PENDAHULUAN
Radikal dalam ilmu kimia adalah sekumpulan atom yang berprilaku sebagai satu
kesatuan, misalnya radikal karbonat (CO3 2-), radikal nitrat (NO3-), dan radikal metil
(CH3-).Radikal bebas (oksidan) adalah molekul oksigen yang tidak stabil dan molekul
tidak stabil lain yang mengandung satu atau lebih electron bebas ( electron yang tidak
berpasangan = unpaird electons), yang menyebabkan menjadi molekul yang sangat
reaktif.Sebetulnya radikal bebas atau sering disebut oksidan merupakan molekul-
molekul yang sangat reaktif di dalam tubuh dan pada hakekatnya dapat merusak bio
molekul penting di dalam sel-sel, termasuk DNA.Hal ini merupakan penyebab utama
penyakit fatal seperti serangan jantung, kanker hingga penuaan dini.
Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses
oksidasi. Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang
mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan juga sesuai
didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal
bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari
metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu oksidan serta dampak positif dan negatifnya
2. Untuk mengetahui apa itu antioksidan dan manfaatnya
3. Untuk mengetahui apa itu pangan fungsional dan contohnya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 OKSIDAN
A. Pengertian Oksidan
c. Yang berasal dari luar tubuh, seperti misalnya obat-obatan dan senyawa
pencemar (polutant)
Oksidan yang terlibat dalam berbagai proses patologis sebagian besar justru
berasal dari proses-proses biologis alami. Dan melibatkan apa yang disebut sebagai
senyawa oksigen reaktif (reactive oxygen compounds ). Sebagian diantaranya
berbentuk radikal seperti radikal hidroksil (OH), radikal peroksil (OOH), dan ion
superoksida (O2-). Sebagian yang lain bukan radikal, seperti singlet oksigen („O
-
2), hidrogen peroksida (H2O2) dan ion hipoklorit (ClO ).Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif, radikal hidroksil adalah yang paling reaktif, oleh karena itu paling
berbahaya.
Radikal hidroksil dapat merusak tiga jenis senyawa yang penting untuk
mempertahankan integritas sel, yaitu :
1. Asam lemak, khususnya asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen
penting fosfolipid penyusun membran sel.
Bila kerusakan tak terlalu parah, maka masih bisa diperbaiki oleh sistem
perbaikan DNA (DNA repair system ). Namun apabila kerusakan terlalu parah,
misalnya rantai DNA terputus-putus diberbagai tempat, maka kerusakan tersebut
tak dapat diperbaiki dan replikasi sel akan terganggu.. Susahnya, perbaikan DNA
ini sering justru menimbulkan mutasi, karena dalam memperbaiki DNA tersebut
sistem perbaikan DNA cenderung membuat kesalahan (error prone ), dan
apabila mutasi ini mengenai gen-gen tertentu yang disebut onkogen, maka mutasi
tersebut dapat menimbulkan kanker
2.2 ANTIOKSIDAN
A. Pengertian Antioksidan
Dalam pengertian kimia,senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi
elektron (eletron donors). Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu
menngkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja
dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan
sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat.Keseimbangan oksidan
dan antioksidan sangat penting karena berkaitan dengan berfungsinya sistem imunitas
tubuh. Defisiensi antioksidan yang berupa vitamin C, Vitamin E,Se,Zn dan glutation
dalam derajat ringan atau berat sangat berpengaruh terhadap respon imun (Meydani,
et al,1995).
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di dalam
bahan. kadar lemak tinggi, produk pangan berkadar lemak rendah,produk
daging,produk ikan, dan produk lain-lain. Antioksidan juga merupakan senyawa yang
dapat memperlambat oksidasi didalam bahan. Antioksidan terutama penting dalam
melindungi lemak, bahan pangan yang dapat dibuat dengan lemak sabun, produk
karet, produk petroleum,pelumas,plastik, kosmetika dan beberapa obat-obatan.
B. Manfaat Antioksidan
Antioksidan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan serta
kesehatan dan kecantikan. Pada bidang kesehatan dan kecantikan, antioksidan
berfungsi untuk mencegah penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah,
penuaan dini, dan lain-lain (Tamat et al. 2007). Antioksidan juga mampu menghambat
reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif
sehingga kerusakan sel dapat dicegah. Reaksi oksidasi dengan radikal bebas sering
terjadi pada molekul protein, asam nukleat, lipid dan polisakarida (Winarsi, 2007).
Di bidang industri pangan, antioksidan dapat digunakan untuk mencegah
terjadinya proses oksidasi yang dapat menyebabkan kerusakan, seperti ketengikan,
perubahan warna dan aroma, serta kerusakan fisik lainnya (Tamat et al., 2007).
Antioksidan sangat penting sebagai inhibitor peroksidasi lipid sehingga bisa
digunakan untuk mencegah terjadinya peroksidasi lipid pada bahan pangan.
Peroksidasi lipid merupakan reaksi kimia yang sering terjadi pada bahan pangan yang
memproduksi asam, aroma tak sedap dan toksik selama proses pengolahan dan
penyimpanan sehingga mempengaruhi mutu dan keamanan produk pangan (Heo et
al., 2005). Resiko terkena penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, kanker,
aterosklerosis, osteoporosis dan penyakit degeneratif lainnya bisa diturunkan dengan
mengkosumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup. Konsumsi makanan yang
mengandung antioksidan dapat meningkatkan status imunologi dan menghambat
timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan. Kecukupan antioksidan secara
optimal dibutuhkan oleh semua kelompok usia (Winarsi, 2007).
1. Konsumsi Antioksidan Bisa Memperkuat Otot Selain untuk mencegah
kanker atau menjaga kesehatan kulit antioksidan yang terdapat dalam
vitamin C dan E juga dapat membantu menjaga kekuatan otot. Sebuah
penelitian pada orang dewasa membuktikan bahwa asupan vitamin C dan
E yang cukup dapat meningkatkan kekuatan otot. Asupan makanan yang
tinggi antioksidan mempunyai peranan penting dalam menjaga fungsi otot
pada orang dewasa. Resiko utama yang terjadi apabila kekuatan otot
menurun adalah dapat mengakibatkan cacat atau kerapuhan. Konsumsi
vitamin C yang baik adalah sebesar 144 miligram dan vitamin E sebesar
11 miligram per hari.
3. Pencegahan Penyakit
a. Kanker hati oleh aflatoksin B1 (AFB1) Aflatoksin B1 diproduksi oleh
kapang Aspergillus flavus yang tumbuh pada bahan pangan seperti
jagung, kacang tanah dapat menyebabkan terjadinya kanker hati.
Fasilitas gudang tempat penyimpanan hasil pertanian yang kurang
memadai seperti yang terdapat didaerah yang panas dan lembab seperti
yang terdapat di negara-negara Asia dan Afrika, hal ini mengakiatkan
berkembangnya kapang tersebut yang pada akhirnya meningkatnya
resiko timbulnya penyakit kanker hati (hepatocelluler carcinoma).
D. Jenis-Jenis Antioksidan
Secara umum antioksidan dikelompokkan menjadi 2 yaitu antioksidan
enzimatis dan non-enzimatis. Antioksidan enzimatis misalnya enzim superoksida
dismutase (SOD), katalase,dan glutation peroksidase. Antioksidan non-enzimatis
masih dibagi masih dibagi menjadi 2 kelompok lagi:
1. Antioksidan Enzimatis
- Superoksida Dismutase (SOD)
- Katalase
- Glutation Peroksidase
- Glutation
2. Antioksidan non-enzimatis
Antioksidan non-enzimatis banyak ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan.
Komponen yang bersifat antioksidan dalam sayuran dan buah-buahan meliputi
vitamin C,E,-Karoten,flavonoid,isoflavon,flavon,antosianin,katekin dan
isokatekin (Kahkonen,et al,1999). Senyawa fitokimia ini membatu melindungi sel
dari kerusakan oksidatif yag disebabkan oleh radikal bebas.
a. Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat merupakan antioksidan yag larut dalam air
(aqueous antioxidant).Senyawa ini,menurut zakaria,et al.(1996), merupakan
bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam
plasma dan sel.
Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja sebagai donor elektron, dengan
cara memindahkan satu elektron ke senyawa logam Cu. Selain itu vitamin C
juga dapat menyumbangkan elektron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan
ekstraseluler. Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif
didalam sel netrofil,monosit,protein lensa dan retina. Vitamin juga dapat
berinteraksi dengan Fe—erritin. Di luar sel, vitamin C mampu menghilangkan
senyawa oksigen reaktif, mencegah terjadinya LDL teroksidasi, mentransfer
elektron ke dalam tokoferol teroksidasi dan mengabsorpsi logam dalam
saluran pencernaan (Levina,et,al,.1995).
Asam askorbat dapat meningkatkan fungsi imun, dengan menstimulasi
produksi interferon (protein yang melindungi sel dari serangan virus). Vitamin
ini dapat menstimulasi kemotaksis dan respons proliferasi netrofil, serta
melindungi sel dari serangan radikal bebas yang diproduksi oleh netrofil
teroksidasi.Antioksidan vitamin C mampu bereaksi dengan radikal bebas,
kemudian mnegubahnya menjadi radikal askorbil.Senyawa terakhir ini akan
berubah menjadi askorbat dan dehidroaskorbat.
Kerja askorbat sebagai antioksidan secara tidak langsung juga
meregenerasi ikatan antioksidan membran,seperti tokoferol,dengan cara
mengakap radikal peroksil dan oksigen singlet. Vitamin C bekerja secara
sinergis dengan vitamin E. Vitamin E yang teroksidasi oleh radikal bebas
dapat berekasi dengan Vitamin C, kemudian akan berubah menjadi tokoferol
setelah mendaptkan ion hidrogendari vitamin C (Belleville-Nabet,1996).
Salah satu efek antioksidan Vitamin C tampak pada perbaikan fungsi
sistem imun. Kubena dan McMurray (1996) berpendapat bahwa nutrisi dan
komponen lain dari buah dan sayuran juga memiliki potensi yang bermanfaat
bagi sistem imun.
b. Vitamin E (Tokoferol)
Vitamin E adalah salah satu fitonutrien penting dalam minyak
makan.Vitamin ini secara alami memiliki 8 isomer yang dikelompokkan
dalam 4 tokoferol (,,, dan ) dan 4 tokotrienol (,,, dan ) homolog.
Suplemen vitamin E yang ada dipasaran umumnya tersusun atas tokoferol dan
tokotrienol yang diyakini merupakan antioksidan potensial.
Tokotrienol secara alami banyak terdapat diberbagai tanaman, namun
jumlah berlebihan ditemukan dalam minyak kelapa sawit yang ekstrak dari
buah kelapa sawit. Sumber vitamin E lain terapat dalam beras,kecambah
gandum,oat, barley, biji-bijian dan kacang-kacangan, sayuran hijau,minyak
nabati dan minyak hati. Sebagai antioksidan -tokotrienol memiliki potensi
lebih tinggi daripada -tokoferol yang dikenal vitamin E.Oleh sebab itu,
senyawa ini diprediksi akan menjadi antioksidan baru yang akan banyak
digunakan kemudian hari.
Tokoferol,terutama -tokoferol,telah diketahui sebagai antioksidan yang
mampu mempertahankan integritas membran. Senyawa tersebut tersebut
dilaporkan bekerja Scavenger radikal bebas oksigen,peroksi lipid dan
oksiqgen singlet (Diplock,et,al..1989).
Vitamin E atau -tokoferol merupakan antioksidan yang larut dalam
lemak. Vitamin ini banyak terdapat dalam membran erotrosit dan lipoprotein
plasma. Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi sebagai donor ion hidrogen
yang mampu mengubah radikal peroksil (hasil peroksidasi lipid) menjadi
radikal tokoferol yang kurang reaktif,sehingga tidak mampu merusakn rantai
asam lemak.
Vitamin E dapat menghambat aterosklerosis tahapa awal.Ateroklerosis
merupakan kondisi patologis yang dapat menyebakan terjadinya CHD.
Pernyataan ini diperkuat oleh temuan Rimm,et,al (1993) dam
Khusni,et,al.(1996) bahwa pada orang sehat asupan vitamin E dalam jumlah
memadai berkorelasi dengan rendahnya risiko CHD. Makanan yang kaya
vitamin E menurunkan risiko penyakit aterosklerosis dengan cara melindungi
LDL dari oksidasi.
Rendahnya kadar Vitamin E dalam plasma disebabkan oleh beberapa
faktor:
- Asupan bahan makanan sumber vitamin E kurang
- Didalam tubuh banyak radikal bebas sehingga banyak vitamin E yang
digunakan untuk menangkalnya (Halliwell & Guitteridge,1985).
- Status glutation ataupun asam askorbat rendah sehingga tidak mampu
meregenerasi radikal vitamin E.
c. Karotenoid
1) -Karoten
-Karoten merupakan salah satu dari 6000 komponen karotenoid yang
banyak ditemukan dalam tanaman. Sebagai pigmen turunan,karotenoid
bersifat larut lemak dan berfungsi sebagai peredam singlet oksigen dan
radikal bebas (Krinsky,1989). Karotenoid menghambat pertumbuhan
beberapa sel kanker yang memperberat sel kanker prostat,termasuk
melanoma,paru-paru,payudara, kolon,sel kanker leukemia (Kotake-Na-
ra,et,al.,2001)
2) Likopen
Likopen dan karotenoid lainnya merupakan pigemen alami yang
disintesis oleh tanaman dan mikroorganisme.sebagian besar terdapat
sebagai senyawa likopen,yang tidak menampakkan aktivitasnya sebagai
provitamin A.
Likopen kadar tinggi terdapat dalam format dan olahanya. Komponen
tersebut bertanggung jawab sebagai pewarna merah dalam tomat.likopen
dalam tomat dan produk olahannya berpengaruh terhadap metabolisme dan
risiko penyakit dalam tubuh manusia (Guttenplan,et,al 2001).
Sebuah contoh dapat menjelaskan peranan sentral pemberian merk dan klaim
kesehatan. Minyak takjenuh ganda (PUFA) seperti minyak bunga matahari atau
minyak kedelei akan menurunkan kadar kolesterol plasma dan risiko penyakit jantung
koroner, tetapi hanya sedikit orang yang menyebut sebotol generik minyak bunga
matahari tersebut sebagai pangan fungsional . Bagaimanapun, jika ada sebuah industri
atau produsen yang menciptakan merek dagang bagi minyak bunga matahari tersebut
dan memasarkannya dengan klaim kolesterol, minyak ini akan dinamakan sebagai
pangan fungsional.
(2). Dapat dan layak dikonsumsi sebagai bagian dari diet atau menu sehari-hari, dan
(3). Pangan fungsional harus mempunyai fungsi tertentu pada waktu dicerna,
memberikan peran dalam proses tubuh tertentu, seperti memperkuat mekanisme
pertahanan tubuh mencegah penyakit tertentu, membantu tubuh untuk memulihkan
kondisi tubuh setelah terserang penyakit tertentu, menjaga kondisi fisik dan mental,
dan memperlambat proses penuaan.
C. Fungsi Pangan fungsional
Contoh nutrient yang digunakan sebagai bahan pangan pangan fungsional dan bukti
kemanjuran untur ini dalam memepertahankan kesehatan serta mencegah penyakit.
Apakah pangan itu sendiri berkhasiat tergantung pada jumlah dan bioavailabilitas
unsur-unsur pembangunnya
Unsur Contoh Produk Klaim Kesehatan Kekuatan bukti
pembangun pada manusia
As. Folat Serealia Memberikan ++
perlindungan terhadap
kerusakan tuba neural
Serat Pangan Minuman Meredakan konstipasi ++
Rendah natrium Minuman, sup, Menurunkan tekanan ++
atautinggi kalium margarin darah
Asam lemak tak Olesan (pangan Menurunkan resiko ++
jenuh ganda yang dioles, penyakit jantung
cookies(dalam
kue kering)
Gula alkohol, Permen karet Menurunkan resiko ++
karies
Serat larut dari Serealia, cookis Menurunkan kadar ++ untuk
oatmeal utuh atau kolesterol dan resiko penurukan
dedak, psilium penyakit jantung kolesterol
Protein kedelai Minuman, Menurunkan kadar + _ untuk
bars(pagan kolesterol dan penyakit penurunan
camilan berbentuk jantung kolesterol
persegi) + - untuk
penurunan
penyakit jantung
kalsium Serealia, jus buah, Memeberikan + untuk konsumer
produk susu, perlindungan terhadap dengan asupan
olesan osteoporosis, kalsium yang
membantu rendagh
mempertahankan
densitas tulang
As. Folat + Vit Serealia, Menurunkan ++ untuk
B6 (piridoksin) homosistein dan resiko hmosistein
penyakit vadiovaskular ─ Untuk penyakit
kardiovaskular
Vit. E Suplemen Antioksidan: mencegah ─ Untuk penyakit
penyakit kardiovaskular kardiovaskular
Zinc Manisan, tablet Pencegahan/pengobatan + -
hisap demam influenza
Vit C Minuman, Memberikan + - dalam
manisan perlindungan terhadap penelitian
penyakit kardiovasular observasional
-dalam penelitian
klinis
Margarin dan pangan lainnya dapat diperkaya dengan stanol atau sterol
tanaman yang akan menurunkan LDL kolesterol. Efek yang ditimbulkan pada LDL
telah tercatat dalam banyak uji atau percobaan yang terkontrol dengan baik pada
manusia dan sejauh ini tidak ditemukan efek merugikan efek merugikan yang penting.
Namun keamanan jangka panjang dan kemanjuran klinisnya belum dievaluasi sangat
bertentangan dan fakta yang membuktikan efek lain yang diklaim termasuk efek
pencegahan kanker dan penurunan kolesterol sangat sedikit.
c. Polifenol .
Tingginya asupan teh yang kaya akan katekin dan polifenol flavonoid
lainnya berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung koroner. Sebuah uji klinis
untuk mengevaluasi efek ini mungkin dibenarkan. Apakah senyawa polifenol akan
menjelaskan fenomena yang disebut “French paradox” masih dipertanyakan,
mengingat jenis pangan yang secara khas dikonsumsi di Perancis tidak banyak
mengandung polifenol. Sebagai contoh, red wine (anggur merah) dan olive oil kurang
mengandung polifenol jika dibandingkan dengan teh dan kopi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan