Anda di halaman 1dari 36

Hukum Kekerabatan dan

Perjanjian Adat (A)


Tody Sasmitha

Komunitas : Hukum Kekerabatan dan


Perjanjian Adat (Kelas G dan H)
Password : religio magis
SISTEM KEKERABATAN DI INDONESIA

1. UNILATERAL
a. Patrilineal à Garis Bapak
b. Matrilineal à Garis Ibu

2. BILATERAL
a. Parental à Garis Bapak & Ibu
3

Sistem Kekerabatan Patrilineal


• Sistem kekerabatan yang pertalian darahnya ditarik dari
garis ayah/ laki-laki.

• Masyarakat Alas, Gayo, Batak, Bali, Maluku, Timor,


Lampung, dll.

• Biasanya dilakukan melalui “Perkawinan Jujur”


Sistem Kekerabatan Patrilineal
• Anak laki-laki cenderung diutamakan, krn dianggap sbg
penerus keluarga.

• Anak perempuan dipersiapkan untuk menjadi kerabat


bagi keluarga lain.

• Jika ortu meninggal, anak mjd tanggungjawab keluarga


ayah.

• Jika tidak memiliki anak laki-laki à putus keturunan.

▫ Bali àPerkawinan nyentana.


▫ Lampung àPerkawinan tegak tegi/ negiken.
5

Sistem Kekerabatan Matrilineal


• Sistem kekerabatan yang pertalian darahnya ditarik dari garis ibu/
ayah.

• Masyarakat Minangkabau, Rejang Lebong-Bengkulu, Semende -


Sumatra Selatan, Lampung pesisir, dll.

• Biasanya dilakukan melalui “Perkawinan Semenda”

• Suami sbg kepala keluarga inti, namun tetap terikat pd


kerabatannya sendiri. à “outsider” di keluarga istri.
Sistem Kekerabatan Matrilineal
• Anak adalah penerus keluarga Ibu. Hubungan
Ayah dg keponakan (dari saudara perempuan),
collectively, lebih kuat daripada ayah dengan
anak.

• Harta Pusaka tidak dr bapak kpd anaknya,


melainkan mamak (paman) kepada
keponakannya.

• Jika ortu meninggal, anak menjadi


tanggungjawab keluarga Ibu.
Hubungan Mamak dan Kemenakan
• Bertali darah à satu keturunan dekat
• Bertali adat à dari kerabat yg lebih jauh
• Bertali emas à timbul krn hubungan baik
• Dibawah lutui (lutut) à kemenakan yg
terlampau jauh keturunan dan status sosialnya.
Kekerabatan Minang (Matrilineal)
• Kaluak paku kacang balimbiang, anak
dipangku kamanakan dibimbiang;
• Laki2 tdk memiliki kamar di rumah sendiri,
‘numpang’ di rmh istri;
• Sang suami disebut sbg sumando, keluarga
suami dsbt bako
• Posisi suami di rmh istri à abu diateh tunggua;
9

Sistem Kekerabatan Parental


• Sistem kekerabatan yang pertalian darahnya ditarik dari
garis ibu/ perempuan dan juga garis ayah/ laki-laki.

• Aceh, Kalimantan, Madura dan Jawa, dll.

• Biasanya dilakukan melalui “Perkawinan Bebas”

• Suami - Istri punya power (kuasa) yang cenderung


seimbang.
Sistem Kekerabatan Parental
• Anak merupakan penerus garis keturunan Ibu
dan Ayahnya.

• Baik suami atau istri tidak ada yang masuk dan


bergabung ke kerabat pasangannya. Mereka
cenderung membentuk keluarga sendiri.

• Jika ortu meninggal, anak menjadi


tanggungjawab keluarga Ayah dan keluarga Ibu,
tergantung pada kondisi yang paling
memungkinkan.
11

Sistem Kekerabatan Parental


• Ikatan kekerabatan tidak sekuat sistem unilateral;

• UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menganut


sistem parental
▫ Pasal 31 UUP à kedudukan suami-isteri seimbang
▫ Pasal 45-46 UUP à kedudukan anak laki & perempuan
seimbang.

• Dinamika sistem parental:


▫ suami lebih kaya dr isteri à (manggih kaya)
▫ isteri ikut suami à (ngomahi).
▫ istri lebih kaya dr suami (nyalindung kagelung)
▫ suami ikut isteri (tut buri, kebo anut ing sapi).
12

Keturunan

• Garis Lurus
▫ Ke atas
▫ Ke bawah

• Garis Menyamping (ketunggalan Leluhur)


Jenis-jenis Anak
• Anak kandung
• Anak sah
• Anak luar kawin
• Anak hasil zina
• Anak sumbang
• Anak angkat
• Anak adopsi (adoptie-Bld)
• Anak asuh
• Anak tiri : anak tdk berada dalam kerabat yg sama
dg ortu tiri
• Anak sambung: anak berada dlm kerabat yg sama dg
ortu tiri.
Anak Sambung: Patrilineal

Putra Putri Paijo

Bro Bris Sis


Kedudukan Anak
dalam Keluarga
• Dengan Keluarga Inti
▫ Suami dan Istri
▫ Anak dengan orang tua
• Dengan Kerabat
▫ Pada masyarakat parental
▫ Pada masyarakat patrilineal
▫ Pada masyarakat matrilineal
Hubungan Hukum
Suami dan Istri
Sistem kekerabatan yang dianut oleh pasangan
suami-istri ybs mempengaruhi:
▫ Dominasi kerabat dalam rumah tangga;
▫ Kedudukan anak yang dilahirkan;
▫ Pengurusan anak apabila ortu meninggal;
▫ Pengelolaan harta bawaan dan harta bersama;
▫ Pewarisan;
▫ Alokasi resources dlm kerabat;
Sistem Kekerabatan tidak jarang
mempengaruhi:
• Kuasa mengambil keputusan;
• Siapa yg menjadi representasi keluarga;
• Pembagian ruang domestic dan produktif

Ketiganya tetap berorientasi pada pengutamaan


laki-laki.
Hubungan Hukum
Anak dan Ortu
• Anak à penerus keturunan dan kebanggaan
keluarga; pemelihara kekayaan keluarga.

• Sering dilakukan upacara/ ritual dalam setiap fase


hubungan tsb;
▫ Anak dalam kandungan : tingkeb
▫ Kelahiran : penanaman ari-ari, Gonggrekkan (tali
ari), kanjut kudang, cukuran (parasan), nurunkeun

• Upacara/ ritual à kewajiban alimentasi ortu.


Akibat Hukum
Hubungan Anak dan Ortu
• Adanya larangan perkawinan anak dengan ortu
• Kewajiban alimentasi
• Timbulnya hak mewaris

Apakah mungkin hubungan hukum anak dan ortu


dapat terputus?

Pegat mapianak (Bali); Mangalip-alip (Batak


Angkola); menjadi anak angkat orang lain;
perkawinan (patrilineal)
Anak Sah
(Pandangan Hukum Adat)
• Anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah,
mempunyai Ibu, yaitu wanita yang
melahirkannya; dan mempunyai Bapak, yaitu
laki-laki yang menjadi suami dari wanita yang
melahirkannya.

• Hukum Adat tidak mengenal batas waktu sbg


syarat keabsahan seorang anak.

• Bagaimana dengan anak yang lahir setelah


perceraian?
Anak Sah
(Pandangan BW, UUP & Hk. Islam)
• Pandangan BW
▫ Pasal 251, anak yang dilahirkan setelah 180 hr
sejak perkawinan ortunya.
• Pandangan UU No 1 Tahun 1974 (Pasal 42)
▫ anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat
perkawinan yang sah.
• Pandangan Hukum Islam (Pasal 99 KHI)
▫ anak yg dilahirkan dlm atau sbg akibat pkw yg sah
▫ Ibu mengandung minimal 6 bulan.
Anak Tidak Sah/ Lahir di Luar
Perkawinan yang Sah
• Setiap anak yang lahir pasti memiliki hubungan
keperdataan dg ibunya.

• Bagaimana hubungan keperdataan dg ayahnya?

• Apakah anak sah selalu merupakan anak


biologis dari ayahnya?
Perwalian (1)

• Wali
▫ wakil, pembimbing, kepala/ ketua atau
sahabat
▫ orang yg diserahkan kewajiban mengurus
anak yatim- piatu dan hartanya sebelum
anak dewasa/ baligh.

• Perwalian
▫ segala hal yg terkait dg pemeliharaan dan
pengawasan anak yatim-piatu dan
hartanya.
Perwalian (2)
• Umumnya Lembaga Perwalian diperlukan jika ortu
meninggal semua (yatim-piatu).

• Arti penting wali: agar anak yatim-piatu tidak


terlantar.

• Perwalian dapat terjadi krn ortu wafat, dicabut


kekuasaan ortu, ortu hilang atau tidak mampu
menjalankan kewajiban alimentasi.

• Syarat wali
▫ H.Adat: keluarga sendiri, dewasa, sanggup dan
bertanggungjawab.
▫ Ps 51 UUP: keluarga, dewasa, sehat, adil, jujur dan
berkelakuan baik.
Perwalian (3)
• Fungsinya:
▫ Menggantikan kewajiban alimentasi dari orang tua yang
meninggal, hilang atau tidak mampu;
▫ Pengurusan (sementara) harta peninggalan ortu untuk
kepentingan si anak yang ditinggalkan.

• Hak dan kewajiban orang tua, memelihara, mendidik dan


membiayai anak s.d kawin atau mandiri (ps 45 UUP).

• Masalah perwalian diatur ps 50 – 54 UUP dan Ps 107-112 KHI

• Ps 50 UUP, anak belum berumur 18 th atau blm kawin dan tidak


berada di bawah kekuasaan ortu berada di bawah kekuasaan wali.

• Ps 107 KHI, perwalian hanya terhadap anak yg blm berumur 21 th


dan atau blm pernah menikah.

• H.Adat Tidak mengenal umur yg penting sdh dewasa -kerja, atau


ber-RT (menikah).
Perwalian (4)
HUKUM ADAT:
• Pada dasarnya perwalian muncul karena salah
satu atau kedua ortu meninggal.
• Perceraian tidak menghapus wewenang salah
satu ortu utk menjadi wali.
• Perbedaan Agama tidak menghapus wewenang
sebagai wali.

HUKUM ISLAM:
• diutamakan tanggungjawab ibu dan kerabat ibu
• Agama menjadi faktor penentu wewenang
menjadi wali.
Dimulainya Perwalian

• UU Perkawinan
▫ tak ada ketentuan (ditunjuk dg surat wasiat
atau lisan dg disertai 2 saksi).

• Hukum Adat,
▫ ortu mati, hilang, miskin, tak mampu
(berkelakuan negatif). Otomatis kerabat yg
mampu dan punya hubungan darah berhak
menjadi wali.
28

Perwalian dalam Sistem Patrilineal


o Seorang anak bukan hanya anak/keturunan dari ortu
kandungnya, melainkan juga anak dari kerabat (ayahnya);

o Anak ybs merupakan anak dari seluruh saudara & kerabat


ayah, sekaligus juga menjadi anggota dari kerabat laki-laki.

o Ibu merupakan pihak yang secara langsung (tanpa


penunjukkan) menjadi wali apabila ayah si anak meninggal/
hilang.

o Kekuasaan Ibu sebagai wali tidak dapat dicabut, namun


dapat digantikan oleh saudara laki-laki ayah.
29

Perwalian dalam Sistem Matrilineal

o Anak tidak hanya keturunan Ortunya, melainkan juga


mjd anak dari seluruh kerabat Ibunya;

o Seluruh kerabat ibu turut bertanggungjawab terhadap


kehidupan sang anak. Kerabat ayah hanya membantu.

o Jika Ibu meninggal, sang ayah merupakan wali dari


anaknya. Namun Ninik Mamak (paman) dari kerabat Ibu
juga memiliki kekuasaan besar utk mengatur kehidupan
sang anak.
30

Perwalian dalam Sistem Parental


• Kerabat ayah dan kerabat ibu memilik kewenangan yang sama
untuk menjadi wali.

• Faktor yang menentukan adalah siapa yang sanggup dan bersedia


untuk menjamin kehidupan sang anak;

• Pada dasarnya berlaku asas keseimbangan, namun dominasi dalam


rumah tangga kerap menyebabkan sebaliknya, dalam hal:
a. Ngomahi, kediaman bersama ada di tempat suami;
b. Tutburi, kediaman bersama di tempat istri.
Berakhirnya Perwalian
• UU Perkawinan
▫ berumur 18 th atau menikah (Pasal 50 (1))
▫ Dicabut oleh pengadilan (Pasal 53 UUP)

• KHI
▫ berumur 21 th atau telah menikah (ps 107
KHI)

• Hukum Adat:
▫ mandiri (bekerja)/menikah/meninggal.
32

PENGANGKATAN ANAK
• Pengertian
mengambil anak orang lain utk dimasukkan ke dalam
kerabat orangtua yg mengangkat utk diperlakukan sbg
anak kandung.

• Akibat Hukum Pengangkatan Anak, tergantung


tujuannya:
▫ penerus garis keturunan (laki-perempuan)
▫ melengkapi jenis kelamin anak,
▫ teman hari tua,
▫ membantu usaha,
▫ Pancingan
▫ Kemanusiaan (terlantar, yatim-piatu)
Siapa yang diangkat menjadi anak?
• Keponakan;
• Kerabat;
• Cucu;
• Orang lain.
• Menantu perempuan dalam Patrilineal?
• Menantu laki-laki dalam nyentana?
34

TUJUAN: MENERUSKAN KETURUNAN

• Patrilineal dan Matrilineal


▫ Memutus hubungan kekerabatan dengan orang tua kandung;
▫ Masuk ke dalam kerabat ortu angkat;
▫ Kehilangan hak mewaris dari ortu kandung
▫ Memperoleh hak waris dari ortu angkat
▫ Bagaimana dg hak waris atas harta pusaka?

• Parental
▫ Tidak memutus hubungan kekerabatan dg ortu kandung;
▫ Menjadi kerabat ortu kandung dan ortu angkat;
▫ Bisa mendapat hak waris baik dari ortu kandung maupun ortu angkat
▫ Bagaimana dg hak waris atas harta pusaka?
35

PENGANGKATAN ANAK
• Hukum Islam
▫ Anak angkat bisa laki-laki atau perempuan;
▫ Bertujuan ibadah (memelihara anak yatim-piatu);
▫ Sah tanpa perlu upacara dan akte (Pasal 171 (h) KHI dg
putusan PA).
▫ Tidak putus hub. kekerabatan dg ortu kandung;
▫ Kedudukan yg berbeda dalam pewarisan (pasal 209 KHI
wasiat wajibah, maksimal 1/3 bagian).
36

PENGANGKATAN ANAK
• Hukum Adat
▫ Sistem kekerabatan memiliki pengaruh besar pada jenis
kelamin anak angkat;
▫ Memiliki tujuan yang bervariasi;
▫ Syarat sahnya biasanya dilakukan melalui upacara;
▫ Sistem kekerabatan berpengaruh besar terhadap hak
mewaris.

• Staadblad No. 129 th 1917


▫ anak yg diangkat hanyalah laki-laki
▫ Bertujuan meneruskan garis keturunan ortu angkat;
▫ Sah apabila ada ketetapan pengadilan
▫ Memutus kekerabatan ortu kandung, hak waris pada
ortu angkat

Anda mungkin juga menyukai