Anda di halaman 1dari 20

Obelia adalah hydroid lautan – sebuah koloni dari subindividual. Ukuran koloni mulai dari 2.

5
hingga 10 centimeter tingginya. Ia sesil, menempel pada batuan substrata disepanjang pantai.
Lihat gambar 5. Anda dapat melihat sejumlah polip menempel pada sebuah pokok. Polip-polip
ini terspesialisasi untuk melakukan fungsi hidup tertentu. Beberapa polip adalah vegetatif dan
memenuhi kebutuhan makan kelompok; yang lain berfungsi reproduktif. Hydrotheca adalah
penutup transparan yang mengelilingi polip vegetatif, gonotheca menutupi polip reproduktif.

Gambar 5. Siklus hidup Obelia

Polip reproduktif tidak memiliki tentakel dan tidak dapat makan. Mereka menghasilkan individu
polip baru dengan bertunas. Polip reproduktif menghasilkan jenis tunas lain yang mirip sebuah
piring. Tunas ini lepas dari polip lewat sebuah rongga di gonotheca, lalu bebas berenang dan
menjadi medusa, seperti ubur-ubur. Medusa adalah tahap seksual untuk menghasilkan sel telur
dan sperma. Fertilisasi terjadi di air. Zigot berkembang menjadi sebuah bola yang tersusun dari
sekumpulan sel yang berubah menjadi larva bersilia dan kemudian menjadi sebuah polip muda.
Polip ini menempelkan dirinya dan diam. Saat dewasa, sang polip memulai pembangunan koloni
dengan bertunas dan siklus kembali dimulai. Karenanya adanya perputaran generasi aseksual
dengan seksual.

(2) Obelia

Obelia merupakan jenis Coelenterata yang hidup di air laut dan hidup secara berkoloni.
Tubuhnya mempunyai rangka luar yang mengandung kitin. Hidupnya sebagai koloni polip, yaitu
polip hidrant yang berfungsi untuk makan dan polip gonangium yang berfungsi membentuk
medusa dan dapat menghasilkan alat reproduksi. Agar lebih jelas, amati daur hidupnya pada
Gambar 8.14!
Gambar 8.14 Daur hidup Obelia

Daur hidup Aurelia

Medusa dewasa – ovum, sperma – zigot – planula – schifistoma (polip muda) – strobila - efira
(medusa muda) – medusa dewasa
Siklus Hidup Aurelia aurita
10/08/2010 11:14:00 PM BEM PS PENDIDIKAN BIOLOGI

Gambar. Aurelia aurita

Aurelia aurita merupakan anggota filum Coelenterata, kelas Scyphozoa. Mempunyai bentuk
seperti mangkuk dan dikenal sebagai Jelly Fish. Hidup di laut secara planktonik, melayang pada
badan air. Hewan ini memiliki lapisan mesoglea yang tebal dan dapat digunakan sebagai sumber
nutrisi.
Pada masa hidupnya, bentuk tubuh medusa lebih dominan dibandingkan dengan bentuk polip.
Bentuk polip hanya dijumpai pada waktu larva. Hewan ini memiliki alat kelamin yang terpisah
pada individu jantan dan betina. Pembuahan ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh
individu betina. Hasil pembuahan adalah zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia
disebut planula. Planula akan berenang dan menempel pada tempat yang sesuai. Setelah
menempel. Silia dilepaskan dan planula tumbuh menjadi polip muda disebut scifistoma,
kemudian membentuk tunas-tunas lateral sehingga tampak seperti tumpukan piring atau
strobilasi. Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri menjadi medusa disebut efira.
Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa.
( Arya )

Suryani, Kiki. 2012

Kejadian fasciolosis pada ternak ruminansia berkaitan dengan daur hidup cacing Fasciola sp..
Ternak mendapatkan infeksi karena memakan sayuran hijau yang mengandung metaserkaria
(larva infektif cacing hati). Enambelas minggu kemudian cacing tumbuh menjadi dewasa dan
tinggal di saluran empedu. Cacing dewasa memproduksi telur dan keluar bersama feses. Pada
kondisi yang cocok telur cacing menetas dan mengeluarkan mirasidium. Telur cacing F. hepatica
akan menetas dalam 9-12 hari pada suhu 26°C (Boray, 1969).

Mirasidium memiliki silia (rambut getar) dan aktif berenang untuk mencari induk perantara yang
sesuai, yaitu siput Lymnaea sp., kemudian akan menembus ke dalam tubuh siput. Dalam waktu
24 jam di dalam tubuh siput, mirasidium akan berubah menjadi sporosis (Boray, 1969) dan 8 hari
kemudian akan berkembang menjadi redia (1 sporosis tumbuh menjadi 1-6 redia). Redia
kemudian siap keluar dari siput, bersama serkaria yang dilengkapi ekor untuk berenang, dan
akan menempel pada benda yang terendam air seperti jerami, rumput atau tumbuhan air yang
lain. Tidak lama kemudian serkaria melepaskan ekornya dan membentuk kista yang disebut
metaserkaria. Metaserkaria ini merupakan bentuk infektif cacing Fasciola sp.. Bila metaserkaria
termakan oleh ternak, metaserkaria tersebut akan pecah dan mengeluarkan cacing muda di dalam
usus, kemudian menembus dinding usus dan menuju ke hati. Dalam waktu ± 16 minggu akan
tumbuh menjadi dewasa dan mulai memproduksi telur (Boray, 1969).

Daur hidup Taenia Solium (Cacing pita)


Friday, April 29, 2011 by Administrator | Labels: biologi, indonesia, info, international, materi, office,
online, science |
Daur hidup cacing pita

1. Proglotid yang mengandung telur masak akan keluar ke alam bebas bersama faeces
manusia. Dia alam bebas telur termakan oleh hewan babi.
2. Dalam usus babi, proglotid terbawa aliran darah dalam bentuk Onkosfera (larva
heksakan)

dan masuk ke dalam otot lemak dengan melepaskan aitanya menjadi Sistiserkus.

3. Bila manusia makan daging yang mengandung sistiserkus akan menjadi cacing
ddewasa dalam tubuh manusia.

Taenia (cacing pita)


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

?
Taenia

Skoleks Taenia solium

Skoleks Taenia solium


Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Platyhelminthes

Kelas: Cestoda

Ordo: Cyclophyllidea

Famili: Taeniidae

Genus: Taenia
Linnaeus, 1758

Spesies

Taenia crassiceps
Taenia pisiformis
Taenia saginata
Taenia solium
Taenia asiatica
Taenia taeniaeformis

Taenia merupakan salah satu marga cacing pita yang termasuk dalam Kerajaan Animalia, Filum
Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku Taeniidae. [1] Anggota-
anggotanya dikenal sebagai parasit vertebrata penting yang menginfeksi manusia, babi, sapi, dan
kerbau. [1]

Daftar isi
 1 Perbedaan antarspesies
 2 Siklus Hidup
 3 Penyebaran
o 3.1 Penyebaran di Dunia
o 3.2 Penyebaran di Indonesia
 4 Dampak terhadap Kesehatan
 5 Pengendalian
 6 Referensi
 7 Pranala Luar

Perbedaan antarspesies
Cacing Taenia saginata dewasa

Segmen tubuh Taenia solium

Terdapat tiga spesies penting cacing pita Taenia, yaitu Taenia solium, Taenia saginata, dan
Taenia asiatica. [2][3] Ketiga spesies Taenia ini dianggap penting karena dapat menyebabkan
penyakit pada manusia, yang dikenal dengan istilah taeniasis dan sistiserkosis.[2]. Adapun
perbedaan antarspesies cacing pita Taenia dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Perbedaan antara Taenia solium, Taenia saginata dan Taenia asiatica

No. Keterangan Taenia solium [1][4] Taenia saginata [1][4] Taenia asiatica [5]

Inang definitif dan


1 Usus halus manusia Usus halus manusia Usus halus manusia
habitat

Sapi (utama), kambing,


2 Inang antara Babi dan manusia Babi (utama), sapi
domba

Cysticercus t.s.
3 Nama tahap larva Cysticercus cellulosae Cysticercus bovis
taiwanensis

Ukuran panjang x
4 (3-8)x 0,01 meter (4-15) x 0,01 meter 4-8 meter
lebar
5 Jumlah segmen 700-1000 1000-2000 712

30.000-50.000 di setiap lebih dari 100.000 di setiap


6 Jumlah telur
segmen segmen

Siklus Hidup

Siklus hidup Taenia sp.

Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang definitif.
[4]
Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif dari anus
manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia. [4] Bila inang definitif (manusia) maupun
inang antara (sapi dan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio
(onchosphere) yang kemudian menembus dinding usus.[4] Embrio cacing yang mengikuti
sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam
otot tertentu. [4] Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah, otot
pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk. [6]

Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis.[1] Taeniasis adalah penyakit
akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat menular dari
hewan ke manusia, maupun sebaliknya.[7] Taeniasis pada manusia disebabkan oleh spesies
Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi [7], sementara Taenia saginata dikenal juga
sebagai cacing pita sapi.[7][8]

Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia (sistiserkus) akibat
termakan telur cacing Taenia solium (cacing pita babi). [2] Cacing pita babi dapat menyebabkan
sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis
pada manusia. [7] Sedangkan kemampuan Taenia asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis
belum diketahui secara pasti. [3] Terdapat dugaan bahwa Taenia asiatica merupakan penyebab
sistiserkosis di Asia. [3]

Manusia terkena taeniasis apabila memakan daging sapi atau babi yang setengah matang yang
mengandung sistiserkus sehingga sistiserkus berkembang menjadi Taenia dewasa dalam usus
manusia. [6] Manusia terkena sistiserkosis bila tertelan makanan atau minuman yang mengandung
telur Taenia solium. [9] Hal ini juga dapat terjadi melalui proses infeksi sendiri oleh individu
penderita melalui pengeluaran dan penelanan kembali makanan. [10].

Sumber penularan cacing pita Taenia pada manusia yaitu [11]

1. Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau segmen tubuh (proglotid)
cacing pita.
2. Hewan, terutama babi dan sapi yang mengandung larva cacing pita (sistisekus).
3. Makanan, minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur cacing pita.

Penyebaran
Penyebaran di Dunia

Cacing pita Taenia tersebar secara luas di seluruh dunia. [7]. Penyebaran Taenia dan kasus infeksi
akibat Taenia lebih banyak terjadi di daerah tropis karena daerah tropis memiliki curah hujan
yang tinggi dan iklim yang sesuai untuk perkembangan parasit ini. [12] Taeniasis dan sistiserkosis
akibat infeksi cacing pita babi Taenia solium merupakan salah satu zoonosis di daerah yang
penduduknya banyak mengkonsumsi daging babi dan tingkat sanitasi lingkungannya masih
rendah, seperti di Asia Tenggara, India, Afrika Selatan, dan Amerika Latin. [13] Adapun kasus
infeksi cacing pita Taenia di negara tropis dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kasus Infeksi Cacing Pita Taenia di Negara Tropis

Negara Kasus

Taiwan,
1.661 orang penderita taeniasis. [14]
Cina

Brazil 0,1-0,9 % kejadian sistiserkosis pada manusia. [15]

Thailand 5,9% dari 1450 orang positif taeniasis. [16]

Taeniasis/sistiserkosis terutama ditemukan di Papua, Bali dan Sumatera Utara. Selain itu
Indonesia
ditemukan di NTT, Lampung, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat dan Jawa Timur. [17] [3] [9]
Laos Kejadian taeniasis mencapai 14% [18]

Salah satu bukti lebih luasnya penyebaran Taenia di daerah tropis yaitu ditemukannya spesies
ketiga penyebab taeniasis pada manusia di beberapa negara Asia yang dikenal dengan sebutan
Taiwan Taenia atau Asian Taenia. [19]. Asian Taenia dilaporkan telah ditemukan di negara-
negara Asia yang umumnya beriklim tropis seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina,
Korea dan Cina. [20] Kini Asian Taenia disebut Taenia asiatica [21]. Kejadian T. asiatica yang
tinggi terutama ditemukan di Pulau Samosir, Indonesia. [17]

Sistiserkosis merupakan infeksi yang sering ditemukan pada babi dan manusia terutama di
negara berkembang. [3] Penyebaran sistiserkus pada manusia dipengaruhi oleh kontak antara babi
dan feses manusia, tidak adanya pemeriksaan kesehatan daging saat penyembelihan, dan
konsumsi daging mentah atau setengah matang.[6] Penyebaran penyakit ini luas karena Taenia
dapat memproduksi puluhan bahkan ratusan ribu telur setiap hari yang dapat disebar oleh air
hujan ke lingkungan bahkan pada lokasi yang jauh dari tempat pelepasan telur. [4]

Penyebaran di Indonesia

Infeksi cacing pita Taenia tertinggi di Indonesia terjadi di Provinsi Papua. [22] Di Kabupaten
Jayawijaya Papua, Indonesia ditemukan 66,3% (106 orang dari 160 responden) positif menderita
taeniasis solium/sistiserkosis selulosae dari babi [3]. Sementara 28,3% orang adalah penderita
sistiserkosis yang dapat dilihat dan diraba benjolannya di bawah kulit [3]. Sebanyak 18,6% (30
orang) di antaranya adalah penderita sistiserkosis selulosae yang menunjukkan gejala epilepsi [3].
Dari 257 pasien yang menderita luka bakar di Papua, sebanyak 82,8% menderita epilepsi akibat
adanya sistiserkosis pada otak. [3]

Prevalensi sistiserkosis pada manusia berdasarkan pemeriksaan serologis pada masyarakat Bali
sangat tinggi yaitu 5,2% sampai 21%, sedangkan prevalensi taeniasis di provinsi yang sama
berkisar antara 0,4%-23%. [17] Sebanyak 13,5% (10 dari 74 orang) pasien yang mengalami
epilepsi di Bali didiagnosa menderita sistiserkosis di otak. [23] Prevalensi taeniasis T. asiatica di
Sumatera Utara berkisar 1,9%-20,7%. [17] Kasus T. asiatica di Provinsi ini umumnya disebabkan
oleh konsumsi daging babi hutan setengah matang. [17]

Dampak terhadap Kesehatan


Sistiserkosis pada otak

Taenia saginata di usus buntu

Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan sistiserkosis. Gejala
klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah[14]:

 Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya (95%)


 Gatal-gatal pada anus (77%)
 Mual (46%)
 Pusing (42%)
 Peningkatan nafsu makan (30%)
 Sakit kepala (26%)
 Diare (18%)
 Lemah (17%)
 Merasa lapar (16%)
 Sembelit (11%)
 Penurunan berat badan (6%)
 Rasa tidak enak di lambung (5%)
 Letih (4%)
 Muntah (4%)
 Tidak ada selera makan saat lapar (1%)
 Pegal-pegal pada otot (1%)
 Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit dan gangguan
pernapasan (masing-masing <1%).

Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam
tubuh. [4] Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang
berbeda-beda. [4] Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut
neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit [17].

Dampak kesehatan yang paling ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing Taenia yaitu
neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian. [24] Neurosistiserkosis adalah infeksi
sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva Taenia solium. Neurosistiserkosis merupakan
faktor risiko penyebab stroke baik pada manusia yang muda maupun setengah baya[25], epilepsi
dan kelainan pada tengkorak. [8] Sistiserkosis merupakan penyebab 1% kematian pada rumah
sakit umum di Meksiko City dan penyebab 25% tumor dalam otak [8].

Pengendalian

Cara Pengendalian cacing pita Taenia

Pengendalian cacing pita Taenia dapat dilakukan dengan memutuskan siklus hidupnya.
Pemutusan siklus hidup cacing Taenia sebagai agen penyebab penyakit dapat dilakukan melalui
diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita yang terinfeksi. [8] Beberapa obat cacing yang
dapat digunakan yaitu Atabrin, Librax dan Niclosamide [5] dan Praziquantel [17]. Sedangkan
untuk mengobati sistiserkosis dapat digunakan Albendazole dan Dexamethasone. [26] Untuk
mengurangi kemungkinan infeksi oleh Taenia ke manusia maupun hewan diperlukan
peningkatan daya tahan tubuh inang. Hal ini dapat dilakukan melalui vaksinasi pada ternak,
terutama babi di daerah endemis taeniasis/sistiserkosis serta peningkatan kualitas dan kecukupan
gizi pada manusia. [27]

Lingkungan yang bersih sangat diperlukan untuk memutuskan siklus hidup Taenia karena
lingkungan yang kotor menjadi sumber penyebaran penyakit. Pelepasan telur Taenia dalam feses
ke lingkungan menjadi sumber penyebaran taeniasis/sistiserkosis. [8] Faktor risiko utama
transmisi telur Taenia ke babi yaitu pemeliharaan babi secara ekstensif, defekasi manusia di
dekat pemeliharaan babi sehingga babi memakan feses manusia dan pemeliharaan babi dekat
dengan manusia. [28] Hal yang sama juga berlaku pada transmisi telur Taenia ke sapi. Telur
cacing ini dapat terbawa oleh air ke tempat-tempat lembap sehingga telur cacing lebih lama
bertahan hidup dan penyebarannya semakin luas. [4]

Kontrol penyakit akibat Taenia di lingkungan dapat dilakukan melalui peningkatan sarana
sanitasi, pencegahan konsumsi daging yang terkontaminasi, pencegahan kontaminasi tanah dan
tinja pada makanan dan minuman. [28] Pembangunan sarana sanitasi, misalnya kakus dan septic
tank, serta penyediaan sumber air bersih sangat diperlukan. Pencegahan konsumsi daging yang
terkontaminasi dapat dilakukan melalui pemusatan pemotongan ternak di rumah potong hewan
(RPH) yang diawasi oleh dokter hewan. [29]

Fasciola hepatica
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Fasciola hepatica dewasa.

Fasciola hepatica atau disebut juga Cacing hati merupakan anggota dari Trematoda
(Platyhelminthes). [1] Cacing hati mempunyai ukuran panjang 2,5 – 3 cm dan lebar 1 - 1,5 cm.
Pada bagian depan terdapat mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap, dan ada sebuah
alat pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang mulut, juga terdapat alat
kelamin. Bagian tubuhnya ditutupi oleh sisik kecil dari kutikula sebagai pelindung tubuhnya dan
membantu saat bergerak. [2]

Daur hidup
Cacing ini tidak mempunyai anus dan alat ekskresinya berupa sel api. Cacing ini bersifat
hemaprodit, berkembang biak dengan cara pembuahan sendiri atau silang, jumlah telur yang
dihasilkan sekitar 500.000 butir. Hati seekor domba dapat mengandung 200 ekor cacing atau
lebih. [3] Karena jumlah telurnya sangat banyak, maka akan keluar dari tubuh ternak melalui
saluran empedu atau usus bercampur kotoran. Jika ternak tersebut mengeluarkan kotoran, maka
telurnya juga akan keluar, jika berada di tempat yang basah, maka akan menjadi larva bersilia
yang disebut mirasidium. Larva tersebut akan berenang, apabila bertemu dengan siput Lymnea
auricularis akan menempel pada mantel siput. Di dalam tubuh siput, silia sudah tidak berguna
lagi dan berubah menjadi sporokista. Sporokista dapat menghasilkan larva lain secara
partenogenesis yang disebut redia yang juga mengalami partenogensis membentuk serkaria.
Setelah terbentuk serkaria, maka akan meninggalkan tubuh siput dan akan berenang sehingga
dapat menempel pada rumput sekitar kolam/sawah. Apabila keadaan lingkungan tidak baik,
misalnya kering maka kulitnya akan menebal dan akan berubah menjadi metaserkaria. Pada saat
ternak makan rumput yang mengandung metaserkaria, maka sista akan menetas di usus ternak
dan akan menerobos ke dalam hati ternak dan berkembang menjadi cacing muda, demikian
seterusnya. [2]

Obelia
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi , cari

Obelia
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Subkingdom: Eumetazoa

Filum: Cnidaria

Subphylum: Medusozoa

Kelas: Hydrozoa

Subclass: Leptolinae

Order: Leptomedusae

Subordo: Proboscidoidea

Keluarga: Campanulariidae

Obelia
Genus: Peron dan Lesueur,
1810

Jenis

 Obelia dichotoma
 Obelia geniculata
 Obelia longissima
 Obelia bidentata

Obelia adalah genus dalam kelas Hydrozoa , yang terdiri dari terutama laut dan air tawar hewan
beberapa spesies dan memiliki kedua polip dan medusa tahapan dalam siklus hidup mereka.
Genus milik filum Cnidaria , yang semuanya organisme air dan terutama laut yang relatif
sederhana dalam struktur.

Isi
 1 Habitat
 2 Siklus hidup
 3 Struktur
 4 Referensi
 5 Pranala luar

Habitat
Obelia memiliki distribusi di seluruh dunia kecuali tinggi Arktik dan Antartika laut. [1] Tahap
medusa spesies Obelia yang umum di pesisir dan lepas pantai plankton di seluruh dunia. [2]
Obelia biasanya ditemukan tidak lebih dari 200 meter (660 kaki) dari permukaan air, tumbuh di
rockpools intertidal dan di air rendah ekstrim pasang surut musim semi.

1. ^ Cornelius, PFS, 1990a. Eropa Obelia (Cnidaria, Hydroida): Sistematika dan identifikasi. Journal
of Natural History 24: 535-578.
2. ^ Cornelius, PFS, 1995b. North-West Eropa thecate hidroid dan Medusae mereka. Bagian 2.
Sinopsis dari Fauna Inggris (Seri Baru), No 50.

Siklus Hidup
Koloni polip mereproduksi secara aseksual . Selama tahap kehidupan, Obelia terbatas pada
substrat permukaan. Pada koloni dewasa ada individu hydranths disebut gastrozooids , yang
dapat ditemukan diperluas atau dikontrak, untuk membantu dalam pertumbuhan organisme ini
dengan makan, polip reproduksi gonozooids memiliki tunas medusa. Hydranths lain
mengkhususkan diri untuk pertahanan. Tubuh stalky utama dari koloni terdiri dari coenosarc,
yang ditutupi oleh perisarc pelindung.

Generasi berikutnya dari siklus hidup dimulai ketika medusa yang dilepaskan dari ini
gonozooids, memproduksi renang gratis hanya velum medusa jantan dengan gonad , mulut, dan
tentakel . Penampilan fisik dari velum medusa pria dan wanita, termasuk gonad mereka, yang
bisa dibedakan, dan hubungan seks hanya dapat ditentukan dengan mengamati bagian dalam
gonad, yang baik akan berisi sperma atau sel telur . Medusa The bereproduksi secara seksual ,
melepaskan sperma dan telur yang membuahi untuk membentuk zigot , yang kemudian morphs
menjadi blastula , maka larva renang bersilia disebut Planula .

Yang hidup Planula berenang bebas untuk sementara waktu tetapi akhirnya menempel ke
beberapa permukaan padat, di mana mereka mulai fase reproduktif hidup mereka. Setelah
melekat pada substrat, Planula dengan cepat berkembang menjadi salah satu polip makan.
Sebagai polip tumbuh, ia mulai mengembangkan cabang individu makan lainnya, sehingga
membentuk generasi baru polip aseksual oleh tunas .

Struktur
Melalui siklus hidupnya, Obelia mengambil dua bentuk: polip dan medusa . Mereka diploblastic
, dengan dua lapisan jaringan benar - suatu epidermis dan gastrodermis , dengan seperti jelly
mesoglea mengisi daerah antara dua lapisan jaringan yang benar. Mereka membawa saraf bersih
tanpa otak atau ganglia . Sebuah rongga gastrovascular hadir di mana pencernaan dimulai dan
kemudian menjadi intraseluler. Mereka memiliki saluran pencernaan lengkap di mana makanan
masuk, dicerna, dan dikeluarkan melalui lubang yang sama. Selama tahap polip, mulut terletak di
bagian atas tubuh, dikelilingi oleh tentakel, sedangkan pada tahap medusa, mulut terletak di
ujung distal dari struktur tubuh utama. Empat gonad terletak pada struktur tubuh utama, atau
manubrium. Ketika makanan diambil melalui mulut, memasuki manubrium. Makanan ini
kemudian didistribusikan melalui sistem kanal, yang terdiri dari empat kanal radial dan lingkar
luar. Pertahanan dan menangkap mangsa yang dibantu oleh sel penyengat unik yang disebut
cnidocytes yang mengandung nematocysts, yang dipicu oleh cnidocil tersebut.
Aurelia (genus)

Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi , cari

Aurelia

Seorang dewasa Aurelia medusa

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Cnidaria

Kelas: Scyphozoa

Order: Semaeostomeae

Keluarga: Ulmaridae

Genus: Aurelia

Jenis

 Aurelia aurita
 Aurelia colpata
 Aurelia Labiata
 Aurelia limbata
 Aurelia maldivensis
 Aurelia Solida

Aurelia adalah genus dari Scyphozoan ubur-ubur ( Cnidaria , Scyphozoa). Setidaknya ada 13
spesies di Aurelia genus termasuk banyak yang masih belum dijelaskan secara resmi. [1] [2] Ia
telah mengemukakan bahwa Aurelia adalah kelompok terbaik-dipelajari dari zooplankton
berlendir , dengan Aurelia aurita yang terbaik-dipelajari spesies di genus, dua spesies lainnya,
Aurelia Labiata dan Aurelia limbata juga telah diselidiki (studi diringkas oleh Arai [3] ). Karena
kebanyakan studi sebelumnya Aurelia dilakukan tanpa manfaat identifikasi genetik, seseorang
tidak bisa positif atribut hasil penelitian paling ke spesies bernama. Spesies Aurelia dapat
ditemukan di Samudera Atlantik , para Samudra Arktik dan Samudra Pasifik , dan umum untuk
perairan California , Jepang , Korea , Australia, Selandia Baru, Laut Hitam , Indonesia, Pantai
Timur Amerika Serikat serta Eropa . [2] Aurelia mengalami pergantian generasi, dimana tahap
pelagis seksual-reproduksi medusa adalah baik laki-laki atau perempuan, dan tahap polip bentik
mereproduksi secara aseksual.

Anda mungkin juga menyukai