Refarat Bedah
Refarat Bedah
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Hati adalah kelejar terbesar dalam tubuh, berat rata-rata sekitar 1.500
gr atau 2% berat badan orang dewasa. Hati merupakan organ lunak yang
lentur dan tercetak oleh struktur disekitarnya. Hati memiliki permukaan
superior yang cembung dan terletak dibawah kubah kanan diafragma dab
sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan
atap dari ginjal kanan, lambung, pankreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus
tamanya yaitu kanan dan kri.
Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisur
segmentalis kanan yang tidak terlihat di luar. Lobus kiri dibagi menjadi
segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiformisyang terlihat dari luar.
Ligmentum falsifarum berjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan
abdomen. Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah
kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma.
Beberapa ligamentum yang merupakan periotoneum terdapat jaringan ikat
padat yang disebut sebagai kapsula Glisson, yang meliputi permukaan sluruh
organ; bagian paling tebal kapsula ini terdapat pada porta hepatis, membentuk
rangka untuk cabang vena porta, arteri hepatika, dan saluran empedu. Porta
hepatis adalah fisura pada hati tempat masuknya vena porta dan arteri
hepatika serta tempat keluarnya duktus hepatika.
3. Etiologi
HCC sangat berhubungan dengan penyakit hepar kronis, terutama infeksi
hepatitis B virus (HBV) dan hepatitis C virus (HCV).Sebanyak 52,3%
penderita HCC berasal dari infeksi HBV kronis dan 20% dari infeksi HCV.
Penyebab lain yaitu non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD), afl atoksin,
dan penyakit hepar alkoholik. Risiko HCC pada sirosis ber kisar 1-6% per
tahun. Sirosis tanpa memandang etiologinya, mempunyai risiko HCC 3-4 kali
lebih tinggi dibanding hepatitis kronis.Peningkatan proliferasi hepatoseluler
dapat mengarah pada aktivasi mutasi gen supresor tumor. Perubahan ini yang
nantinya menginisiasi hepatokarsinogenesis.
4. Patofisiologi
Patogenesis pasti HCC tidak diketahui. Namun jelas bahwa
hepatokarsinogenesis merupakan suatu proses bertingkat yang melibatkan
interaksi antara faktor eksogen dan faktor endogen, mekanisme karsinogen
langsung (misalnya bahan kimia tertentu dan karsinogenesis virus (HBV))
dan karsinogenik tidak langsung (misalnya nekroinflamasi kronis; lihat
Gambar 5). Proses nekroinflamasi kronis ditandai oleh destruksi berulan
parenkim hepar yang disertai stimulasi regenerasi dan remodelling hepar
yang terus-menerus.
Bahan-bahan sitokin dan imunomodulator seperti interleukin,
interferon, tumor necrosis factor-α, protease, dan faktor-faktor
pertumbuhan dilepaskan dan dapat memicu timbulnya fokus-fokus
praganas dari hepatosit yang mengalami displasia yang dapat berujung
pada transformasi ganas. Patogenesis molekuler HCC tidaklah seragam.
HCC adalah tumor yang secara genetik sangat heterogen, dengan
abnormalitas kromosom yang multipel walaupun tidak semuanya
terekspresi pada suatu HCC. Mutasi gen DNA, modifikasi epigenetik dari
gen supresor tumor, kerentanan genetik akibat polimorfisme genetik dalam
enzim-enzim yang memetabolisme obat, berbagai faktor pertumbuhan
(seperti misalnya insulin-like growth factors, epidermal growth
factors/EGF, transforming growth factor-β/TGF-β) tampaknya memiliki
peran dalam patogenesis HCC.(5,17)
Gambar 4. Skema patogenesis HCC merupakan proses bertingkat
5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis berupa rasa nyeri tumpul umumnya dirasakan oleh
penderita dan mengenai perut bagian kanan atas, di epigastrium atau pada kedua
tempat epigastrium dan hipokondrium kanan. Rasa nyeri tersebut tidak berkurang
dengan pengobatan apapun juga. Nyeri yang terjadi terus menerus sering menjadi
lebih hebat bila bergerak. Nyeri terjadi sebagai akibat pembesaran hati,
peregangan glison dan rangsangan peritoneum. Terdapat benjolan di daerah perut
bagian kanan atas atau di epigastrium. Perut membesar karena adanya asites yang
disebabkan oleh sirosis atau karena adanya penyebaran karsinoma hati ke
peritoneum. Umumnya terdapat keluhan mual dan muntah, perut terasa penuh,
nafsu makan berkurang dan berat badan menurun dengan cepat. Yang paling
penting dari manifestasi klinis sirosis adalah gejala-gejala yang berkaitan dengan
terjadinya hipertensi portal yang meliputi asites, perdarahan karena varises
esofagus, dan ensefalopati.
6. Diagnosis
7. Manajemen
TERAPI BEDAH
Reseksi
Reseksi secara umum diterima sebagai terapi awal terpilih, namun
demikian belum ada penelitian acak terkontrol yang menunjukkan
efikasinya. Penelitian semacam ini sulit dilaksanakan karena hanya sedikit
pasien yang sesuai untuk tindakan hepatektomi parsial dikarenakan ukuran
tumor yang sudah besar, adanya invasi ke vaskuler, multifokalitas, adanya
hipertensi portal, ataupun rendahnya sisa cadangan fungsi hepar. Tindakan
bedah hanya dipertimbangkan pada pasien tanpa sirosis hati atau dengan
sirosis ringan (Child’s A cirrhosis), dengan tekanan vena portal normal,
dan dengan kadar bilirubin normal pula. Hasil yang baik dicapai apabila
kriteria tadi ditambah dengan adanya unifokalitas, tak adanya invasi ke
vaskuler, ukuran tumor kurang daripada 5 cm, dan progresivitas penyakit
yang relatif rendah. Dengan menggunakan seluruh kriteria tersebut,
diperkirakan hanya 5% pasien HCC dengan sirosis hati yang dapat
menjadi kandidat bagi reseksi bedah. Pada populasi pasien yang lolos
seleksi ketat tadi, hasil terbaik yang dilaporkan adalah angka survival 3
tahun sebesar 50%.(14) HCC bilobi (kedua lobus terkena) biasanya
digolongkan sebagai kontraindikasi bagi reseksi, namun penelitian terakhir
menyarankan bahwa pada pasien dengan sebuah massa yang dominan di
salah satu lobus dengan satu atau dua buah nodul tumor berukuran kecil di
lobus lainnya mungkin ada gunanya dikerjakan kombinasi antara reseksi
atas tumor yang dominan dan ablasi atau kemoembolisasi atas nodul(i) di
lobus kontralateralnya.(10)
Kontraindikasi absolut bagi reseksi adalah adanya metastasis jauh,
trombosis vena porta utama, atau adanya trombosis vena cava inferior.
Penyebab tersering mortalitas pascaoperasi adalah kegagalan hati,
perdarahan, serta komplikasi sepsis, yang dapat diperkecil
kemungkinannya dengan seleksi pasien secara baik. Pengembangan teknik
operasi memungkinkan diangkatnya jaringan hepar yang mengandung
nodul HCC secara selektif dengan teknik segmentektomi, atau bahkan
secara superselektif dengan subsegmentektomi (tindakan ini dapat
dikerjakan dengan panduan USG intraoperasi, yang dikenal sebagai
prosedur Makuuchi).(9,10)
Transplantasi Hati
Antusiasme pasien HCC terhadap transplantasi hati meningkat
sejak pertengahan 1990-an oleh karena peningkatan survival penerimanya.
Kriteria seleksi yang ketat merupakan kunci bagi hasil tadi. Hanya pasien
yang dirasa dapat bertahan pada periode perioperatif yang
dipertimbangkan untuk transplantasi. Pasien tersebut juga harus cukup
kuat menjalani pengobatan dan follow-up yang intens bagi penerima
transplan. Ketergantungan terhadap alkohol ataupun obat-obatan harus
disingkirkan. Yang paling penting, calon penerima transplan harus tidak
sedang menjalani pengobatan bagi penyakit serius yang diperkirakan
secara nyata dapat memperburuk harapan hidup. Semua proses intrinsik di
hepar yang menuju ke dekompensasi atau kegagalan hati secara teoretis
merupakan kontraindikasi bagi transplantasi hepar. Secara umum segala
bentuk penyakit hepar stadium akhir yang ireversibel dan dapat ditangani
dengan transplantasi hepar dianggap sebagai indikasi. Apabila ada
penyakit sistemik yang melibatkan hepar, terapi sistemiknya harus dicapai
dengan transplantasi hepar atau setidaknya efek sistemik transplantasi
hepar tidak malahan memperburuk keadaan.(8,15)
Untuk seleksi pasien HCC calon penerima transplan, secara umum
digunakan kriteria Milan, yaitu pasien dengan lesi tunggal berukuran ≤ 5
cm, atau lesi kurang dari 3 buah dan masing-masing berukuran ≤ 3 cm. Di
Eropa, Barcelona Clinic Liver Cancer Staging and Treatment Approach
telah menyusun bagan alur klasifikasi HCC beserta penatalaksanaannya,
Kryoterapi/Kryoablasi (Cryotherapy/Cryoablation)
Kryoterapi atau juga dikenal dengan kryoablasi merupakan salah
satu metoda penggunaan sifat termal untuk mengablasi suatu tumor.
Kryoterapi ditempuh dengan menggunakan pendinginan/pembekuan yang
cepat, biasanya menggunakan gas nitrogen, penghangatan yang lambat,
lalu pengulangan siklus pembekuan-penghangatan (freeze-thaw cycles)
tadi hingga mencapai titik ablasi yang ditandai oleh terbentuknya kristal es
pada intradan ekstrasel, penggabungan kristal es yang terbentuk (sebagai
bola es), dan kerusakan vaskuler setempat. Efek kryoterapi meliputi
kerusakan vaskuler, kerusakan organela dan dinding sel, dehidrasi sel,
serta perubahan pH dan osmolaritas intrasel. Pengulangan siklus
pembekuan-penghangatan tadi akan menghasilkan kerusakan jaringan sel
tumor target yang lebih luas karena sel tumor dihadapkan pada paparan
termal berulang yang merusak. Kerusakan unsur dan dinding sel selama
siklus pembekuan-penghangatan sebelumnya akan menyebabkan
meningkatnya konduktivitas termal dan berakibat pendinginan yang lebih
cepat serta pembesaran volume jaringan yang dibekukan.(8)
Indikasi kryoterapi dalam konteks HCC adalah untuk pasien
dengan tumor multipel yang bilobi yang tidak memungkinkan bagi
tindakan reseksi subsegmental yang multipel. Dalam kasus ini kryoterapi
akan bertindak sebagai pendamping reseksi subsegmental, sehingga
memungkinkan destruksi fokal tumor sambil menjaga jaringan hepar yang
fungsional. Bagi pasien dengan kondisi umum yang buruk, pendekatan
kryoterapi perkutan dapat dipertimbangkan.(8)
Teknik kryoterapi intraoperatif (cryosurgery) dikerjakan
pascareseksi segmental, dengan menempatkan suatu cryoprobe dengan
panduan ultrasonografi intraoperatif (intraoperative
ultrasonography/IOUS) sehingga ujung probe tadi mencapai tengah/pusat
lesi tumor yang dituju (Gambar 11, dengan pesawatnya pada Gambar 12).
Untuk lesi yang lebih besar dari 3 cm, dapat dipakai 2 cryoprobe atau
lebih agar ablasi lebih cepat dan lebih menyeluruh ke semua area tumor.
Kemudian di bawah pemantauan menggunakan IOUS tadi, pembekuan-
penghangatan dikerjakan. Setelah tindakan selesai, hemostasis dikerjakan,
dinding abdomen ditutup setelah pemasangan dua buah drain.(8)
Gambar 11. (Atas). Cryosurgery – suatu
kryoterapi saat operasi
Dikutip dari: Lau WY, A Book on Hepatocellular
Carcinoma, 2007(8)
Gambar 12. (kanan). Mesin ERBE Cryo 6
(Elektromedizin, Tübingen, Jerman )
Dikutip dari: Lau WY, A Book on Hepatocellular
Carcinoma, 2007(8)
Zhou dkk. melaporkan angka survival 1, 3, dan 5 tahun pasien
HCC yang ditangani dengan kryoablasi berturut-turut sebesar 74%, 48%,
dan 32%. Komplikasi pasca-tindakan yang harus diwaspadai cukup
banyak, meliputi sindroma cryoshock (merupakan sindroma kegagalan
multiorgan yang ditandai oleh koagulopati berat, disseminated
intravascular coagulation/DIC, acute adult respiratory distress syndrome
(ARDS), kegagalan hati, kegagalan hepar, hipotensi atau syok, perdarahan
akibat pecahnya “bola es” yang meluas ke kapsul hepar, trombositopenia,
pireksia aseptik, aritmia kordis, abses subfrenik atau intrahepatik, fistula
bilier, dan komplikasi pulmonal berupa efusi pleura, atelektasis, kolaps
paru serta infeksi paru.(21)
TERAPI SISTEMIK
Kemoterapi Sistemik
Banyak studi yang meneliti terapi sistemik untuk HCC, khususnya
pada pasien yang inoperabel, dan banyak pula yang hasilnya tidak terlalu
menggembirakan. Terapi kemoterapi sistemik yang diberikan dapat
digolongkan ke dalam beberapa kelompok, antara lain:
1. Kemoterapi sitotoksik (meliputi etoposide, doxorubicin, epirubicin,
cisplatin, 5-
fluorouracil, mitoxantrone, fludarabine, gemcitabine, irinotecan,
nolatrexed)(36,37)
2. Terapi hormonal
Estrogen secara in vitro terbukti memiliki efek merangsang
proliferasi hepatosit, dan secara in vivo bisa memicu pertumbuhan tumor
hepar. Obat antiestrogen, tamoxifen, dipakai karena bisa menurunkan
jumlah reseptor estrogen di hepar. Namun hasil studi random fase III yang
dilakukan oleh Barbare ternyata tidak menunjukkan peningkatan
survival.(38)
3. Terapi somatostatin (ocreotide, lanreotide)
Somatostatin memiliki aktivitas antimitosis terhadap berbagai
tumor non-endokrin, dan sel-sel HCC memiliki reseptor somatostatin.
Karena itu analog somatostatin dipakai untuk menangani pasien dengan
HCC yang lanjut. Sebuah penelitian random awal oleh Kouroumalis dkk.
menunjukkan perbaikan survival pada pasien yang diberi terapi ocreotide
secara subkutan, namun studi lainnya oleh Becker dkk. menunjukkan tidak
ada peningkatan survival pada pemberian ocreotide aksi lama
(lanreotide).(39,40)
Catatan khusus:
- tipe tumor yang infiltratif
- “Bulk disease” yaitu volume tumor > 70% dari volume hepar, atau
adanya nodul tumor yang multipel
- AST atau ALT > 5 kali nilai rujukan
- bilirubin yang lebih tinggi dari nilai rujukan
- volume tumor > 50% volume hepar dengan kadar albumin < 3 g/dl
- pasien yang dalam terapi antiangiogenesis dapat berpengaruh pada
kualitas
pembuluh darah dan dapat memicu komplikasi selama angiografi.(53)
2. Kontraindikasi untuk pemberian SIR-spheres®:
- penderita dengan hasil laboratorium fungsi ekskresi hati yang
abnormal (> 5 kali nilai rujukan)
- adanya asites atau tanda klinis kegagalan fungsi hati
- adanya abnormalitas anatomi pembuluh darah yang diperkirakan
dapat mengakibatkan aliran balik/reflux aliran darah dari arteria
hepatika ke lambung, pankreas atau usus besar (dari angiogram
praterapi)
- laju/fraksi pirau hepar-paru (LSF=Lung shunt fraction) lebih dari 20%
yang dihitung berdasarkan sidik praterapi SPECT/CT 99mTc-MAA
intraarteria hepatika. Fraksi ini dapat dihitung dengan rumus berikut:
Catatan khusus:
- Pemberian SIR-spheres® yang kurang hati-hati sehingga masuk ke
saluran gastrointestinal atau ke pankreas akan menyebabkan nyeri
abdomen akut, pankreatitis akut atau ulkus peptikum, sedangkan bila
masuk ke kandung empedu dapat menyebabkan kolesistitis
- pemberian dosis radiasi yang tinggi dan/atau adanya pirau ke paru
yang berat dapat berakibat pnemonitis radiasi
- radiasi yang eksesif terhadap parenkima hepar normal dapat
menyebabkan hepatitis radiasi
- pasien yang dalam terapi antiangiogenesis dapat berpengaruh pada
kualitas pembuluh darah dan dapat memicu komplikasi selama
angiografi.
Pemberian 90Y-microsphere
Pemberian 90Y-microsphere haruslah dikerjakan oleh staf medis terlatih
dan didukung oleh staf fisika medis dan perawat. Setelah langkah-langkah
penting persiapan meliputi angiografi viseral, penilaian pirau paru dan
gastrointestinal dengan sidik 99mTc MAA (bila perlu disertai embolisasi
profilaksi pembuluh kolateral), serta perencanaan terapi, dan setelah
pasien dinyatakan layak untuk terapi, 90Y-microsphere dapat diberikan di
departemen radiologi intervensi. Injeksi ke pembuluh utama arteria
hepatika dihindari karena membuat radiasi tersebar ke kedua lobus hepar.
Jika lesi terbatas pada satu lobus, kateter dapat secara selektif dimasukkan
ke arteria hepatika cabang kanan atau kiri sesuai lobus tempat tumor,
dengan demikian menghindari terpaparnya lobus kontralateral. Pada
kasus-kasus tertentu, terapi yang hiperselektif (misalnya ke satu segmen
tertentu) dapat diberikan. Apabila ujung kateter telah mencapai tempat
yang dikehendaki, penyuntikan harus dikerjakan dengan hati-hati tanpa
tekanan paksa, untuk menghindari aliran balik.(53)
Kontraindikasi 131I-Lipiodol:
1. Kontraindikasi umum (lihat kontraindikasi umum pada pemberian
SIRT di atas)
2. Kontraindikasi spesifik:
- Secara klinis didapati adanya kegagalan fungsi hepar, seperti
adanya ensefalopati hepatis atau asites masif
- Kelas Child-Pugh di atas B7 pada kasus yang direncanakan akan
diberi terapi menyangkut seluruh hepar atau salah satu lobus hepar.
Catatan khusus:
- 131I-Lipiodol tidak dikontraindikasikan pada kasus HCC dengan
trombosis vena porta parsial ataupun total, walaupun hasil terapi
kurang menguntungkan
- Ambilan dalam jumlah kecil pada paru-paru (akibat pirau), tiroid dan
traktus gastrointestinal (akibat terdapatnya iodin bebas) sering
dijumpai dan biasanya bukan merupakan masalah yang khusus
- Karena ada emisi gamma, maka risiko medis dan proteksi radiasi yang
berhubungan dengan perawatan isolasi harus dipikirkan. (53)
Persiapan Pasien
Secara umum persiapan pasien pada pemberian terapi 131I-Lipiodol
adalah sama dengan pada pemberian 90Y-microsphere, dengan penekanan
khusus pada informed consent kepada pasien dan keluarga untuk sedapat-
dapatnya menghindarkan paparan radiasi ataupun kontaminasi ke
lingkungan terdekat pasien. Instruksi tertulis berkenaan hal ini sebaiknya
diberikan.(53)
Pemberian 131I-Lipiodol:
Tidak seperti 90Y-microsphere, 131I-Lipiodol tidak memerlukan
perencanaan terapi berkenaan dengan dosimetri, namun dosis dapat
disesuaikan. Estimasi dosis serap lipiodol pada beberapa jaringan dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Estimasi Dosis Serap Terapi 131I-Lipiodol Intra-arteria Hepatika