Anda di halaman 1dari 19

HEPATITIS

HepatitisA
Hepatitis adalah proses peradangan difus pada sel hati. Hepatitis A adalah hepatitis yang
disebabkan oleh infeksi Hepatitis A Virus.15 Infeksi virus hepatitis A dapat menyebabkan
berbagai macam komplikasi, diantaranya adalah hepatitis fulminant, autoimun hepatitis,
kolestatik hepatitis, hepatitis relaps, dan sindroma pasca hepatitis (sindroma kelelahan kronik).
Hepatitis A tidak pernah menyebabkan penyakit hati kronik.

Etiologi

HepatitisAVirus
Hepatitis A disebabkan oleh hepatitis A virus. Virus ini termasuk virus RNA, serat tunggal,
dengan berat molekul 2,25-2,28 x 106 dalton, simetri ikosahedral, diameter 27-32 nm dan tidak
mempunyai selubung. Mempunyaiprotein terminal VPg pada ujung 5’nya dan poli(A) pada
ujung 3’nya. Panjang genom HAV: 7500-8000 pasang basa. Hepatitis A virus dapat
diklasifikasikan dalam famili picornavirus dan genus hepatovirus.
TransmisiHepatitisAVirus
Penyakit ini ditularkan secara fekal-oral dari makanan dan minuman yang terinfeksi. Dapat juga
ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini terutama menyerang golongan sosial ekonomi
rendah yang sanitasi dan higienenya kurang baik. Masa inkubasi penyakit ini adalah 14-50 hari,
dengan rata-rata 28 hari. Penularan berlangsung cepat. Pada KLB di suatu SMA di Semarang,
penularan melalui kantin sekolah diperburuk dengan sanitasi kantin dan WC yang kurang bersih.

EpidemiologiHepatitisAVirus
Diperkirakan sekitar 1,5 juta kasus klinis dari hepatitis A terjadi di seluruh dunia setiap tahun,
tetapi rasio dari infeksi hepatits A yang tidak terdeteksi dapat mencapai sepuluh kali lipat dari
jumlah kasus klinis tersebut. Seroprevalensi dari hepatitis A virus beragam dari beberapa negara
di Asia. Pada negara dengan endemisitas sedang seperti Korea, Indonesia, Thailand, Srilanka dan
Malaysia,
data yang tersedia menunjukan apabila rasio insidensi mungkin mengalami penurunan pada area
perkotaan, dan usia pada saat infeksi meningkat dari awal masa kanak-kanak menuju ke akhir
masa kanak-kanak, dimana meningkatkan 11 resiko terjadinya wabah hepatitis A.14 Di Amerika
Serikat, angka kejadian hepatitis A telah turun sebanyak 95% sejak vaksin hepatitis A pertama
kali tersedia pada tahun 1995. Pada tahun 2010, 1.670 kasus hepatitis A akut dilaporkan;
Incidence rate sebanyak 0,6/100.000, rasio terendah yang pernah tercatat. Setelah menyesuaikan
untuk infeksi asimtomatik dan kejadian yang tidak dilaporkan, perkiraan jumlah infeksi baru
ialah sekitar 17.000 kasus. Insidensi hepatitis A di Amerika Serikat, Dikutip dari kepustakaan 21
Hepatitis A masih merupakan suatu masalah kesehatan di Negara berkembang seperti Indonesia.
Berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar
dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8-68,3%.2 Incidence rate dari
hepatitis per 10.000 .

PatogenesisHepatitisAVirus
HAV didapat melalui transmisi fecal-oral; setelah itu orofaring dan traktus gastrointestinal
merupakan situs virus ber-replikasi. Virus HAV kemudian di transport menuju hepar yang
merupakan situs primer replikasi, dimana pelepasan virus menuju empedu terjadi yang disusul
dengan transportasi virus menuju usus dan feses. Viremia singkat terjadi mendahului munculnya
virus didalam feses dan hepar. Pada individu yang terinfeksi HAV, konsentrasi terbesar virus
yang di ekskresi kedalam feses terjadi pada 2 minggu sebelum onset ikterus, dan akan
menurun setelah ikterus jelas terlihat. Anak-anak dan bayi dapat terus mengeluarkan virus
selama 4-5 bulan setelah onset dari gejala klinis. Berikut ini merupakan ilustrasi dari patogenesis
hepatitis A. Patogenesis hepatitis Kerusakan sel hepar bukan dikarenakan efek direct cytolytic
dari HAV; Secara umum HAV tidak melisiskan sel pada berbagai sistem in vitro. Pada
periode inkubasi, HAV melakukan replikasi didalam hepatosit, dan dengan ketiadaan respon
imun, kerusakan sel hepar dan gejala klinis tidak terjadi. Banyak bukti berbicara bahwa respon
imun seluler merupakan hal yang paling berperan dalam patogenesis dari hepatitis A. Kerusakan
yang terjadi pada sel hepar terutama disebabkan oleh mekanisme sistem imun dari Limfosit-T
antigen-specific. Keterlibatan dari sel CD8+ virus-specific, dan juga sitokin, seperti gamma-
interferon, interleukin-1-alpha (IL-1-α), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosis factor (TNF)
juga berperan penting dalam eliminasi dan supresi replikasi virus. Meningkatnya kadar interferon
didalam serum pasien yang terinfeksi HAV, mungkin bertanggung jawab atas penurunan jumlah
virus yang terlihat pada pasien mengikuti timbulnya onset gejala klinis. Pemulihan dari
hepatitis A berhubungan dengan peningkatan relatif dari sel CD4+ virus-specific dibandingkan
dengan sel CD8+.6, 22 Immunopatogenesis dari hepatitis A konsisten mengikuti gejala klinis
dari penyakit. Korelasi terbalik antara usia dan beratnya penyakit mungkin berhubungan dengan
perkembangan sistem imun yang masih belum matur pada individu yang lebih muda,
menyebabkan respon imun yang lebih ringan dan berlanjut kepada manifestasi penyakit yang
lebih ringan.22 Dengan dimulainya onset dari gejala klinis, antibodi IgM dan IgG antiHAV
dapat terdeteksi.35 Pada hepatitis A akut, kehadiran IgM anti-HAV terdeteksi 3 minggu setelah
paparan, titer IgM anti-HAV akan terus meningkat selama 4-6 minggu, lalu akan terus turun
sampai level yang tidak terdeteksi dalam waktu 6 bulan infeksi. IgA dan IgG anti-HAV dapat
dideteksi dalam beberapa hari setelah timbulnya gejala. Antibodi IgG akan bertahan selama
bertahun-tahun setelah infeksi dan memberikan imunitas seumur hidup. Pada masa
penyembuhan, regenerasi sel hepatosit terjadi. Jaringan hepatosit yang rusak biasanya pulih
dalam 8-12 minggu..

ManifestasiKlinisHepatitisAVirus
Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi asimptomatik tanpa ikterus
sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminant yang dapat menimbulkan kematian hanya
dalam beberapa hari. Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase
prodromal (pra ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen (penyembuhan).
Fase Inkubasi. Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase
ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung pada dosis
inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek fase
inkubasi ini. Pada hepatitis A fase inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-
rata 28-30 hari.

Fase Prodromal (pra ikterik). Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan
timbulnya gejala ikterus. Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum,
nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anorexia. Mual muntah dan
anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Demam derajat rendah
umunya terjadi pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran
kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan
kolesistitis.Fase Ikterus. Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan
dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah tibul ikterus
jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akanterjadi perbaikan klinis yang nyata.
Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain,
tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat
dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Pada
hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada 5-10%
kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminant.2
DiagnosisHepatitisAVirus
Untuk menegakan diagnosis HAV diperlukan beberapa pemeriksaan. Pemeriksaan tersebutantara
lain.

A.PemeriksaanKlinis
Diagnosis klinik ditegakan berdasarkan keluhan seperti demam, kelelahan, malaise, anorexia,
mual dan rasa tidak nyaman pada perut. Beberapa individu dapat mengalami diare. Ikterus (kulit
dan sclera menguning), urin berwarna gelap, dan feses berwarna dempul dapat ditemukan
beberapa hari kemudian. Tingkat beratnya penyakit beraragam, mulai dari asimtomatik (biasa
terjadi pada anak-anak), sakit ringan, hingga sakit yang menyebabkan hendaya yang bertahan
selama seminggu sampai sebulan

B.PemeriksaanSerologik
Adanya IgM anti-HAV dalam serum pasien dianggap sebagai gold standard untuk diagnosis dari
infeksi akut hepatitis A.7 Virus dan antibody dapat dideteksi dengan metode komersial RIA,
EIA, atau ELISA. Pemeriksaan diatas digunakan untuk mendeteksi IgM anti-HAV dan total
anti-HAV (IgM dan IgG). IgM anti-HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan
setelahnya. Dikarenakan IgG anti-HAV bertahan seumur hidup setelah infeksi akut, maka
apabila seseorang terdeteksi IgG antiHAV positif tanpa disertai IgM anti-HAV, mengindikasikan
adanya infeksi di masa yang lalu. Pemeriksaan imunitas dari HAV tidak dipengaruhi oleh
pemberian passive dari Immunoglobulin/Vaksinasi, karena dosis profilaksis terletak dibawah
level dosis deteksi.

RapidTest
Deteksi dari antibodi dapat dilakukan melalui rapid test menggunakan metode
immunochromatographic assay, dengan alat diagnosis komersial yang tersedia.Alat diagnosis ini
memiliki 3 garis yang telah dilapisi oleh antibodi, yaitu “G” (HAV IgG Test Line), “M” (HAV
IgM Test Line), dan “C” (Control Line) yang terletak pada permukaan membran. Garis “G”
dan “M” berwarna ungu akan timbul pada jendela hasil apabila kadar IgG dan/atau IgM anti
HAV cukup pada sampel. Dengan menggunakan rapid test dengan metode
immunochromatographic assay didapatkan spesifisitas dalam mendeteksi IgM anti-HAV hingga
tingkat keakuratan 98,0% dengan tingkat sensitivitas hingga 97,6%.25
C.PemeriksaanPenunjangLain
Diagnosis dari hepatitis dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan biokimia dari fungsi liver
(pemeriksaan laboratorium dari: bilirubin urin dan urobilinogen, total dan direct bilirubin serum,
alanine transaminase (ALT) dan aspartate transaminase (AST), alkaline phosphatase (ALP),
prothrombin time (PT), total protein, serum albumin, IgG, IgA, IgM, dan hitung sel darah
lengkap). Apabila tes lab tidak memungkinkan, epidemiologic evidence dapat membantu untuk
menegakandiagnosis.
DefinisiKasusHepatitisAVirus
Deskripsi Klinis: Onset yang mendadak dari demam, kelelahan, malaise, anorexia, mual dan rasa
tidak nyaman pada perut; beberapa individu dapat mengalami diare. Ikterus (kulit dan sclera
menguning), urin berwarna gelap, dan feses berwarna dempul dapat ditemukan beberapa hari
kemudian. Tingkat beratnya penyakit beraragam, mulai dari asimtomatik (biasa terjadi pada
anakanak), sakit ringan, hingga sakit yang menyebabkan hendaya yang bertahan selama
seminggu sampai sebulan.24 Secara umum, tingkat beratnya gejala meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Anak berusia kurang dari 3 tahun jarang terlihat gejala, namun 80-90%
orang dewasa timbul gejala apabila terinfeksi. Hepatitis yang berulang dan berkepanjangan
(relaps) sampai dengan 1 tahun terjadi pada 15% kasus. Hepatitis A fulminan jarang terjadi,
orang tua dengan penyakit hati kronis berada pada resiko yang lebih besar terkena hepatitis A
fulminan.24, 26 Secara klinis hepatitis A tidak dapat dibedakan dengan jenis hepatitis lainnya,
maka dari itu diperlukan definis kasus hepatitis A, berikut ini merupakan definisi kasus hepatitis
A.
Kasussuspect
 Individu dengan gejala penyakit hepatitis A ATAU peningkatan enzim hepar dengan etiologi
yang tidak diketahui DAN tanpa hubungan epidemiologis yang berhubungan dengan kasus
ConfirmedhepatitisAakut.
 Individu dengan titer antibodi IgM anti-HAV positif tanpa gejala penyakit hepatitis A ATAU
tanpa peningkatan kadar ALT dan AST dalam serum.
Probable
 Individu tanpa gejala klinis penyakit hepatitis A, disertai dengan titer antibodi IgM anti-HAV
positif DAN pasien secara epidemiologis memiliki hubungan dengan kasus Confirmed hepatitis
A akut. (hubungan epidemiologis dapat didefinisikan sebagai tinggal dalam satu rumah atau
kontak seksual, atau mendapat paparan yang sama dengan yang diduga menjadi sumber infeksi
hepatitis A)

Confirmed
 Individu dengan gejala klinis hepatitis A, disertai dengan ikterus ATAU peningkatan kadar
AST dan ALT dalam serum DAN antibody IgM anti-HAV positif.
 Individu dengan gejala klinis hepatitis A, disertai dengan ikterus ATAU peningkatan AST dan
ALT dalam serum DAN memiliki hubungan epidemiologis dengan kasus Confirmed hepatitis A
akut. (hubungan epidemiologis dapat didefinisikan sebagai satu rumah tangga atau kontak
seksual, atau mendapat paparan yang sama dengan yang diduga menjadi sumber infeksi hepatitis
A)

PencegahanHepatitisAVirus
Suplai air bersih yang adekuat dengan pembuangan kotoran yang baik dan benar didalam
komunitas, dikombinasikan dengan praktik higiene personal yang baik, seperti teratur mencuci
tangan, dapat mengurangi penyebaran dari HAV.14 Imunisasi pasif dengan immunoglobulin
normal atau immune serum globulin prophylaxis dapat efektif dan memberi perlindungan selama
3 bulan. Akan tetapi, dengan penemuan vaksin yang sangat efektif, immunoglobulin tersebut
menjadi jarang digunakan. Imunisasi pasif ini diindikasiskan untuk turis yang berkunjung ke
daerah endemik dalam waktu singkat, wanita hamil, orang yang lahir di daerah endemis HAV,
orang dengan immunocompromised yang memiliki resiko penyakit berat setelah kontak erat, dan
pekerja kesehatan setelah terpajan akibat pekerjaan.15, 16 Ketika sumber infeksi HAV
teridentifikasi, contohnya makanan atau air yang terkontaminasi HAV, immune serum globulin
prophylaxis harus diberikan kepada siapa saja yang telah terpapar dari kontaminan tersebut. Hal
ini terutama berlaku untuk wabah dari HAV yang terjadi di sekolah, rumah sakit, penjara, dan
institusi lainnya.15 Imunisasi aktif dengan vaksin mati memberikan imunitas yang sangat baik.
Imunisasi ini diindikasikan untuk turis yang berkunjung ke daerah endemik, untuk memusnahkan
wabah, dan untuk melindungi pekerja kesehatan setelah pajanan atau sebelum pajanan bila
terdapat risiko akibat pekerjaan.4 Vaksinasi HAV memberikan kemanjuran proteksi terhadap
HAV sebesar 94-100% setelah 2-3 dosis suntikan yang diberikan 6-12 bulan secara terpisah,
denganefeksampingyangminimal.
PenatalaksanaanHepatitisAVirus
Penatalaksanaan hepatitis A virus sebagian besar adalah terapi suportif, yang terdiri dari bed rest
sampai dengan ikterus mereda, diet tinggi kalori, penghentian dari pengobatan yang beresiko
hepatotoxic, dan pembatasan dari konsumsi alkohol. Sebagian besar dari kasus hepatitis A virus
tidak memerlukan rawat inap. Rawat inap direkomendasikan untuk pasien dengan usia lanjut,
malnutrisi, kehamilan, terapi imunosupresif, pengobatan yang mengandung obat hepatotoxic,
pasien muntah berlebih tanpa diimbangi dengan asupan cairan yang adekuat, penyakit hati kroni
didasari oleh kondisi medis yang serius, dan apabila pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang didapatkan gejala-gejala dari hepatitis fulminan. Pasien dengan gagal hati fulminant,
didefinisikan dengan onset dari encephalopathy dalam waktu 8 minggu sejak timbulnya gejala.
Pasien dengan gagal hati fulminant harus dirujuk untuk pertimbangan melakukan transplantasi
hati.

A. Definisi Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, suatu anggota
famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.Hepatitis B akut jika perjalanan penyakit kurang
dari 6 bulan sedangkanHepatitis B kronis bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis
ataulaboratorium atau pada gambaran patologi anatomi selama 6 bulan (Mustofa &Kurniawaty,
2013).

B. Etiologi Hepatitis B
Virus Hepatitis B adalah virus (Deoxyribo Nucleic Acid) DNA terkecil berasaldari
genus Orthohepadnavirus famili Hepadnaviridae berdiameter 40-42 nm(Hardjoeno, 2007). Masa
inkubasi berkisar antara 15-180 hari dengan rata-rata60-90 hari (Sudoyo et al, 2009). Bagian luar
dari virus ini adalah proteinenvelope lipoprotein, sedangkan bagian dalam berupa nukleokapsid
atau core (Hardjoeno, 2007).
Genom VHB merupakan molekul DNA sirkular untai-ganda parsial dengan 3200 nukleotida
(Kumar et al, 2012). Genom berbentuk sirkuler dan memiliki empat Open Reading Frame (ORF)
yang saling tumpang tindih secara parsial protein envelope yang dikenal sebagai selubung
HBsAg seperti large HBs(LHBs), medium HBs (MHBs), dan small HBs (SHBs) disebut gen S,
yang merupakan target utama respon imun host, dengan lokasi utama pada asam amino 100-160
(Hardjoeno, 2007). HBsAg dapat mengandung satu dari sejumlah subtipe antigen spesifik,
disebut d atau y, w atau r. Subtipe HBsAgini menyediakan penanda epidemiologik tambahan
(Asdie et al, 2012).Gen C yang mengkode protein inti (HBcAg) dan HBeAg, gen P yang
mengkode enzim polimerase yang digunakan untuk replikasi virus, dan terakhir gen X yang
mengkode protein X (HBx), yang memodulasi sinyal sel host secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi ekspresi gen virus ataupun host, dan belakangan ini diketahui berkaitan dengan
terjadinya kanker hati(Hardjoeno, 2007).

C. Epidemiologi Hepatitis B
Infeksi VHB merupakan penyebab utama hepatitis akut, hepatitis kronis, sirosis, dan kanker hati
di dunia. Infeksi ini endemis di daerah Timur Jauh, sebagian besar kepulaan Pasifik, banyak
negara di Afrika, sebagian Timur Tengah, dan di lembah Amazon. Center for Disease Control
and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa sejumlah 200.000 hingga 300.000 orang
(terutama dewasa muda) terinfeksi oleh VHB setiap tahunnya. Hanya 25% dari mereka yang
mengalami ikterus, 10.000 kasus memerlukan perawatan di rumah sakit, dan sekitar 1-2%
meninggal karena penyakit fulminan (Price & Wilson, 2012).
Sepertiga penduduk dunia diperkirakan telah terinfeksi oleh VHB dan sekitar 400 juta orang
merupakan pengidap kronik Hepatitis B, sedangkan prevalensi di Indonesia dilaporkan berkisar
antara 3-17% (Hardjoeno, 2007). Virus Hepatitis B diperkirakan telah menginfeksi lebih dari 2
milyar orang yang hidup saat ini selama kehidupan mereka. Tujuh puluh lima persen dari semua
pembawa kronis hidup di Asia dan pesisir Pasifik Barat (Kumar et al, 2012). Prevalensi pengidap
VHB tertinggi ada di Afrika dan Asia. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan
bahwa Hepatitis klinis terdeteksi di seluruh provinsi di Indonesia dengan prevalensi sebesar
0,6% (rentang: 0,2%- 1,9%). Hasil Riskesdas Biomedis tahun 2007 dengan jumlah sampel
10.391 orang menunjukkan bahwa persentase HBsAg positif 9,4%. Persentase Hepatitis B
tertinggi pada kelompok umur 45- 49 tahun (11,92%), umur >60
tahun (10.57%) dan umur 10-14 tahun (10,02%), selanjutnya HBsAg positifpada kelompok laki
laki dan perempuan hampir sama (9,7% dan 9,3%). Hal ini menunjukkan bahwa 1 dari 10
penduduk Indonesia telah terinfeksi virus Hepatitis B (Kemenkes, 2012).

D. Penularan Hepatitis B
Cara utama penularan VHB adalah melalui parenteral dan menembus membrane mukosa,
terutam a berhubungan seksual (Price & Wilson, 2012). Penanda HBsAg telah diidentifikasi
pada hampir setiap cairan tubuh dari orang yang terinfeksi yaitu saliva, air mata, cairan seminal,
cairan serebrospinal, asites, dan air susu ibu. Beberapa cairan tubuh ini (terutama semen dan
saliva) telah diketahui infeksius (Thedja, 2012). Jalur penularan infeksi VHB di Indonesia yang
terbanyak adalah secara parenteral yaitu secara vertikal (transmisi) maternal-neonatal atau
horizontal (kontak antar individu yang sangat erat dan lama, seksual, iatrogenik, penggunaan
jarum suntik bersama). Virus Hepatitis B dapat dideteksi pada semua sekret dan cairan tubuh
manusia, dengan konsentrasi tertinggi pada serum (Juffrie et al, 2010).

E. Patogenesis Hepatitis B
Infeksi VHB berlangsung dalam dua fase. Selama fase proliferatif, DNA VHB terdapat dalam
bentuk episomal, dengan pembentukan virion lengkap dansemua antigen terkait. Ekspresi gen
HBsAg dan HBcAg di permukaan sel disertai dengan molekul MHC kelas I menyebabkan
pengaktifan limfosit T CD8+ sitotoksik. Selama fase integratif, DNA virus meyatu kedalam
genom pejamu. Seiring dengan berhentinya replikasi virus dan munculnya antibody virus,
infektivitas berhenti dan kerusakan hati mereda. Namun risiko terjadinya karsinoma
hepatoselular menetap. Hal ini sebagian disebabkan oleh disregulasi pertumbuhan yang
diperantarai protein X VHB. Kerusakan hepatosit terjadi akibat kerusakan sel yang terinfeksi
virus oleh sel sitotoksik CD8+ (Kumar et al, 2012).

Proses replikasi VHB berlangsung cepat, sekitar 1010-1012 virion dihasilkansetiap hari. Siklus
hidup VHB dimulai dengan menempelnya virion pada reseptor di permukaan sel hati.
Setelah terjadi fusi membran, partikel core kemudian ditransfer ke sitosol dan selanjutnya
dilepaskan ke dalam nucleus (genom release), selanjutnya DNA VHB yang masuk ke dalam
nukleus mula-mula berupa untai DNA yang tidak sama panjang yang kemudian akan terjadi
proses DNA repair berupa memanjangnya rantai DNA yang pendek sehingga menjadi dua untai
DNA yang sama panjang atau covalently closed circle DNA (cccDNA). Proses selanjutnya
adalah transkripsi cccDNA menjadi pre-genom RNA dan beberapa messenger RNA (mRNA)
yaitu mRNA LHBs, MHBs, dan mRNA SHBs (Hardjoeno, 2007).
Semua RNA VHB kemudian ditransfer ke sitoplasma dimana proses translasi menghasilkan
protein envelope, core, polimerase, polipeptida X dan pre-C, sedangkan translasi mRNA LHBs,
MHBs, dan mRNA SHBs akan menghasilkan protein LHBs, MHBs, dan SHBs. Proses
selanjutnya adalah pembuatan nukleokapsid di sitosol yang melibatkan
proses encapsidation yaitu penggabungan molekul RNA ke dalam HBsAg. Proses reverse
transcription dimulai, DNA virus dibentuk kembali dari molekul RNA. Beberapa core yang
mengandung genom matang ditransfer kembali ke nukleus yang dapat dikonversi kembali
menjadi cccDNA untuk mempertahankan cadangan template transkripsi intranukleus. Akan
tetapi, sebagian dari protein core ini bergabung ke kompleks golgi yang membawa
protein envelope virus. Protein core memperoleh envelope lipoprotein yang mengandung antigen
surface L, M, dan S, yang selanjutnya ditransfer ke luar sel (Hardjoeno, 2007).
F. Patofisiologi Hepatitis B
Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis B. Virus Hepatitis B mula-mula
melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam
sitoplasma sel hepar. Virus melepaskan mantelnya di sitoplasma, sehingga melepaskan
nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus sel dinding hati. Asam nukleat VHB
akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintegrasi pada
DNA tersebut. Proses selanjutnya adalah
DNA VHB memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus Hepatitis B
dilepaskan ke peredaran darah, terjadi mekanisme kerusakan hati yang kronis disebabkan karena
respon imunologik penderita terhadap infeksi (Mustofa & Kurniawaty, 2013).
Proses replikasi virus tidak secara langsung bersifat toksik terhadap sel, terbukti
banyak carrier VHB asimtomatik dan hanya menyebabkan kerusakan hati ringan. Respon
imun host terhadap antigen virus merupakan faktor penting terhadap kerusakan hepatoseluler dan
proses klirens virus, makin lengkap respon imun, makin besar klirens virus dan semakin berat
kerusakan sel hati. Respon imun host dimediasi oleh respon seluler terhadap epitop protein VHB,
terutama HBsAg yang ditransfer ke permukaan sel hati. Human Leukocyte
Antigen (HLA) class I-restricted CD8+ cell mengenali fragmen peptida VHB setelah mengalami
proses intrasel dan dipresentasikan ke permukaan sel hati oleh molekul Major Histocompability
Complex (MHC) kelas I. Proses berakhir dengan penghancuran sel secara langsung oleh Limfosit
T sitotoksik CD8+ (Hardjoeno, 2007).
G. Manifestasi Klinis Hepatitis B
Manifestasi klinis infeksi VHB pada pasien hepatitis akut cenderung ringan. Kondisi asimtomatis
ini terbukti dari tingginya angka pengidap tanpa adanya riwayat hepatitis akut. Apabila
menimbulkan gejala hepatitis, gejalanya menyerupai hepatitis virus yang lain tetapi dengan
intensitas yang lebih berat (Juffrie et al, 2010).

Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu:


1. Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase inkubasi
Hepatitis B berkisar antara 15-180 hari dengan rata- rata 60-90 hari.
2. Fase prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus. Awitannya
singkat atau insidous ditandai dengan malaise umum, mialgia, artalgia, mudah lelah, gejala
saluran napas atas dan anoreksia.
Diare atau konstipasi dapat terjadi. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran
kanan atas atau epigastrum, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan
kolestitis.
3. Fase ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan munculnya gejala.
Banyak kasus pada fase ikterus tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan
gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.
4. Fase konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas
fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Sekitar 5-
10% kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang menjadi
fulminan (Sudoyo et al, 2009)
Hepatitis B kronis didefinisikan sebagai peradangan hati yang berlanjut lebih dari enam bulan
sejak timbul keluhan dan gejala penyakit. Perjalanan hepatitis B kronik dibagi menjadi tiga fase
penting yaitu :
1. Fase Imunotoleransi
Sistem imun tubuh toleren terhadap VHB sehingga konsentrasi virus tinggi dalam darah, tetapi
tidak terjadi peradangan hati yang berarti. Virus Hepatitis B berada dalam fase replikatif dengan
titer HBsAg yang sangat tinggi.
2. Fase Imunoaktif (Clearance)
Sekitar 30% individu persisten dengan VHB akibat terjadinya replikasi virus yang
berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi yang tampak dari kenaikan konsentrasi ALT.
Fase clearance menandakan pasien sudah mulai kehilangan toleransi imun terhadap VHB.
3. Fase Residual
Tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi
VHB. Sekitar 70% dari individu tersebut akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar partikel
virus tanpa ada kerusakan sel hati yang berarti. Fase residual ditandai dengan titer HBsAg
rendah, HBeAg yang menjadi negatif dan anti-HBe yang menjadi positif, serta
konsentrasi ALT normal (Sudoyo et al, 2009).
H. Diagnosis Hepatitis B
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis umumnya tanpa keluhan, perlu digali riwayat transmisi seperti pernah transfusi, seks
bebas, riwayat sakit kuning sebelumnya. Pemeriksaan fisik didapatkan hepatomegali.
Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan laboratorium, USG abdomen dan Biopsi hepar
(Mustofa & Kurniawaty, 2013). Pemeriksaan laboratorium pada VHB terdiri dari
pemeriksaan biokimia, serologis, dan molekuler (Hardjoeno, 2007). Pemeriksaan USG abdomen
tampak gambaran hepatitis kronis, selanjutnya pada biopsi hepar dapat menunjukkan gambaran
peradangan dan fibrosis hati (Mustofa & Kurniawaty, 2013).
Pemeriksaan laboratorium pada VHB terdiri dari :
1. Pemeriksaan Biokimia
Stadium akut VHB ditandai dengan AST dan ALT meningkat >10 kali nilai normal, serum
bilirubin normal atau hanya meningkat sedikit, peningkatan Alkali Fosfatase (ALP) >3 kali nilai
normal, dan kadar albumin serta kolesterol dapat mengalami penurunan. Stadium kronik VHB
ditandai dengan AST dan ALT kembali menurun hingga 2-10 kali nilai normal dan kadar
albumin rendah tetapi kadar globulin meningkat (Hardjoeno, 2007).
2. Pemeriksaan serologis
Indikator serologi awal dari VHB akut dan kunci diagnosis penanda infeksi VHB kronik adalah
HBsAg, dimana infeksi bertahan di serum >6 bulan (EASL, 2009). Pemeriksaan HBsAg
berhubungan dengan selubung permukaan virus. Sekitar 5-10% pasien, HBsAg menetap di
dalam darah yang menandakan terjadinya hepatitis kronis atau carrier (Hardjoeno,
2007).
Setelah HBsAg menghilang, anti-HBs terdeteksi dalam serum pasien dan terdeteksi sampai
waktu yang tidak terbatas sesudahnya. Karena terdapat variasi dalam waktu timbulnya anti-HBs,
kadang terdapat suatu tenggang waktu (window period) beberapa minggu atau lebih yang
memisahkan hilangnya HBsAg dan timbulnya anti-HBs. Selama periode tersebut, anti- HBc
dapat menjadi bukti serologik pada infeksi VHB (Asdie et al, 2012).

Hepatitis B core antigen dapat ditemukan pada sel hati yang terinfeksi, tetapi tidak terdeteksi di
dalam serum (Hardjoeno, 2007).
dikarenakan HBcAg terpencil di dalam mantel HBsAg. Penanda Anti-HBc dengan cepat terlihat
dalam serum, dimulai dalam 1 hingga 2 minggupertama timbulnya HBsAg dan mendahului
terdeteksinya kadar anti-HBs dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan (Asdie et al, 2012).
Penanda serologik lain adalah anti-HBc, antibodi ini timbul saat terjadinya gejala klinis. Saat
infeksi akut, anti HBc IgM umumnya muncul 2 minggu setelah HBsAg terdeteksi dan akan
menetap ± 6 bulan. Pemeriksaan anti- HBc IgM penting untuk diagnosis infeksi akut terutama
bila HBsAg tidak terdeteksi (window period). Penanda anti-HBc IgM menghilang, anti-HBc
IgG muncul dan akan menetap dalam jangka waktu lama (Hardjoeno, 2007).
Hepatitis B envelope antigen merupakan peptida yang berasal dari core virus, ditemukan hanya
pada serum dengan HBsAg positif. Penanda HBeAg timbul bersamaan dengan dihasilkannya
DNA polimerase virus sehingga lebih menunjukkan terjadinya replikasi virus dan jika menetap
kemungkinan akan menjadi penyakit hati kronis (Hardjoeno, 2007).
Tes-tes yang sangat sensitif telah banyak dikembangkan secara luas untuk menegakkan diagnosis
Hepatitis B dalam kasus-kasus ringan, sub klinis atau yang menetap (Handojo, 2004). Beberapa
metode yang digunakan untuk mendiagnosis hepatitis adalah Immunochromatography (ICT),
ELISA, EIA, dan PCR. Metode EIA dan PCR tergolong mahal dan hanya tersedia pada
laboratorium yang memiliki peralatan lengkap. Peralatan rapid diagnostic ICT adalah pilihan
yang tepat digunakan karena lebih murah dan tidak memerlukan peralatan kompleks (Rahman et
al, 2008).
Diagnostik dengan rapid test merupakan alternatif untuk enzym
immunoassays dan alat untuk skrining skala besar dalam diagnosis infeksi
VHB, khususnya di tempat yang tidak terdapat akses pemeriksaan serologi
dan molekuler secara mudah (Scheiblauer et al, 2010).
Pemeriksaan HBsAg (cassette) adalah pemeriksaan rapid
chromatographic secara kualitatif untuk mendeteksi HBsAg pada serum atau plasma.
Pemeriksaan HBsAg Diaspot (Diaspot Diagnostics, USA)
adalah pemeriksaan kromatografi yang dilakukan berdasarkan prinsip double antibody-sandwich.
Membran dilapisi oleh anti-HBs pada bagian test line. Selama tes dilakukan, HBsAg pada
spesimen serum atau plasma bereaksi dengan partikel anti-HBs. Campuran tersebut berpindah ke
membran secara kromatografi oleh mekanisme kapiler yang bereaksi dengan anti-HBs pada
membran dan terbaca di colored line (Gambar 7). Adanya colored line menandakan bahwa
hasilnya positif, jika tidak ada colored line menandakan hasil negatif (Okonko & Udeze, 2011).

Penanda HBsAg telah digunakan sebagai penanda diagnostik kualitas untuk infeksi virus
Hepatitis B. Seiring dengan kemajuan perkembang dapat pemeriksaan HBsAg kuantitatif untuk
memonitor replikasi vhn & Lee, 2011). Pemeriksaan HBsAg kuantitatif adalah alat klinis
ibutuhkan untuk akurasi, mudah, terstandarisasi, dan secara luas tersentuk memastikan
perbedaan yang ditemukan pada pemeriksaann laboratorium. Salah satu pemeriksaan yang telah
dikembangkan untuk Penilaian HBsAg kuantitatif adalah pemeriksaan HBsAg Architect
(Abbiagnostics). Pemeriksaan HBsAg Architect memiliki jarak linear d,05-250 IU/mL
(Zacher, et al. 2011).
I. Komplikasi Hepatitis B
Hepatitis B kronik merupakan penyulit jangka lama pada Hepatitis B akut. Penyakit ini terjadi
pada sejumlah kecil penderita Hepatitis B akut..Kebanyakan penderita Hepatitis B kronik tidak
pernah mengalami gejala hepatitis B akut yang jelas. Hepatitis fulminan merupakan penyulit
yang paling ditakuti karena sebagian besar berlangsung fatal. Lima puluh persen kasus hepatitis
virus fulminan adalah dari tipe B dan banyak diantara kasushepatitis B akut fulminan terjadi
akibat ada koinfeksi dengan hepatitis D atau hepatitis C. Angka kematian lebih dari 80% tetapi
penderita hepatitis fulminan yang berhasil hidup biasanya mengalami kesembuhan biokimiawi
atau histologik. Terapi pilihan untuk hepatitis B fulminan adalah transplantasi hati (Soewignjo &
Gunawan, 2008). Sirosis hati merupakan kondisi dimana jaringan hati tergantikan oleh jaringan
parut yang terjadi bertahap. Jaringan parut ini semakin lama akan mengubah struktur normal dari
hati dan regenerasi sel-sel hati. Maka sel-sel hati akan mengalami kerusakan yang menyebabkan
fungsi hati mengalami penurunan bahkan kehilangan fungsinya (Mustofa & Kurniawaty, 2013).
J. Terapi Hepatitis B
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus akut yang khas. Pembatasanaktivitas fisik seperti
tirah baring dapat membuat pasien merasa lebih baik.
Diperlukan diet tinggi kalori dan hendaknya asupan kalori utama diberikan pada pagi hari karena
banyak pasien mengalami nausea ketika malam hari
(Setiawan et al, 2006).
Tujuan utama dari pengobatan Hepatitis B kronik adalah untuk mengeliminasi atau menekan
secara permanen VHB. Pengobatan dapat mengurangi patogenitas dan infektivitas akhirnya
menghentikan atau mengurangi inflamasi hati, mencegah terjadinya dekompensasi hati,
menghilangkan DNA VHB (dengan serokonvers HBeAg ke anti-Hbe pada
pasien HBeAg positif) dan normalisasi ALT pada akhir atau 6-12 bulan setelah akhir pengobatan
(Soewignjo & Gunawan, 2008).
Tujuan jangka panjang adalah mencegah terjadinya hepatitis flare yang dapat menyebabkan
dekompensasi hati, perkembangan ke arah sirosis dan/atau HCC (Hepato Cellular Carcinoma),
dan pada akhirnya memperpanjang usia(Setiawan et al, 2006).
Terapi antiviral yang telah terbukti bermanfaat untuk Hepatitis B kronik adalah Interferon,
Lamivudin, Adefovir dipofoxil dan Entecavir (Soewignjo & Gunawan, 2008).
K. Prognosis Hepatitis B
Virus hepatitis B menyebabkan hepatitis akut dengan pemulihan dan hilangnya virus, hepatitis
kronis nonprogresif, penyakit kronis progresif yang berakhir dengan sirosis, hepatitis fulminan
dengan nekrosis hati masif, keadaan pembawa asimtomatik, dengan atau tanpa penyakit
subklinis progresif. Virus ini juga berperan penting dalam terjadinya karsinoma hepatoselular
(Kumat et al, 2012).
Setiap tahun, lebih dari 600.000 orang meninggal diakibatkan penyakit hati kronik oleh VHB
belanjut ke sirosis, kegagalan hati dan hepatocellular carcinoma (Chevaliez et al, 2014).
Hepatitis C adalah penyakit menular yang menyebabkan reaksi peradangan pada hati.
Hepatitis C merupakan salah satu dari agen penyebab infeksi hati, selain hepatitis A
dan hepatitis B. Hepatitis C dapat bersifat akut (tiba-tiba) atau kronis (berkepanjangan).
Pada umumnya, infeksi dimulai dari tahap akut dan berkembang menjadi kronis. Hepatitis C
kronis kemungkinan besar akan diderita pasien seumur hidupnya dan dapat menyebabkan
sirosis (pengerasan) hati atau kanker. Penyebab cangkok (transplantasi) hati terbanyak
adalah virus Hepatitis C.
Hepatitis C sering diiringi dengan sedikit gejala sehingga kebanyakan orang tidak sadar
ketika terinfeksi virus tersebut. Tidak seperti virus hepatitis A dan B yang telah memiliki
vaksin, belum ada vaksin untuk hepatitis C. Hal ini yang menyebabkan kebanyakan orang
baru mengetahui bahwa mereka telah terinfeksi ketika dewasa.

Hepatitis C adalah penyakit yang sangat serius. Statistik menunjukkan bahwa 75 -85% kasus
infeksi virus hepatitis C akan menjadi hepatitis kronis, dan 70% kasus akan menyebabkan
penyakit hati. Dari 100 pasien dengan penyakit ini, 1-2 % meninggal akibat sirosis atau
kanker hati.

Penyebab Hepatitis C

Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C, yang dapat berpindah antar manusia dengan
beberapa cara, di antaranya adalah:

 Pemakaian jarum suntik bergantian – dapat berupa obat terlarang atau dalam tindakan medis
resmi

 Hubungan seksual – terutama bagi mereka yang menderita penyakit menular seksual atau
HIV

 Diturunkan dari ibu hamil ke anaknya

 Menggunakan barang-barang terinfeksi seperti pisau cukur

 Membuat tato atau tindik


Hepatitis C hanya dapat ditularkan melalui darah. Seseorang tidak dapat terinfeksi virus ini
melalui bersin, batuk, atau penggunaan barang secara bersamaan. Hepatitis C juga tidak
dapat berpindah melalui makanan atau minuman. Sampai saat ini, hepatitis C juga belum
terbukti dapat berpindah melalui gigitan nyamuk.

Ketika darah yang terinfeksi berada di luar tubuh, mereka hanya dapat bertahan selama 16
jam - 4 hari pada suhu ruangan. Dalam jangka waktu ini, virus masih dapat ditularkan.
Ketika membersihkan bekas darah, alat pelindung diri seperti sarung tangan harus dipakai.
Darah juga harus diencerkan untuk dibuang dengan air dan cairan pemutih.

Gejala Utama Hepatitis C

Sebagian pasien dengan hepatitis C tidak akan menunjukkan gejala yang berarti. Namun
tidak menutup kemungkinan terdapat beberapa gejala ringan hingga parah seperti:

 Kulit kuning

 Sakit perut yang parah


 Muntah

 Mual

 Demam
Sebagian besar gejala akan hilang dalam waktu 2-3 bulan setelah terkena penyakit. Ketika
gejala tidak muncul, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya terkena virus
hepatitis C sampai terjadinya kerusakan hati yang serius, kecuali orang tersebut melakukan
tes untuk virus hepatitis C.

Kerusakan hati karena infeksi akan menghasilkan beberapa gejala, misalnya:

 Menurunnya berat badan

 Kaki bengkak
 Pendarahan

 Lebam
 Kulit gatal

 Pengumpulan cairan pada perut

 Bicara tidak jelas

 Bercak pembuluh darah menyerupai sarang laba laba Siapa yang Perlu Ditemui dan Perawatan
yang Tersedia
Ketika ada pertanda timbulnya gejala, Anda harus menemui dokter umum terlebih dahulu.
Dokter umum dapat merujuk pasien kepada spesialis hati atau spesialis pencernaan. Apabila
tidak memiliki gejala-gejala dari hepatitis C, sebaiknya Anda menjalani pemeriksaan darah
untuk menemukan keberadaan virus ini. Resiko hepatitis C akan meningkat ketika:
 Penggunaan obat suntik secara bergantian

 Melakukan transfusi darah sebelum tahun 1992

 Menerima pencangkokan organ sebelum tahun 1992

 Lahir pada tahun1945-1965

 Mempunyai penyakit hati

 Mengidap infeksi HIV

 Melakukan hemodialisis (cuci darah) untuk beberapa kali

 Tertusuk jarum atau benda tajam yang sebelumnya dipakai oleh penderita hepatitis C

 Jika Anda pernah dipenjara

 Ibu terinfeksi virus sebelum melahirkan bayi


Pada pasien yang sedang hamil dan curiga terinfeksi karena beberapa kondisi yang telah
disebutkan di atas, pemeriksaan darah perlu dilakukan. Meskipun terdapat beberapa tes pre-
natal yang dibutuhkan selama kehamilan, tes hepatitis C tidak termasuk di dalamnya dan
harus diminta secara terpisah.

Pemeriksaan untuk hepatitis C melibatkan satu atau lebih prosedur dibawah ini:

 Pemeriksaan keberadaan HCV


 Pemeriksaan untuk mengukur jumlah HCV

 Menentukan faktor genetik dari virus


 Biopsi hati
Tidak terdapat vaksin untuk virus hepatitis C ini, tetapi hal ini tidak berarti bahwa kondisi
ini tidak dapat disembuhkan. Dalam kenyataannya, sebanyak 25% penderita HCV ini dapat
sembuh tanpa pengobatan apapun. Namun, tidak ada yang dapat menentukan siapa saja yang
dapat sembuh tanpa melakukan pengobatan ini. Dengan begitu, pengobatan tetap penting
untuk mengatasi kondisi ini.

Dua tipe obat yang biasa diberikan untuk hepatitis C adalah Sovaldi dan Ledipasvir, dan
biasa digabungkan dengan Harvoni. Obat ini mampu menyembuhkan hepatitis C dalam
kurun waktu 8-12 minggu. Penyakit ini juga dapat diobati dengan obat berikut:

 Interferon

 Ribavirin

 Soposvuvir

 Telaprevir

 Simeprevir
Anda harus memperhatikan beberapa obat yang memiliki efek samping seperti kekurangan
sel darah merah (anemia), diare, depresi, mual, kecemasan, kelelahan, atau gejala seperti
flu. Ketika gejala-gejala ini muncul saat melakukan pengobatan, segera hubungi dokter
secepatnya.

Pada kasus yang parah dimana hati sudah rusak dan tidak dapat diperbaiki, pencangkokan
(transplantasi) hati dibutuhkan. Sebagian besar pencangkokan hati berasal dari donor yang
telah meninggal, tetapi ada juga orang-orang yang mungkin bersedia untuk menyumbangkan
sebagian dari hati mereka. Setelah menerima pencangkokan hati, pasien harus tetap
menjalankan pengobatan untuk virus hepatitis C ini, karena tidak menutup kemungkinan
hati yang sehat kembali terkena infeksi.

Anda mungkin juga menyukai