Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Apotek adalah suatu tempat tertentu yang merupakan sarana informasi obat,
yaitu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan
farmasi kepada masyarakat ( Peraturan Menteri Kesehatan
RI No.1332/Menkes/SKIXI2002 ). Obat merupakan komoditi khusus yang
menyangkut kepentingan masyarakat luas. Walaupun obat bukan merupakan
kebutuhan pokok, tetapi pada saat – saat tertentu penggunaannya tidak dapat
ditunda, sehingga pada saat itu obat menjadi kebutuhan primer.

Apotek disamping berfungsi sosial, juga memiliki fungsi ekonomi yang


berperan dalam bidang usaha/bisnis. Oleh sebab itu, perlu adanya
keseimbangan beberapa kepentingan yang mempengaruhi kedua fungsi
tersebut yaitu kepentingan pemerintah, masyarakat, dan kepentingan
pengelola atau pemilik sarana.

Pengelola apotek haruslah mematuhi ketentuan peraturan perundang –


undangan yang berlaku didasari oleh etika dan moral yang luhur. Dengan
demikian diharapkan menjadi penerangan bagi masyarakat terhadap obat
serta melindungi masyarakat dari penyalahgunaan obat. Maka apotek sebagai
penyalur perlengkapan perbekalan farmasi terutama pada obat, haruslah
dapat mengelolanya secara profesional. Untuk itu, agar para apoteker mampu
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA)
secara profesional. Siswa-siswi SMK Farmasi salah satu calon tenaga
kesehatan menengah yang disebut Asisten Apoteker.

Dalam rangka pelaksanaan proses belajar mengajar siswa – siswi kelas XI


wajib untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan yang merupakan cara
untuk pengenalan lapangan kerja.

1.1. Tujuan Praktek Kerja Lapangan


1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan yang
membentuk kemampuan peserta didik sebagai bekal untuk memasuki
lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang
ditetapkan.
2. Mengenal kegiatan – kegiatan penyelenggara program kesehatan masyarakat
secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi teknis maupun sosial
budaya.
3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan lapangan
kerja yang nyata dan langsung secara terpadu dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan kesehatan farmasi, rumah sakit, puskesmas, PBF, gudang farmasi,
apotek dan penyuluhan alat kesehatan kepada masyarakat.
4. Menumbuh kembangkan dan memanfaatkan sikap profesionalisme yang
diperlukan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan
bidangnya.
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyesuaikan diri pada
suasana lingkungan kerja yang sebenarnya.
6. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan proses penyerapan teknologi
baru dan lapangan kerja di sekolah dan sebaliknya.
7. Memperoleh masukan guna memperbaiki dan mengembangkan serta
meningkatkan penyelenggaraan pendidikan farmasi.
8. Memberikan peluang kerja bagi peserta didik apabila telah menyelesaikan
pendidikan farmasi.

1.2. Tujuan Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan

1. Peserta didik mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan


pelajaran yang diperoleh di sekolah dan diterapkan di lapangan kerja.
2. Peserta didik mampu mencari alternatif pemecahan masalah kefarmasian
sesuai dengan program pendidikan yang telah ditetapkan secara lebih luas
dan mendalam yang terungkap dan laporan yang disusun peserta didik.
3. Mengumpulkan data guna kepentingan institusi pendidikan dan peserta
didik.
4. Menambah perbendaharaan perpustakaan sekolah untuk menunjang
peningkatan pengetahuan peserta didik angkatan selanjutnya.

1.3. Konsep Dasar Praktek Kerja Lapangan

Konsep dasar terdiri atas :


1. Konsep Dasar Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan adalah suatu proses belajar mengajar pada unit kerja
secara nyata sehingga peserta didik dapat melihat, mengetahui berbagai
kegiatan terpadu meliputi bidang pelayanan yang memberi penyuluhan obat
kepada masyarakat.

1. Konsep Dasar Praktek Kerja Lapangan dalam Pendidikan

Praktek Kerja Lapangan adalah suatu proses belajar mengajar pada unit kerja
secara nyata sehingga peserta didik dapat melihat, mengetahui bebagai
kegiatan terpadu meliputi bidang pelayanan yang memberi penyuluhan obat
kepada masyarakat.

1.4. Prinsip Dasar Praktek Kerja Lapangan.

1. Tujuan pendidikan sama dengan harapan yang harus diupayakan


pencapaiannya seoptimal mungkin.
2. Ilmu farmasi adalah suatu disiplin ilmu yang relevan tapi juga keterampilan
praktek. Oleh sebab itu Praktek Kerja Lapangan merupakan bagian penting
dari kurikulum institusi pendidikan untuk memberikan kesempatan kepada
siswa, agar siswa memiliki pengetahuan dan terampil pada saat bekerja sesuai
dengan profesinya.
3. Pendidikan farmasi tingkat menengah dikembangkan agar dapat mendorong
potensi, kreatifitas dan keterampilan dalam pemecahan masalah dan
pengembangan, menggambarkan seseorang Asisten Apoteker yang bermutu.
BAB II

URAIAN UMUM

 Uraian Tentang Instansi

Beberapa pengertian yang menyangkut instansi yang telah ditentukan oleh


Undang – Undang Kesehatan yaitu:

2.1.1. Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002,


Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.

Fungsi apotek dibedakan atas 2 yaitu:

1. Fungsi secara sosial

Merupakan sarana pelayanan dan penyaluran distribusi obat dan alat


kesehatan kepada masyarakat dengan cara membantu masyarakat untuk
memperoleh obat –obatan dan memperoleh informasi.
1. Fungsi Secara Ekonomi

Merupakan salah satu sarana menghasilkan laba dan menjaga kelangsungan


usahanya serta membayar operasional apotek.

2.1.2. Apoteker

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002,


Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus mengucapkan sumpah
jabatan apoteker mereka yang berdasarkan peraturan perundang – undangan
yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
apoteker.

 Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002,


Apoteker Pengelola Apotek adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin
Apotek (SIA) oleh Menteri Kesehatan untuk mengelola apotek di tempat
tertentu.

2.1.4. Asisten Apoteker

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002,


Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang –
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai Asisten Apoteker.

 Tata Laksana Kerja

2.2.1. Tata Cara Penyimpanan Obat dan Sediaannya

Tata Cara Penyimpanan Obat dan Sediaannya :

 FIFO (First In First out)


Obat – obatan yang baru masuk diletakkan dibelakang, sedangkan obat –
obatan yang lama diletakkan didepan dengan tujuan agar obat tidak
kadaluarsa lebih dahulu sebelum digunakan.

 Efek Farmakologi

Obat – obatan disusun menurut efek farmakologinya masing – masing, agar


pasien dapat lebih mudah memilih obat yang diinginkannya.

Misalnya : obat demam disusun dengan obat demam, obat cacing disusun
dengan obat cacing.

 Alfabetis

Obat disusun berdasarkan alfabetis supaya lebih mudah dicari.

 Bentuk sediaan

Bentuk tablet disusun dengan tablet, begitu juga dengan syrup dan sediaan
lainnya.

 Narkotika disusun dan disimpan di lemari narkotika

Contoh : Codein HCL, Codein Kapsul, Codipront Syrup.

 Psikotropika disimpan terpisah dari obat lain

Contoh : Valisanbe, Diazepam, Phenobarbital, Frixitas, Xanax, dll.

 Lemari pendingin

Contoh : Anusol, Suppositoria, Dulcolax Suppositoria, dll.

2.2.2. Tata Cara Pelayanan Resep dan Penyimpanan Resep.

1. Tata Cara Pelayanan Resep

Dalam pelayanan resep/perbekalan farmasi yang dilakukan terhadap


konsumen, baik pelayanan terhadap obat – obat bebas maupun pelayanan
resep. Hal – hal yang harus diperhatikan setiap pegawai yaitu pelayanan
terhadap konsumen, serta memelihara kebersihan obat – obatan dan
kerapian lemari.

Layanan yang baik dari Asisten Apoteker/pegawai sangat diperlukan untuk


memberikan rasa ketenangan dan kesabaran dari pasien.

1. Tata Cara Penyimpanan Resep

Penyimpanan resep yang lengkap harus memuat tanggal, nomor urut


penerimaan, yang dibinder setiap harinya. Resep disimpan sekurang –
kurangnya selama tiga tahun, sedangkan resep yang mengandung narkotika
dan psikotropika masing – masing harus dipisahkan dengan resep lainnya.
Resep yang telah disimpan minimal tiga tahun, apabila sudah lebih dari tiga
tahun, maka resep dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep tersebut dapat
dilakukan dengan cara membakar atau dengan cara lainnya yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

2.2.3. Proses Pemasukan Obat Narkotika dan Psikotropika

Adapun proses pemasukan obat narkotika dan psikotropika yaitu:

1. Apotek memesan narkotika dan psikotropika pada PBF ( Pedagang Besar


Farmasi ) bersama surat pesanan yang telah ditandatangani oleh APA.
2. PBF akan mengeluarkan faktur serta barang dan memberikannya pada
penghantar barang.
3. Penghantar barang akan menyerahkan obat pada apotek bersama faktur
pembelian.
4. Apotek akan menerima dan menyesuaikan dengan faktur serta
menandatanganinya.

2.2.4. Mengenal Obat Generik dan Obat Paten


Obat Generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya dan
mempunyai logo Generik.

Contoh : Asam Mefenamat dan Parasetamol.

Adapun simbol dari Obat Generik adalah :

Simbol Obat Generik

Obat Paten adalah obat yang dijual dengan nama dagang/ yang telah
mempunyai hak paten/yang telah terdaftar di departemen atas nama
sipembuat, pembuat yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari
pabrik yang memproduksinya.

Misalnya : Mefinal, Ponstan, Kalnex, Saridon, Dumin, Sagestam, Prolipid

2.2.5. Tugas Apoteker Pengelola Apotek dan Asisten


Apoteker di Apotek.

Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek :

1. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep
dengan obat paten.
2. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep,
Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih
tepat.
3. Apoteker wajib memberikan informasi :
 Yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien.
 Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan
masyarakat.
4. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka
waktu 3 tahun. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada
dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
5. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab terhadap mutu obat yang
dijualnya menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku.
6. Membuat laporan bulanan mengenai obat narkotika dan psikotropika.

Adapun tugas seorang Asisten Apoteker di apotek adalah :

1. Menyusun buku defakta/buku pesanan setiap hari.


2. Melayani penjualan obat – obatan, kosmetika, dan alat kesehatan.
3. Menyusun resep – resep menurut nomor urut dan tanggal serta membundel
dan menyimpannya.
4. Menyusun obat dan mencatat serta memeriksa keluar masuknya obat dengan
bantuan kartu stock yang rapi.
5. Memelihara kebersihan apotek.

2.3. Perbekalan Farmasi dan Perlengkapan di Apotek

Pada saat ini mengingat jumlah peredaran obat lebih dari 13.000 jenis obat,
maka perlu mengenal penggolongan obat yang beredar. Hal ini sangat
diperlukan karena penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan
keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.

2.3.1. Obat Bebas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.02396/A/SK/VIII/1986, Obat


Bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter,
dan tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat
bebas terbatas, dan terdaftar di Departemen Kesehatan RI.

Penandaan Obat Bebas diatur berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan


RI No.2380/A/SK/VI/1983, tanda khusus untuk Obat Bebas, yaitu
“Lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam”.
Logo Obat Bebas

Contoh obat bebas yaitu:

 Sanmol,
 Bodrex,
 Insto
 Neolanta
 OBH Combi Plus

2.3.2. Obat Bebas Terbatas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Obat


Bebas Terbatas “W” (waarchuwing) adalah obat yang dapat diserahkan
kepada pemakainya tanpa resep dokter, tetapi dalam penyerahannya harus
memenuhi persyaratan berikut :

1. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkus asli dari pabrik atau
pembuatnya.
2. Pada penyerahannya, oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda
peringatan yang tercetak sesuai contoh. Tanda peringatan berwarna tersebut
berwarna hitam berukuran panjang 5 cm, dan lebar 2 cm dan memuat
pemberitahuan sebagai berikut :

P No. 1 : Awas ! obat Keras

Bacalah aturan memakainya


P No. 2 : Awas ! Obat keras

Hanya untuk kumur jangan ditelan

P No. 3 : Awas ! Obat keras

Hanya untuk bagian luar dari badan

P No. 4 : Awas ! Obat keras

Hanya untuk dibakar

P No. 5 : Awas ! Obat keras

Tidak boleh ditelan

P No. 6 : Awas! Obat keras

Obat wasir, jangan ditelan

Penandaan Obat Bebas Terbatas diatur berdasarkan Keputusan Menteri


Kesehatan RI No. 2380/A/SK/1983 tanda khusus untuk Obat Bebas Terbatas
berupa ”Lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam”.

Logo Obat Bebas Terbatas


Contoh obat bebas terbatas yaitu:

 Konidin
 Mixagrip
 Combantrin
 Canesten
 Betadine Obat Kumur

2.3.3. Obat Keras

Obat Keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan
dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya, maksudnya obat yang penyerahannya
harus dengan resep dokter.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Obat Keras adalah:

1. Semua obat yang pada bungkus sedemikian rupa yang nyata – nyata untuk
dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan
cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan.
2. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah
dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan
kesehatan manusia.
3. Semua obat yang tercantum daftar obat keras :

Contoh :

 Omestan
 Lapicef Syrup
 Pronicy
 Intermoxyl Syrup
 Proxona

Penandaan Obat Keras diatur berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan


RI No.02396/A/SK/VIII/1986 tanda khusus obat keras daftar G adalah “
Lingkaran bulat berwarna merah garis tepi berwarna hitam dengan huruf K
yang menyentuh garis tepi” .

Tanda obat keras

Contoh obat keras antara lain:

 Ponstan
 Klotaren
 Antalgin
 Amoxillin

2.3.4. Obat Narkotika

Menurut Undang – Undang RI No. 35 Tahun 2009, Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan I, II dan
III.

Penandaan Obat Narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat dalam


ordonisasi obat bius adalah “Palang Medali Merah”.
Logo Obat Narkotika

Contoh Obat Narkotika yaitu:

 Codein
 Codipront
 Propiram
 Etil Morfina

2.3.5. Obat Psikotropika

Menurut Undang – Undang RI No.5 Tahun 1997, Psikotropika adalah zat atau
obat baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Menurut Undang – Undang RI No. 5 Tahun 1997, Psikotropika yang


mempunyai potensi sindroma ketergantungan dibagi dalam golongan I, II, III
dan IV.

Penandaan untuk Psikotropika sama dengan penandaan obat keras, hal ini
mungkin karena pengaruh ordonansia. Sehingga Psikotropika memiliki
tanda berupa “Lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf K berwarna
hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam”, seperti berikut ini:

Logo Obat Psikotropika

Contoh obat psikotropika:

 Valium,
 Xanax,
 Diazepam,
 Sumagesic
 Phenobarbital

2.3.6. Obat Wajib Apotek

Peraturan tentang Obat Wajib Apotek berdasarkan Keputusan Menteri


Kesehatan RI No.347/Menkes/SK/VII/1990 yang telah diperbaharui dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.924/Menkes/Per/X/1993, Obat Wajib
Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek
tanpa resep dokter.

Contoh Obat Wajib Apotek No.1 yaitu :

 Linesterol
 Antasid
 Salbutamol

Contoh Obat Wajib Apotek No.2 yaitu :

 Bacitracin Cream
 Clindamicin Cream
 Flumetason Cream

Contoh Obat Wajib Apotek No.3 yaitu :

 Ranitidin
 Asam Fusidat
 Alupurinol

2.3.7. Obat Tradisional

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 006 Tahun 2012, Obat


Tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan –
bahan tersebut, secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan
dapat diterapkan sesuai norma yang berlaku di masyarakat.

Obat Tradisional dibagi dalam 3 bagian yaitu :

1. Jamu

Contoh:

 Parem
 Tolak Angin
 Diapet

2. Obat Herbal Terstandar

Contoh :

 Lelap
 Kiranti Sehat Datang Bulan

3. Fitofarmaka

Contoh :

 Nodiar Tablet
 Stimuno

2.3.8. Alat Kesehatan

Menurut Undang – Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan


Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1189, 1190, 1191 Tahun 2010, Alat
Kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin, implant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh.

Contoh Alat Kesehatan yaitu :


 Kapas Steril
 Infused
 Timbangan
 Sterile Syringe
 Jarum

 Syarat Pendirian Apotek

 Studi Kelayakan

Studi Kelayakan merupakan kajian mengenai suatu kegiatan yang melibatkan


berbagai aspek sebelum kegiatan tersebut dupituskan untuk dilaksanakan.
Sebelum mendirikan apotek, terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan yang
merupakan hal penting dalam menentukan kelansungan hidup apotek,
meliputi survey lokasi apotek dan aalisis pembeleajaran.

 Survey Lokasi Apotek

Suvey Lokasi adalahlangkah awal yang dilakkukan sebelum mendirikan


apotek. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi
apotek adalah :

 Dekat dengan pemukiman penduduk.


 Tingkat perekonomian penduduk setempat.
 Adanya tempat pelayanan kesehatan.
 Dekat dengan keramaian dan perbelanjaan.
 Mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan umum.

 Analisis Pembelanjaan
Beberapa yang dipertimbangkan dalam membuat analisis pembelanjaan
adalah :

1. Modal Minimal yang dibutuhkan

Modal Minimal adalah modal yang diperlukan untuk pengadaan sarana dan
prasarana sebagai syarat untuk diperolehnya izin apotek. Penggunaan modal
tersebut adalah sebagai berikut :

 Pengadaan aktiva/harta tetap


 Pengadaan aktiva/harta lancar
 Biaya awal dan kas

1. Sumber Modal

Modal untuk mendirikan apotek dapat berasal dari modal pemilik sendiri
ataupun kredit. Modal sendiri merupakan modal yang dapat dikatakan tidak
mempunyai jangka waktu pengembalian, sedangkan modal kredit adalah
modal pinjaman dan sumber pemberian kredit.

Beberapa sumber pemberian kredit yang dapat dimanfaatkan oleh calon


Apoteker Pengelola Apotek adalah :

 Bank adalah dapat memberikan kredit berupa uang.


 Pedagang Besar Farmasi (PBF), dapat berupa sediaan farmasi maupun
barang dagangan yang bersifat fast moving.
 Teman seprofesi yang telah sukses dalam rangka mengelola apotek, dapat
berupa uang ataupun barang dagangan.
BAB III

TINJAUAN KHUSUS APOTEK RIZKY

3.1. Letak Bangunan

Apotek RIZKY terletak di Jl. Pertahanan, cukup strategis untuk sebuah


apotek yang ramai dan :

 Terletak dipinggir jalan yang cukup ramai


 Dekat dengan beberapa dokter praktek umum, dan dokter gigi.
 Daerah mudah dijangkau dan dilalui dengan kendraan umum.

Apotek RIZKY dipimpin oleh Bapak Arifin Hutasoit.

3.2. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi Apotek RIZKY adalah sebagai berikut:


Keterangan:

PSA : Pemilik Sarana Apotek

APA : Apoteker Pengelola Apotek

AA : Asisten Apoteker

Dalam melaksanakan kegiatannya, Apotek RIZKY mempunyai :

 1 orang Apoteker Pengelola Apotek


 1 orang Pemilik Sarana Apotek
 1 orang Asisten Apoteker

3.3. Pengadaan Administrasi

Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek RIZKY berdasarkan kebutuhan


pada ruang peracikan dan penjualan bebas. Perencanaan pembelian
dilakukan dengan menetapkan jumlah barang yang akan dibeli dengan
memperhatikan kebutuhan, menentukan pemasok dengan
mempertimbangkan kecepatan pelayanan/pengiriman barang,
harga/potongan yang diberikan dan kondisi pembayaran yang ditawarkan.
3.4. Pelaksanaan Pengadaan

Pengadaan barang dilakukan terlebih dahulu dengan cara menghubungi


pemasok dengan telepon. Barang – barang yang diperlukan dicatat dalam
buku dan pada jam tertentu salesmen yang datang dapat mengetahui dan
memasok barang – barang yang dibutuhkan apotek.

Khusus untuk pembelian narkotika, pemesanan dilakukan langsung ke


Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma Medan dengan menggunakan
surat Pesanan Narkotika (formulir N-9) rangkap 4 yang ditandatangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek, pemesanan dan penerimaan barang langsung
dilakukan oleh apotek.

3.5. Pemantauan Hasil Pembelian

Hasil pembelian dapat dipantau dengan cara melihat faktur – faktur yang
diterima dan pemasok yaitu terhadap kelengkapan/jumlah barang – barang
yang sudah dipesan, kebenaran dan potongan harga yang disepakati.
Selanjutnya memberitahukan kepada pemasok bila terdapat kekeliruan untuk
dikoreksi.

Apabila ada barang yang tidak dikirimkan, diminta penjelasan kepada


pemasok tersebut, bila perlu membatalkannya agar bisa dipesan kepada
pemasok lain.

3.6. Penyimpanan

Penyimpanan barang dagangan di ruang peracikan dan di ruang lemari dapat


disusun berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis dengan prinsip FEFO.
Barang dagangan yang terdapat di lemari depan pada umumnya adalah obat
– obat yang dapat dijual bebas tanpa resep dokter, obat tradisional dan alat –
alat kesehatan.

Pada ruang peracikan, obat – obatan ditempatkan pada kotak obat dimana
pada kotak tersebut tertulis nama obat. Khusus untuk obat narkotika dan
psikotropika disimpan di lemari khusus, sedangkan untuk obat – obat seperti
serum, vaksin dan suppositoria disimpan didalam lemari es. Bahan baku obat
di simpan dalam wadah tertutup rapat diberi label dan etiket yang jelas.
3.7. Pelayanan (Penyaluran)

Pelayanan di apotek berlaku dengan cara melayani pasien yang memerlukan


obat, baik obat bebas maupun obat yang ditebus dengan resep dokter. Untuk
menjaga agar jumlah konsumen tidak mengalami penurunan maka pelayanan
terhadap konsumen di apotek perlu ditingkatkan antara lain dengan:

 Menjaga kelengkapan persediaan obat – obat/barang.


 Senantiasa menjaga kebersihan dan kerapian susunan barang obat di lemari
atau etalase.
 Bersikap ramah kepada pasien sehingga mereka senang untuk datang ke
apotek.
 Menyediakan obat dengan harga yang terjangkau.
 Memberikan informasi obat kepada pasien.
 Memberikan pelayanan kepada pasien secara cermat dan teliti.

Pada waktu memberikan pelayanan secara langsung kepada pasien,


diinformasikan mengenai khasiat dan cara kerja penggunaannya serta
penggunaan obat generik yang tak kalah dengan oba – obat paten. Informasi
obat ini dilakukan oleh apoteker dan bagian penjualan yang ditunjuk
apoteker.

3.7.1. Pelayanan Resep Tunai

Pelayanan terhadap resep tunai dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Asisten apoteker menerima resep dari apoteker.


2. Resep diteruskan kepada petugas peracikan untuk di hargai, kemudian harga
di informasikan kepada pasien.
3. Setelah ada persetujuan dan pasien obat serta etiket dapat disiapkan.
4. Obat diserahkan kepada pasien dan diberikan informasi seperlunya mengenai
pemakaian obat.
5. Resep asli disimpan dan diarsipkan.
6. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika harus diperhatikan
kelengkapan resepnya. Seperti nama dan alamat dokter, nomor izin praktek
dan tanda tangan atau paraf dokter yang bersangkutan serta nama, umur dan
alamat pasien yang lengkap. Resep masing-masing diarsipkan sendiri untuk
memudahkan pembuatan laporan tentang pemakaian narkotika dan
psikotropika setiap bulannya.

3.7.2. Pelayanan Penjualan Obat Bebas

Pelayanan penjualan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Petugas penjualan bebas ataupun asisten apteker menerima permintaan


barang dan pasien dan menginformasikan harga.
2. Bila harga sesuai, maka barang diserahkan dan pasien membayamya.
3. Petugas penjualan bebas ataupun asisten apoteker mencatat barang yang
dijual pada buku khusus penjual.

3.8. Administrasi

Petugas administrasi melaksanakan pendataan:

1. Administrasi pembukuan, mencatat pembelian barang yang terdiri dari:

Buku pembelian, mencatat seluruh pembelian barang yang diterima dari


distributor. Buku penjualan, dicatat seluruh penjualan barang baik melalui
resep dan maupun penjualan obat bebas. Buku pesanan barang, mencatat
barang yang diperlukan untuk di pesan kepada distributor.

1. Administrasi pelaporan, yaitu:

Pelaporan narkotika dan psikotropika. Untuk obat-obatan golongan


narkotika, pelaporan dilakukan sekali sebulan selambat-lambatnya tanggal 10
setiap bulan ke dinas kesehatan setempat tembusan ke BPOM setempat.
Sedangkan untuk obat psikotropika, pelaporannya dilakukan tiap bulan atau
3 bulan sekali. Laporan ditandatangan oleh apoteker pengelola apotek.
 Denah Ruangan Apotek RIZKY

Berikut adalah gambar denah ruangan Apotek RIZKY.

BAB IV

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Permasalahan

Dalam menjalankan usahanya ,beberapa permasalahan yang dialami oleh


Apotek RIZKY adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan sediaan/perbekalan farmasi.


2. Untuk obat-obatan yang di jual bebas maupun alat-alat kesehatan tertentu,
apotek harus bersaing harga dengan apotek lain, toko obat berizin maupun
swalayan.
3. Konsumen kurang sabar terhadap pelayanan resep.

4.2. Pembahasan

1. Pengadaan persediaan/perbekalan farmasi.

Sebagai pemilik sarana apotek, Pemilik Sarana Apotek harus memikirkan


bagaimana pengadaan sediaan farmasi di apotek tersebut. Pengadaan sediaan
farmasi dapat kita peroleh dari PBF, toko obat grosir maupun apotek lain.
Dalam hal ini harus dipikirkan benar – benar apakah modal apotek sesuai
untuk mendapatkan semua sediaan/perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
masyarakat saat ini.

2. Pegawai/pemilik apotek harus sering memantau ke apotek, toko obat maupun


swalayan yang juga menjual obat bebas, sediaan kosmetik dan alat-alat
kesehatan tertentu agar harga barang apotek kita tidak lebih mahal
dibandingkan dengan harga di toko obat berizin/swalayan. Begitu juga
pelayanan kita terhadap pembeli juga harus ditingkatkan. Dimana kita harus
berkomunikasi dengan baik, ramah dan sopan terhadap pasien. Memberikan
penjelasan yang dibutuhkan pasien terhadap barang yang akan dibelinya
merupakan salah satu daya tarik atau kelebihan apotek.
3. Untuk masalah konsumen yang kurang sabar terhadap pelayanan di apotek
diatasi dengan menjelaskan kepada konsumen bahwa konsumen yang
pertama kali datang maka konsumen tersebutlah yang terlebih dahulu
dilayani. Selain itu para asisten apoteker harus bekerja lebih cepat namun
teliti. Jadi para konsumen tidak terlalu mengeluh menunggu terlalu lama.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Pembelian barang dagangan pada apotek RIZKY berdasarkan kebutuhan


diruang dan penjualan bebas serta sisa persediaan.
 Sistem penyimpanan barang dagangan adalah berdasarkan persediaan atau
alfabet dengan prinsip FEFO.
 Sebagai asisten apoteker harus mamilki keterampilan keahlian dalam
melayani resep dan kebutuhan pasien.
 Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan dapat memberikan pengetahuan
dan keterampilan pada siswa sebagi calon asisten apoteker.
 Apoteker dan Pemilik Saran Apotek telah bekerja sama dalam melaksanakan
fungsi dan tugas dari sebuah apotek sebagai tempat pelayanan obat serta
memiliki manajemen yang baik.
5.2 Saran

Untuk mengantisipasi agar jumlah konsumen tidak menurun, perlu


ditingkatkan pelayanan dalam beberapa hal meliputi :

 Melengkapi stok obat, serta hendaknya penampilan bagian estalase perlu


diperhatikan dengan cara:
 Penataan barang/obat pada lemari di susun penuh dan semenarik mungkin
untuk memberikan kesan bahwa apotek kita mampu menyediakan obat
dengan
 Menjaga kerapian dan kebersihan lemari.
 Asisten Apoteker lebih ramah dan mampu memberikan informasi obat
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

_ Buku Pedoman Praktek Kerja Lapangan ( PKL) Pusdikanasker Depkes RI


Jakarta.

_ Farmakope Indonesia edisi III dan IV.

_ Mohammad Arief (1999), dalam buku Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek
Gajah

Mada University Press Yogyakarta. 5.

_ UUK Farmasi kelas I, II, III Pusdiknakes.

_ ISO Volume 40, Tahun 2009.

_ Djamin, Z, 1984. Perencanaan dan Analisa Protek, Edisi Satu,Jakarta,


Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.


_ Departemen Kesehatan RI, 1993. Peraturan Menteri Kesehatan

No.922/Menkes/Per/X/1993, tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian


Izin Apotek.

Anda mungkin juga menyukai