Anda di halaman 1dari 10

= = = ^ ^ ^ = ^ = = Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1, No.

1, Juni 2004:66-75

PENGEMBANGAN METODE ZONASI DAERAH BAHAYA


LETUSAN GUNUNG API STUDI KASUS GUNUNG MERAPI
Wikanti Asriningrum*), Heru Noviar**), Suwarsono
*) Peneliti Bidang Analisa Sistem
**) Peneliti Bidang Pemanfaatan Data Inderaja
ABSTRACT
/
Merapi volcano which has height 2.986 m is located at central of Java Island. This volcano is one
of 129 active volcano in Indonesia. Considering the amount of volcano, we need a method as a mitigation
system of eruption hazard. MOS-MESSR (1991) dan Landsat-ETM (2002) data and supported by
secondary data are used to identify and classify landform, drainage pattern, and land cover. The result are
10 classes of landform, 3 leruption hazard level of drainage pattern, and 9 classes of landform. Based on
geomorphogical analysis, from the two first classification produce eruption hazard zonation. And based
on land cover analysis during 11 years show that forest area decrease 13.062 Ha and hazard risk pattern
increase.

ABSTRAK

Gunung Merapi terletak di sentral Pulau Jawa dengan ketinggian 2.986 meter. Gunung ini adalah
satu dari 129 Gunung Api aktif di Indonesia. Mengingat banyaknya Gunung Api di Indonesia, maka perlu
metode sebagai upaya sistem mitigasi bencana letusan ini. Data MOS-MESSR (1991) dan Landsat-ETM
(2002) didukung data sekunder lain digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi bentuk lahan, pola aliran
dan penutup lahan. Hasil klasifikasi adalah 10 kelas bentuk lahan, 3 tingkat bahaya letusan menurut pola
aliran dan 9 kelas penutup lahan. Berdasarkan analisis geomorfologis, dari kedua peta pertama dihasilkan
zona bahaya letusan Gunung Merapi. Dan berdasarkan analisis perubahan penutup lahan selama 11 tahun
menunjukkan bahwa luas hutan berkurang sebesar 13.062 Ha dan peningkatan pola risiko bahaya.

1 PENDAHULUAN Gunung Merapi adalah satu dari 129


Gunung Api aktif (Direktorat Vulkanologi,
Gunung Merapi merupakan Gunung Api 1979), dan satu dari 15 Gunung Api kritis atau
yang menunjukkan gejala vulkanisme paling aktif sangat potensial untuk meletus (www.pu.go.id).
di dunia. Gunung Api ini terletak di bagian Bentuk ancaman dari letusan Gunung Api berupa
sentral Pulau Jawa, dan secara administrasi korban jiwa dan kerusakan pemukiman, harta,
terletak di Kabupaten Sleman yang terbagi ke dan benda. Korban jiwa dan kerusakan terjadi
dalam beberapa wilayah. Sebelah selatan akibat tertimbun hasil letusan seperti aliran lava
termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sleman (lava flow), lemparan batu, abu vulkanik (ash),
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelah awan panas (nuees ardentes), gas-gas beracun,
utara termasuk ke dalam wilayah Kabupaten dan Iain-lain. Gunung Merapi pernah meletus
Boyolali, sebelah barat termasuk ke dalam pertama kali tahun 7630 sebelum Masehi, dan
wilayah Kabupaten Magelang dan sebelah timur- terakhir meletus bulan Agustus 2001. Tapi
tenggara termasuk ke dalam Kabupaten Klaten. sampai saat ini masih menunjukkan aktivitasnya
Tiga kabupaten yang terakhir termasuk Provinsi yang sewaktu-waktu dapat berubah aktif siaga.
Jawa Tengah. Jumlah penduduk dari 4 kabupaten
Permasalahan yang dihadapi adalah
di sekitar Gunung Merapi tercatat sebanyak
jumlah Gunung Api di Indonesia relatif banyak,
3.921.507 jiwa. (BPS, 2001). peta bahaya letusan Gunung Api belum dibuat
Letak koordinat puncak kepundan adalah seluruhnya, dan jumlah penduduk yang bermukim
7°32'29" dan 110°26'47" BT (pengukuran atau memanfaatkan lahan Gunung Api cenderung
didasarkan pada citra Landsat ETM tanggal 6 semakin meningkat seiring dengan peningkatan
September 2002), dengan ketinggian 2.986 m di jumlah penduduk. Peningkatan kepadatan
atas permukaan laut menurut data GPS-1999, penduduk dan peningkatan pemanfaatan lahan
posisi lava 40 (Ratdomopurbo, 2000). Gunung Gunung Api disebabkan oleh kondisi tanahnya
Api ini termasuk tipe Gunung Api strato dengan yang subur. Hal ini akan meningkatkan risiko
tipe letusan yang khas dan dikategorikan ke bahaya letusan yang diakibatkan oleh meningkatnya
dalam tipe letusan Merapi.

66
Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya (Wtkanti Asriningnjm et.al)

kemungkinan jumlah korban dan kerusakan lahan Api, letaknya secara topografis rendah sehingga
budidaya. pada musim hujan dapat tcrlanda aliran lahar.
Zonasi daerah bahaya ditentukan ber- Gunung Api merupakan salah satu
dasarkan kemungkinan terkena aliran piroklastik dan bagian dari bentang lahan di permukaan bumi
lava. Prakiraan jangkauan lctusan dapat dilakukan yang mcmiliki karaktcristik yang khas. Bcntuk
menggunakan peta topografi, peta geologi, lahan Gunung Api mcmpunyai relief menjuiang
ataupun pcngamalan lapangan. Pada pcnclilian hingga ribuan kilometer di atas permukaan laut,
ini dikembangkan metode dengan tcknik berbentuk kerucut, dan pola aliran yang berkembang
pengindcraan jauh satclit yang mcrupakan di atasnya adalah pola radial. Morfologi kerucut
penambahan data dari jenis data yang dipakai Gunung Api dicinkan dengan kemiringan Icrcng
pada metode sebelumnya. Mengingat bahwa dari tcrjal hingga sangat tcrjal dengan torchan
Gunung Api aktif di Indonesia relatif banyak, cukup dalam, sedangkan lereng kaki Gunung Api
maka pengembangan metode ini diharapkan dapat mempunyai kemiringan dari terjal hingga agak
mempcrcepat proses pembuatan atau pemutakliiran landai dengan torehan relatif Icbih ringan dan
peta daerah bahaya Gunung Api. Peta bahaya dangkal. Dari karaktcr khas ini, citra Landsat
diperlukan sebagai salah satu komponen sistem ETM komposit RGB 543 dengan penajaman
peringatan dini sebagai upaya rneminimumkan autoclip mampu untuk identitlkasi, delimitasi,
jumlah korban dan kerugian akibat bencana dan dclineasi aspek morfologi Gunung Api
Ietusan Gunung Api. (Asriningrum, 2002). Kerucut vulkanik adalah
akumulasi bahan-bahan vulkanik \ang dikcluarkan
secara langsung sctiap kali leiusan terjadi dari
2 GUNUNG API suatu titik atau kawah. Akumulasi bahan-bahan
Gunung Api terbentuk sebagai akibat vulkanik ini dapat bcrupa bahan-bahan lepas
proses vulkanisme, yaitu proses naiknya material (pyroclastic) maupun aliran lava, membentuk
magma dari dalam bumi menuju permukaan baik suatu kerucut di seputar kawah, sedangkan di
dikcluarkan sccara cksplosif maupun cfusif. lokasi yang lebih jauh membentuk kaki lereng
Naiknya cairan magma ke permukaan bumi tidak (Selby,*1983).
terjadi sccara tiba-tiba begitu saja, namun ada
faktor yang menyebabkan proses terscbut. 3 METODOLOGI
Peristiwa subduksi antar dua lempeng tektonik
bcrimbas pada mclclchnya material batuan pada Data yang digunakan adalah MOS-
kerak bumi sehingga bergerak ke permukaan MESSR (*) tanggal 2 Agustus 1Q91 dan Landsat-
karena bcrat jenis batuan yang relatif Icbih ETM tanggal 6 September 2002 Adapun metode
rendah, yang disebut dengan proses undasi. pcnclitian adalah multitemporal >"ang dilakukan
Indonesia sccara geologi merupakan tempat melalui analisis pcrubahan penutup lahan dan
pcrtcmuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu analisis geomorfologi/bentuk lahan. Pcngolahan
Lempeng Eurasia, Lempeng India-Australia, dan citra untuk mcnghasilkan citra komposit yang
Lempeng Pasifik. Zona pcrtemuan antar dua ditajamkan dilakukan dengan software ER-
lempeng tektonik merupakan jalur-jalur vulkan Mapper 5.5. Pentahapan pcnclitian dilakukan
aktif, seperti Gunung Api yang lerdapat di Pulau meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:
Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara terbentuk a Pemilihan jenis kanal 3,4, dan 5 untuk pembuatan
pada pcrtcmuan antara Lempeng India-Australia citra komposit RGB 543 dan penajaman citra
yang menumbuk di bawah Lempeng Eurasia. autoclip.
b Penentuan dacrah pcnclitian yang meliputi
Dircktorat Vulkanologi dalam menentukan daerah bentuk lahan asal Gunung Merapi
zonasi daerah bahaya Ietusan Gunung Api bcrdasarkan analisis geomorfologi dengan cara
menyatakan bahwa dacrah di sckitar kawah kroping atau pemotongan citra dari satu scene
dikategorikan sebagai daerah terlarang karena citra Landsat.
kemungkinan terkena aliran piroklastik dan lava
c Analisis dan deskripsi geomorfologis Gunung
sangat besar. Dacrah dengan tingkat bahaya lebih
Merapi dan sekitamya menggunakan data
rendah adalah daerah bahaya ke-l, yaitu daerah
MOS-MESSR dan Landsat-ETM. Hasilnya
yang tidak dapat diserang oleh awan panas
ditampilkan dalam bentuk peta bentuk lahan
namun saat Ietusan besar akan tcrtimpa hembusan
(landjbrms map), peta zonasi tingkat kercntanan,
piroklastik (pyroclastic surge) dan jatuhan
dan peta daerah bahaya Gunung Api. Analisis
piroklastik (hujan abu dan bom). Sedangkan daerah
geomorfologis berdasarkan empat aspek meliputi
bahaya kc-2, yaitu dacrah yang berdekatan
morfologi, morfbgciKsis, moifokronologi. dan
dengan sungai yang berhulu di puncak Gunung
morfoarrangement (Zuidam, 1985).

67
Jumal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1 No. 1, Juni 2004: 66-75

d Analisis pcrubahan penutup lahan di daerah menyudut-kerocut, ukurannyn yang rclatif luas,
Ginning Api dan sekitarnya dcngan mcng- dan situsnya yang terletak pada bagian puncak
idcnlifikasi dan mengklasifikasi penutup lahan Gunung Api. Selain itu waina biru pada citra
dari 2 data tersebut dengan kurun wakiu 11 yang merupakan representasi tubuh air menunjukkan
tahun, yaitu dari tahun 1991 - 2002. Hasil drtampil- aliran lava yang masih scgar dan basah hasil
kan dalam bcniuk tabel dengan informasi penyerapan dari presipitasi air hujan maupun
kclas, luas, dan pcrubahan penutup lahan. kabut. Informasi penting yang didapatkan dari
e Analisis populasi penduduk dan penutup lahan hasil intcrpretast, yaitu tcrdapat tanda pergescran
• yang dikaitkan dengan tingkat kercntanan puncak sumbat lava vang pada tahun 1991 (Citra
daerah bencana. MOS) tcrlctak pada' posisi 7° 32* 3 8 " LS dan
110° 26" 39" BT bergeser ke arah pada 7°32' 29"
4 HASIL DAN PEMBAHASAN LS dan 110° 26* 47" BT atau bergeser ke arah
Timur-laut.
Hasil dan pembahasan didasarkan atas
jenis analisis yang digunakan, yaitu analisis- Bentuk lahan Leher Gunung Api atau
deskripsi geomorfologis, analisis bahaya. dan Vulcanic Neck dapat dikenali dari citra dengan
identifikasi-klasifikasi penutup lahan berikut memperhatikan tcrutama dari bentuk, ukuran,
analisis pcrubahannya. Penamaan klasifikasi bentuk Ictak/situs, dan polanya. Bentuk lahan ini bersifat
lalian didasarkan pada acuan yang dikeluarkan masif, berbentuk cenderung membulat panjang
oleh Bakosurtanal dan untuk klasifikasi Gunung kadang-kadang dengan sisi-sisi yang menyudut
Api disajikan (FG-UGM dan Bakosurtanal, 2000). (bentuk bongkah) dengan ukuran yang relatif
lebih kecil dari kerucut Gunung Api, dijumpai
4.1 Hasil Analisis dan Deskripsi Geomorfologis baik pada bagian puncak maupun pada bagian
lereng Gunung Api dengan pola menyebar-
Hasil analisis dan deskripsi geomorfologis
melingkar. Pada kasus Gunung Merapi, bentuk
dengan menggunakan data penginderaan jauh
lahan ini dijumpai pada bayian lereng Gunung
Landsat-ETM dan MOS-MESSR, menunjukkan
Api atas sebclah Timur laut dan lereng Gunung
bahwa kawasan Gunung Mcrapi dapat dibagi atas
Api bawah sebelah Selatan. Genesis dari bentuk
scpuluh bentuk lahan {hndforms). Klasifikasi
lahan ini, yaitu merupakan sisa-sisa dari bagian
bentuk lahan Gunung Api ini ditampilkan dalam
tubuh Gunung Mcrapi tua vang tcrtutupi oleh
Gambar 4-1. Deskripsi masing-masing bentuk lahan
material Gunung Mcrapi muda yang masih dapat
terdiri atas 10 klas, yaitu Kawah aklif, Sumbat
dijumpai di permukaan.
lava, Leher Gunung Api atau Vulkanic neck,
Lereng Gunung Api, Lembah baranko, Kaki Bentuk lahan Lereng Gunung Api terdapat
Gunung Apt. Dataran kaki Gunung Api, Dataran mulai dari atas htngga bawah. Secara bentuk
Gunung Api, Medan lava, Teras sungai crosional. mendatar dilihat dari atas Lereng Gunung Merapi
Bentuk lahan Kawah Aktif tcrdapat pada bcrbentuk cenderung membulai-ellips. Pada bentuk
bagian puncak Gunung Api ini yang pada satuan lahan ini merupakan bagian tcrluas dari komplcks
ini masih dapat diidentifikasi berlangsungnya Gunung Api ini dan dijumpai berasosiasi dengan
gejala vulkanisme, yaitu adanya gas-gas vulkanis bentuk lalian Lembah Baranko dan Lembah Sungai
yang kcluar dari kawah tersebut, mcskipun dalam Erosional yang memiliki pola radial sentripetal
jumlah dan intensitas yang rclatif kccil. Pada (menyebar menjauhi pusat vulkan). Lembah
citra bentuk lahan ini hampir tidak dapat tertihat Baranko terdapat pada bagian lereng atas
dengan jelas, hal ini dikarenakan luas bentuk sedangkan Lembah Sungai Lrosional umumnya
lahan ini rclatif sempit apabila dibandingkan dijumpai mulai dari lereng tuigah hingga beralih
dengan rcsolusi spasial citra yang sebesar 30 menjadi Lembah Sungai Oeposisional pada
meter. Namun demikian bentuk lahan ini masih Dataran Fluvio Gunung Api (kedua satuan
dapat dikenali lewat bentuknya yang khas, yaitu bentuk lahan terakhir terseliut tidak dijumpai
bcrupa cckungan dan situsnya yang bcrada pada pada cakupan daerah pemantauan ini). Lembah
posisi puncak dari Gunung Api. Baranko bcrbentuk huruf 'V dengan ukuran
Bentuk lahan Sumbat Lava terdapat pada lebih lebar dan dalam/curam dibandingkan
bagian puncak Gunung Api di mana satuan ini dengan Teras Sungai Erosional yang bcrbentuk
terbenluk sebagai akibat Ictusan cfusif bcrupa V dengan ukuran relatif lebih sempit. Selain itu
lava yang dalam pcrjalanannya kcluar mcngalami pada bentuk lalian Lembah Baranko dapat
proses pengcrasan pada pusat erupsi, yang dalam dijumpai kesan bayangan >ang tidak dijumpai
kasus Mcrapi tcrlctak pada bagian puncak. pada Teras Sungai Erosional. Namun demikian
Bentuk lahan ini dapat dikenali pada citra dari secara genesis Lembah Baranko pada pcr-
bentuknya yang khas, yaitu bcrbentuk bongkahan kembangan lebih lanjut ke arah lereng bawah
batuan dengan bagian puncaknya yang cenderung akan berubah menjadi Teras Sungai Erosional

68
Pengembangan Melode Zonasi Daerah Bahaya (Wikanli Asriningrum etal)

Bcntuk lahan Lcrcng Gunung Api kc dengan tingkat kerentanannya terhadap bencana,
arah bawah kcmudian akan bcrturut-turut dijumpai maka dibuat Peta Zona Bahaya Merapi yang
bentuk lahan Kaki Gunung Api, bentuk lahan dikelompokkan ke dalam tiga daerah bahaya,
Dalaran Kaki Gunung Api, dan bentuk lahan yaitu Zona Tcrlarang, Zona Bahaya 1, dan Zona
Dataran Gunung Api. Perbcdaan aniara keempat Bahaya II. Penentuan zona bahaya mengikuti
bentuk lahan itu terutama sekali tcrlctak pada kritcria yang digunakan oleh Dircktorat Vuikanologi
perbcdaan relief dan kemiringan lereng, di mana Daerah-daerah tersebut dominan tcrdapat di
ke arah bawah relief scmakin rendah dan lereng bagian Barat-daya dan sekitarnya yang
kemiringan lereng semakin kccil. Pada batas secara administrasi termasuk vvilayah Kabupaten
peralihan di antara keempat bentuk lahan tcrsebut Magelang Provinsi Jawa Tengah dan scbagian
mcrupakan titik-titik break of slope (takik lereng) kecilnya termasuk wilayah Kabupaten Sieman
yang pada daerah sckitar takik lereng tcrsebut Provinsi Daerah Istimcvva Yogyakarta.
banyak dijumpai mata-air (springs) atau rembesan Daerah endapan piroklastik, awan panas
(seepage) dan membentuk jalur hijau {green hell), (nuees ardentes, atau islilah sctempat: wedus
Bentuk lahan yang memainkan peranan gembel), aliran lava, dan aliran lahar adalali
penting dalam penentuan kcrentanan bencana dacrah-daerah bahaya yang perlu dipantau secara
Gunung Api adalah bentuk lahan Mcdan Lava kontinu. Kcnampakan obyek-obyek tersebut pada
(Lava Field). Pada kasus Merapi, bentuk lahan citra komposit RGB 543 (Gambar 4-2). dapat
ini terbentuk dari erupsi Gunung Merapi yang dibedakan antara obyck satu dengan yang lain
efusif di mana dikcluarkan massa lava. Arah dari perbcdaan warna, lokasi, dan asosiasi.
erupsi Gunung Merapi secara dominan cenderung Endapan piroklastik dan awan panas bervvarna
mengarah ke Barat-daya, yaitu ke arah vvilayah merah cerah namun lokasi dan asosiasi antara
Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Aliran lava keduanya dapat dibedakan. Lokasi endapan
menyebar umumnya mclalui zona-zona alur sungai piroklastik lebih jauh dari produk lctusan baru
yang alirannya djperccpat dengan aliran air dibandingkan awan panas.
sungai tersebut (vvama bini pada citra). Terkait dengan lokasi, bahwa awan panas
Mcmperhatikan deskripsi karaktchstik berasosiasi dengan produk lctusan baru. Aliran
tcrsebut di alas, maka unit bentuk lahan mempunyai lava dan aliran lahar bervvarna biru yang
kaitan erat dengan tingkat kcrentanan lctusan menunjukkan bahwa kandungan aimya rclaiif
Gunung Api. Kelompok bentuk lahan yang tinggi, namun antara lava dan lahar memiliki
memiliki tingkat sangat rentan, yaitu Kawah penyebaran aliran yang berbeda. Lava tcrscbar
Aktif, Sumbat Lava, dan Medan Lava. Bentuk meluas yang tampak pada citra di sebelah Barat
lahan yang memiliki tingkat rentan, yaitu Leher daya, sedangkan lahar tcrscbar mengikuti pola
Gunung Api, Lereng Gunung Api dan Lembah aliran sungai dan dapat diidcntifikasi di beberapa
Baranko. Sedangkan bentuk lahan yang memiliki sungai yang mengalir ke Selatan don Barat-laut.
tingkat kurang rentan yaitu Kaki Gunung Api, Hasil idcntifikasi pola aliran didapatkan
Dataran Kaki Gunung Api, dan Dataran Gunung pola aliran radial pada Gunung Merapi dan ada
Api. Khusus untuk bentuk lahan Teras Sungai pola sctcngah radial dari gunung di sebelah
Erosional yang tcrdapat pada jalur-jalur aliran utaranya, yaitu Gunung Merbabu (Gambar 4-3).
lava dikategorikan ke dalam tingkat rentan dan Dari pola aliran ini dikelompokkan menjadi tiga
selebihnya dikategorikan ke dalam tingkat kurang tingkat kemungkinan aliran lava dan lahar. yaitu
rentan (tabel 4-1). tingkat tinggi, menengah, dan rendah. Perbedaan
tingkatan ini membantu dalam penentuan tingkat
4.2 Hasil Analisis Zona Bahaya bahaya yang disebabkan oleh aliran lava dan
Untuk keperluan mitigasi bencana alam, lahar mclalui sungai.
berdasarkan Pcta Bentuk lahan dan dikaitkan

69
=Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1, No. 1, Juni 2004: 66-75

Tabel4-1: TINGKAT KERENTANAN BENCANA GUNUNG API MERAPI UNTUK TIAP-TIAP


BENTUK LAHAN

Tingkat Kerentanan Material Enipsi


No Bentuk lahan Sangat Rentan Kurang Aliraii Materuil Piroklastis
Rentan Rentan Lava/Lahar Ash/Tuf Lapili Bom
.1 Kawah Aktif + _ + _ + +
2 Sumbat Lava + _ _ + + + +
3 Leher Gunung Api _ + _ _ + + +
4 Lereng Gunung Api _ + _ + + + +
5 Lembah Barranco _ + + + + + +
6 Kaki Gunung Api _ . + _ + _ .
7 Dataran Kaki Gunung - - + - - - -
Api
8 Dataran Gunung Api _ _ + _ . _ .
9 Medan Lava + _ _ + + + +
10 Teras Sungai Erosional _ +) _ + - _ -
+) dengan catatan
Pembagian daerah-daerah bahaya berdasar- ETM (6 September 2002) yang berupa peta
kan analisis citra Landsat disajikan dalam bentuk klasifikasi penutup lahan disajikan pada Gambar 4-5.
peta pada Gambar 4-4. Dari gambar ini dijumpai Selain itu, dari hasil klasifikasi penutup
perbedaan daerah zona terlarang jika dibandingkan lahan daerah Gunung Merapi dengan dua data
dengan peta dari Direktorat Vulkanologi. Hal ini inderaja berjangka waktu 11 tahun (MOS-MESSR,
disebabkan oleh adanya perluasan distribusi lava, 2 Agustus 1991 dan Landsat-ETM, 6 September
yang pada citra tampak bahwa lava meluas 2002) diperoleh perbedaan luas liputan lahan yang
menuruni lereng dan menerjang sabo-sabo menunjukkan adanya perubahan yang terjadi
pengaman. Kenampakan ini berarti bahwa lava selama kurun waktu tersebut. Luas penutup lahan
menyapu daerah-daerah di luar sabo. Sedangkan berikut perubahannya secara rinci disajikan pada
peta bahaya Gunung Merapi yang sebelumnya Tabel 4-2. Berdasarkan Tabel 4-2. dapat diketahui
membuat batas daerah terlarang berdasarkan bahwa pada kawasan kompleks Gunung Merapi
lokasi sabo. telah terjadi perubahan penutup lahan. Beberapa
Dalam kaitan antara distribusi populasi klas penutup lahan mengalami penambahan luas
penduduk dengan tingkat bahaya letusan Gunung seiring dengan berkurangnya klas penutup lahan
Api ini, maka penduduk yang paling terancam yang lain. Peningkatan luas penutup lahan yang
bahaya jika Gunung Api ini meletus adalah paling besar adalah kelas tegalan, yaitu sebesar
pertduduk di sekitar lereng sebelah barat daya 5.586 ha dan penurunan luas penutup lahan
Gunung Merapi. Hal ini terutama disebabkan paling besar adalah kelas hutan, yaitu berkurang
oleh arah erupsi vulkan ini yang cenderung sebesar 13.026 ha. Sedangkan untuk kelas-kelas
mengarah ke barat daya. Daerah tersebut secara yang lain, yaitu kelas perkebunan meningkat
administrasi termasuk ke dalam wilayah Kabupaten sebesar 2.234 ha, kelas sawah meningkat sebesar
Magelang dan sebagian kecilnya termasuk ke 369 ha, kelas pemukiman meningkat sebesar
dalam Kabupaten Sleman Provinsi Daerah 2.389 ha, kelas lahan terbuka meningkat sebesar
Istimewa Yogyakarta. 1.941 ha, kelas singkapan batuan meningkat
sebesar 38 ha, kelas lahar dan lava meningkat
4.3 Hasil identifikasi dan klasifikasi penutup sebesar 542 ha dan kelas sungai/tubuh perairan
lahan serta analisis perubahannya berkurang sebesar 73 ha. Informasi penting lainnya,
yaitu perubahan penutup lahan dari suatu kelas
Hasil identifikasi dan klasifikasi penutup menjadi kelas lain yang ditunjukkan menurut luas
lahan Gunung Merapi dengan menggunakan data secara rinci disajikan dengan matriks pada Tabel
MOS-MESSR (2 Agustus 1991) dan data Landsat- 4-3.

70
:Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya (Wikanti Asriningrum et.al)

Untuk klasifikasi penutup lahan Gunung mengalami perubahan menjadi kelas lahar dan
Merapi adalah perlu diperhatikan perubahan lava serta singkapan batuan.
sesuatu kelas menjadi kelas lahar dan lava serta Memperhatikan Tabel 4-3, luas area
kelas singkapan batuan. Hal tersebut dikarenakan penutup lahan pada tanggal 2 Augustus 1991
kelas lahar dan lava merupakan bentuk akibat (citra MOS MESSR) yang tersapu oleh lahar dan
langsung dari aktivitas erupsi Gunung Api dan lava yang terliput pada tanggal 6 September 2002
kelas singkapan batuan, yang pada peta hasil (citra Landsat ETM) yaitu berturut-turut kelas
interpretasi citra dominan terdapat pada daerah hutan seluas 267 ha, kelas tegalan seluas 5 ha,
sekitar penutup lahan lahar dan lava, merupakan kelas persawahan seluas 2 ha, kelas lahan terbuka
hasil erupsi Gunung Api juga, hanya berbeda seluas 187 ha, kelas sungai/tubuh perairan seluas
dalam periodesasi dan telah mengalami diagenesis 38 ha, kelas singkapan batuan seluas 255 ha dan
(proses perubahan menjadi batuan) menjadi kelas pemukiman seluas 1 Ha.
singkapan batuan. Pada perhitungan luas penutup lahan ini
Gambar 4-6 menunjukkan peta perubahan terdapat perbedaan resolusi spasial antara data
kelas penutup lahan yang secara khusus dapat multitemporal yang digunakan yakni MOS-
diketahui informasi mengenai lokasi perubahan MESSR 50 m dan Landsat-ETM 30 m, sehingga
kelas-kelas penutup lahan mana saja yang dimungkinkan ada kesalahan akibat resolusi ini.

Tabel 4-2 : LUAS PENUTUP LAHAN DI DAERAH GUNUNG MERAPI TAHUN 1991 DAN TAHUN
2002 SERTA PERUBAHANNYA
Th.1991*' Th.2002"' Perubahan
No. Klas Penutup Lahan
Ha % Ha % Ha %
1 Hutan 16.565 51 3.539 11 -13.026 -79
2 Perkebunan 1.591 5 3.825 12 2.234 140
3 Tegalan 3.863 12 9.449 29 5.586 145
4 Sawah 6.567 19 6.936 20 369 6
5 Pemukiman 525 2 2.914 9 2.389 455
6 Lahan Terbuka 2.058 6 3.999 12 1.941 94
7 Singkapan Batuan 599 2 637 2 38 6
8 Lahar dan Lava 676 2 1.218 4 542 80
9 Sungai/Tubuh Air 217 1 144 1 -73 -34
Jumlah 32.661 100 32.661 100
Sumber :
*) Analisis citra MOS-MESSR tanggal 2 Agustus 1991, dari Remote Sensing Technology Center of Japan.
**) Analisis citra Landsat-ETM tanggal 6 September 2002

Tabel 4-3 : MATRIKS PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

*s"s«v. MOS 91 1 2 3 4 5 6 7 8 9
No. Lahan Singkapan Lahar
Landsat /""""^v^ Hutan Perkebunan Tegalan Persawahan Pemukiman Terbuka Batuan &Lava Tubuh air
1. Hutan 3.164 7 76 181 5 45 5 11 0
2. Perkebunan 1.666 806 406 726 85 72 4 3 6
3. Tegalan 3.821 362 1.689 2.517 176 640 44 24 52
4. Persawahan 3.450 76 1.009 1.894 59 319 15 10 12
5. Pemukiman 1.204 276 356 565 152 262 20 12 29
6. Lahan Terbuka 2.093 33 259 574 39 489 248 134 77
Singkapan 0 0 24
7. 597 0 0 0 8 0
Batuan
8. Lahar dan Lava 267 0 5 2 1 187 255 449 38
9. Tubuh air 85 10 12 23 1 9 0 0 0

71
Jumal Penginderaan Jauh dan Pengdahan Data Cilra Digital Vol. 1, No. 1, Juni 2004:66-75

5 KESIMPULAN peningkatan rcsiko bahaya ietusan Gunung Api


akibat perubahan penutup lahan,
Hasil analisis gcomorfologis terhadap
Pcncntuan daerah bahaya didasarkan pada
kawasan Gunung Merapi dari data MOS-MESSR
kemungkinan terkena aliran piroklastik dan lava,
tanggal 2 Agustus 1991 dan data Landsat-ETM
sehingga informasi yang dapat diperoleh dari citra
langgal 6 September 2002. mengelompokkan kc
penginderaan jauh satelit didasarkan pada analisis
dalam scmbilan kclas bcntuk lahan, Kawah Aktif,
gcomorfologi. Untuk itu pengolah citra dan
Sumbat Lava, Lchcr Gunung Api (Vulcanic Neck),
interpreter mcmcrlukan bckal ilmu geomorfologi.
Lcrcng Gunung Api, Lcmbah Baranko, Kaki Gunung
Citra penginderaan jauh dengan pcriodc ulang yang
Api, Dataran Kaki Gunung Api, Dataran Gunung
tcratur dan kontinu dapat membcrikan informasi
Api, Mcdan Lava, dan Teras Sungai Erosional.
perubahan penutup lahan/penggunaan lahan yang
ldcntifikasi bcntuk lahan tcrscbut dapat diperoleh
bcrmanfaat untuk mcmpcrkirakan risiko akibat
dari morfologinya, namun untuk bcntuk lahan
lctusan.
kawah aktif yang bemkuran kccil digunakan
pcmahaman asosiasi interpreter.
DAFTAR RUJUKAN
Tingkat kerentanan tiap-liap bentuk lahan
terhadap bencana Gunung Api dikclaskan kc dalam Asriningrum, A. 2002. Sludi Kcmampuan Landsat
tiga tingkat, yaitu sangal rcntan, rentan, dan kurang ETM' untuk ldcntifikasi Bcntuk lahan
rentan. Untuk tingkat sangat rcntan meliputi Kawah [landform) di Daerah Jakarta-Bogor. Tests
Aktif, Sumbat Lava, dan Medan Lava, tingkat Program Pasca Sarjarni. IPB. Bogor.
rentan meliputi Lchcr Gunung Api, Lereng Gunung BPS. 2001. Penduduk Indonesia. Jakarta. Biro
Api, Lembah Baranko, dan Teras Sungai Erosional,
scdangkan untuk tingkat kurang rentan meliputi Kaki Pusat Statistik
Gunung Api, Dataran Kaki Gunung Api, dan Dataran Direktorat Vulkanologi. 1979. Data Dasar Gunung Api
Gunung Api. Indonesia. Dirjcn Pcrtambangan Umum,
Dcpartcmcn Pcrtambangan dan Energi,
Untuk kcpcrluan mitigasi bencana alam,
bcrdasarkan tingkat kerentanan komplcks Gunung Bandung
Merapi dikelompokkan ke dalam Zona Terlarang, Direktorat Vulkanologi. 2000 Karaktcristik Gunung
Zona Bahaya I, dan Zona Bahaya II. Daerah-daerah Merapi. Yogyakarta. Direktorat Vulkanologi
tersebut dominan terdapat di lcrcng bagian barat ER-Mappcr. 1997. ER-MapperxS, Level One Training
daya dan sckilarnya yang secara administrasi Wockbook. Western Australia. Earth Resource
tcrmasuk wilayah Kabupaten Magelang Provinsi Mapping.
Jawa Tengah dan sebagian kecilnya tcrmasuk F-G UGM dan Bakosurtanal. 2000. Pembakuan
wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimcwa
Spek Mefodo/ogi Kontrol Kualitas Pemetaan
Yogyakarta. Perbandingan antara hasil ini dengan
iemalik Dasar dalam Mcndukung Perencanaan
pcta daerah bahaya sebelumnya adalah pada daerah
TalaRuang. Yogyakarta.
terlarang dan tingkat kcdctailan, sehingga pengembangan
metodc zonasi ini dapat digunakan untuk pemutakhiran Langgeng. W.S. 1998. Geomorfologi Gunung Api.
atau pembuatan pcta bahaya Gunung Api. Matcri Kuliah. Fakultas Geografi UGM,
Yogyakarta.
Perubahan penutup lahan daerah Gunung Ratdomopurbo, A.; D.A. Supriyati 2000. Prekursor
Merapi dengan jangka waktu 11 tahun (MOS-MESSR, Erupsi Gunung Merapi AbadXX. Yogyakarta.
2 Agustus 1991 dan Landsat-ETM, 6 September Direktorat Vulkanologi
2002), diperoleh bahwa perubahan paling besar
Ratdomopurbo, A.; Sulistiyo. Y.; Suharaa. 2000.
yaitu bcrkurangnya luas areal hutan sebesar 13.026
Evo/usi 100 Tahun Morfohgi Gunung Merapi.
Ha yang bcrubah menjadi bcrbagai kclas penutup
Yogyakarta. Direktorat Vulkanologi
lahan. Scdangkan penambahan luas penutup lahan
terdapat pada kclas Iahar dan lava, yaitu sebesar Scott B.H.M. 1977. Geological Hazards, second
1.204 Ha. Penambahan luas untuk kelas pemukiman edition, Springcr-Vcrlag, New York
sebesar 2.358 Ha (455%). kelas persawahan sebesar Heidelberg Berlin.
362 Ha (6%), dan kclas tcgalan sebesar 5.513 Ha Sclby, M.J. 1983. Earth Changing Surface. An
(145%). Sedangkan kelas pemukiman, persawahan, Introduction to Geo morphology. Oxford
dan tcgalan yang tersapu Iahar dan lava di tahun University Press. New: York.
2002 berturut-turut sebesar 1 Ha, 2 Ha, dan 5 Ha. We Addresses: www.pu.qo.id/Dublikjbencana/
Perubahan luas ini dihitung dari data dengan qn-api/Gununq Ap..htm dan www.
rcsolusi spasial 30 m dan 50 m sehingga ada volcanolive.com.
kemungkinan kcsalahan akibat pcrbedaan rcsolusi ini. Zuidam R. A. van. 1985. Aerial Photo-Interpretation in
Namun demikian pola penambahan luas untuk Terrain Analysis and Geomorphologic
kclas-kelas tersebut menunjukkan bahwa ada Mapping. ITC, Enschcdc.Thc Netherlands.

72
Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya (Wikanti Asriningrum et.al)

LAMPIRAN

PETA B E N T U K L A H A N
K O M P L E K S G U N U N G A P I MERAPI
LAPAN PROVINSI JAW A TENGAH
435000 442500 495000

Proyeksi Transverse M erector


Datum W G S 8 4

Gambar 4-1. Peta bentuk lahan kompleks Gunung Api Merapi

Gambar 4-2: Peta pola aliran sungai

73
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1, No. 1, Juni 2004:66-75

Gambar 4-4. Peta klasifikasi penutup lahan kompleks Gunung Merapi

74
Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya (Wikanti Asriningrum et.al)

Gambar 4-6: Citra Landsat ETM+ warna komposit RGB 543 kompleks Gunung Api Merapi

75

Anda mungkin juga menyukai