuan pegawai Puskesmas (management by
objectives atau MBO) menurut Drucker
3. Proses mengelola dan memberdayakan sumber daya dalam rangka efisiensi dan efektivitas
Puskesmas
4. Proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
5. Proses kerjasama dan kemitraan dalam pencapaian tujuan Puskesmas;
6. Proses mengelola lingkungan.
A. Planning
Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk mencapai tujuan
tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama manajemen dan meliputi segala
sesuatu yang manajer kerjakan. Di dalam planning, manajer memperhatikan masa depan,
mengatakan “Ini adalah apa yang ingin kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya”.
(Dubrin dan Andrew J, 2008)
Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena setiap pilihan
dibuat berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana. Planning penting karena banyak berperan
dalam menggerakan fungsi manajemen yang lain. Contohnya, setiap manajer harus membuat
rencana pekerjaan yang efektif di dalam kepegawaian organisasi.
Prinsip Perencanaan
Berikut ini adalah prinsip dari perencanaan: (Dubrin dan Andrew J, 2008)
A. Prinsip Kontribusi
Tujuan perencanaan adalah untuk memastikan pencapaian efektif dan efisien tujuan
organisasi, dalam kenyataannya, kriteria dasar untuk perumusan rencana untuk mencapai
Tujuan utama perusahaan. Pencapaian tujuan selalu tergantung pada rencana dan jumlah
kontribusi organisasi terhadap perencanaan.
B. Prinsip Suara dan Konsisten Premising
Bangunan adalah asumsi mengenai kekuatan lingkungan seperti kondisi ekonomi dan pasar,
sosial, politik, aspek hukum dan budaya, tindakan pesaing, dll Ini adalah lazim selama
periode pelaksanaan rencana. Oleh karena itu, Rencana yang dibuat atas dasar tempat sesuai,
dan masa depan perusahaan tergantung pada tingkat kesehatan rencana yang mereka buat
sehingga untuk menghadapi keadaan tempat.
B. Organizing
Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap sumber
daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan
organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam
setiap tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan
beberapa tugas. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan ke departemen atau
beberapa subdivisi lainnya. Misalnya kepegawaian, untuk memastikan bahwa sumber daya
manusia diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Memekerjakan orang untuk pekerjaan
merupakan aktifitas kepegawaian yang khas. Kepegawaian adalah suatu aktifitas utama yang
terkadang diklasifikasikan sebagai fungsi yang terpisah dari organizing. (Dubrin dan Andrew J,
2008)
Pentingnya pengorganisasian, menyebabkan timbulnya sebuah struktur organisasi, yang
dianggap sebagai sebuah kerangka sebuah kerangka yang masih dapat menggabungkan usaha-
usaha mereka dengan baik.
Dengan kata lain, salah satu bagian penting tugas pengorganisasian adalah
mengharrmonisasikan kelompok orang yang berbada, mempertemukan macam-macam
kepentingan dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan kesemuanya kesuatu arah tertentu.
(Dubrin dan Andrew J, 2008)
Maksud dari hal tersebut adalah dapat dihasilkannya sinergisme, yang berarti perlu
adanya tindakan-tindakan untuk mengelompokkan semua kemampuan yang sesuai menjadi satu
tempat dan memanfaaatkan kemampuan tersebut agar dapat berguna bagi organisasi tersebut.
Akan tetapi suatu pengorganisasian tidak hanya mengelompokkan sumber daya manusia saja,
akan tetapi juga dengan sumber daya lainnya agar dapat efektif. Jadi pengorganisasian
merupakan sebuah kasus yang dapat menimbulkan efek yang sangat baik dalam upaya
menggerakan seluruh aktivitas dan potensi yang bisa diwadahi serta sebagai pengawasan
manajerial. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
C. Actuating
Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya, suatu
tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran
sesuai dengan tujuan organisasi. Jadi, actuating bertujuan untuk menggerakkan orang agar mau
bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan kesadaran secara bersama- sama untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan
(leadership) yang baik. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja yang sesuai dengan tujuan
organisasi. Actuating adalah implementasi rencana, berbeda
dariplanning dan organizing. Actuating membuat urutan rencana menjadi tindakan dalam dunia
organisasi. Sehingga tanpa tindakan nyata, rencana akan menjadi imajinasi atau impian yang
tidak pernah menjadi kenyataan.
Prinsip Actuating. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
A. Pelaksanaan dan Penugasan.
Langkah lanjutan dari penetapan program kerja pengawasan adalah pelaksanaan pengawasan
dalam bentuk pemberian tugas. Tjuan utama penugasan adalah untuk mencapai
keseimbangan antara beberapa faktor: persyaratan dan kualifikasi personal, keseimbangan
untuk pengembangan profesi, dan lain-lain.
B. Pengawasan Pengelolaan Dana.
Pengelolaan terhadap dana atau anggaran yang digunakan oleh organisasi penting dilakukan
agar dana tidak disia-siakan.
C. Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana Pengawasan.
Pengawasan juga membutuhkan saran dan alat untuk melakukan pengawasan, misalnya
teknologi yang digunakan untuk memantau kerja anggota organisasi atau pekerja.
D. Dokumentasi Pengawasan.
Hal ini diperlukan unutuk mendapatkan bukti yang nyata bila terjadi pelanggaran, kesalahan
dalam melakukan aktivitas di dalam organisasi.
E. Supervisi Audit.
D. Controlling
Menurut G.R Terry, pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang
harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan
dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana
yaitu selaras dengan standar. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
Jelas sekali bahwa fungsi pengawasan yang diambil dari sudut pandang definisi sangat
vital dalam suatu perusahaan. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan dari
rencana. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan. Hal ini dilakukan untuk
pencapaian tujuan sesuai dengan rencana. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini membandingkan
antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang
signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang
sifatnya mengoreksi. Misalnya meningkatkan periklanan untuk meningkatkan penjualan. (Dubrin
dan Andrew J, 2008)
Fungsi dari controlling adalah menentukan apakah rencana awal perlu direvisi, melihat
hasil dari kinerja selama ini. Jika dirasa butuh ada perubahan, maka seorang manajer akan
kembali pada proses planning. Di mana ia akan merencanakan sesuatu yang baru, berdasarkan
hasil dari controlling. (Dubrin dan Andrew J, 2008)
Depkes, Pedoman Kerja Puskesmas mengacu Indonesia Sehat 2010, Jakarta, 2003
Depkes, Visi, Misi, Kebijakan dan strategi Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia sehat
2010, Jakarta, 1999
Depkes, Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, Jakarta, 2004
Notoatmodjo Soekidjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta , Jakarta, 2003
http://promsikesehatan.blogspot.com/p/promosi-kesehatan.html
http://puskelinfo.wordpress.com/pelayanan/program-puskesmas/
Raymond, Tubagus. 2001. Pendekatan “real cost” Dalam Menghitung Biaya per Pelayanan di
Rumah Sakit, Workshop analisis biaya Rumah Sakit, Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan.
FK UGM. Jogjakarta
Depkes RI, 1996. Buku panduang analisis biaya dan penyesuaian tarif pelayanan kesehatan di
Indonesia, YPKMI-LD FE UI.
Gani, Ascobat. Et al. 1989. Analisis Biaya Rumah Sakit Kelas B di Indonesia. FKN UI Jakarta.
Trihono Manajemen Puskesmas berbasis paradigm sehat. Jakarta: sagung seto; 2005
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat