Anda di halaman 1dari 21

I.

Pendahuluan
A. Tujuan kunjungan industri
Tujuan dari kunjungan industri adalah :
1. Mengetahui sejarah berdirinya perusahaan
2. Mengetahui visi dan misi perusahaan
3. Mengetahui produk yang dihasilkan
4. Mengetahui proses produksi
5. Mengetahui alat dan mesin yang digunakan
6. Mengetahui susunan Management Industri
7. Mengetahui pengolahan limbah
B. Manfaat

II. Tinjauan Pustaka


Penggorengan merupakan kombinasi pengeringan (dehidrasi).
Ini adalah proses transfer panas dan massa secara simultan dimana uap
meninggalkan makanan dalam bentuk gelembung uap, sementara
minyak diserap secara simultan. Selama proses penggorengan, bentuk
fisik, kimia, dan karakteristik sensori makanan akan berubah
(Fan et al., 2005).
Vacuum frying merupakan metode yang efisien untuk
mengurangi minyak konten dalam gorengan, menjaga kualitas produk
nutrisi, dan mengurangi kerusakan minyak. Ini adalah teknologi yang
dapat digunakan untuk memproduksi buah-buahan dan sayuran
dengan sekadarnya dehidrasi tanpa penggelapan berlebihan atau terik
dari produk. Dalam operasi vacuum frying, makanan dipanaskan di
bawah tekanan rendah (<60 Torr 8 kPa) menyebabkan pengurangan
dalam titik didih minyak dan kelembaban dalam makanan
(Silva and Moreira, 2007).
Peralatan yang pada umumnya digunakan untuk menangani
pekerjaan ini terdiri dari berbagai macam penggorengan minyak yang
dipanaskan dengan uap, dengan mempertimbangkan alasan-alasan
yang mendasar diantaranya hasil, kualitas dari penggorengan, boros
tidaknya minyak dan bahan baku, kebutuhan minyak per produk,
koefisien perpindahan panas uap atau minyak, tingkatan mekanisasi
dan otomatisasi dari proses penggorengan, fasilitas dari operasi, dan
penyelidikan-penyelidikan untuk sasaran keamanan (Suharto, 1991).
Vacuum frying dilakukan pada tekanan di bawah tingkat
atmosfer, sebaiknya di bawah 6,65kPa. Ketika tekanan diturunkan,
titik didih minyak dan kelembaban makanan diturunkan juga. Properti
mengurangi titik didih menimbulkan beberapa keuntungan yang
meliputi mengurangi kadar minyak produk, mempertahankan warna
dan rasa, dan mempertahankan kualitas minyak yang baik untuk kali
lebih lama. Vacuum frying adalah sebuah proses yang bisa menjadi
alternatif yang layak untuk memproduksi chip dengan kandungan
minyak yang lebih rendah dan dengan warna yang baik dan tekstur
(Granda and Moreira, 2005).
Labu bisa diolah menjadi tepung yang memiliki kehidupan rak
lagi. labu kuning tepung digunakan karena rasa sangat diinginkannya,
rasa manis dan warna kuning tua. Telah dilaporkan digunakan untuk
melengkapi tepung sereal dalam produk roti, untuk sup, saus, mie
instan dan rempah-rempah serta zat pewarna alami dalam pasta dan
tepung campuran. Labu kaya akan karoten, vitamin, mineral, pektin
dan serat makanan (Nadiah, 2007).
Keberadaan terigu sudah melekat dengan industri
pengolahan pangan. Akibatnya, ketika harga terigu naik, para
produsen makanan olahan dari terigu, terutama yang termasuk
usaha kecil menengah menghadapi masalah yang berat. Salah satu
solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah memanfaatkan tepung
dari bahan pangan lokal dalam memproduksi makanan berbasis
terigu. Budaya mengonsumsi tepung pada masyarakat Indonesia
perlu ditindaklanjuti dengan mengembangkan aneka tepung lokal
untuk mengurangi penggunaan terigu. Berkaitan dengan hal tersebut,
tantangan ke depan adalah mengkaji ulang dan memanfaatkan bahan
pangan serealia lain yang dapat mensubstitusi terigu (Suarni, 2009).
Pemilihan tepung sukun sebagai tepung komposit (campuran),
dikarenakan tepung sukun memiliki keistimewaan dibandingkan
dengan tepung lainnya. Tepung sukun memiliki kadar protein yang
lebih tinggi yaitu sebesar 3,64 % dibandingkan dengan tepung ubi
kayu, tepung ubi jalar dan tepung pisang. Tepung sukun mengandug
sekitar 80% karbohidrat dan energi 302 kalori/100gram. Nilai kalori
dari tepung sukun rendah sehingga dapat digunakan sebagai makanan
diet. Kadar air tepung sukun yang digunakan pada penelitian ini telah
sesuai dengan standar tepung yang ditetapkan oleh Balai Pemeriksaan
Obat dan Makanan Banda Aceh (1995), dimana batas maksimal kadar
air yang dianjurkan adalah 13% berat basah (Lubis, 2012).
Tepung beras yang didapatkan dengan menggiling beras puti
sampai kehalusan yang sesuai, digunakan sebagai bahan pengental
dalam produksi makanan kaleng. Pembuatan minuman ternak di
beberapa daerah juga menggunakan beras (Buckle, 1987).
Tujuan utama dari penggorengan bahan pangan adalah
untuk membuat bahan pangan menjadi masak dan siap dikonsumsi.
Selain itu juga bertujuan Penyangraian merupakan proses pindah
panas, baik tanpa media maupun menggunakan media seperti pasir.
Pasir digunakan pada pengolahan beberapa produk makanan
tradisional seperti kerupuk. Penyangraian digunakan pada pengolahan
kopi, cokelat, kacang-kacangan, dan lain-lain dengan tujuan tertentu.
Tujuan penyangraian adalah mempermudah untuk memberi warna
yang lebih merata dan tekstur bahan pangan yang menarik serta
mengembangkan citarasa dan aroma pada bahan pangan.
Penggorengan mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan
dengan proses pengolahan pangan lainnya, diantaranya adalah
waktu pengolahan yang relatif lebih singkat; peningkatan
kelezatan produk hasil penggorengan; dan kerusakan bahan
pangan karena proses penggorengan relatif lebih kecil (Pudja,
2008).
Proses menggoreng adalah salah satu cara memasak bahan
makanan mentah (raw food) menjadi makanan matang menggunakan
minyak goreng. Umumnya, proses ini dilakukan oleh industri
pengolahan makanan, restoran, jasa boga, penjual makanan jajanan
maupun tingkat rumah tangga. Proses menggoreng dengan cara deep
frying (suhu tinggi dan jangka waktu lama) dan pengulangan dapat
menyebabkan terjadinya isomerisasi geometri dan posisi. Perubahan
kecil terhadap suhu pemanasan sangat mempengaruhi proses
pembentukan isomer geometri dari cis menjadi trans yang lebih stabil,
hal ini ditandai dengan perubahan kecepatan reaksi dan energi aktivasi
pembentukan isomer (Sartika, 2009).
Menurut Suryani (2005), penggorengan merupakan salah satu
metode pengeringan untuk menghilangkan sebagian air dengan
menggunakan enerdi panas dari minyak. Penetrasi minyak ke dalam
bahan yang digoreng terjadi dengan cara air bebas yang terdapat
dalam bahan diuapkan sehingga produk menjadi kering dan renyah.
Proses penggorengan juga meningkatkan aroma. Selama proses
penggorengan bahan diaduk-aduk agar matang secara merata dan
dihentikan sampai produk matang. Pengawasan proses produksi lebih
ditekankan pada proses penggorengan. Suhu penggorengan harus
diatur agar tidak terlalu tinggi. Jika suhu terlalu tinggi, akan terjadi
penurunan mutu produk. Lama penggorangan juga harus diperhatikan.
Penggorengan yang terlalu lama akan mengakibatkan produk menjadi
gosong. Sementara penggorengan terlalu sebentar, akan dihasilkan
abon yang lembek atau tidak kering (Estiasih, 2009).
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak
atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara
ini dilakukan untuk bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70
persen). Ada dua cara umum pengepresan mekanis, yaitu pengepresan
hidrolik dan pengepresan berulir. Sedangkan cara pengepresan berulir
memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses
pemasakan atau tempering (Ketaren, 1986).
Peralatan yang sering digunakan untuk pengeluaran minyak
antara lain: expeller, roller pengepresan dan hidrolik press. Cara
pengepresan yang banyak digunakan dipandang lebih baik daripada
ekstrasi dengan pelarut karena berbagai zat bukan lemak akan ikut
terlarut ke dalam pelarutnya. Umumnya minyak hasil pengepresan
masih banyak mengandung kotoran padat dan bagian kotoran akan
dapat dipisahkan dengan penyaringan. (Makfoeld, 1982).
Penyimpanan dingin berbeda dengan pendinginan.
Pendinginan (cooling) dimaksudkan untuk menghilangkan panas pada
sayuran ditempat asalnya untuk memperlambat respirasi, menurunkan
kepekaan terhadap mikroba, mengurangi kehilangan kandungan air.
Ada 3 macam metode yang biasa digunakan untuk proses
pendinginan, yaitu pendinginan dengan udara (air-cooling),
pendinginan dengan air (hydro-cooling) dan pendinginan dengan
hampa udara (vacuum- cooling). Cara terakhir ini prinsipnya
pendinginana akibat penguapan sehingga proses pelayuan sering tidak
dapat dihindari digunakan terhadap sayuran yang cepat mengalami
pelayuan. Penyimpanan dingin mengandung tujuan yang lebih luas
yakni mengurangi respirasi, memperlambat proses penuaan,
memperlambat pelayuan, mengurangi tingkat kerusakan akibat
aktivitas mikroba dan mengurangi kemugkinan pertumbuhan tunas
atau akar (Samad, 2006).
Mesin pendingin merupakan salah satu mesin yang
mempunyai fungsi utama untuk mendinginkan zat sehingga
temperaturnya lebih rendah dari temperatur lingkungan. Komponen
utama dari mesin pendingin yaitu kompresor, kondensor, alat ekspansi
dan evaporator, serta refrigeran sebagai fluida kerja yang bersirkulasi
pada bagian-bagian tersebut. Penggunaan mesin pendingin yang
paling umum yaitu untuk pengkondisian ruangan dan pengawetan
bahan makanan atau minuman. Tujuan utama sistem pengkondisian
udara adalah mempertahankan keadaan udara didalam ruangan yang
meliputi pengaturan temperatur, kelembaban relatif, kecepatan
sirkulasi udara maupun kualitas udara (Anwar, 2010).
III. Hasil Kunjungan Industri
A. Sejarah berdiri
Perusahaan ini didirikan dengan nama PT Panganjaya
Intikusuma. Perseroan mengubah namanya yang semula PT
Panganjaya Intikusuma menjadi PT Indofood Sukses Makmur,
berdasarkan keputusan Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang
Saham yang dituangkan dakam Akta Risalah Rapat No.51tanggal
5 Februari 1994 yang dibuat oleh Benny Kristianto, SH., Notaris
di Jakarta. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan
salah satu perusahaan mie instant dan makanan olahan terkemuka
di Indonesia yang menjadi salah satu cabang perusahaan yang
dimiliki oleh Salim Group.
Pada tahun 1994, terjadi penggabungan beberapa anak
perusahaan yang berada di lingkup Indofood Group, sehingga
mengubah namanya menjadi PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk. yang khusus bergerak dalam bidang pengolahan mie instan.
Divisi mie instan merupakan divisi terbesar di Indofood dan
pabriknya tersebar di 15 kota, diantaranya Medan, Pekanbaru,
Palembang, Tangerang, Lampung, Pontianak,Manado, Semarang,
Surabaya, Banjarmasin, Makasar, Cibitung, Jakarta, Bandung dan
Jambi, sedangkan cabang tanpa pabrik yaitu Solo, Bali dan
Kendari. Hal ini bertujuan agar produk yang dihasilkan cukup
didistribusikan ke wilayah sekitar kota dimana pabrik berada,
sehingga produk dapat diterima oleh konsumen dalam keadaan
segar serta membantu program pemerintah melalui pemerataan
tenaga kerja lokal.
B. Visi dan Misi
1. Visi
“Menjadi perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan
pangan dengan produk bermutu, berkualitas, aman untuk
dikonsumsi dan menjadi pemimpin di industri makanan”
2. Misi
“Menjadi perusahaan transnasional yang dapat membawa
nama Indonesia di bidang industri makanan”.
C. Produk yang Dihasilkan
Ada banyak macam produk mie instan yang diproduksi oleh
PT Indofood CBP Sukses Makmur, antara lain: Indomie, Sarimie,
Supermie, POPmie, Mie Telor, dan Mie Bihun. Dalam setiap
produk juga ada banyak varian rasa yang di produksi sesuai
dengan keinginan atau kesukaan konsumen.
Tabel 1.1 Jenis-jenis produk Mie
No Produk Jumlah varian rasa
1 Indomie 8
2 Indomie Spesial 2
3 Indomie Vegan 2
4 Indomie Regional Flavor 11
5 Indomie Kriuk 3
6 Indomie Jumbo 2
7 Indomie SQN 6
8 Indomie Paket 4
9 Supermie Reguler 4
10 Supermie Sedaaap 3
11 Supermie Go Series 3
12 Sarimi 6
13 Sarimi Extra Besar 6
14 Sakura 6
15 Intermi 1
16 POP Mie 15
17 Mie Telor 2
18 Anak Mas 2
19 POP Bihun Spesial 4
Sumber: (Kurnia, 2013)
D. Proses Produksi
1. Mixing
Proses mixing adalah proses pencampuran dan
pengadukan material-material yang terdiri dari material
tepung dan air alkali (campuran antara air dan
beberapa ingredient yang ditentukan) sehingga diperoleh
adonan yang merata atau homogen. Mutu adonan yang
baik adalah yang tidak lembek atau dengan kata lain
memiliki kadar air sebesar 32% sampai dengan 34%.
Proses pencampuran ini berlangsung kurang lebih selama
15 menit dengan suhu 35oC (Kurnia, 2013).
2. Pressing
Selain adonan menjadi homogen, campuran tersebut
masuk ke dalam mesin pengepres adonan. Di dalam mesin
pengepres, adonan melalui beberapa roll press. Adonan
akan mengalami peregangan pada aat dipress dan terjadi
relaksasi pada saat keluar dari roll press. Hal ini terjadi
beberapa kali pada saat melalui roll press sehingga
terbentuk lembaran yang lembut, homogen, elastik, dan
tidak terputus dengan ketebalan tertentu. Tebal lembaran
yang dihasilkan bergantung dengan jenis mesin yang
digunakan. Rataan tebal lembaran yang dihasilkan adalah
1,12 – 1,18 mm (Kurnia, 2013)
3. Slitting
Suatu proses pemotongan lembaran adonan menjadi
untaian mie dan kemudian siap dibentuk gelombang mie.
Selanjutnya untaian mie tersebut dilewatkan ke dalam
suatu laluan berbentuk segi empat yang disebut waving
net, sehingga terbentuk gelombang mie yang merata dan
terbagi dalam beberapa jalur (Kurnia, 2013).
4. Steaming
Proses selanjutnya adalah proses pegukusan untaian
mie yang keluar dari slitter secara kontinu dengan
menggunakan stream box atau mesin yang memiliki
tekanan uap yang cukup tinggi dengan suhu tertentu.
Proses pengukusan akan berlangsung selama dua menit
dengan suhu pemanasan ± 65oC. Tujuannya adalah
memasak mie mentah menjadi mie dengan sifat fisik padat.
Dalam proses streaming ini akan terjadi proses gelatinisasi
pati dan koagulasi gluten, yang menyebabkan gelombang
mie bersifat tetap dan memiliki tekstur lembut, lunak,
elastis, dan terlindungi dari penyerapan minyak yang
terlalu banyak pada proses penggorengan atau frying
(Kurnia, 2013).
5. Cutting
Pemotongan dan pencetakan adalah suatu proses
memotong lajur mie pada ukuran tertentu dan melipat
menjadi dua bagian sama panjang, kemudian
mendistribusikannya ke mangkok penggorengan. Mie
dipotong dengan menggunakan alat berupa pisau yang
berputar (Kurnia, 2013).
6. Frying
Proses penggorengan adalah suatu proses merapikan
mie didalam mangkok pengorengan, kemudian
merendamnya di dalam media penghantar panas. Dalam
hal ini minyak olein atau minyak goreng pada suhu tertentu
dalam waktu tertentu. Tujuan dari proses penggorengan
adalah untuk mengurangi kadar air dalam mie dan
pemantapan pati tergelatinisasi. Kadar air setelah
penggorengan adalah 4% sehingga mie menjadi matang,
kaku dan awet (Kurnia, 2013).
7. Cooling
Ruangan pendingin mie adalah ruangan atau lorong
yang terdiri dari sejumlah kipas untuk menghembuskan
udara segar ke mie-mie yang dilewatkan dalam ruangan
tersebut. Tujuan proses pendinginan adalah untuk
mendinginkan mie panas yang keluar dari proses
penggorengan hingga diperoleh suhu ± 30°C sebelum
dikemas dengan etiket. Dengan diperolehnya suhu mie
yang rendah sebelum dikemas maka mie akan lebih awet
untuk disimpan dalam etiket selama beberapa waktu dan
menghindari penguapan air yang kemudian menempel
pada permukaan bagian dalam etiket yang dapat
menyebabkan timbulnya jamur. Lamanya proses
pendinginan adalah kurang lebih dua menit (Kurnia, 2013).
8. Packing
Proses yang terakhir dalam produksi mie adalah
pengemasan atau packing. Pengemasan mie adalah proses
penyatuan dan pembungkusan mie, bumbu, minyak bumbu
dan solid ingredient lainya dengan menggunakan etiket
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari
proses pengemasan adalah untuk melindungi mie dari
kemungkinan-kemungkinan tercemar atau rusak sehingga
mie tidak mengalami penurunan mutu ketika sampai
kepada konsumen. Setelah dikemas, selanjutnya mie
tersebut akan dimasukkan ke dalam karton. Setelah mie
dimasukkan ke dalam karton seluruhnya, karton akan
direkatkan dan kemudian menuju gudang untuk disalurkan
(Kurnia, 2013).
E. Alat dan Mesin
1. Mesin Mixing, untuk mencampurkan bahan

Gambar 1.1 Mesin Mixing


2. Mesin Pressing, untuk membuat adonan lebih lembut, dan
elastis dengan ketebalan tertentu, sehingga dihasilkan
lembaran adonan mie yang tipis

Gambar 1.2 Mesin Pressing


3. Slitting (Pembelahan), proses pembelahan lembaran
adonan menjadi pilinan mie dengan diameter tertentu.

Gambar 1.3 Mesin Slitting


4. Steam Box, untuk memasak adonan mie agar menjadi mie
yang memiliki sifat fisik padat, gelombang mie akan
bersifat tetap dan memiliki tekstur lembut, lunak dan
elastis karena mesin ini memiliki tekanan uap yang cukup
tinggi dengan suhu tertentu

Gambar 1.4 Mesin Steam


5. Mesin Cutting, untuk memotong mie dengan ukuran
tertentu

Gambar 1.5 Mesin Cutting


6. Mesin Folder, untuk mencetak mie dengan ukuran tertentu
dan melipat dua bagian yang sama panjang

Gambar 1.6 Mesin Folder


7. Mesin Frying, untuk menggoreng mie agar kandungan air
pada adonan mie berkurang dan menjadi matang, kaku, dan
awet.

Gambar 1.7 Mesin Frying


8. Mesin Cooler, untuk mendinginkan mie panas yang keluar
dari penggorengan dan mengawetkan agar tidak terjadi
penguapan air sehingga menyebabkan jamur sebelum
dikemas.

Gambar 1.8 Mesin Cooler


9. Mesin Packing, untuk mengemas/ membungkus mie yang
sudah siap didistribusikan agar melindungi produk
sehingga tidak tercemar dan rusak.

Gambar 1.9 Packing


F. Susunan Management Industri
Tabel 1.2 Susunan Management

Board of Commissioners

President Commissioner Manuel V. Pangilinan

Commissioner Benny S. Santoso

Commissioner Edward A. Tortorici

Commissioner Robert Charles Nicholson

Commissioner Graham L. Pickles

Independent Commissioner Utomo Josodirdjo


Independent Commissioner Bambang Subianto

Independent Commissioner Adi Pranoto Leman

Nomination & Remuneration


Committee

Utomo Josodirdjo
Chairman
(Independent Commissioner)

Members Benny S. Santoso


(Commissioner)
Melia Setiawati
(Manager of Corporate Human Resources
Division)

Audit Committee

Utomo Josodirdjo
Chairman
(Independent Commissioner)

Members Adi Pranoto Leman


(Independent Commissioner)
Hendra Susanto
(External Independent Professional)

Board of Directors

President Director Anthoni Salim

Director Franciscus Welirang


Director Tjhie Tje Fie (Thomas Thjie)

Director Darmawan Sarsito (Kevin Sietho)

Director Taufik Wiraatmadja

Director Moleonoto (Paulus Moleonoto)

Director Axton Salim

Director Werianty Setiawan

Director Joseph Bataona *

Director Joedianto Soejonopoetro

G. *) Independent Director
H.

Operations Corporate Functions

CONSUMER Corporate Rusmin Kasim


BRANDED Treasury Susanto
PRODUCTS Sentausa
Taufik
Noodles Wiraatmadja Corporate
Hendra Widjaja
Dairy Axton Salim Controller
Snack Foods Suaimi Suriady
Food Seasonings Sulianto Pratama Corporate Legal Ayda Wijaya
Nutrition & Special Robert Arifin
Foods Tjhie Tje Corporate
Adrian Jogi
Beverages Fie(Thomas Internal Audit
Tjhie)
Packaging Axton Salim Corporate
Eddy Hariyanto Information Hantoro Tanoto
International Bertinus Technology
Operations Tirtadihardja
Darmawan Investor Werianty
Sarsito(Kevin Relations Setiawan
Sietho)
Corporate
Elly Putranti
Secretary

Corporate Jonathan A.
Franciscus Procurement Rahardjo
BOGASARI
Welirang Alexander A.
Aditio

AGRIBUSINESS Corporate Human Joseph


Plantations Mark Wakeford Resources Bataona
Moleonoto
(Paulus Corporate Stefanus
Moleonoto) Communication Indrayana
Edible Oil & Fats Suaimi Suriady
Enterprise Risk
Adrian Jogi
Management

DISTRIBUTION Joedianto SP

">CULTIVATION Lin Guo Rong


& PROCESSED Ryan Siek Wei
VEGETABLES Ting
Sumber: www.indofood.com

I. Pengolahan Limbah
Pada industri besar seperti PT Indofood Sukses Makmur,
dalam penanganan limbahnya menggunakan sistem filtrasi pada
limbah cairnya. Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari
suatu fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan,
atau septum yang diatasnya padatan akan terendapkan. Fluida
yang di filtrasi dapat berupa cairan atau gas.
IV. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan:
1. Perseroan mengubah namanya yang semula PT Panganjaya
Intikusuma menjadi PT Indofood Sukses Makmur pada tahun 1994
2. Memiliki visi: “Menjadi perusahaan yang dapat memenuhi
kebutuhan pangan dengan produk bermutu, berkualitas, aman
untuk dikonsumsi dan menjadi pemimpin di industri makanan”
3. Memiliki misi: “Menjadi perusahaan transnasional yang dapat
membawa nama Indonesia di bidang industri makanan”
4. Produk yang diproduksi antara lain: Indomie, Sarimie, Supermie,
POPmie, Mie Telor, dan Mie Bihun dengan berbagai macam
varian rasa
5. Proses pembuatan mie dilakukan dalam beberapa proses, yaitu
mixing, pressing, pengeritingan, streaming, cutting, frying,,
cooling, dan packing.
6. Alat dan mesin yang digunakan selama produksi antara lain: Mesin
mixing, mesin pressing, Waving net, stream box, mesin cutting,
mesin folder, mesin frying, mesin cooler, dan mesin packing.
7. Penanganan limbahnya menggunakan sistem filtrasi pada limbah
cairnya.
Saran:
1. Dalam pengenalan proses produksi serta pengenalan alat dan
mesin sebaiknya dilakukan dalam beberapa shift, agar banyak
yang bertanya kepada pemandu secara langsung disaat pengenalan
produksi dan mesin berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
https://adhimasyusuf.wordpress.com/2013/11/12/sejarah-misi-dan-visi-
perusahaan-kelebihan-dan-kekurangan-perusahaan/
http://blog.ub.ac.id/tirnisa/tag/proses-produksi-indomie/
https://ervinkurnia88.wordpress.com/2013/04/06/analisis-produk-pt-indofood-
sukses-makmur-tbk/
https://ervinkurnia88.wordpress.com/2013/09/25/ruang-lingkup-manajemen-
produksi-pt-indofood-sukses-makmur-tbk/
http://palessabilrayyan.blogspot.co.id/2012/02/penanganan-limbah-perusahaan-
di.html
http://www.belanjaalkes.com/blog/2015/11/gimana-yah-cara-membuat-mie-
instan-
Anwar, Khairil. 2010. Efek Beban Pendingin Terhadap Performa Sistem Mesin
Pendingin. Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. (203)
Buckle. 1987. Ilmu Pangan. UI Press: Jakarta.
Estiasih, Teti dan Ahmadi. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Aksara.
Jakarta.
Fan, Liu-Ping., Min Zhang., Gong-nian Xiao., Jin-cai Sun and Qian Tao. 2005.
The Optimization of Vacuum Frying to Dehydrate Carrot Chips.
International Journal of Food Science and Technology. Page: 911-919.
Granda, Claudia and Rosana G. Moreira. 2005. Kinetics of Acrylamide Formation
During Traditional and Vacuum Frying of Potato Chips. Journal of Food
Process Engineering 28(2005). Hal: 478–493.
Ketaren, S. 1987. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Pres). Depok.
Lubis, Yanti Meldasari. 2012. Pembuatan Meuseukat Menggunakan tepung
Tepung Komposit dari Suku (Artocarpus altilis) dan Terigu Serta
Penambahan Nenas (Ananas comosus L.). Jurnal Teknologi dan Industri
Pertanian Indonesia Vol. (4) No.2.
Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech.
Yogyakarta.
Maneetham, Deechirt and Nitin Afzulpurkar. 2010. Modeling, Simulation and
Control og High Speed Nonlinear Hydraulic Servo System. World Journal
of Modelling and Simulation, Vol. 6, No. 1, Pp 1.
Nadiah, Wan. 2007. Physico-chemical and Sensory Evaluation of Bread
Supplemented With Pumpkin Flour. Vol. 14 No. 2
Pudja, Ida Ayu Rina Pratiwi. 2008. Model Perubahan Serapan Minyak Pada
Kentang Selama Penggorengan. Agrotekno 13 (1): 20 – 24.
Samad, M. Yusuf. 2006. Pengaruh Penanganan Pasca Panen terhadap Mutu
Komoditas Hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 8 No.
1 Hlm. 31-36.
Sartika, R. A. Dewi. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Proses Menggoreng (deep
frying) terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. Makara, Sains, Vol.
13, No. 1.
Silva, Paulo F. Da and Rosana G. Moreira.2007. Vacuum Frying of High-Quality
Fruit and Vegetable-Based Snacks. Jounal Food Science Technology.
Suarni. 2009. Prospek Pemanfaatan Tepung Jagung untuk Kue Kerung (Cookies).
28 (2).
Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. Rineka Cipta. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai