Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

S DI DUSUN III DESA


BARU KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN
DELI SERDANG TAHUN 2016

Oleh
ROSARINA ZEBUA
032013057

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian
bawah yang disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri.ISPA akan menyerang host
apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun pada bayi di bawah lima tahun
dan bayi merupakan salah satu kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh
yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo, 2012). Sampai saat ini
ISPA masih menjadi masalah kesehatan dunia. Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2011 di New York jumlah penderita ISPA adalah
48.325 anak dan memperkirakan di negara berkembang berkisar 30-70 kali lebih
tinggi dari negara maju dan diduga 20% dari bayi yang lahir di negara
berkembang gagal mencapai usia 5 tahun dan 25-30% dari kematian anak
disebabkan oleh ISPA. Hal ini dapat dilihatdari tingginya angka kesakitan dan
kematianakibat ISPA. Kematian akibat penyakit ISPA pada balita mencapai 12,4
juta pada balita golongan umur 0-5 tahun setiap tahun diseluruh dunia, dimana
dua pertiganya adalah bayi, yaitu golongan umur 0-1 tahun dan sebanyak 80,3%
kematian ini terjadi di negara berkembang (Milo, 2015)
ISPA dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor individu anak, faktor
perilaku dan faktorlingkungan. Faktor individu anak meliputi: umuranak, berat
badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktorperilaku meliputi
perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada bayiatau peran aktif
keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA. Faktor
lingkunganmeliputi: pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap
hasilpembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang
tinggi),ventilasi rumah dan kepadatan hunian. (Milo, 2015)
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah melakukan praktek Belajar Lapangan, diharapkan penulis mampu
menerapkan Asuhan Keperawatan keluarga di Desa Paya Bakung Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan Praktek Belajar Lapangan diharapkan penulis mampu:
1. Mengkaji keluarga.
2. Menganalisis data.
3. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga dalam konteks komunitas.
4. Melakukan intervensi.
5. Melakukan implementasi.
6. Mengevaluasi hasil dari implementasi yang dilakukan.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan laporan ini dibuat dari batasan pada penerapan asuhan
keperawatan keluarga dengan membandingkan scoring yang didapat pada
keluarga tersebut. Pada masalah ini penulis mengangkat Tn.I sebagai keluarga
binaan yang pertama karena memiliki skor paling tinggi dari 5 pengkajian
keluarga lainnya di Dusun 3 Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten deli
Serdang tahun 2016.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan studi kasus, dimana asuhan keperawatan dilakukan
melalui:
1. Teknik wawancara yang dilakukan langsung pada anggota keluarga untuk
memperoleh data subjektif yang berhubungan dengan keluarga.
2. Teknik observasi yaitu pengamatan langsung terhadap tradisi keluarga, baik
keadaan lingkungan dan interaksi dalam keluarga serta melakukan
pemeriksaan dengan menggunakan panca indera untuk mendapatkan data
objektif.
3. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan keluarga.
4. Studi dokumentasi yaitu mencari informasi keluarga dari data-data yang ada
di dusun 3 desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten deli Serdang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keluarga
2.1.1 Pengertian
Keluarga adalah unit utama dari masyarakat dan merupakan “kehidupan
lembaga” yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Keluarga sebagai suatu
kelompok individu di dalam keluarga dapat menimpulkan, mencegah,
mengabaikan, atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompok sendiri. (
Ali, H. Zaidin.2010)
Duval mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental
dan emosional serta sosial individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi
dan reguler yang ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk
mencapai tujuan umum. (Ali, H. Zaidin.2010, hal 4)
Keluarga adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan
aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing.
Sedangkan Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing. ( Friedman. 1998)

2.1.2 Tipe-Tipe Keluarga


a. Tradisional
1. The Nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak
2. The dyad family Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
3. Keluarga usila Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
4. The childless family Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5. The extended family Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante,
orang tua (kakek-nenek), keponakan
6. The single parent famili Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau
ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian
dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
7. Commuter family Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar
kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”
8. Multigenerational family Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9. Kin-network family Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)
10. Blended family Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11. The single adult living alone/single adult family Keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(perceraian atau ditinggal mati) b. Non-Tradisional
12. The unmarried teenage mother Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
13. The stepparent family Keluarga dengan orang tua tiri
14. Commune family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
15. The nonmarital heterosexsual cohabiting family Keluarga yang hidup
bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
16. Gay and lesbian families Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana ”marital pathners”
17. Cohabitating couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
pernikahan karena beberapa alasan tertentu
18. Group-marriage family Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan
yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.
19. Group network family Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan
anaknya
20. Foster family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
21. Homeless family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
22. Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya
2.1.3 Fungsi Keluarga
Secara umum, fungsi keluarga menurut Friedaman adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam
berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih
anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan
keluarga.
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
Lima fungsi keluarga menurut Marilyn M.Friedmen (1998)
1. Fungsi afektif (affective function)
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,yang merupakan basis
kekuatan keluarga.Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial.Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (sosialization and social
placement function)
Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan
kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.
3. Fungsi reproduksi (reproductive function)
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah sumber
daya manusia.Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini
sedikit terkontrol.
4. Fungsi ekonomi (economic function)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat
mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan
memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan,pakaian,dan rumah.Fungsi ini
sukar dipenuhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan ( helath care function)
Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan
perawatan kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga. Bagi tenaga
kesehatan keluarga yang profesional,fungsi perawatan kesehatan merupakan
pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga.

2.1.4 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Menurut Duvall dan Miller (1985) dalam buku Andarmoyo (2012) tahap
keluarga dengan anak pra sekolah (Families With presschool)merupakan tahap ke
tiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak prtama berusia 30 bulan atau
2,5 tahun dan berkhir ketika berusia 5 tahun. Sekarang keluarga mungkin terdiri
tiga hingga lima orang dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki saudara,
anak perempuan-saudari. Keluarga menjadi majemuk dan berbeda. Pada tahap ini
kesibukan akan semakin bertambah sehingga menuntut perhatian yang lebih
banyak orangtua. Orangtu adalah arsitek keluarga sehingga orang tua harus
merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar dapat semkin
memperkokoh kemitraan dan perkawian mereka. Kesibukan keluarga akan
semakin bertambah jika ibu dan bapak sama-sama bekerja diluar rumah.
Tugas-tugas perkembangan keluarga:
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seeperti ruang bermain, privasi, dan
keamanan.
2. Mensosialisasikan anak
3. Mengintegrasikan anak yang baru yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain
4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga (besar dan
komunitas).
Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (families with school) dimulai pada usia
6-13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
maksimum.
Tugas perkembangan keluarga umumnya lebih ditekankan pada pemenuhan tugas
perkembangan anak. Untuk mencapai tugas perkembangan yang optimal, keluarg
kan membutuhakan bantuan dari pihak sekolah dan kelompok sebaya anak.
Keluarga perlu membantu meletakkan dasar penyesuaian diri anak dengan teman
sebaya. Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah
1. Mensosialisasikan anak-anak termasuk prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

2.1.5 Tugas Keluarga


1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian dan tanggung jawab keluarga, oleh karena itu perlu mencatat dan
memperhatikan segala perubahan yang terjadi dalam keluarga.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluaraganya yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri. Tugas ini dapat dilakukan di rumah
apabila keluarga memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan
pertolongan pertama agar masalah yng lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
2.1.6 Tingkat Kemandirian Kelurga
Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006)
a. Keluarga Mandiri Tingkat I
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
b. Keluarga mandiri Tingkat II
a) Menerima petugas perawatan kesehatan. Kom
b) Menerima pelayanan keperawatan yang dibrikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d) Melakuka perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan

c. Keluarga Mandiri Tingkat III


a) Menerima petugas perawatan kes. Kom
Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
b) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
c) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan
d) Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
e) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

d. Keluarga Mandiri Tingkat IV


a) Menerima petugas perawatan kes.kom
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
g) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
2.2 Asuhan Keperawatan Keluarga
2.2.1 Pengertian
Keluarga adalah unit utama dari masyarakat dan merupakan “lekehidupan
lembaga” yang mempengaruhi kehidupan masyarakat (Ali, 2010). Keperawatan
keluarga merupakan tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditunjukan
pada keluarga sebagai unit atau kesatun yang dirawat, dengan sehatsebagai tujuan
melalui perawatan sebagai sarana/penyalur (Andarmoyo,2012)

2.2.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan sehingga
dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah
kesehatan
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan terkait
dengan masalah kesehatan.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan pada
anggota keluarga yang sakit.
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dlaam meningkatkan mutu
hidupnya.
(Andarmoyo,2012)
2.2.3 Sasaran
Sasaran asuhan keperawatan keluarga yakni keluarga, yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Keluarga dijadikan sebagai unit
pelayanan keluarga saling berkaitan dan saling memengaruhi sesama anggota
keluarga dan akan memengaruhi pula keluarga-keluarga di sekitarnya atau
masyarakat secara keseluruhan.
2.2.4 Alasan Keluargaa Menjadi salah Satu unit Asuhan Keperawatan Komunitas
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaikai masalah kesehatan dalam kelompoknya.
3. Masalah- masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila
salah satu keluarga mempunyai masalah kesehatan keluarga akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya.
4. Delam memelihara kesehtan, anggota keluarga sebagai individu, keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan
para anggotanya.
5. Keluaraga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai
upaya kesehatan.
2.2.5 Tugas keluaraga Dalam Pelayanan Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis. Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang
dialami oleh anggota keluarganya. Apabila menyadari adanya perubahan
keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan
seberapa besar perubahannya. (Suprajitno, 2012, hal 17)
2. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga .
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mecari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan dan menetukan tindakan keperawatan. (Suprajitno, 2012)
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Jika anggota keluarga mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih
parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. (Suprajitno, 2012)
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
(Suprajitno, 2012)
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
(Suprajitno, 2012)

2.2.6 Model Keperawatan Keluarga


1. Dorothea E. Orem
Asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu
individu memenuhi kebutuhan hidu, memelihara kesehatan dan
kesejhteraan.
2. Betty Newman
Manusi merupakan sistem terbuka yang saling berinterksi dengan
lingkungan internal maupun eksternal yang dapat penyebab
3. Imogenen King
Asuhan keperawatan berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang
mempengaruhi kesehatan seseorang.
4. Sisters Callista Roy
Proses adaptasi
5. Martha Roger
Proses kehidupan mnusia
(Murwani,2010)
2.2.7 Langkah-Langkah Asuhan Keperawatan
2.2.7.1 Pengkajian
a. Pengertian
pengkajian adalah suatu tahapan di mana seorang perawat mengambil informasi
secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Agar diperoleh
data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaaan keluarga, keluarga
diharapakan menggunakanbahasa yang mmudah dimengerti yaitu bahasa yang
digunakan dalam aktivitas keluarga sehari-hari.
b. Langkah-Langkah

Pengkajian terhadap keluarga Pengkajian anggota keluarga


secara individual
 Mengidentifikasi data
 Sosial budaya  Mental
 Data lingkungaan  Fisik
 Struktur  Emosional
 fungsi  Sosial
 spritual

Identifikasi masalah-masalah
keluarga dan individu (dx.kep)

Rencana perawaatan
penyusunan rencana,
mengiidentifikasi sumber-
sumber, mengidentifikasi
pendekatan alternatif

Intervensi, implementasi
rencana pengarahan, sumber-
sumber.

Evaluasi keperawatan
c. jenis Data kesehatan Keluarga
d. Tipologi Masalah
2.2.7.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawaatn merupakan kesimpulan yang ditarik dari data yang
dikumpulkan tentang pasien. Diagnosa keperawaatn berfungsi sebagai alat untuk
menggambarkan masalah pasien yang dapat ditangani oleh perawat. Cara yang
seragam dan standar untuk mengidentifikasi, memfokuskan, dan melabel
fenomena yang spesifik memungkinkan perawat untuk menangani respons pasien
dengan efektif.
Diagnosa keperawatan yang digunakan dalam praktik keperawaatan keluarga
sebagai berikut:
1. kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
2. risiko terhadap cedera
3. risiko penularan penyakit
4. disfungsional komunikasi keluarga
5. berduka dan diantisipasi
6. isolasi sosial
7. dll
(Andarmoyo,2012)
2.2.7.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan
Menentukan prioritas masalah pada asuhan keperawaatn keluarga adalah dengan
menggunakan skala menyusun prioritas atau skoring
No. Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah 1
Skala: Aktual 3
Risiko 2
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Skala: Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah dapat dicegah 1
Skala: Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

4. Menonjolnya masalah 1
Skala : masalah berat harus segera ditangani 2
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

2.2.7.4 Intervensi
Tipologi intervensi keperawatan
1. Suplemental. Perawat berlaku sebagai pemberi pelayanann perawaatn
langsung dengan mengintervensi bidang-bidang keluarga tidak bisa
melakukannya
2. Fasilitatif. Dalam hal ini, perawat menyingkirkan halangan terhadap
pelayanan-pelayanan yang tidak diperlukan
3. Perkembangan. Perawat membantu keluarga dalam memanfaatkan
sumber-sumber keluarga dan dukungan
2.3 Konsep Medis
2.3.1 Pengertian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua, ISPA
atas dan bawah menurut Nelson (2002: 1456-1483), Infeksi saluran pernapasan
atas adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis
atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis, nasofaringitis kronis,
sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut bawah merupakan infeksi
yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri
sekunder, yang termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis akut,
bronkhitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia aspirasi
2.3.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, 7 8 Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).
2.3.3 Tanda dan Gejala
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema
mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur
fungsi siliare (Muttaqin, 2008). Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara
lain demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus
(muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara
17 nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan
dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila
tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003).
2.5.4 Ruang Lingkup Pelayanan yang di Berikan
a. Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit ISPA. Sasaran dari pencegahan
primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko
yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit
ISPA. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam
upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti
penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan
penataan rumah dan lingkungan yang baik.
b. Primer
Pencegahan primer merupakan usaha sungguh sungguh untuk menghindari
suatu penyakit atau tindakan kondisi kesehatan yang merugikan melalui
kegiatan promosi kesehatan dan tindakan perlindungan. Upaya
pencegahan primer yang dapat dilakukan antara lain: pemenuhan nutrisi
serta istirahat, menciptakan rumah yang sehat, menghindarkan balita dari
polusi udara, personal hygiene dan mencari informasi tentang ISPA.
Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab
itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di
masingmasing keluarga. Di dalam keluargalah mulai terbentuk perilaku-
perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama
dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu
merupakan peletak dasar perilaku, terutama perilaku kesehatan bagi
anakanak mereka (Notoatmodjo, 2003).
c. Sekunder
Pencegahan sekunder, yang mencakup deteksi dini dan pengobatan
terhadap kondisi kesehatan yang merugikan. Tidak ada satupun obat yang
dapat menyembuhkan atau mempersingkat perjalanan penyakit ini.
Antibiotik tidak bisa mencegah pneumonia akibat common cold.
Antihistamin dan obat simpatomimetik tidak bisa mencegah otitis media;
dekongestan juga tidak bisa mencegah otitis media effusion (OME)
maupun disfungsi tuba eustachii; steroid (inhalasi/nebulasi/oral) tidak bisa
mencegah wheezing pada common cold. Selain itu, pembedaan antara
batuk berdahak dengan batuk kering tidak ada manfaatnya dari sisi terapi.
Kenyataannya, pada anak, umumnya yang terjadi adalah batuk berdahak,
bukan batuk kering; oleh karena itu tenaga kesehatan dihimbau untuk tidak
menekan refleks batuk. Batuk akibat common cold umumnya justru
mengganggu orangtua (termasuk menganggu tidur mereka) bukan
mengganggu si anak. Jarang sekali anak mengalami insomnia dan muntah
berkepenjangan akibat batuk (Pujiarto,2014).
d. Tersier
Pencegahan tersier yang dilakukan jika penyakit atau kondisi tertentu telah
menyebabkan kerusakan pada individu (Anderson dan Judith, 2006)
BAB 3
TINJAUN KASUS (KELUARGA)
BAB 4
PEMBAHASAN
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Keluarga
Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan ini keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan yang ada, memutuskan tindakan yang akan
dilakukan , merawat anggota keluarga sakit, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan
5.2.2 Bagi Penulis
Diharapkan penulis mampu menjalin hubungan saling percaya,
mefasilitator, pembimbing, koordinator, pelaksana, membela dan mampu
berkolaborasi dengan timkesehatan lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha


Ilmu
Nasrul, Effendi. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Penerbit EGC.
Murwani, Setyowati, (2016), Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta :
Fitramaya
Pujiarto, Purnamawati Sujud (2014). Batuk Pilek (Common Cold) Pada Anak.
Jakarta: PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia.jurnal diakses 4
Desember 2016 (20.00).

Anda mungkin juga menyukai