Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS JURNAL

1. Judul Penelitian : Anorectal Stimulation Causes Increased Colonic Motor Activity in


Subjects With Spinal Cord Injury
2. Peneliti : Mark A. Korsten, MD; Ashwani K. Singal, MD; Amit Monga, MD;
Geeta Chaparala, MD; Amir M. Khan, MD;Ron Palmon, MD; John Reagan D.
Mendoza, MD; Juan P. Lirio, MD; Alan S. Rosman, MD; Ann Spungen,
EdD;William A. Bauman, MD
3. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh digital rectal stimulation (DRS) dalam
meningkatkan motilitas usus pada pasien spinal cord injury.
4. Latar belakang : Kesulitan dalam evakuasi feses merupakan masalah utama setelah
cedera tulang belakang (SCI). Stimulasi dari lubang anus dan rektum yang lebih
rendah dilakukan dengan menggunakan jari bersarung yang disebut dengan (digital
rectal stimulation ( DRS) sering digunakan sebagai intervensi tambahan selain obat
pencahar dan enema untuk memfasilitasi evakuasi usus.

No. CRITERIA Justification


1 P Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan spinal cord injury
dengan jumlah 6 pasien.
Disfungsi bowel merupakan masalah umum pada pasien dengan spinal
cord injury. Lesi diatas pertemuan syaraf thorak dan lumbal (T12/L1)
yang menyebabkan gangguan reflek neurogenik bowel disfungsi (
Benevento and spoki, 2002). Type disfungsi yang terjadi adalah pasien
kehilangan kemampuan menyadari sensasi defekasi sehingga tidak
timbul rangsangan untuk bab dan kemampuan mengontrol defekasi.
Hilangnya sensasi akan menyebabkan timbunan feses di usus besar
(Conggrave,2004 ). Lesi komplet pada T12/L1 juga menyebabkan
flasid atau a reflek atau kelemahan dan disfungsi motor neuron bowel
neurogenik. Hal tersebut terjadi karena gangguan patway reflek dan
karena gangguan ini bowel tidak berespon terhadap stimulus
mekanikal atau kimia sehingga menyebabkan fesesnya keras.
2 I Intervensi yang dilakukan pada penelitian ini adalah 6 pasien dengan
spinal cord injury (4 dengan paraplegia dan 2 dengan tetraplegi ) di
tempeli kateter manometrik yang di tempelkan di fleksura linealis
melalui endoskopi untuk menilai motilitas usus sebelum, selama dan
sesudan digital rectal stimulation. Selain itu juga di nilai turunnya
barium dari kolon ke rectum dengan tekhnik fluoroscopic. Semua
subjek dinilai untuk (a)frekuensi kontraksi usus; (b) amplitudo
kontraksi kolon; dan (c) evakuasi fluoroscopic dari barium. Setelah
awal rekaman 10 menit, dilakukan DRS yang dilakukan dengan cara
jari sepenuhnya dimasukkan ke dalam lubang anus dan distal rektum
dan stimulasi dilakukan dengan manipulasi lembut dengan cara
melingkar. Setiap DRS berlangsung selama 1 menit,dengan interval 2
menit secara berturutan. DRS dilakukan dengan 5 kali pengulangan.
3 C Penelitian lain terkait pada managemen disfungsi bowel pada pasien
spinal cord injury . Dilakukan dengan survei cross-sectional di Korea
pada tahun 2008. Responden semua pasien dengan spinal cord injury
yang terdaftar di Spinal Cord Injury Association Korea di awal survei
dimasukkan. Kuesioner dikirim ke 459 pasien, dan 388 responden
yang menjawab kuesioner. Item yang dinilai dalam kuesioner meliputi
metode management bowel , keluhan yang dirasakan dan kuesioner
kualitas hidup. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kualitas
hidup secara umum lebih besar pada pengguna LVE (large volume
enema) dibandingkan pengguna DRS. Penurunan kualitas hidup sosial
lebih parah pada pengguna LVE daripada pengguna DRS atau FE
(Finger evakuasi ) . Kualitas hidup di rumah lebih rendah pada pasien
yang menggunakan LVE dibandingkan pada mereka menggunakan
metode lain.pengguna ME ( Mini Enema) memiliki kualitas hidup
yang lebih buruk di rumah daripada pengguna DRS.
4 O 1. Pengaruh terhadap gelombang peristaltik usus
Selama dan setelah setiap DRS, aktivitas peristaltik yang
ditangkap oleh semua 4 sensor dicatat. Dibandingkan dengan
baseline (0 gelombang / min), mean jumlah gelombang peristaltik
per menit secara signifikan meningkat selama DRS (1,9 atau 6
0,5 / min, ) dan segera setelah DRS (1,5 atau 6 0,3 / min, ) .
Frekuensi kontraksi selama DRS secara statistik tidak berbeda
jika dibandingkan dengan frekuensi segera setelah DRS.
Kontraksi peristaltik menghilang 5 menit setelah penghentian
DRS
2. Pengaruh DRS di Amplitudo kontraksi dari Peristaltik
Amplitudo kontraksi di usus besar kiri pada 4 sensor yang berbeda
selama dan setelah setiap DRS .Tinggi amplitudo yang diamati
pada rektum proksimal selama rangsangan awal dan selama
stimulasi dan kontraksi amplitudo tertinggi diukur dalam rektum
distal .Rata-rata amplitudo semua kontraksi peristaltik semua
5 rangsangan adalah 43,4 atau 6 2,2 mmHg . Parameter ini tidak
signifikan berbeda ketika membandingkan kontraksi selama dan
setelah DRS.

5. Pembahasan :
DRS memfasilitasi gerakan usus pada subyek dengan SCI. Teknik ini dapat
melebarkan lubang anus dan melemaskan otot puborectalis. Relaxasasi dari
puborectalis menurunkan sudut anorektal dan mengurangi resistensi outflow terhadap
bagian dari tinja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DRS juga menghasilkan
aktivitas kontraktil yang menurun pada kolon sigmoid pada individu dengan SCI .
Peregangan mekanis yang disebabkan oleh DRS merangsang mechanoreceptors pada
sfingter anal internal.Masukan sensorik ini dimediasi melalui segmen S2-S4,dan pada
gilirannya akan merangsang segmen syaraf parasimpatis yang sama sehingga
meningkatkan motilitas usus besar kiri. DRS harus diterapkan dengan lembut untuk
menghindari trauma dan
peregangan berlebihan karena rangsangan tersebut dapat berpotensi melukai mukosa
dubur.
6. Kelebihan dan kekurangan
a. Kelebihan
Kelebihan penelitian ini adalah sebuah penelitian true eksperimen yang benar-
benar dilakukan pada pasien dengan spinal cord injury dengan menggunakan
metode dan alat yang valid untuk mengukur frekuensi kontraksi usus, amplitudo
kontraksi kolon; dan evakuasi fluoroscopic dari barium sehingga hasil penelitian
yang didapatkan benar-benar akurat. Prosedur ini tidak menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien.
b. Kekurangan
- Jumlah responden sedikit
- Penelitian dilakukan pada pasien SCI dengan gangguan pada UMN sehingga
perlu penelitian lebih lanjut pada pasien SCI dengan gangguan pada LMN
- Gelombang peristaltik yang diukur hanya pada kolon kiri
7. Kesimpulan
DRS menyebabkan aktivitas kolon sisi kiri pada subyek dengan SCI. Meskipun hanya
sebagian kolon, anorektal refleks yang dihasilkan menimbulkan kontraksi yang
menyebabkan turunnya isi usus ke rektum sehingga dapat membantu evakuasi usus
pada individu dengan SCI.
8. Implikasi Keperawatan
Managemen bowel bertujuan untuk membuang adanya dampak, meminimalkan efek
samping dan meningkatkan pilihan strategi managemen bowel. Hilangnya fungsi usus
dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup, dengan implikasi
kemerdekaan, dan kesehatan jangka panjang (Coggrave et al 2009),pengkajian
keperawatan terkait eleminasi feses khususnya pada pasien spinal cord injury perlu
lebih terperinci agar diadapatkan data yang valid sehingga perencanaan tepat dan
klien tidak mengalami konstipasi dalam waktu yang lama karena kondisi ini pada
kasus SCI dapat beresiko terjadinya autonomic dysrefleksia (Alverzo,2008). Selain itu
perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan dan berada di dekat pasien selama 24
jam mempunyai peran sebagai pelaksana tindakan keperawatan dapat membantu
pasien dengan masalah bowel disfungsi dengan melakukan digital rectal stimulasi
sehingga kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan.
9. Referensi
Pardee, Connie,PhD., R.N.-B.C., Bricker, Diedre, MSN,R.N., C.R.R.N., Rundquist,
Jeanine, MSN,R.N., C.R.R.N., MacRae, Christi, BSN,R.N., C.N.R.N., & Tebben,
Cherisse, MSN,R.N., F.N.P. (2012). Characteristics of neurogenic bowel in spinal
cord injury and perceived quality of life. Rehabilitation Nursing, 37(3), 128-35.

Steggall, M. J. (2008). Digital rectal examination. Nursing Standard, 22(47), 46-8.


Retrieved from http://search.proquest.com/docview/219836806?accountid=25704

Mark A. Korsten, MD; Ashwani K. Singal (2006). Anorectal Stimulation Causes


Increased Colonic Motor Activity in Subjects With Spinal Cord Injury.
Spinal Cord Med. 2007;30:31–35

A Krassioukov, JJ Eng . (2010). Neurogenic bowel management after spinal cord


injury: a systematic review of the evidence. Spinal Cord 48, 718–733

JY Kim1, ES Koh, J Leigh1 and H-I Shin1. (2012). Management of bowel


dysfunction in the community after spinal cord injury: a postal survey in the
Republic of Korea. Spinal Cord 50, 303–308

Anda mungkin juga menyukai