Anda di halaman 1dari 4

Upaya penanggulangan diare dapat dilakukan dengan obat modern dan obat tradisional

yang penggunaannya sudah banyak dilakukan secara turun-temurun. Penggunaan

tumbuhan sebagai obat tradisional banyak diminati sehubungan dengan adanya efek

samping dari penggunaan obat modern. Obat tradisional lebih dipilih karena dianggap

mempunyai efek samping yang lebih kecil (duryanto, 2003). Salah satu tumbuhan yang

bermanfaat yang digunakan oleh masyarakat sebagai antidiare yaitu belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi L.). Belimbing wuluh merupakan tanaman yang mudah didapatkan,

tidak termasuk tanaman musiman dan secara empiris dipercaya dapat mengobati penyakit

diare, hipertensi, diabetes melitus, demam, batuk, encok dan menghilangkan jerawat. Daun

dan buah belimbing wuluh merupakan bagian tanaman yang paling sering dimanfaatkan,

bagian yang digunakan sebagai antidiare yaitu daun yang masih muda (Thomas, 2007).

Daun belimbing wuluh mengandung tanin, sulfur, asam format, flavonoid, alkaloid,

saponin, triterpenoid dan fenolik. Hasil penelitian Hasdiana, dkk, (2012). Penelitian yang

dilakukan oleh Sa’adah (2010) hasil penelitian mendapatkan belimbing wuluh

mengandung senyawa tanin. Ekstrak daun belimbing wuluh mengandung tanin dan

flavonoid (Fahri, 2009 dan Hayati, dkk, 2010). Tanin pada daun belimbing wuluh juga

dibuktikan oleh penelitian Zakaria, dkk, (2007) pada pengujian ekstrak terdapat tanin.

Tanin merupakan senyawa metabolit sekunder pada suatu tanaman yang berkhasiat sebagai

antidiare bekerja dengan cara mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus

berkurang (Fratiwi, 2015). Tanin berfungsi sebagai pembeku protein dengan cara berikatan

dengan mukosa di saluran cerna sehingga mengurangi cairan yang masuk kedalam lumen

saluran pencernaan sehingga dapat digunakan sebagai antidiare (Defrin, dkk, 2010).

Senyawa yang dapat digunakaan sebagai antidiare tidak hanya tanin melainkan flavonoid

juga dapat digunakan sebagai antidiare karena dapat menghambat gerakan peristaltik yang

disebabkan oleh spasmogenesis yaitu salah satunya oleh obat pencahar. Belimbing wuluh
mengandung tanin, flavonoid, saponin merupakan senyawa yang dapat digunakan sebagai

antidiare.

Penelitian tentang penggunaan daun belimbung wuluh sebagai antidiare sampai saat ini

belum banyak dilakukan. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini diharapkan dapat

mengembangkan penggunaan daun belimbing wuluh sebagai obat antidiare atas dasar

penelitian. Penelitian dilakukan dengan memberikan ekstrak etanol daun belimbing wuluh

hasil maserasi secara peroral pada hewan uji mencit jantan.

Tanin berfungsi sebagai pembeku protein dengan cara berikatan dengan mukosa di
saluran cerna sehingga mengurangi cairan yang masuk kedalam lumen saluran
pencernaan sehingga dapat digunakan sebagai antidiare. Flavonoid menghambat gerakan
peristaltik yang disebabkan oleh spasmogenesis yaitu salah satunya oleh obat pencahar.
Flavonoid juga menghambat klorida di intestinal sehingga mengurangi jumlah cairan
yang masuk kedalam intestinal. flavonoid juga memiliki efek sebagai antidiare dengan
cara memblok reseptor Cl- di intestinal sehingga mengurangi sekresi Cl- ke lumen usus
sehingga mengurangi sekresi cairan ke lumen usus (Clinton, 2009 dan Ahmadu, 2007)

Dapus
Clinton C, ND. 2009, Plant tannins: A novel approach to the treatment of ulcerative
colitis, USA: Natural Medicine Journal, vol 2, p. 1-3

Ahmadu, A.A., Zezi A.A., dan Yano AH. 2007, Anti-Diarrheal Activity of the Leaf
Extracts of Daniellia Oliveri Hutch and Dalz (Fabaceae) and Ficus Sycomorus Miq
(Moraceae). African: African Journal.

Larutan stok konsentrasi 600 mg/mL dibuat dengan cara melarutkan sebanyak 6,7 mg

ekstrak ke dalam 5 mL CMC dan ditambahkan dengan aquadest hingga volumenya 100

mL. Larutan stok tersebut kemudian diencerkan sebagai larutan uji dengan masing-masing

konsentrasi 150, 300, dan 600 mg/mL.

Dibuat dengan pengenceran tiga dosis yang pertama dibuat terlebih dahulu dosis yang lebih

besar kemudian dosis yang kecil. Pengenceran tiga dosis eksrrak etanol daun belimbing

wuluh dengan rumus pengenceran M1× M1 : M2 × V2.

a. Dosis 600 mg/Kg BB

M1× M1 : M2 × V2

6,7 × 100 = 600 × V2

670 = 600 × V2

670
= 600 = 1,12 𝑚𝑙

b. Dosis 300 mg/Kg BB


M1× M1 : M2 × V2
6,7 × 100 = 300 × V2

670 = 300 × V2

670
= 300 = 2,23 𝑚𝑙
c. Dosis 150 mg/Kg BB (15 %)

M1× M1 : M2 × V2

6,7 × 100 = 150 × V2

670 = 150 × V2

670
= 150 = 4,47 𝑚𝑙

 Dosis I : 600 gram diambil dari hasil pengenceran larutan stok ekstrak

kental daun belimbing wuluh yang dilarutkan dalam Na CMC 0,5%,

sebanyak 60 ml tambahkan aquadest 0,12 ml.

 Dosis II : 300 mg gram diambil dari hasil pengenceran larutan stok

ekstrak kental daun belimbing wuluh yang dilarutkan dalam Na CMC

0,5%, sebanyak 30 ml tambahkan aquadest 2,23 ml.

 Dosis III : 150 mg diambil dari hasil pengenceran larutan stok ekstrak

kental daun belimbing wuluh yang dilarutkan dalam Na CMC 0,5%,

sebanyak 15 ml tambahkan aquadest 4,47 ml.

Anda mungkin juga menyukai