Sistem kekeluargaan merupakan salah satu segi dari kebudayaan bermacam-
macam pengelompokan. Manusia sejak dilahirkan telah langsung termasuk dari bagian satu jenis kelompok yang terdapat di mana- mana atau yang universal sifatnya yaitu keluarga. Keluarga-keluarga itu mendiami daerah tertentu dan bersama dengan kelompok keluarga lain tinggal berdekatan. Dari persebaran daerah itu, maka munculah kebudayaan dalam segi kekerabatan yaitu suatu keluarga dengan keluarga yang lainnya di suatu daerah yang berbeda-beda. Masalah sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Di dalam masyarakat umum kita mengenal kekerabatan seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral keluarga unilateral dalam suatu masyarakat khususnya masyarakat pedesaan, sistem kekerabatan merupakan ciri utama dalam masyarakat desa dimana kekerabatan atau kekeluargaan masih sangat terasa atau terlihat. Hubungan kekerabatan ini merupakan ikatan atas dasar hubungan darah (keturunan) yang dapat ditelusuri berdasarkan garis keturunan ayah, ibu, atau garis keurunan keduanya. Hubungan kekerabatan menjadi lebih berarti apabila dihubungkana dengan berbagai segi kehidupan yang akan membawa spek budaya, agama, politik, keanggotaan suatau klan dan lain sebagainya. Sehingga hubungan antar anggota dan kedudukan di dalam organisasi sosial dapat dilihat berdasarkan ikatan kekerabatan yang dimilikinya. Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk menguraikan makna dari sistem kekeluargaan itu sendiri, dan bagaimana pelaksanaan perkembangan sistem kekerabatan itu dapat terjadi terutama di Kampar.
B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah yaitu : 1. Apa itu sistem kekerabatan ? 2. Bagaimana sistem kekerabatan berlangsung di daerah kabupaten Kampar?
C. TUJUAN PERUMUSAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa itu sistem kekerabatan 2. Untuk mengetahui sistem kekerabatan di daerah kabupaten Kampar BAB II PEMBAHASAN A. SISTEM KEKERABATAN 1. Pengertian Kekerabatan Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Struktur-struktur kekerabatan mencakup kekeluargaan dan bentuk kelompok yang merupakan perluasan keluarga seperti suku. Ikatan diantara orang yang bukan kerabat melahirkan banyak macam bentuk pengelompokan mulai dari “persaudaraan sedarah” sampai persahabatan semacam “perkumpulan”. Umur dan ikatan yang terbentuk karena keinginan sendiri termasuk kedalam kategori bukan kerabat. Kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara manusia yang memiliki asal usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis sosial maupun budaya. Dalam bahasa Indonesia ada istilah sanak saudara, kaum kerabat, ipar-bisan, yang dapat diartikan dengan kata family. Kata family berasal dari bahasa Belanda dan Inggris yang sudah umum dipakai dalam bahasa Indoneisa sehingga dapatlah dikatakan ia telah di Indonesianisasi. 2. Keberadaan kekerabatan Pernikahan merupakan salah satu peran yang paling terpenting dalam sistem kekerabatan. Dalam antropologi sistem kekerabatan termasuk keturunan dan pernikahan (melalui hubungan darah atau dengan melalui hubungan status perkawinan). Pengertian bahwa seseorang dinyatakan sebagai kerabat bila ia memiliki pertalian atau ikatan darah dengan seseorang lainnya, contoh kongkrit dari hubungan darah ialah kakak-adik sekandung. Hubungan melalui perkawinan adalah bila seseorang menikah dengan saudaranya, maka ia menjadi kerabat akan seseorang yang dikawini oleh saudaranya itu, contoh kongkrit dari hubungan perkawinan ialah adik ipar atau kakak ipar bibi, dari adik ibu. Manusia melalui pernikahan umum disebut sebagai “hubungan dekat” ketimbang keturunan (juga disebut konsunguitas), meskipun kedua hal itu bisa tumpang tindih dalam pernikahan diantara orang yang satu moyang. Hubungan kekerabatan adalah salah satu prinsip mendasar untuk mengelompokkan tiap orang ke dalam kelompok sosial, peran katagori dan silsilah, hubungan kekeluargaan dapat dihadirkan secara nyata (ibu saudara kakek) atau secara abstrak menurut tingkatan kekerabatan sebuah hubungan dapat memiliki syarat relatif (misalnya: ayah adalah seorang yang memilki anak).
B. SISTEM KEKERABATAN MASYARAKAT KABUPATEN KAMPAR
1. SISTEM MATRILINEAL Matrilineal Sistem Kekerabatan Matrilineal” yaitu “Sistem kekerabatan berdasarkan Garis Keturunan Ibu”. Setiap anak yang lahir dalam sebuah keluarga Kampar akan menjadi kerabat keluarga ibunya, bukan kerabat ayahnya yang biasa terjadi di suku-suku lain di Indonesia. Adapun ciri-ciri dari sistem Matrilineal yaitu sebagai berikut; 1. Keturunan dihitung menurut garis ibu. 2. Suku terbentuk menurut garis ibu 3. Tiap orang diharuskan kawin dengan orang luar sukunya atau eksogami karena di Kampar dilarang kawin sesuku. 4. Perkawinan bersifat matrilokal, yaitu suami mengunjungi dan tinggal dirumah istrinya. 5. Hak-hak dan pusaka diwariskan oleh mamak kepada kemenakannya dan dari saudara laki-laki ibu kepada anak dari saudara perempuan. Kampar merupakan Suku terbesar penganut sistem kekerabatan yang menurut garis keturunan ibu ini. Matrilineal merupakan salah satu aspek dalam menentukan dan mendefinisikan identitas masyarakat . Kaum perempuan di memiliki kedudukan yang istimewa. Adat dan budayanya menempatkan pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Dalam sistem keturunan matrilineal ini, ayah bukanlah anggota dari garis keturunan anak-anaknya. Dia dipandang tamu dan diperlakukan sebagai tamu dalam keluarga. Secara tradisi, setidak-tidaknya, tanggung jawabnya sebagai wali dari garis-keturunannya dan pelindung atas harta benda garis keturunan itu sekalipun dia harus menahan dirinya dari menikmati hasil tanah dan harta pusaka kaumnya istrinya.