1, Juni 2004:66-75
ABSTRAK
Gunung Merapi terletak di sentral Pulau Jawa dengan ketinggian 2.986 meter. Gunung ini adalah
satu dari 129 Gunung Api aktif di Indonesia. Mengingat banyaknya Gunung Api di Indonesia, maka perlu
metode sebagai upaya sistem mitigasi bencana letusan ini. Data MOS-MESSR (1991) dan Landsat-ETM
(2002) didukung data sekunder lain digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi bentuk lahan, pola aliran
dan penutup lahan. Hasil klasifikasi adalah 10 kelas bentuk lahan, 3 tingkat bahaya letusan menurut pola
aliran dan 9 kelas penutup lahan. Berdasarkan analisis geomorfologis, dari kedua peta pertama dihasilkan
zona bahaya letusan Gunung Merapi. Dan berdasarkan analisis perubahan penutup lahan selama 11 tahun
menunjukkan bahwa luas hutan berkurang sebesar 13.062 Ha dan peningkatan pola risiko bahaya.
66
Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya (Wtkanti Asriningnjm et.al)
kemungkinan jumlah korban dan kerusakan lahan Api, letaknya secara topografis rendah sehingga
budidaya. pada musim hujan dapat tcrlanda aliran lahar.
Zonasi daerah bahaya ditentukan ber- Gunung Api merupakan salah satu
dasarkan kemungkinan terkena aliran piroklastik dan bagian dari bentang lahan di permukaan bumi
lava. Prakiraan jangkauan lctusan dapat dilakukan yang mcmiliki karaktcristik yang khas. Bcntuk
menggunakan peta topografi, peta geologi, lahan Gunung Api mcmpunyai relief menjuiang
ataupun pcngamalan lapangan. Pada pcnclilian hingga ribuan kilometer di atas permukaan laut,
ini dikembangkan metode dengan tcknik berbentuk kerucut, dan pola aliran yang berkembang
pengindcraan jauh satclit yang mcrupakan di atasnya adalah pola radial. Morfologi kerucut
penambahan data dari jenis data yang dipakai Gunung Api dicinkan dengan kemiringan Icrcng
pada metode sebelumnya. Mengingat bahwa dari tcrjal hingga sangat tcrjal dengan torchan
Gunung Api aktif di Indonesia relatif banyak, cukup dalam, sedangkan lereng kaki Gunung Api
maka pengembangan metode ini diharapkan dapat mempunyai kemiringan dari terjal hingga agak
mempcrcepat proses pembuatan atau pemutakliiran landai dengan torehan relatif Icbih ringan dan
peta daerah bahaya Gunung Api. Peta bahaya dangkal. Dari karaktcr khas ini, citra Landsat
diperlukan sebagai salah satu komponen sistem ETM komposit RGB 543 dengan penajaman
peringatan dini sebagai upaya rneminimumkan autoclip mampu untuk identitlkasi, delimitasi,
jumlah korban dan kerugian akibat bencana dan dclineasi aspek morfologi Gunung Api
Ietusan Gunung Api. (Asriningrum, 2002). Kerucut vulkanik adalah
akumulasi bahan-bahan vulkanik \ang dikcluarkan
secara langsung sctiap kali leiusan terjadi dari
2 GUNUNG API suatu titik atau kawah. Akumulasi bahan-bahan
Gunung Api terbentuk sebagai akibat vulkanik ini dapat bcrupa bahan-bahan lepas
proses vulkanisme, yaitu proses naiknya material (pyroclastic) maupun aliran lava, membentuk
magma dari dalam bumi menuju permukaan baik suatu kerucut di seputar kawah, sedangkan di
dikcluarkan sccara cksplosif maupun cfusif. lokasi yang lebih jauh membentuk kaki lereng
Naiknya cairan magma ke permukaan bumi tidak (Selby,*1983).
terjadi sccara tiba-tiba begitu saja, namun ada
faktor yang menyebabkan proses terscbut. 3 METODOLOGI
Peristiwa subduksi antar dua lempeng tektonik
bcrimbas pada mclclchnya material batuan pada Data yang digunakan adalah MOS-
kerak bumi sehingga bergerak ke permukaan MESSR (*) tanggal 2 Agustus 1Q91 dan Landsat-
karena bcrat jenis batuan yang relatif Icbih ETM tanggal 6 September 2002 Adapun metode
rendah, yang disebut dengan proses undasi. pcnclitian adalah multitemporal >"ang dilakukan
Indonesia sccara geologi merupakan tempat melalui analisis pcrubahan penutup lahan dan
pcrtcmuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu analisis geomorfologi/bentuk lahan. Pcngolahan
Lempeng Eurasia, Lempeng India-Australia, dan citra untuk mcnghasilkan citra komposit yang
Lempeng Pasifik. Zona pcrtemuan antar dua ditajamkan dilakukan dengan software ER-
lempeng tektonik merupakan jalur-jalur vulkan Mapper 5.5. Pentahapan pcnclitian dilakukan
aktif, seperti Gunung Api yang lerdapat di Pulau meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:
Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara terbentuk a Pemilihan jenis kanal 3,4, dan 5 untuk pembuatan
pada pcrtcmuan antara Lempeng India-Australia citra komposit RGB 543 dan penajaman citra
yang menumbuk di bawah Lempeng Eurasia. autoclip.
b Penentuan dacrah pcnclitian yang meliputi
Dircktorat Vulkanologi dalam menentukan daerah bentuk lahan asal Gunung Merapi
zonasi daerah bahaya Ietusan Gunung Api bcrdasarkan analisis geomorfologi dengan cara
menyatakan bahwa dacrah di sckitar kawah kroping atau pemotongan citra dari satu scene
dikategorikan sebagai daerah terlarang karena citra Landsat.
kemungkinan terkena aliran piroklastik dan lava
c Analisis dan deskripsi geomorfologis Gunung
sangat besar. Dacrah dengan tingkat bahaya lebih
Merapi dan sekitamya menggunakan data
rendah adalah daerah bahaya ke-l, yaitu daerah
MOS-MESSR dan Landsat-ETM. Hasilnya
yang tidak dapat diserang oleh awan panas
ditampilkan dalam bentuk peta bentuk lahan
namun saat Ietusan besar akan tcrtimpa hembusan
(landjbrms map), peta zonasi tingkat kercntanan,
piroklastik (pyroclastic surge) dan jatuhan
dan peta daerah bahaya Gunung Api. Analisis
piroklastik (hujan abu dan bom). Sedangkan daerah
geomorfologis berdasarkan empat aspek meliputi
bahaya kc-2, yaitu dacrah yang berdekatan
morfologi, morfbgciKsis, moifokronologi. dan
dengan sungai yang berhulu di puncak Gunung
morfoarrangement (Zuidam, 1985).
67
Jumal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1 No. 1, Juni 2004: 66-75
d Analisis pcrubahan penutup lahan di daerah menyudut-kerocut, ukurannyn yang rclatif luas,
Ginning Api dan sekitarnya dcngan mcng- dan situsnya yang terletak pada bagian puncak
idcnlifikasi dan mengklasifikasi penutup lahan Gunung Api. Selain itu waina biru pada citra
dari 2 data tersebut dengan kurun wakiu 11 yang merupakan representasi tubuh air menunjukkan
tahun, yaitu dari tahun 1991 - 2002. Hasil drtampil- aliran lava yang masih scgar dan basah hasil
kan dalam bcniuk tabel dengan informasi penyerapan dari presipitasi air hujan maupun
kclas, luas, dan pcrubahan penutup lahan. kabut. Informasi penting yang didapatkan dari
e Analisis populasi penduduk dan penutup lahan hasil intcrpretast, yaitu tcrdapat tanda pergescran
• yang dikaitkan dengan tingkat kercntanan puncak sumbat lava vang pada tahun 1991 (Citra
daerah bencana. MOS) tcrlctak pada' posisi 7° 32* 3 8 " LS dan
110° 26" 39" BT bergeser ke arah pada 7°32' 29"
4 HASIL DAN PEMBAHASAN LS dan 110° 26* 47" BT atau bergeser ke arah
Timur-laut.
Hasil dan pembahasan didasarkan atas
jenis analisis yang digunakan, yaitu analisis- Bentuk lahan Leher Gunung Api atau
deskripsi geomorfologis, analisis bahaya. dan Vulcanic Neck dapat dikenali dari citra dengan
identifikasi-klasifikasi penutup lahan berikut memperhatikan tcrutama dari bentuk, ukuran,
analisis pcrubahannya. Penamaan klasifikasi bentuk Ictak/situs, dan polanya. Bentuk lahan ini bersifat
lalian didasarkan pada acuan yang dikeluarkan masif, berbentuk cenderung membulat panjang
oleh Bakosurtanal dan untuk klasifikasi Gunung kadang-kadang dengan sisi-sisi yang menyudut
Api disajikan (FG-UGM dan Bakosurtanal, 2000). (bentuk bongkah) dengan ukuran yang relatif
lebih kecil dari kerucut Gunung Api, dijumpai
4.1 Hasil Analisis dan Deskripsi Geomorfologis baik pada bagian puncak maupun pada bagian
lereng Gunung Api dengan pola menyebar-
Hasil analisis dan deskripsi geomorfologis
melingkar. Pada kasus Gunung Merapi, bentuk
dengan menggunakan data penginderaan jauh
lahan ini dijumpai pada bayian lereng Gunung
Landsat-ETM dan MOS-MESSR, menunjukkan
Api atas sebclah Timur laut dan lereng Gunung
bahwa kawasan Gunung Mcrapi dapat dibagi atas
Api bawah sebelah Selatan. Genesis dari bentuk
scpuluh bentuk lahan {hndforms). Klasifikasi
lahan ini, yaitu merupakan sisa-sisa dari bagian
bentuk lahan Gunung Api ini ditampilkan dalam
tubuh Gunung Mcrapi tua vang tcrtutupi oleh
Gambar 4-1. Deskripsi masing-masing bentuk lahan
material Gunung Mcrapi muda yang masih dapat
terdiri atas 10 klas, yaitu Kawah aklif, Sumbat
dijumpai di permukaan.
lava, Leher Gunung Api atau Vulkanic neck,
Lereng Gunung Api, Lembah baranko, Kaki Bentuk lahan Lereng Gunung Api terdapat
Gunung Apt. Dataran kaki Gunung Api, Dataran mulai dari atas htngga bawah. Secara bentuk
Gunung Api, Medan lava, Teras sungai crosional. mendatar dilihat dari atas Lereng Gunung Merapi
Bentuk lahan Kawah Aktif tcrdapat pada bcrbentuk cenderung membulai-ellips. Pada bentuk
bagian puncak Gunung Api ini yang pada satuan lahan ini merupakan bagian tcrluas dari komplcks
ini masih dapat diidentifikasi berlangsungnya Gunung Api ini dan dijumpai berasosiasi dengan
gejala vulkanisme, yaitu adanya gas-gas vulkanis bentuk lalian Lembah Baranko dan Lembah Sungai
yang kcluar dari kawah tersebut, mcskipun dalam Erosional yang memiliki pola radial sentripetal
jumlah dan intensitas yang rclatif kccil. Pada (menyebar menjauhi pusat vulkan). Lembah
citra bentuk lahan ini hampir tidak dapat tertihat Baranko terdapat pada bagian lereng atas
dengan jelas, hal ini dikarenakan luas bentuk sedangkan Lembah Sungai Lrosional umumnya
lahan ini rclatif sempit apabila dibandingkan dijumpai mulai dari lereng tuigah hingga beralih
dengan rcsolusi spasial citra yang sebesar 30 menjadi Lembah Sungai Oeposisional pada
meter. Namun demikian bentuk lahan ini masih Dataran Fluvio Gunung Api (kedua satuan
dapat dikenali lewat bentuknya yang khas, yaitu bentuk lahan terakhir terseliut tidak dijumpai
bcrupa cckungan dan situsnya yang bcrada pada pada cakupan daerah pemantauan ini). Lembah
posisi puncak dari Gunung Api. Baranko bcrbentuk huruf 'V dengan ukuran
Bentuk lahan Sumbat Lava terdapat pada lebih lebar dan dalam/curam dibandingkan
bagian puncak Gunung Api di mana satuan ini dengan Teras Sungai Erosional yang bcrbentuk
terbenluk sebagai akibat Ictusan cfusif bcrupa V dengan ukuran relatif lebih sempit. Selain itu
lava yang dalam pcrjalanannya kcluar mcngalami pada bentuk lalian Lembah Baranko dapat
proses pengcrasan pada pusat erupsi, yang dalam dijumpai kesan bayangan >ang tidak dijumpai
kasus Mcrapi tcrlctak pada bagian puncak. pada Teras Sungai Erosional. Namun demikian
Bentuk lahan ini dapat dikenali pada citra dari secara genesis Lembah Baranko pada pcr-
bentuknya yang khas, yaitu bcrbentuk bongkahan kembangan lebih lanjut ke arah lereng bawah
batuan dengan bagian puncaknya yang cenderung akan berubah menjadi Teras Sungai Erosional
68
Pengembangan Melode Zonasi Daerah Bahaya (Wikanli Asriningrum etal)
Bcntuk lahan Lcrcng Gunung Api kc dengan tingkat kerentanannya terhadap bencana,
arah bawah kcmudian akan bcrturut-turut dijumpai maka dibuat Peta Zona Bahaya Merapi yang
bentuk lahan Kaki Gunung Api, bentuk lahan dikelompokkan ke dalam tiga daerah bahaya,
Dalaran Kaki Gunung Api, dan bentuk lahan yaitu Zona Tcrlarang, Zona Bahaya 1, dan Zona
Dataran Gunung Api. Perbcdaan aniara keempat Bahaya II. Penentuan zona bahaya mengikuti
bentuk lahan itu terutama sekali tcrlctak pada kritcria yang digunakan oleh Dircktorat Vuikanologi
perbcdaan relief dan kemiringan lereng, di mana Daerah-daerah tersebut dominan tcrdapat di
ke arah bawah relief scmakin rendah dan lereng bagian Barat-daya dan sekitarnya yang
kemiringan lereng semakin kccil. Pada batas secara administrasi termasuk vvilayah Kabupaten
peralihan di antara keempat bentuk lahan tcrsebut Magelang Provinsi Jawa Tengah dan scbagian
mcrupakan titik-titik break of slope (takik lereng) kecilnya termasuk wilayah Kabupaten Sieman
yang pada daerah sckitar takik lereng tcrsebut Provinsi Daerah Istimcvva Yogyakarta.
banyak dijumpai mata-air (springs) atau rembesan Daerah endapan piroklastik, awan panas
(seepage) dan membentuk jalur hijau {green hell), (nuees ardentes, atau islilah sctempat: wedus
Bentuk lahan yang memainkan peranan gembel), aliran lava, dan aliran lahar adalali
penting dalam penentuan kcrentanan bencana dacrah-daerah bahaya yang perlu dipantau secara
Gunung Api adalah bentuk lahan Mcdan Lava kontinu. Kcnampakan obyek-obyek tersebut pada
(Lava Field). Pada kasus Merapi, bentuk lahan citra komposit RGB 543 (Gambar 4-2). dapat
ini terbentuk dari erupsi Gunung Merapi yang dibedakan antara obyck satu dengan yang lain
efusif di mana dikcluarkan massa lava. Arah dari perbcdaan warna, lokasi, dan asosiasi.
erupsi Gunung Merapi secara dominan cenderung Endapan piroklastik dan awan panas bervvarna
mengarah ke Barat-daya, yaitu ke arah vvilayah merah cerah namun lokasi dan asosiasi antara
Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Aliran lava keduanya dapat dibedakan. Lokasi endapan
menyebar umumnya mclalui zona-zona alur sungai piroklastik lebih jauh dari produk lctusan baru
yang alirannya djperccpat dengan aliran air dibandingkan awan panas.
sungai tersebut (vvama bini pada citra). Terkait dengan lokasi, bahwa awan panas
Mcmperhatikan deskripsi karaktchstik berasosiasi dengan produk lctusan baru. Aliran
tcrsebut di alas, maka unit bentuk lahan mempunyai lava dan aliran lahar bervvarna biru yang
kaitan erat dengan tingkat kcrentanan lctusan menunjukkan bahwa kandungan aimya rclaiif
Gunung Api. Kelompok bentuk lahan yang tinggi, namun antara lava dan lahar memiliki
memiliki tingkat sangat rentan, yaitu Kawah penyebaran aliran yang berbeda. Lava tcrscbar
Aktif, Sumbat Lava, dan Medan Lava. Bentuk meluas yang tampak pada citra di sebelah Barat
lahan yang memiliki tingkat rentan, yaitu Leher daya, sedangkan lahar tcrscbar mengikuti pola
Gunung Api, Lereng Gunung Api dan Lembah aliran sungai dan dapat diidcntifikasi di beberapa
Baranko. Sedangkan bentuk lahan yang memiliki sungai yang mengalir ke Selatan don Barat-laut.
tingkat kurang rentan yaitu Kaki Gunung Api, Hasil idcntifikasi pola aliran didapatkan
Dataran Kaki Gunung Api, dan Dataran Gunung pola aliran radial pada Gunung Merapi dan ada
Api. Khusus untuk bentuk lahan Teras Sungai pola sctcngah radial dari gunung di sebelah
Erosional yang tcrdapat pada jalur-jalur aliran utaranya, yaitu Gunung Merbabu (Gambar 4-3).
lava dikategorikan ke dalam tingkat rentan dan Dari pola aliran ini dikelompokkan menjadi tiga
selebihnya dikategorikan ke dalam tingkat kurang tingkat kemungkinan aliran lava dan lahar. yaitu
rentan (tabel 4-1). tingkat tinggi, menengah, dan rendah. Perbedaan
tingkatan ini membantu dalam penentuan tingkat
4.2 Hasil Analisis Zona Bahaya bahaya yang disebabkan oleh aliran lava dan
Untuk keperluan mitigasi bencana alam, lahar mclalui sungai.
berdasarkan Pcta Bentuk lahan dan dikaitkan
69
=Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1, No. 1, Juni 2004: 66-75
70
:Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya (Wikanti Asriningrum et.al)
Untuk klasifikasi penutup lahan Gunung mengalami perubahan menjadi kelas lahar dan
Merapi adalah perlu diperhatikan perubahan lava serta singkapan batuan.
sesuatu kelas menjadi kelas lahar dan lava serta Memperhatikan Tabel 4-3, luas area
kelas singkapan batuan. Hal tersebut dikarenakan penutup lahan pada tanggal 2 Augustus 1991
kelas lahar dan lava merupakan bentuk akibat (citra MOS MESSR) yang tersapu oleh lahar dan
langsung dari aktivitas erupsi Gunung Api dan lava yang terliput pada tanggal 6 September 2002
kelas singkapan batuan, yang pada peta hasil (citra Landsat ETM) yaitu berturut-turut kelas
interpretasi citra dominan terdapat pada daerah hutan seluas 267 ha, kelas tegalan seluas 5 ha,
sekitar penutup lahan lahar dan lava, merupakan kelas persawahan seluas 2 ha, kelas lahan terbuka
hasil erupsi Gunung Api juga, hanya berbeda seluas 187 ha, kelas sungai/tubuh perairan seluas
dalam periodesasi dan telah mengalami diagenesis 38 ha, kelas singkapan batuan seluas 255 ha dan
(proses perubahan menjadi batuan) menjadi kelas pemukiman seluas 1 Ha.
singkapan batuan. Pada perhitungan luas penutup lahan ini
Gambar 4-6 menunjukkan peta perubahan terdapat perbedaan resolusi spasial antara data
kelas penutup lahan yang secara khusus dapat multitemporal yang digunakan yakni MOS-
diketahui informasi mengenai lokasi perubahan MESSR 50 m dan Landsat-ETM 30 m, sehingga
kelas-kelas penutup lahan mana saja yang dimungkinkan ada kesalahan akibat resolusi ini.
Tabel 4-2 : LUAS PENUTUP LAHAN DI DAERAH GUNUNG MERAPI TAHUN 1991 DAN TAHUN
2002 SERTA PERUBAHANNYA
Th.1991*' Th.2002"' Perubahan
No. Klas Penutup Lahan
Ha % Ha % Ha %
1 Hutan 16.565 51 3.539 11 -13.026 -79
2 Perkebunan 1.591 5 3.825 12 2.234 140
3 Tegalan 3.863 12 9.449 29 5.586 145
4 Sawah 6.567 19 6.936 20 369 6
5 Pemukiman 525 2 2.914 9 2.389 455
6 Lahan Terbuka 2.058 6 3.999 12 1.941 94
7 Singkapan Batuan 599 2 637 2 38 6
8 Lahar dan Lava 676 2 1.218 4 542 80
9 Sungai/Tubuh Air 217 1 144 1 -73 -34
Jumlah 32.661 100 32.661 100
Sumber :
*) Analisis citra MOS-MESSR tanggal 2 Agustus 1991, dari Remote Sensing Technology Center of Japan.
**) Analisis citra Landsat-ETM tanggal 6 September 2002
*s"s«v. MOS 91 1 2 3 4 5 6 7 8 9
No. Lahan Singkapan Lahar
Landsat /""""^v^ Hutan Perkebunan Tegalan Persawahan Pemukiman Terbuka Batuan &Lava Tubuh air
1. Hutan 3.164 7 76 181 5 45 5 11 0
2. Perkebunan 1.666 806 406 726 85 72 4 3 6
3. Tegalan 3.821 362 1.689 2.517 176 640 44 24 52
4. Persawahan 3.450 76 1.009 1.894 59 319 15 10 12
5. Pemukiman 1.204 276 356 565 152 262 20 12 29
6. Lahan Terbuka 2.093 33 259 574 39 489 248 134 77
Singkapan 0 0 24
7. 597 0 0 0 8 0
Batuan
8. Lahar dan Lava 267 0 5 2 1 187 255 449 38
9. Tubuh air 85 10 12 23 1 9 0 0 0
71
Jumal Penginderaan Jauh dan Pengdahan Data Cilra Digital Vol. 1, No. 1, Juni 2004:66-75
72
Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya (Wikanti Asriningrum et.al)
LAMPIRAN
PETA B E N T U K L A H A N
K O M P L E K S G U N U N G A P I MERAPI
LAPAN PROVINSI JAW A TENGAH
435000 442500 495000
73
Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1, No. 1, Juni 2004:66-75
74
Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya (Wikanti Asriningrum et.al)
Gambar 4-6: Citra Landsat ETM+ warna komposit RGB 543 kompleks Gunung Api Merapi
75