Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Krom
Krom ( Cr ) merupakan salah satu unsur yang keberadaannya di lingkungan perlu
dikendalikan mengingat sifatnya yang dapat mempengaruhi terhadap kesehatan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Sifat yang dimiliki krom adalah unik bergantung
pada spesinya. Dilaporkan bahwa Cr (III) bermanfaat dalam proses metabolisme
glukosa, lemak dan protein pada makhluk hidup. Akan tetapi Cr(VI) merupakan
oksidator kuat dan bersifat sangat toksik serta karsinogenik(Chwastowska, 2005)
Adanya logam krom dalam tekstil kemungkinan berasal dari bahan kimia yang
digunakan dalam proses tekstil maupun sebagai zat pengotor (impurities) yang
terkandung dalam bahan kimia tersebut. Senyawa krom di industri tekstil terutama
digunakan dalam proses pencelupan yang menggunakan zat warna direk dan zat warna
mordan. Dalam proses pencelupan kain dengan zat warna direk, krom dalam bentuk
senyawa dikromat digunakan untuk fiksasi zat warna tersebut pada serat kain,
sedangkan dalam pencelupan dengan zat warna mordan krom digunakan dalam bentuk
garam Cr(III). Salah satu contoh zat warna direk adalah Congo Red ( C.I. Direct
red28), sedangkan contoh zat warna mordan adalah Eriochrome Black T ( C.I Mordant
Black 11 ) masing-masing memiliki rumus molekul seperti pada Gambar II.1. Zat
warna direk adalah zat warna azo yang mengandung gugus sulfonat, namun demikian
afinitasnya terhadap serat selulosa kecil dibanding dengan zat warna asam atau basa.
Hasil pencelupan kain katun dengan zat warna direk memiliki ketahanan terhadap
pencucian yang kurang baik, sehingga dalam prakteknya memerlukan perlakuan
setelah proses pencelupan menggunakan garam elektrolit yang disebut dengan proses
fiksasi. Garam yang biasa digunakan adalah tembaga sulfat atau senyawa dikromat.
Pada proses fiksasi atom oksigen pada gugus OH dalam zat warna akan membentuk
kompleks dengan logam yang berasal dari garam elektrolit, menyebabkan
ukuranmolekul zat warna menjadi lebih besar dan kurang larut dalam air, sehingga
tahan luntur terhadap pencucian menjadi meningkat (Shore J, 1990)
Di samping berasal dari bahan kimia yang digunakan dalam proses tekstil,
keberadaan krom dalam tekstil juga dapat berasal dari pengotor zat warna. Zat warna
tekstil yang digunakan memiliki kualitas teknis sehingga terdapatnya pengotor dalam

II-1
II - 2
Bab II Tinjauan Pustaka
zat warna termasuk logam-logam berat sangat dimungkinkan. Hal ini ditegaskan
sebagaimana yang tercantum dalam kriteria ekolabel Uni-Eropa yang mempersyaratkan
penggunaan zatwarna yang memiliki kadar pengotor logam-logam berat dalam jumlah
tertentu. Dalam ekolabel tersebut ditetapkan kadar Cr dalam zatwarna yang digunakan
dalam proses tekstil maksimum 100 ppm(4)

2.1.2 Pengertian Spektrofotometri


Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan
detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa
baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun
absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi,
1990)
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri
(Basset, 1994).

Spektrometri UV-Vis adalah salah satu metoda analisis yang berdasarkan pada
penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Berdasarkan penurunan
intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media tergantung pada tebal tipisnya media
dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut. Spektrometri visible
umumnya disebut kalori, oleh karena itu pembentukan warna pada metoda ini sangat
menentukan ketelitian hasil yang diperoleh. Pembentukan warna dilakukan dengan cara
penambahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan (Fatimah,
2005).
Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah spektrofotometer
UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa
yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 3
Bab II Tinjauan Pustaka
tampak (400 – 800 nm). Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan
absorbansi dari larutan sampel yang diukur.
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer,
yaitu:
A = – log T = – log It / I0 = ε . b . C
Dimana:
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Serapan molar
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel
(Tahir, 2009).
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki satuan dan
biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Serapan molar pada persamaan di atas
adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa banyak cahaya yang
diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang tertentu. Semakin besar
nilai serapan molar suatu zat maka semakin banyak cahaya yang diabsorbsi olehnya,
atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan semakin besar(Tahir, 2009).
Adapun instrument dari spektrofotometri UV-vis yaitu:
1. Sumber radiasi
Sumber radiasi pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber radiasi pada spektrofotometer UV-Vis ada tiga macam:
a. Sumber radiasi Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel
pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa.
Memiliki panjang gelombang antara 380-900 nm. Spektrum radiasianya berupa
garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000 jam pemakaian.
b. Sumber radiasi Deuterium. Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380
nm. Spektrum energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang
terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
c. Sumber radiasi merkuri. Sumber radiasi ini memiliki panjang gelombang 365 nm.
2. Monokromator

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 4
Bab II Tinjauan Pustaka
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang
tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :
2. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di
dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
3. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan
disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu
kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.

2.1.3 Jenis-jenis Spektrofotometri


a. Spektrofotometri inframerah
Spektrofotometri nframerah sangat penting dalam kimia modern, terutama
(meskipun bukan satu-satunya) dalam ddaerah organik. Spektrofotometri ini
merupakan alat rutin untuk mendekteksi gugus fungsional, mengidentifikasi
senyawa, dan menganalisa campuran. Instrumen yang merekan spektra inframerah
tersedia secara komersial dan mudah digunakan secara rutin. (Underwood, 1990)
Bila kita memberikan strultur molekul yang dinyatakn dengan panjang ikatan dan
sudut ikatan, maka yang digambarkan adalah sejenis situasi pukul rata-rata.
Bayangkan suatu konstruksi model molekul rumit ternuat dari bola-bola kayu yang
dihubungkan oleh pegas-pegas dan digantung dengan kawat. Pukullah molekul itu,
dan molekul itu akan menjadi suatu obyek yang gemeteran dengan semua atomnya
bergerak-gerak relatif satu sama lain ketika barang lusinan pegas itu mampat,
terulur, maupun tertekuk. Gerakan yang mula-mula tampak sangat rumit ini, dapat
dipisah menjadi sederetan mode getaran inividu yang frekuensi ilmiahnya
bergantung pada massa bola-bola kayu dan karakteristik pegas. Jika ada dipolo
listrik yang berayun yang dikaitkan dengan suatu mode getaran tertentu, maka akan
terjadi suatu antaraksi dengan vektor listrik dari radiasi elektromegnetik yang
frekuensinya sama, yang akan menimbulkan pengadsopsian energi yang muncul
sebagai akibat dari membesarnya amplitudo getaran(Underwood, 1990)

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 5
Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.1 Tabel Frekuensi Gugus Inframerah


b. Spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak (UV-VIS)
Spetrum elektronik senhyawa dalam fase uap kadang-kadang menunjukkan struktur
halus dimana sumbangan vibrasi individu dapat teramati, namun dalam fase-fase
mampat, tingkat energi molekul demikian terganggu oleh tetangga-tetangga
dekatnya, sehingga sering hanya tampak pita lebar. Semua molekul dapat
mengabsopsi radiasi dalam daerah UV-tampak karena merek mengandung elektron,
baik sekutu maupun menyendiriyang dapat diekstasikan ke tingkat energi yang
lebih tinggi panjang gelombang dimana adsobsi itu terjadi, bergantung pada berapa
kuat elektron itu terikatdalam molekul itu (Underwood, 1990).

Gambar II.2 Spektrum Adsopsi Ultraviolet

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 6
Bab II Tinjauan Pustaka
c. Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy
dalah cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik
yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah
380-750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka
sinar tersebut termasuk kedalam sinar tampak (Visible).
d. Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV berdasarkan
interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380
nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut
juga heavy hydrogen. Dia merupakan isotop hydrogen yang stabil tang terdapat
berlimpah dilaut dan didaratan. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata
manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan
senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.

2.1.4 Cara Kerja Spektrofotometer

Gambar II.3 Instrumen Spektrofotometri UV – VIS

Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya tersebut


menjadi pita-pita panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu zat
tertentu, dan setiap gugus kromofor mempunyai panjang gelombang maksimum
yang berbeda. Dari monokromator tadi, cahaya atau energi radiasi diteruskan dan
diserap oleh suatu larutan yang akan diperiksa di dalam kuvet. Jumlah cahaya yang
diserap oleh larutan akan menghasilkan sinyal elektrik pada detektor, yang mana

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 7
Bab II Tinjauan Pustaka
sinyal elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap oleh larutan tersebut.
Besarnya sinyal elektrik yang dialirkan ke pencatat dapat dilihat sebagai angka
(Triyati, 1985).
Sel absorpsi dipakai dari bahan silika, kuvet dan plastik banyak dipakai
untuk daerah Sinar Tampak. Kualitas data absorbans sangat tergantung pada cara
pemakaian dan pemeliharaan sel. Sidik jari, lemak atau pengendapan zat pengotor
pada dinding sel akan mengurangi transmisi. Jadi sel-sel itu harus bersih sekali
sebelum dipakai (Skoog dan West, 1971).
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada
spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan
mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-
berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel
yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat
cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang
dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector. Detector kemudian akan
menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh
sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung
dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara
kuantitatif (Rohman, 2007).

2.1.5 Kalibrasi Spektrofotometri


Yang perlu dikalibrasi adalah panjang gelombang dan absorbansi (Harjadi, 1990)
a. Kalibrasi Panjang gelombang
Menggunakan filter gelas helium oksida yang mempunyai panjang gelombang
acuan (nm) pasang filter gelas holium oksida pada kompartemen sampel dan
kompartemen pembanding dibiarkan kosong (udara) , Scan spektrum serapan
holium oksida, bandingkan panjang gelombang spektrum yang diperoleh dengan
data panjang gelombang acuan.
b. Kalibrasi Absorbans
Buat larutan kalium dikromat 50 + 0,5 mg dalam 1 liter 0,005 mol/L asam sulfat
(larutan A) , Buat larutan kalium dikromat 100 + 1 mg dalam 1 liter 0,005 mol/L
asam sulfat (larutan B) , buat larutan 0,005 mol/L asam sulfat sebagai pembanding
dan bandingkan hasilnya dengan data acuan (+ 2%)

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 8
Bab II Tinjauan Pustaka
c. Cara Pemeliharaan
Cara pemeliharaan spektrofotometer UV Vis adalah kompartment sampel selalu
dibersihkan, suhu penyimpanan stabil, meja permanen, gunakan stabilizer,
masukkan kuvet tegak lurus, alat harus selalu diperiksa, kuvet yang digunakan
harus bersih. Sebelum digunakan, biarkan mesin warming-up selama 15-20 menit.
Spektrofotometer sebisa mungkin tidak terpapar sinar matahari langsung, karena
cahaya dari matahari akan dapat mengganggu pengukuran. Simpan
spektrofotometer di dalam ruangan yang suhunya stabil dan diatas meja yang
permanen. Pastikan kompartemen sampel bersih dari bekas sampel. Saat
memasukkan kuvet, pastikan kuvet kering. Lakukan kalibrasi panjang gelombang
dan absorban secara teratur.
d. Aplikasi
UV / Vis spektroskopi secara rutin digunakan dalam kuantitatif penentuan larutan
dari logam transisi ion dan sangat dikonjugasikan senyawa organik, studi
fotoelektrokimia lapisan tipis CdS hasil deposisi metode CBD, meneliti pengaruh
kelembaban terhadap absorbansi optik lapisan gelatin dan dalam penentuan
konsentrasi suatu larutan yang belum diketahui konsentrasinya menggunakan
larutan standar.

2.1.3 Baku Mutu Air Bersih dan Air Minum


PERMENKES TENTANG STANDAR KUALITAS AIR BERSIH DAN AIR MINUM
NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990
TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990

Persyaratan air minum Persyaratan air bersih

Parameter Satuan Kadar Keterangan Kadar Keterangan


maksimum maksimum
yang yang
diperbolehkan diperbolehkan

A. FISIKA

Bau – – Tidak – Tidak


berbau berbau

Jumlah mg/L 1.000 1.500


padat
terlarut
(TDS)

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 9
Bab II Tinjauan Pustaka
Kekeruhan skala 5 25
NTU

Rasa – – Tidak – Tidak


berasa berasa

Suhu oC Suhu Suhu


udara±3oC udara±3oC

Warna skala 15 50
TCU

B. KIMIA

a. Kimia
Anorganik

Air Raksa mg/L 0,001 0,001

Aluminium mg/L 0,2 –

Arsen mg/L 0,05 0,05

Barium mg/L 1,0

Besi mg/L 0,3 1,0

Fluorida mg/L 1,5 1,5

Kadmium mg/L 0,005 0,005

Kesadahan mg/L 500 500


(Ca CO3)

Klorida mg/L 250 600

Kromium mg/L 0,05 0,05


Valensi 6

2.1.7 Dampak Krom Terhadap Lingkungan


Ada beberapa jenis kromium yang berbeda dalam efek pada organisme.
Kromiummemasuki udara, air dan tanah di krom (III) dan kromium (VI) bentuk
melalui proses-prosesalam dan aktivitas manusia. kegiatan utama manusia yang
meningkatkan konsentrasi kromium(III) yang meracuni kulit dan manufaktur tekstil.
Kegiatan utama manusia yang meningkatkankromium (VI) konsentrasi kimia, kulit dan
manufaktur tekstil, elektro lukisan dan kromium (VI)aplikasi dalam industri. Aplikasi
ini terutama akan meningkatkan konsentrasi kromium dalamair. Melalui kromium
pembakaran batubara juga akan berakhir di udara dan melalui pembuanganlimbah
kromium akan berakhir di tanah. Senyawa kromium sering ditemukan di dalam tanah

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 10
Bab II Tinjauan Pustaka
dan air tanah pada situs industri yang sudah tak terpakai, karena senyawa kromium
pernah digunakan dalam senyawa pewarna, cat, dan penyamak kulit. Saat ini,
diperlukan pembersihan dan remediasi lingkungan. Cat dasar yang mengandung
kromium heksavalen masih banyak digunakan untuk aplikasi finishing pesawat terbang
dan mobil.(baselt, 2008)

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 11
Bab II Tinjauan Pustaka
II.3 Jurnal Aplikasi Industri
BIODEGRADASI SIFAT TOKSIK LOGAM BERAT KROM DALAM LIMBAH
CAIR INDUSTRI
Oleh : Nahadi, Hernani, Fitri Khoirunnisa
Tahun : 2005
Diantara berbagai limbah industri yang dapat menyebabkan pencemaran sangat
berbahaya adalah logam berat. Pencemaran logam berat seperti timbal, krom, kadmium,
raksa dan arsen umumnya disebabkan oleh beberapa industri yang dalam proses
produksinya menggunakan bahan-bahan yang mengandung logam berat tersebut (Haryadi,
1996). Krom adalah merupakan salah satu bahan pencemar logam berat yang berbahaya di
alam. Banyak kasus keracunan krom secara insidental yang cukup berbahaya bagi
manusia, yakni mengakibatkan kanker paru-paru, luka bernanah yang kronis dan merusak
selaput tipis hidung (Klaasen dkk, 1986).
Beberapa literatur hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat toksik logam berat
krom(VI) jauh lebih toksik dibandingkan krom(III). Dalam SK Menteri Negara LH yang
bernomor Kep 03/MENKLH//11/1991 disebutkan bahwa kadar maksimum krom total
yang diperbolehkan dalam perairan adalah 0,1 ppm sedang kadar krom(VI) 0,05 ppm. Hal
ini menunjukkan bahwa dalam jumlah yang lebih sedikit keberadaan krom(VI) telah dapat
menyebabkan masalah bagi lingkungan.
Telah dilakukan penelitian degradasi sifat toksik logam berat krom oleh bakteri
melalui rekasi enzimatik yang mengubah krom(VI) toksik menjadi krom(III) yang kurang
toksik. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan pengaruh beberapa parameter terhadap
reaksi enzimatik ini yaitu; jumlah bakteri, tingkat keasaman dan konsentrasi krom(VI).
Untuk menentukan konsentrasi krom(VI) yang tereduksi menjadi krom(III) digunakan
teknik spektrofotometri UV-Vis. Jumlah krom(VI) yang tereduksi menjadi krom(III)
ditentukan dengan menghitung selisih antara jumlah krom(VI) sebelum dan sesudah proses
transformasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa efektivitas transformasi krom(VI) menjadi
krom(III) dipengaruhi oleh parameter-parameter di atas. Transformasi krom(VI) menjadi
krom(III) sangat dipengaruhi oleh pH larutan. Kondisi keasaman optimum untuk terjadinya
transformasi krom(VI) menjadi krom(III) adalah pada pH = 7. Proses transformasi ini
meningkat secara linear sebagai fungsi konsentrasi awal, dengan konsentrasi maksimum 30
ppm. Transformasi ini juga berlangsung efektif pada jumlah bakteri satu ose. Tingkat
transformasi pada kondisi optimum mencapai 88,4%.

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018

Anda mungkin juga menyukai