"Mereka mengambil beras dari petani, gabah kering dikirim, digiling, beras
tersebut dalam kualitas tertentu dioplos dan diberi merk seolah salah
satunya beras premium," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi
Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto, di Kompleks Mabes Polri, Jakarta,
Jumat (21/7/2017).
Dalam gudang berkapasitas 2.000 ton itu, polisi menyita 1.100 ton beras
siap edar.
Beras tersebut dilabeli dengan berbagai merk, antara lain Ayam Jago,
Maknyuss, Pandan Wangi, dan Rojo Lele.
"Ini dioplos seolah kualitas baik padahal dari kualitas rendah dicampur-
campur," kata Rikwanto.
Hal ini mengakibatkan matinya pelaku usaha lain karena tidak bisa
maksimal dalam melakukan pembelian gabah.
Dengan membeli dengan harga lebih tinggi, PT IBU akan memperoleh
mayoritas gabah dibandingkan dengan pelaku usaha lain.
Petani juga akan lebih memilih menjual Gabah ke PT IBU karena PT IBU
membeli gabah jauh di atas harga pemerintah.
Pelaku diduga melanggar Pasal 383 KUHP dan pasal 141 Undang-
undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan dan Pasal 62 UU Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.