Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENGEMBANGAN WILAYAH

Oleh:

Bara Yudistira Baklaes

(03042681721008)

Dosen Pengajar:

Dr.Ir.H. Maulana Yusuf, MS, MT.

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
Coba saudara diskusikan basis sumber daya apa kota – kota di bawah ini
berkembang?

 Kota Palembang
 Kota Lubuk linggau
 Kota Prabumulih
 Kota Pagaralam
 Kota Tanjung Enim

 Kota Palembang
Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang
adalah kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota Palembang
memiliki luas wilayah 358,55 km²[4] yang dihuni 1,8 juta orang dengan
kepadatan penduduk 4.800 per km². Diprediksikan pada tahun 2030 mendatang
kota ini akan dihuni 2,5 Juta orang. Secara geografis, Palembang terletak pada
2°59′27.99″LS 104°45′24.24″BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 358,55
Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak Palembang
cukup strategis karena dilalui oleh jalan Lintas Sumatera yang menghubungkan
antar daerah di Pulau Sumatera.
Iklim Palembang merupakan iklim daerah tropis dengan angin lembab
nisbi, kecepatan angin berkisar antara 2,3 km/jam - 4,5 km/jam. Suhu kota
berkisar antara 23,4 - 31,7 derajat celsius. Curah hujan per tahun berkisar antara
2.000 mm - 3.000 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75 - 89% dengan rata-
rata penyinaran matahari 45%. Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya
sebagian kecil wilayah kota yang tanahnya terletak pada tempat yang agak
tinggi, yaitu pada bagian utara kota. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa
sehingga pada saat musim hujan daerah tersebut tergenang. Ketinggian rata-rata
antara 0 – 20 m dpl.
Sektor properti memang berkembang pesat. Pemicu berkembang
pesatnya kota ini adalah penyelenggaraan PON di Palembang tahun 2004.
Bandara baru dibangun, hotel-hotel dan restoran baru dibuka. Demikian halnya
pusat-pusat perbelanjaan baru beroperasi.Setelah Pekan Olahraga Nasional
(PON) digelar di Palembang tahun 2004 silam, Palembang makin menggeliat
setalah di laksanakannya kegiatan SEA Games pada November 2011, Apalagi
stelah ini akan dilakukan kagiatan ASIAN GAMES pada tahun 2018 dimana
kota palembang akan menjadi tuan rumah acara tersebut. Kota Palembang
makin dilirik investor, termasuk investor yang bergerak di bidang properti dan
perhotelan.Kemudian kota palembang sedang membangun proyek LRT yang
akan menunjang trasnportasi pada saat kegiatan ASIAN GAMES berlangsung
pada tanhun 2018, dan kota palembang dalam waktu dekat akan membangun
sirkuit MOTO GP yang ada di kawasan jakabaring yang merupakan proyek
pengembangan wilayah kota palembang pada saat ini. Kota Palembang
berkembang pesat dalam enam tahun terakhir ini.
(http://properti.kompas.com).

 Kota Lubuklinggau
Kota Lubuklinggau adalah suatu kota setingkat kabupaten paling barat
wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Kota Lubuklinggau sendiri merupakan
pemekaran dari Kabupaten Musi Rawas. Bagian utara berbatasan dengan
Kecamatan BKL Ulu Terawas, bagian selatan berbatasan dengan Muara Beliti,
bagian Barat berbatasan dengan Bengkulu dan selatan berbatasan dengan
Kecamatan Tugu Mulyo. Luas wilayah Kota Lubuklinggau berdasarkan Undang-
undang No. 7 tahun 2001 adalah 401,50 Km2 atau 40.150 Ha (155.02 mil²) luas
daratan 360.74 km2 (139.28 mil²) dan perairan 40.76 km2 Tahun (15.74 mil²)
dengan wilayah 8 kecamatan dan 72 kelurahan. Kota Lubuklinggau mempunyai
iklim tropis basah dengan variasi curah hujan rata-rata antara 237,28 mm per
tahun, dimana setiap tahun jarang sekali ditemukan bulan kering. Selama tahun
2009 curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Desember dan terendah pada
Bulan Mei. Topografi wilayah Kota Lubuklinggau terdiri dari 66,5% dataran
rendah yang subur dengan struktur 62,75% tanah liat. Keadaan tanah di Kota
Lubuklinggau terdiri dari : Aluvial : warna coklat kekuning-kuningan, dijumpai
di bagian dataran Kota Lubuklinggau, sesuai untuk padi sawah dan palawija.
Assosiasi Gleihumus : meliputi 7,17 persen dari luas kota, sebagian besar
terdapat di Kecamatan Lubuklinggau Selatan, cocok untuk tanaman padi.
Litosol: digunakan untuk tanaman keras, rumput-rumputan dan ternak. Regosol:
sebagian besar terdapat di Kecamatan Lubuklinggau Selatan, cocok untuk
tanaman padi, palawija dan tanaman keras lainnya. Keadaan alamnya terdiri dari
hutan potensial, sawah, ladang, kebun karet, dan kebun lainnya. Di bagian
sebelah barat kota ini terdapat sebuah bukit yang dikenal dengan nama Bukit
Sulap dengan terdapat sungai besar yaitu Sungai Kelingi yang merupakan
sumber air untuk irigasi lahan persawahan di Kota Lubuklinggau dan sebagian
Kabupaten Musi Rawas.
Walaupun iklim dan keadaan alam Kota Lubuklinggau cocok untuk
perkembangan sektor pertanian, namun sumber pendapatan ekonomi Kota
Lubuklinggau berdasarkan data PDRB Kota Lubuklinggau, sektor yang paling
tinggi adalah perdagangan besar maupun eceran yaitu sebesar Rp 725.051.000
per tahun. Sektor kedua yang memberikan pertumbuhan ekonomi Kota
Lubuklinggau adalah sektor industri pengolahan yaitu industri tanpa migas yang
terdiri dari makanan, minuman dan tembakau, barang kayu dan hasil hutan, alat
angkat mesin dan semen bahan galian bukan logam yaitu sebesar Rp256.296.000
per tahun. Kemudian diikuti sektor pertanian yang memberikan Rp 165.161.000
per tahunnya.
Pembangunan Kota Lubuklinggau telah berjalan dengan pesat seiring
dengan segala permasalahan yang dihadapinya dan menuntut ditetapkannya
langkah-langkah yang dapat mengantisipasi perkembangan Kota, sekaligus
memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Untuk itu diperlukan
manajemen strategis yang diharapkan dapat mengelola dan mengembangkan
Kota Lubuklinggau sebagai kota transit ke arah yang lebih maju menuju Kota
Metropolitan. Kota Lubuklinggau terletak pada posisi geografis yang sangat
strategis yaitu di antara provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu serta ibu kota provinsi
Sumatera Selatan (Palembang) dan merupakan jalur penghubung antara Pulau
Jawa dengan kota-kota bagian utara Pulau Sumatera.
(Sumber: Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau dan
https://lubuklinggaukota.bps.go.id)

 Kota Prabumulih.
Kota Prabumulih adalah salah satu Kota yang terletak di Provinsi
Sumatera Selatan, Indonesia. Secara geografis Kota ini terletak antara
3°20’09,1” – 3°34’24,7” Lintang Selatan dan 104°07’ 50,4” – 104°19’41,6”
Bujur Timur, dengan luas daerah sebesar 434,50 km², memiliki penduduk ±
160.000 jiwa dengan luas 435,10 km².
Kota Prabumulih sebelumnya adalah kota administratif yang merupakan salahsatu
bagian wilayah Kabupaten Muara Enim. Sejak tahun 2001 secara resmi kota
initelah menjadi sebuah kota yang secara administratif memiliki aparat
pemerintahandan lembaga legislatif yang berdiri sendiri, terpisah dari Kabupaten
Muara Enimsebagai salah satu daerah otonom di Propinsi Sumatera Selatan.
Sebagai daerah otonom yang baru terbentuk, Kota Prabumulih nampak
mulai melakukan pembangunan kota secara mandiri, antara lain memperluas jalan
protokol,membangun jalan arteri sepanjang 19,5 km serta akan menyediakan
berbagai saranapelayanan publik.Pembangunan prasarana dan sarana perkotaan
akan memerlukan pembiayaanyang cukup besar. Artinya dengan status daerah
otonomi, pemerintah KotaPrabumulih penting menyiapkan strategi dan berupaya
untuk meningkatkan sumber-sumber penerimaan daerah yang dirinci ke dalam
APBD.
Sumber daya yang ada di daerah Prabumulih adalah sumber daya Migas,
dimana di Prabumulih terdapat perusahaan PT. Pertamina yang mengelola
sumber daya berupa Migas di daerah tersebut, dengan data yang di dapat dari
BPS pada tahun 2015, Kategori Pertambangan dan Penggalian merupakan salah
satu Kategori dominan terhadap nilai PDRB Kota Prabumulih yang mencapai
12,65 persen dari Total PDRB. Dengan melihat per Subkategori, dominasi ini
terlihat pada subkategori Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi yaitu
sebesar 9,75 persen pada tahun 2015, hal ini mengalami penurunan
dibandingkan pada tahun 2014 dimana kontribusi pertmbangan Minyak, Gas,
dan Panas Bumi mencapai 11,58 persen. Keberadaan perusahaan BUMN
Pertamina menunjukkan bahwa Kota Prabumulih merupakan salah satu daerah
penghasil minyak.
(Sumber: BPS Kota Prabumulih 2015)

 Kota Pagaralam
Kota Pagaralam merupakan salah satu kota (daerah otonom) di Povinsi
Sumatera Selatan yang berada pada ketinggian 100-3159 Mdpl dan berada pada
kaki Gunung Dempo. Bagian Utara Kota Pagaralam berbatasan dengan
Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat, Sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muara Enim. Bagian Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Bengkulu Selatan dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Tanjung Sakti Kabupaten Lahat. Kota Pagaralam sendiri mempunyai wilayah
yang sangat luas yaitu sekitar ± 63.366 Ha yang terdiri dari tanah perkebunan,
tanah sawah, tanah kering, serta tanah untuk fasilitas umum. Penduduk Kota
Pagar Alam berjumlah 157.259 jiwa dengan komposisi penduduk berdasarkan
jenis kelamin terdiri dari laki-laki 80.655 jiwa ( 51.29 %) dan perempuan 76.604
jiwa (48.71 %) serta tersebar di beberapa wilayah yaitu Dempo Utara, Tengah,
Selatan, Pagaralam Selatan, Pagaralam Utara.
Perkembangan kesejahteraan penduduk salah satunya dapat diukur
melalui perkembangan tingkat pendapatan. Masyarakat Kota Pagaralam banyak
berprofesi sebagai petani. Berdasarkan data anggaran Kota Pagaralam,
pemasukan terbear sumber daya di Kota Pagaralam berasal dari sektor pertanian
yaitu tanaman perkebunan (22,39%), diikuti tanaman bahan makanan (6,60%),
perikanan (3,14%), perhutanan (1,38%), dan yang terakhir peternakan (0,89%).
Komoditas andalan Kota Pagar Alam adalah pada sektor pertanian yang terdiri
dari : Tanaman sayuran dataran tinggi yaitu sawi, tomat sayur/tomat, lobak,
buncis, bawang daun, labu siam, kubis, wortel, dan kentang. Sedangkan untuk
sayuran dataran rendah yang meliputi bawang merah, timun, kacang panjang,
kangkung, cabe, terong dan bayam. Komoditas buah unggulan antara lain
alpukat, pepaya, pisang, sirsak, melinjo, dan belimbing, Komoditas Kopi dan teh
merupakan komoditas yang menjadi andalan masyarakat Pagar Alam Komoditas
potensial lainnya sperti vanilli, lada, kayu manis, karet kakao, kemiri dan bunga-
bungaan. Komoditas ternak dan ikan, di Kota Pagar Alam perikanan
dikembangkan dengan cara pemeliharaan di kolam maupun di sawah, sedangkan
untuk ternak sebagian besar adalah ternak sapi
Sektor perdagangan, hotel dan restaurant juga menyumbang terhadap
perekonomian Kota Pagaralam, terlihat dari perhitungan PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) bahwa perdagangan besar dan eceran menyumbang
16,36%, diikuti restaurant 3,53% dan yang terakhir hotel sebesar 0,44%.
Dilihat dari dinamika pembangunan Kota Pagar Alam. terutama dalam
rangka meningkatkan produktivitas kota, maka dapat diinventariskan beberapa
peluang investasi yang dibutuhkan yaitu: pembangunan pabrik penggiligan kopi
dalam rangka meningkatkan nilai tambah di Kota Pagar Alam. Investasi
pembangunan bandara yang akan sangat menunjang pertumbuhan ekonomi Kota
Pagar Alam Dan Investasi untuk pengembangan jenis komoditas unggulan Kota
Pagar Alam, seperti pengembangan komoditas lain di luar kormoditas kopi,
seperti pengembangan tanaman sayuran, tanaman karet/coklat dan
pengembangan kegiatan peternakan (sapi).
(Sumber: RPJPD Kota Pagaralam 2009-2027 dan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Tahun 2014 Pemerintah Kota Pagar Alam.

 Tanjung Enim
Tanjung enim adalah sebuah kecamatan yang termasuk di dalam
kabupatem Muara Enim, Sumber daya daerah Tanjung enim adalah berubah
sumber daya pertambangan yaitu batubara. Produksi sumber daya batubara di
Tanjung Enim berawal dari temuan pihak kolonial Belanda pada pertengahan
abad 19. Dalam sebuah dokumen pemerintah kolonial Belanda yang diterbitkan
pada tahun 1859 disebutkan bahwa di sebuah daerah Karesidenan Basemah (atau
Pagaralam kini) yang berada di tepian lintasan sungai Enim, ada masyarakat
yang menggunakan bebatuan hitam sebagai perlengkapan rumah tangganya guna
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bebatuan hitam ini bisa diperoleh dari
dalam tanah dan tepian sungai Enim.Laporan dokumen ini ditindak lanjuti
dengan kegiatan eksplorasi yang dimulai pada tahun 1895. Kegiatan eksplorasi
ini dilakukan oleh sebuah kongsi dagang swasta lokal bernama Lematang
Maatschappij. Namun, setelah eksplorasi itu selesai, pada tahun 1919
Pemerintah Kolonial Belanda mengambil alih areal tambang dari kongsi swasta
tersebut. Maka dimulailah pengelolaan tambang batubara Tanjung Enim oleh
pemerintah Belanda dengan metode penambangan terbuka (open pit mining) di
wilayah operasi pertama, yang dinamakan Tambang Air Laya (TAL). Kemudian,
di tahun 1923 tambang Tanjung Enim beroperasi dengan metode penambangan
bawah tanah (underground mining) hingga tahun 1940. Setelah produksi
batubara dikontrol secara total oleh pemerintah Hindia-Belanda, ratusan
masyarakat Eropa (terutama Belanda) ramai-ramai bermigrasi ke Tanjung Enim
untuk menetap dan bekerja di wilayah itu. Sebagian besar dari mereka berprofesi
sebagai teknisi di areal tambang. Sala satu teknokrat Belanda yang terkenal
bernama Vulker, yang juga perancang Kantor Pengelola Tambang Hindia
Belanda. Ia ditugaskan khusus oleh Kantor Jawatan Sipil Belanda di Batavia
untuk membangun infrastruktur dan sarana penunjang bagi kegiatan warga
Belanda di Tanjung Enim. Perkembangan industri tambang Tanjung Enim
ternyata menjadi ‘magnet’ bagi para perantau terutama dari Jawa Tengah.
Migrasi buruh besar-besaran kembali mendatangi Tanjung Enim antara tahun
1925-1940. Sebagian besar para buruh pendatang itu tidak diorganisir oleh
Pemerintah Kolonial.
Akhirnya pada tahun 1950, Pemerintah Bung Karno pun menasionalisasi
tambang batubara Tanjung Enim yang sebelumnya dimiliki oleh pemerintah
kolonial dan menyerahkan pengelolaan tambang itu kepada perusahaan milik
negara (BUMN) yang bernama Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam
(PN TABA).PN TABA inilah yang di tahun 1981 berubah status menjadi
Perseroan Terbatas dengan nama baru, PT Tambang Batubara Bukit Asam
(PTBA). Pada tahun 1990, Pemerintah Orde Baru menetapkan penggabungan
Perum Tambang Batubara dengan PTBA guna mempercepat pertumbuhan
produksi batubara perseroan.Kini, tambang batubara Tanjung Enim yang
dikuasai PTBA tercatat memiliki sumber daya sebesar 6,36 miliar ton serta
reserve 1,59 miliar ton batubara. Sementara kapasitas produksi tambang ini
sebesar 20 juta ton per tahunnya (Corporate Secretary PTBA, 2012).
Tahun lalu, PTBA mengalokasikan 60% dari produksi batubara Tanjung
Enim untuk kebutuhan nasional, khususnya bagi kebutuhan akan pasokan bahan
bakar pembangkit listrik (PLTU). Hal ini agak berbeda dari perusahaan tambang
batubara swasta yang mengekspor sebagian besar produksi batubaranya ke pasar
internasional.Orientasi PTBA selaku BUMN ‘penguasa’ batubara Tanjung Enim
untuk memenuhi kebutuhan batubara domestik tetap harus dipertahankan. Ini
bukan sekedar bagian dari tanggung jawab perseroan terhadap bangsa, melainkan
juga pelaksanaan pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang mengamanatkan
penguasaan sumber alam strategis oleh negara serta penggunaannya bagi
kemakmuran rakyat.
(Sumber: www.berdikarionline.com)

Anda mungkin juga menyukai