Selulitis
Selulitis
PENDAHULUAN
Selulitis sendiri mempunyai tiga karakteristik yaitu, Peradangan supuratif sampai di jaringan
subkutis, Mengenai pembuluh limfe permukaan, Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat
meluas.
Penyebab selulitis diantaranya adalah infeksi bakteri dan jamur, serta disebabkan oleh
penyebab lain seperti genetic, gigitan serangga dan lain – lain.
Untuk menghindari terkena selulitis bias dilakukan dengan melembabkan kulit secara teratur,
Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati, Lindungi tangan dan kaki, Rawat secara
tepat infeksi kulit pada bagian superficial
A. Tujuan Umum
Makalah ini disusun untuk memenuhu tugas mata kuliah Keperawatan Medical bedah II pada
semester VI, dan agar para mahasiswa mengetahui dan memahami serta mampu membuat
asuhan keperawatan dengan selulitis.
B. Tujuan Khusus
1. Pengertian selulitis
4. Patofisiologi selulitis
6. Pemeriksaan selulitis
7. Penatalaksanaan selulitis
8. Pencegahan selulitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan (Arif,
2000).
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului
luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan Stafilokokus
aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah
samping dan ke dalam (Herry, 1996).
Selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan karakteristik sebagai
berikut :
2.2 Etiologi
b. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
c. Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkanØ jamur termasuk jarang Aeromonas
Hydrophila.
d. S. Pneumoniae (Pneumococcus)
2. Penyebab lain :
b. Kulit kering
c. Eksim
e. Diabetes
j. Cacar air
k. Malnutrisi
l. Gagal ginjal
a. Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada
bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada
bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi.
Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat
pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.
c. Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun tubuh
dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas
bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri
penginfeksi.
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko bakteri
penginfeksi masuk
i. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah timbulnya
penyakit ini.
2.4 Patofisiologi
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit
atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah
gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua
ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi
hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A,
streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran
bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat
mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.
– Demam
– Menggigil
– Sakit kepala
– Nyeri otot
Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis (yang meliputi
anamnesis,uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum mengalami
komplikasi yang mana criterianya seperti :
b. Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri
c. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi, tachypnea,
tachycardia,hypotensi.
d. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah seperti :
Umur yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk melakukan diagnosis
membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan lab seperti :
b. BUN level
c. Creatinine level
d. Culture darah
Pembuangan luka
b. Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites yang
parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau
tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ lainnya.
c. demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat dan
dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
2.8 Pencegahan
b. Oleskan antibiotic
2.9 Komplikasi
a. Bakteremia
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar
8%.
g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus melakukan
amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan malaise
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap penyakit seperti
ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah, terasa
lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap
5. Pemeriksaan fisik
RR : Normal
i. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di
suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan
tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa
ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang
bisa pecah.
3.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan.
1. Dx. 1 : Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik
jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam nyeri akut
teratasi/terkontrol
Kriteria Hasil :
c. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri
.
S: 36-37,5 0C
N: 60 – 80 x /menit
T : 100-130 mmHg
RR : 18-20 x/menit.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi
nyeri yang dialami pasien.
6. Lakukan massage dan perawatan luka dengan teknik aseptic saat rawat luka.
2. Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan
pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
4. Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5. Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi
seoptimal mungkin.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam mulai tercapainya proses
penyembuhan luka
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1. Kaji luas dan keadaan luka
serta proses penyembuhan.
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan
larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi
jaringan yang mati.
3. Kolaborasi dengan dokter pemeriksaan kultur pus dan pemberian anti biotik.1.
Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam
menentukan tindakan selanjutnya.
2. Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang
iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
3. Pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk
pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui perkembangan penyakit
3. Dx. 3 : Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam Pasien dapat menerima
perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secara positif
Kriteria hasil :
a. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan
rendah diri.
Intervensi Rasional
1. Kaji perasaan/persepsi pasien
tentang perubahan gambaran diri
berhubungan dengan keadaan anggota
tubuhnya yang kurang berfungsi secara
normal.
2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan
masalah yang konstruktif dari pasien.1. Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap
dirinya.
4. Dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan
menghilangkan perasaan terisolasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat diambil kesimpulan yaitu Selulitis adalah penyebaran infeksi pada
kulit yang meluas hingga jaringan subkutan, selulitis sendiri disebabkan oleh jamur, virus dan
penyebab lain seperti genetic dan gigitan serangga.
Pada asuhan keperawatan ditemukan tiga diagnose yang sering muncul yaitu Nyeri
berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan, Ganguan
integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas., Gangguan
gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
4.2 Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan yang dijadikan role model harusnya kita menunjukkan
perilaku hidup bersih dan sehat. Dan jika dilapangan menemukan kasus pasien dengan
selulitis haruslah dirawat lukanya dengan baik sesui prosedur
DAFTAR PUSTAKA