Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS BEBERAPA VARIABEL YANG MEMPENGARUH

PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN PROSPEK PENINGKATANNYA


DI KABUPATEN BERAU

Djupiansyah Ganie
Magister Ilmu Ekonomi Fakultas EkonomiUniversitas Mulawarman
Hj. Sri Mintarti
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
H. Priyagus
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Jalan Tanah Grogot Gunung Kelua Samarinda Telepon +62541-749067

Abstrak

Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan


dan pembangunaan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat
diandalkan. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak
diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia sejak tahun 2001. Dengan adanya
otonomi, daerah di pacu untuk dapat berkreasi mencari sumber penerimaan daerah
yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah. Dari berbagai alternative
sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh daerah, UU tentang Pemerintah
Daerah menetapkan pajak dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber
penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai
dengan kondisi masing-masing daerah.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah perusahaan,
jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita terhadap pajak daerah di Kabupaten
Ketua Barat dan mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap pajak
daerah di Kabupaten Kutai Barat.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda,
analisa potensi, analisa trand, uji t beda rata-rata. Adapun variabel terkait yang
digunaka adalah PDRB Perkapita (X1), Jumlah Wisatawan (X2), dan Kepatuha
Wajib Pajak (X3).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel bebas secara
simultan/ bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak
Daerah di Kabupaten Berau yang di tunjukkan oleh hasil Uji F, yaitu F hitung
45.329 dengan tingkat signifikansi 0,0001< dari 0,050. Variabel independent
PDRB Perkapita merupakan variable yang berpengaruh dominan terhadap
Penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Berau.Jenis Pajak Penerangan Jalan,
pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, dan Pajak Reklame merupakan pajak
Potensial yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Berau, dalam
meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah. Kontribusi penerimaan Pajak Daerah
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Berau pada periode waktu
2013 sampai dengan 2022 sebesar 55,39% yang lebih tinggi dari kontribusi
periode waktu 2003 sampai dengan 2013 sebesar 10,18% dan target penerimaan
pajak daerah sebesar 10%.Hal ini menunjukkanbahwa Penerimaan Pajak Daerah
meningkat secara singnifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah yang dibuktikan
dari hasil Uji t Beda Rata-rata diperoleh t hitung sebesar 4.241 dengan tingkat
singnifikan 0,002 yang lebih kecil dari 0,050

Kata Kunci: Pajak Daerah, PDRB Perkapita, Jumlah Wisatawan,


Kepatuhan Wajib Pajak

PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber-sumber Penerimaan
Daerah dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah adalah dari Pendapatan
Asli Daerah, Dana Perimbangan Pinjaman Daerah dan lain-lain Pendapatan
Daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang
berasal dari daerah sendiri yang terdiri dari : 1). Pajak Daerah, 2) Retribusi
Daerah, 3) Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Asset Daerah
yang dipisahkan, 4) Lain – lain Pendapatan Daerah yang sah.
Pemerintah Daerah Kabupaten Berau yang telah terbentuk tahun 1959
berdasarkan Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959, merupakan salah satu daerah
yang diberi hak otonomi daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
Kabupaten Berau dalam pelaksanaan pembangunan sangat mengandalkan sumber
pembiayaan yang berasal dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi
Kalimantan Timur,
Seiring dengan berjalannya otonomi daerah, diharapkan pemerintah daerah
Kabupaten Berau mampu mengelola dan memaksimalkan sumber daya yang ada
di daerah untuk kelangsungan dan kemajuan daerah itu sendiri. Salah satu upaya
Pemerintah Daerah Kabupaten Berau dalam meningkatkan Penerimaan Asli
Daerahnya adalah melalui pajak daerah.
Peranan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Berau
dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1 Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Berau dari Tahun 2002 s/d 2012
Kontribu
No Tahun Pajak Daerah Pertumbuhan PAD si
(%)
1 2003 1,620,809,207 22,595,549,338 7,17
2 2004 2,346,312,312 31.2 24,518,501,619 9,57
3 2005 3,837,737,628 39.1 27.432.152.119 13,99
4 2006 5,106,167,437 25.5 57,568,985,506 8,87
5 2007 6,190,807,981 18.7 81,746,010,730 7,57
6 2008 6,359,018,781 3.7 100,420,211,280 6,33
7 2009 8,451,797,667 25.8 165,264,519,940 5,11
8 2010 14,752,512,348 43.1 109,282,996,109 4,34
9 2011 18,948,298,434 22.7 124,830,205,554 15,17
10 2012 22,941,240,103 17.8 157,276,942,942 14,58
Sumber : DPPKK Kabupaten Berau Tahun 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui penerimaan pajak Daerah Kabupaten
Berau mengalami peningkatan setiap tahunnya, Penerimaan Pajak Daerah pada
awal diperlakukannya otonomi daerah sebesar Rp. 1.616.861.199,- meningkat
menjadi Rp 22.941.240.130,- pada Tahun 2012, dengan tingkatan pertumbuhan
rata-rata sebesar 22 %.
Peningkatan Pajak Daerah tersebut tidak dengan sendirinya menunjukan
peningkatan kontribusinya dalam Pendapatan Asli Daerah, karena kontribusi
tertinggi yang dicapai pada tahun 2012 mencapai 15 %. Kondisi keuangan daerah
sebagaimana tersebut diatas merupakan karektaristik kondisi keuangan Negara
sedang berkembang termasuk Indonesia yang sebagaimana disebutkan oleh
Harold A. Aldefer (1964) dalam Alpian Laiins (1985) menyatakan bahwa
rendahnya kontribusi Pajak Daerah dalam Pendapatan Asli Daerah disebabkan
terbatasnya wewenang daerah untuk memungut Pajak Daerah sebagai akibat telah
dijadikannya pajak-pajak yang cukup besar hasilnya didaerah sebagai pajak
sentral dan dipungut oleh Pemerintah Pusat, disamping itu relatip rendahnya Pajak
Daerah.
Kabupaten Berau sebagai daerah yang memiliki luas wilayah 34.127 Km2
yang terdiri atas daratan dan lautan, memiliki potensi alam yang sangat melimpah
berupa tambang batubara, kayu, perikanan dan perkebunan. Hal ini mendorong
berkembangnya berbagai perusahaan yang mengelola potensi alam tersebut
sehingga menyediakan kesempatan kerja dan mendorong peningkatan Pendapatan
Perkapita bagi masyarakat Kabupaten Berau.
Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya dari Tahun ke
Tahun selalu meningkat yang di tunjukkan dari Surat pemberitahuan Pajak Daerah
(SPPD) Tahun 2003 sampai dengan 2012 Kepatuhan Wajib Pajak meningkat dari
11.587 SPPD menjadi 29.377 SPPD, hal ini menunjukkann bahwa kesadaran
wajib pajak dari tahun ke tahun di Kabupaten Berau meningkat.
Berdasarkan fenomena dan pemahaman tentang pentingnya Pajak Daerah
era otonomi, sehingga perlu di kaji lebih mendalam mengenai beberapa variabel
yang mempengaruhi penerimaan Pajak Daerah dan Strategi Peningkatannya di
Kabupaten Berau.
Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian seperti
telah di sebutkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah PDRB Perkapita, Jumlah Wisatawan dan Kepatuahan Wajib pajak,
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak
Daerah di Kabupaten Berau,
2. Diantara Variabel yang diteliti, manakah yang berpengaruh dominan
terhadap penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Berau.
3. Jenis Pajak manakah yang Potensial yang dikembangkan untuk
memberikan penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Berau.
4. Apakah Prospek kontribusi Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Berau meningkat secara signifikan.
Dari uraian yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah insfra struktur panjang jalan, PDRB Perkapita, serta jumlah Wajib
Pajak (WP) dan Retribusi Ijin Gangguan (HO) secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh atau hubungan positif terhadap penerimaan PAD di
Kabupaten Kutai Kartanegara
2. Manakah diantara variabel (Panjang jalan, PDRB Perkapita, dan
ekstensifikasi Jumlah WP/WR) tersebut diatas yang paling berpengaruh
dominan terhadap penerimaan PAD di Kabupaten Kutai Kartanegara
Penelitian ini juga bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh Insfrastruktur Panjang Jalan, PDRB Perkapita dan
Ekstensifikasi WP dan Retribusi Ijin Gangguan (HO) terhadap penerimaan
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Mengetahui variabel yang dominan terhadap penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Review Literatur. Rustam (2009) Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Pajak Hotel dan Restoran di Kota Balikpapan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan PDRB, terhadap
penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Balikpapan dan mengetahui
variabel yang dominan Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah
Analisis regresi liniear berganda. Dari hasil Analisis Linear berganda
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Hotel
dan Restoran secara simutan terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara yaitu
jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan PDRB sedangkan secara farsial faktor PDRB
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap penerimaan Pajak Hotel dan
Restoran dan faktor jumlah wisatawan dan jumlah hotel tidak berpengaruh
signifikan.
Hesti Susetyawati, Amelberga (2010) Analisis Pajak Daerah di Kabupaten
Kutai Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah
perusahaan, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita terhadap pajak daerah di
Kabupaten Kutau Barat dan mengetahui variabel yang berpengaruh dominan
terhadap pajak daerah di Kabupaten Kutai Barat. Berdasarkan hasil penelitian
dikatahui bahwa variabel bebas secara simultan/ bersama-sama dengan
menggunakan uji F berpengaruh secara signifikan terhadap Pajak Daerah di
Kabupaten Kutai Barat. Selanjutnya berdasarkan uji parsial seluruh variabel
independent yaitu jumlah perusahaan, jumlah penduduk, dan pendapatan per
kapita berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak daerah di Kabupaten
Kutai Barat.
Teori Keuangan Negara. Larasati, dkk (1999;72) menyatakan
pendapatnya tentang ilmu keuangan Negara adalah sebagai berikut :
a. Teori tentang pengeluaran Negara meliputi: pengeluaran pengembangan
jalannya keuangan dalam perekonomian dan sesui dengan pola permintaan
dan penawaran. Pengeluaran Negara juga sebagai saran untuk mewujudkan
kesejahtraan, pertumbuhan, stabilitas dan kebijaksaaaan yang lain.
b. Teori tentang penerimaan Negara, yang membahas tentang beberapa
sumber-sumber Negara memperolah pendapatan. Pada teori penerimaan ini
menganalisa tentang perbandingan keuntungan dan kerigian dari berbagai
bentuk pemasukan dan membahas prinsip-prinsip yang harus dilakukan
terhadap pilihan-pilihan itu yaitu, terhadap bermacam-macam sumber
pemasukan negara seperti pajak, utang Negara dan penciptaan sumber
penerimaan yang baru.
c. Administrasi keuangan, dalam kagiatan ini menyangkut semua kegiatan
keuangan termasuk segala permasalahan tentang administrasi keuangan
berkaitan dengan anggaran belanja Negara, pelaksanaan anggaran belanja
Negara, realisasianggaran belanja Negara dan lain-lain yang serupa.
Teori Keuangan Daerah. Dalam keteraitannya dengan keuangan,
Mamesah (1995:16) mengemukakan bahwa keuangan daerah adalah semua hak
dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang demikian pula segala sesuatu baik
berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang
belum dimiliki atau dikuasai oleh Negara atau Daerah yang lebih tinggi
kedudukannya serta pihak–pihak lain sesuai ketentuan yang berlaku.
Pedapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Menurut
Elita Dewi, (Bastian, 2002:79) dalam jurnalnya yang membahas tentang
indentifikasi sumber pendapatan daerah, dijelaskan bahwa identifikasi adalah
pengenalan atau pembuktian sama, jadi identifikasi sumber pendapatan asli daerah
adalah: meneliti, menetukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi
sumber pendapatan asli daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta
mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil
yang maksimal. Sedangkan pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang
diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh
pemerintah daerah.
Pajak Daerah. Menurut Kaho pajak daerah adalah peralihan kekayaan
dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk Public investment. Menurut Soemitro (1988), pajak
daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
peraturan yang telah ditetapkan untuk pembiayaan pengeluaran daerah sebagai
badan public, sedangkan mengenai lapangan pajak daerah adalah pajak yang
belum dipungut oleh pemerintah pusat juga terhadap hal-hal yang pada umumnya
mempunyai sifat ke daerah. Dalam Ensiklopedi Perpajakan Indonesia
(Lumbantoruan,1997), Pajak Daerah diartikan sebagai pajak yang dipungut oleh
pemerintah tingkat daerah untuk pembiayaan rumah tangganya.
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Penerimaan Pajak Daerah.
Berdasarkan teori perpajakan, Musgrave (1991): Anwar Shah (1994), besar
kecilnya penerimaan di sektor pajak akan sangat ditentukan oleh (1) pendapatan
perkapita, (2) Jumlah penduduk, baik pusat maupun daerah, Apabila pendapatan
rata – rata meningkat maka perubahan dalam pola konsumsi bagi perekonomian
secara keseluruhan akan terjadi yang berakibat pada penerimaan pajak. Jadi
pendapatan perkapita berpengaruh ( + ) / positif terhadap penerimaan pajak
daerah. Begitu pula dengan jumlah penduduk, disini dibatasi dengan jumlah
penduduk, disini dibatasi dengan jumlah penduduk yang berkerja. Penduduk
bekerja bararti memiliki pendapatan sedangkan pendapatan telah diterima secara
luas sebagai ukuran untuk menentukan kemampuan membayar pajak sehingga
dikatakan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak
daerah.
Penerimaan Pajak Daerah tergantung dengan beberapa variabel yang
mempengaruhinya. Pada bagian dibawah ini akan dijelaskan beberapa variabel
yaitu PDRB Perkapita, Jumlah Wisatawan, dan Kepatuhan Wajib pajak.
Kerangka Pikir Penelitian. Didalam Kerangka Pikir penelitian ini
meliputi kajian teori (Keuangan Negara, Keuangan Daerah, Pendapatan Asli
Daerah, Pajak Daerah) dari kajian teori akan menghasilkan analisis (perhitungan)
dan menghasilkan hasil penelitian, sehingga alur pikir penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut :
Study Teori Study Teori
1. Keuangan Negara Irawan dan 1. Agustiningtyas, Veronika
Suparmoko (1999) Winarti (2003)
2. Keuangan Daerah Mamesah 2. Rustam (2009)
(1995) 3. Susetyawati, Amelberga
3. Pendapatan Asli Daerah (2010)
Bastian (2002)
4. Pajak Daerah UU 34 Tahun
2000

HIPOTESIS

Alat Analisis
Regresi Liniear Berganda

Analisis

Hasil Penelitian

Gambar. 2.1 Kerangka Pikir Penelitian


Hipotesis. Berdasarkan latar belakang, dan permasalahan yang
dikemukakan, maka Hipotesis yang dikemukakan adalah :
1. Variabel PDRB Perkapita, Jumlah Wisatawan, dan Kepatuhan Wajib
Pajak, secara bersama sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
Pajak Daerah di Kabupaten Berau.
2. Variabel PDRB Perkapita mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Berau.
3. Jenis pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, dan Pajak Reklame yg potensial dikembangkan.
4. Prospek kontribusi Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Berau meningkat secara signifikan..

METODE PENELITIAN

Defenisi Oprasional. Variabel-variabel yang dijadikan dalam penelitian


ini, perlu dijabarkan dalam suatu definisi operasional sebagai berikut :
1. Penerimaan Pajak Daerah, adalah Jumlah uang yang masuk ke Kas Daerah
Kabupaten Berau yang berasal dari setoran wajib pajak Hotel, Restoran,
Hiburan, Reklame, Sarang Burung Walet, Mineral Bukan Logam dan Batuan,
Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan dari Tahun 2003 s/d 2012 yang diukur dengan Rupiah (Rp).
2. PDRB Per Kapita, adalah Jumlah pendapatan perkapita penduduk Kabupaten
Berau didapat dari hasil Produk Domistik Regional Bruto atas harga konstan
dibagi dengan jumlah penduduk di Kabupaten Berau dari Tahun 2003 s/d
2012 yang diukur dengan Rupiah (Rp).
3. Jumlah Wisatawan adalah jumlah wisatawan domistik dan Asing yang
menginap di Hotel, Penginapan, Wisma, Cottage dan Homestate di
Kabupaten Berau dari Tahun 2003 s/d 2012 yang diukur dengan Orang (Org).
4. Kepatuhan Wajib Pajak adalah kesadaran wajib pajak untuk memenuhi dan
membayar kewajiban perpajakan dari Tahun 2003 s/d 2012 yang diukur dari
jumlah STPD yang di sampaikan.
Jenis dan Sumber Data. Data dikumpulkan dengan cara penelitian
pustaka (library research) dari berbagai sumber kemudian dilengkapi dengan
informasi lain sebagai bahan perbandingan dalam kaitannya dengan permasalahan
yang diteliti, terutama indikator yang relevan dengan peningkatan sumber
penerimaan daerah, pertumbuhan ekonomi serta aspek yang terkait dengan
pengelolaan keuangan daerah, yaitu berupa :
1. Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka yang diperoleh penulis
seperti PDRB Perkapiran, Jumlah Wisatawan, dan Kepatuhan wajib pajak.
2. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan dari
berbagai artikel-artikel yang berhubungan dengan penulisan ini.
Analisis Data. Untuk menganalisis permasalahan yang telah
dikemukakan, maka digunakan Analisis Regresi Linier Berganda dan Analisis
Trand untuk jelasnya secara rinci dijelaskan sebagai berikut :
Analisis Regresi Linear Berganda. Alat analisis yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Menurut Sugiyono
(2002:259) Analisis Regresi Linier Berganda dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + ϵ

Dimana :
Y = Variabel dependent / Variabel terikat
a0 = Konstanta / Intersep
X1,X2,X3 = Variabel independent / Variabel bebas
β1, β2, β3 = Koefisien

Kemudian dikembangkan menjadi :

Y = β0 + βlX1 + β2X2 + β3X3 + ϵ

Dimana :
Y = Penerimaan Pajak Daerah
b0 = Konstanta atau intercept
X1 = PDRB Perkapita
X2 = Jumlah Wisatawan
X3 = Kepatuhan Wajib Pajak
β1…..4 = Koefisien Regresi yang akan dihitung
ϵ = Faktor Kesalahan

Selanjutnya model di atas hasil output dengan menggunakan Program


Komputer SPSS For Window 14.
Pengujian Hipotesis. Pengujian Hipotesis Pertama, untuk mengetahui
apakah variable bebas (X) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable
tidak bebas (Y) di lakukan pengujian yaitu dengan melalui uji F.
Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0
Ha : Paling tidak satu β1 ≠ 0
Kuputusan untuk pengujian hipotesisnya adalah :
Jika signifikan F < 5% maka Ho ditolak
Jika signifikan F > 5% maka Ho diterima
Pengujian Hipotesis Kedua, Untuk mengetahui secara parsial variable bebas
berpengaruh nyata terhadap variable tidak bebas dilakukan uji t.
Adapun pengujian hipotesis untuk pengujian t adalah :
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
Formula untuk mengetahui nilai t hitung adalah (Gujarit, 1991 : 273)
β1
t=
SE (β1)

Jika signifikan t < 5% maka Ho ditolak


Jika signifikan t > 5% maka Ho diterima
Pengujian Hipotesis Ketiga, Analisis perhitungan Potensi mutlak dilakukan dalam
menganalisa target dan potensi yang terpendam strategi yang akan dilakukan
Untuk mengetahui Potensi masing – masing jenis pajak digunakan rumus sebagai
berikut :

PROPORSI Yi Yi
≤1
Y Y
PROPORSI
≥1
∆ Yi PRIMA PERKEMBANGAN
≥1
∆Y

∆ Yi POTENSIAL TERBELAKANG
≤1
∆Y
Keterangan :
Yi : Penerimaan Pajak Daerah i pada tahun t
Y : Nilai rata – rata Pajak Daerah pada tahun t
∆ Yi : Tambahan penerimaan jenis Pajak Daerah I pada tahun t
∆ Y : Tambahan Penerimaan Pajak Daerah pada tahun t
Pengujian Asumsi Klasik. Pengujian terhadap asumsi klasik yaitu asumsi
yang mendasari pelaksanaan regresi linier berganda supaya hasilnya dapat
diandalkan, maka perlu menguji mengenai gejala multikolinieritas, autokorelasi
dan heteroskedastisitas.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis. Hasil Analisis dengan menggunakan Program SPSS T-d3
Windows versi 17.0 mengenai variabel PDRB Perkapita, Jumlah Wisatawan dan
Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Berau
dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :
Tabel 5.1 Model Summary

Model R R Adjusted Std. Error of Change Statistics Durbin-


Square R the Estimate Watson
R Square F df1 df2 Sig. F
Square
Change Change Change
1 .979a .958 .937 1.84264E9 .958 45.329 3 6 .000 1.568
a. Predictors: (Constant), X4.Kepatuhan, X2.Jumlah.Wisata, X1.PDRBperkapira
b. Dependent Variable: Y.Pajak.Daerah
Sumber: Data Primer yang diolah, 2013
Tabel diatas memperlihatkan nilai Koefisien Korelasi ( R ) sebesar 0,979
yang berarti seluruh variabel independent yaitu PDRB Perkapita, Jumlah
Wisatawan, dan Kepatuhan Wajib Pajak dengan variabel dependen yaitu
Penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Berau memiliki hubungan yang sangat
kuat yaitu sebesar 97,7%.
Koefisien determinasi atau R square (R2) sebesar 0,958 yang menunjukkan
bahwa perubahan variabel-variabel independent terhadap variabel dependent
sebesar 95.8%, sedangkan sisanya 4,2% dijelaskan oleh variabel diluar model
yang digunakan seperti inflasi dan pengeluaran pemerintah.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah variabel PDRB Perkapita, Jumlah
Wisatawan, dan Kepatuhan Wajib Pajak memiliki hubungan terhadap
Penerimaaan Pajak Daerah di Kabupaten Berau, dengan hasil seperti pada Tabel
5.2 berikut :
Tabel 5.2 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -6.428E10 7.363E9 -8.730 .000
X1.PDRBperkapira 2265.557 431.982 .650 5.245 .002 .458 2.181
X2.Jumlah.Wisata 304109.181 118285.167 .241 2.571 .042 .800 1.250
X3.Kepatuhan 525573.486 178215.738 .365 2.949 .026 .460 2.173
Berdasarkan Tabel 5.2 diatas diperoleh suatu persamaan Regresi sebagai
berikut :
Y = -6.428E10 + 2265.557(X1) + 304109.181(X2) + 525573.486(X3)
Pengujian Hipotesis. Untuk menguji hipotesis pertama yaitu apakah
variabel bebas (independent) secara bersama-sama memberikan pengaruh atau
tidak terhadap variabel tidak bebas (dependent) dapat dilihat dari hasil uji F,
sedangkan untuk menguji hipotesis kedua yaitu apakah secara farsial variabel
bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas maka digunakan uji t. Dari
keempat variabel tersebut untuk mengukur signifikansi masing-masing variabel
secara individu melalui uji t-statistik diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Variabel PDRB Perkapita (X1) berdasarkan t hitung sebesar 5.245 dengan
tingkat signifikan 0,002 atau 0,2% lebih kecil dari 0,050 atau 5% berarti
terdapat pengaruh yang signifikan antara PDRB Perkapita terhadap
Penerimaan Pajak Daerah.
b. Variabel Jumlah Wisatawan (X2) berdasarkan t hitung sebesar 2,571 dengan
tingkat signifikan 0,042 atau 42% lebih kecil 0,050 atau 5% berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara Jumlah Wisatawan terhadap Penerimaan
Pajak Daerah
c. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X4) berdasarkan t hitung sebesar 2,949
dengan tingkat signifikan 0,026 atau 0,26% lebih kecil 0,050 atau 5% berarti
terdapat pengaruh yang signifikan antara Kepatuhan Wajib Pajak dengan
penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Berau.
Pengujian Asumsi Klasik. Adapun pengujian secara manual adanya
multikolinearitas terhadap model adalah sebagai berikut :
Tabel 5.5. Pengujian Multikolinearitas dengan Menggunakan Nilai VIF
Simbol Variabel Dependen VIF Keterangan
Lebih kecil dari
X1 PDRB Perkapita 2,181
10
Lebih kecil dari
X2 Jumlah Wisatawan 1.250
10
Kepatuhan Wajib Lebih kecil dari
X3 2.173
Pajak 10
Sumber: Data Primer yang diolah 2013
Di Indonesia sistem perekonomian yang dianut adalah atas dasar
keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan antara individu dan
masyarakat yang lahir dari kepribadian Bangsa Indonesia sendiri (M. Suparmoko,
1986) didalam R. Adisasmita (2011; 49). Sistem perekonomian tersebut
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan tetap mengacu
pada Trilogi Pembangunan dimana setiap tahunnya Pemerintah menyusun
anggaran. Beberapa ahli lain yang memberikan pengertian mengenai anggaran
Negara (Budget). M. Suparmoko (1986;49) menyatakan, bahwa yang dimaksud
dengan anggaran (budget) adalah suatu daftar atau pernyataan yang terinci
tentang penerimaan dan pengeluaran Negara yang diharapkan dalam jangka
waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Achmad Fauzi (1982) didalam R. Adisasmita (2011; 50) menyatakan
bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan program
Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun mendatang, yang
diwujudkan dalam satu bentuk uang. Ateng Syafruddin (1993) dalam R.
Adisasmita (2011;50) memberikan pengertian bahwa APBD adalah rencana kerja
atau program kerja Pemerintah Daerah untuk tahun kerja tertentu, didalamnya
memuat rencana pendapatan dan rencana pengeluaran selama satu tahun kerja
tersebut. Muliadi (1987 ; 128) menjelaskan secara rinci bahwa Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu yang sangat penting karena
APBD itu :
1. Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada rakkyat daerah yang
bersangkutan.
2. Merupakan suatu sarana untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan
bertanggung jawab.
3. Memberikan isi dan arti kepada tangung jawab Pemerintah daerah dan kepala
daerah, karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijakan Pemerintah
Daerah.
4. Merupakan suatu sarana untuk melaksanakan pengawasan terhadap daerah
dengan cara yang lebih mudah dan berhasil guna.
5. Merupakan suatu pemberian kewenangan kepada kepala daerah untuk
melakukan penyelenggaraan keuangan daerah.
Secara konsepsional komposisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
terdiri dari atas 2 (dua) bagian utama yakni : (1) Anggaran Pendapatan dan
Anggaran belanja. Pertumbuhan ekonomi dari sudut tinjauan ekonomi dapat
direfleksikan oleh pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Variabel ini
sering digunakan untuk mengukur seberapa baik ekonomi suatu Negara sudah
dikelola dengan benar. Menurut Mankiw (1999) didalam Husaini, 49, 2006, PDB
dapat dipandang dalam dua hal. Pertama, total pendapatan yang diterima oleh
setiap orang dalam perekonomian. Kedua, total pengeluaran atas produksi barang
dan jasa dalam ekonomi. Dari dua pandangan tersebut, PDB dapat mencerminkan
kinerja pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Studi yang dilakukan oleh Zhang and
Zho (1998) dalam Husaini 49, 2006. Menggunakan pertumbuhan pendapatan
didaerah pada harga konstan sebagai proksi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
Philips dan Woller (1997) didalam Husaini 49,2006 juga menggunakan tingkat
pertumbuhan PDB sebagai proksi pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi suatu Negara menurut Zing dan Zho (1998)
didalam Husaini 49, 2006. Dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
desentralisasi fiskal, tenaga kerja, perpajakan nasional, perpajakan provinsi,
investasi, keterbukaan ekonomi dan pengeluaran pemerintah di masing-masing
sektor dalam ekonomi. Faktor lain yang juga bisa mempengaruhi pertmbuhan
ekonomi adalah pertumbuhan penduduk, tingkat pengangguran, perkembangan
teknologi (markiw, 1999) didalam Husaini 49, 2006.
PDRB adalah sejumlah nilai tambah (value added) yang timbul dari
berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu yang dinyatakan
dalam rupiah. Untuk menghasilkan suatu barang ataupun jasa diperlukan barang
lain yang disebut faktor produksi. Total nilai barang dan jasa yang diproduksi
diwilayah (regional)tertentu dalam waktu tertentu (satu tahun) dihitung sebagai
Produk Domistik Bruto (PDRB). Sedangkan Pendapatan Perkapita atau
pendapatan Perkepala Penduduk diperoleh dari perbandingan antara Jumlah
Penduduk Pertengahan Tahun yang merupakan proyeksi pendapatan penduduk
dari suatu daerah selama kurun waktu satu tahun. Angka pendapatan perkapita
perpenduduk diperoleh dengan membagi Pendapatan Regional (PDRB dikurangi
penyusutan dikurangi pajak tak langsung) dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun. Kedua indikator inilah yang digunakan untuk mengukur sejauhmana
tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Sedangkan sumber data dapat
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara.
Mengingat bahwa aspek penggalian PAD atau sumber-sumber pendapatan
bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat, maka aspek
pertanggungjawaban dan penggunaan dana mekanisme Laporan
Pertanggungjawaban Pemerintah pada periode tertentu sudah tentu diatur dalam
undang-undang. Berkenaan dengan sumber-sumber keuangan tersebut, pada pasal
157 UU No. 34 Tahun 2000 dinyatakan bahwa sumber Pendapatan Daerah terdiri
atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) dana perimbangan, (3) pinjaman
daerah, dan (4) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Apabila digambarkan dalam bentuk diagram, sumber-sumber pendapatan
daerah adalah sebagai berikut :

Gambar Diagram

Struktur Pendapatan Daerah

Sumber Pendapatan
Daerah

Pendapatan Asli Dana Pinjaman Lain-Lain


Daerah (PAD) Perimbangan
Daerah Penerimaan
yang sah

Pajak Daerah Retribusi Perusahan Lain-lain


Daerah Milik Daerah Pendapatan
yang sah

Sumber : (Hanif Nurcholis : 2005 : 70).

Kerangka Konsep. Pembangunan Insfrastruktur jalan yang berkualitas


adalah untuk meningkatkan frekuensi kegiatan ekonomi tidak lepas dari peranan
pemerintah dan swasta. Dampak dari pembangunan jalan pasti berbeda-beda.
Pembangunan Insfrastruktur jalan akan mendorong perkembangan kegiatan
sektor-sektor yang menggunakan jalan tersebut (sektor perdagangan, pertanian,
industri, transportasi dan lainnya) serta berpengaruh luas terhadap perluasan
lapangan kerja dan kesempatan berusaha, yang selanjutnya adalah peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan bertambahnya jumlah Wajib Pajak tersebut akan menyumbang
penerimaan-penerimaan daerah terutama dari penerimaan Pajak dan Retribusi
Daerah. Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Insfrastruktur Panjang Jalan (X1)

Pendapatan
PDRB Perkapita (X2)
Asli Daerah
(PAD) (Y)

Jumlah Wajib Pajak dan Retribusi HO


(X3)

Gambar : Kerangka Konsep Penelitian

METODE PENELITIAN

Rencangan Penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan dalam


penulisan ini adalah penelitian yang bersifat penjelasan (eksplanatory) yaitu
penelitian yang bermaksud untuk menguji dan menjelaskan pengaruh
Insfrastruktur Panjang jalan (X1), Produk Domistik Regional Bruto Perkapita
(X2), jumlah WP/WR (X3) variabel bebas (independent variable) hubungannya
dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Y) di Kabupaten Kutai Kartanegara
sebagai variabel terikat (dependent variable)
Defenisi oprasional. Untuk memberikan batasan-batasan yang jelas dalam
pemecahan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka penulis
mengemukakan batasan-batasan masalah operasional yang berhubungan dengan
permasalahan tersebut :

1. PDRB merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha pada daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara.
2. PDRB Perkapita atau pendapatan Perkepala Penduduk diperoleh dari
perbandingan antara Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun dari suatu daerah
selama kurun waktu satu tahun.
3. Ekstensifikasi WP/WR adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh unit-unit
teknis Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Kutai Kartanegara.
4. Pendapatan Asli Daerah (PAD), adalah sejumlah dana yang diterima
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara
5. Retribusi Izin Gangguan (HO)

Sumber data diperoleh dari sumber resmi/kantor Pemerintah Kabupaten


Kutai Kartanegara serta lembaga resmi lainnya seperti Badan Pusat Statistik
(BPS), Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Kutai Kartanegara,
dan Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara.

Studi yang digunakan adalah data time series tahun 2002-2011Data di


dapat dan dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kutai
Kartanegara, Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Kutai
Kartanegara, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Kutai Kartanegara dan sumber-sumber lainnya

Analisis Data dan Pengujian Hipotesis. Selanjutnya untuk mengetahui


besarnya pengaruh pembangunan insfrastruktur panjang jalan, PDRB sektor
perkapita, dan Jumlah WP/WR hubungannya terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Kabupaten Kutai Kartanegara di gunakan alat analisis regresi berganda
dan secara umum persamaan regresi bergandanya yang dijelaskan dalam
spesifikasi model sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tiga variabel bebas


tersebut dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Kutai Kartanegara,
maka digunakan Koefisien Determinansi (R2) yang rumusnya sebagai berikut (
Riduwan 2004 : 285) :
R2 = b1∑X1Y + b2∑X2Y + b3∑X3Y
∑Y3

Sedangkan untuk melihat signifikansi nilai koefisien determinansi nilai


koefisien determinansi tersebut digunakan uji F .
Hipotesis untuk keperluan uji F adalah sebagai berikut :
H0 : β = 0 = Variabel-variabel independent (X1,X2 dan X3) secara simultan
tidak berpengaruh dominan terhadap variabel Y.
H1 : β ≠ 0 : Variabel-variabel indevenden (X1,X2 dan X3) secara simultan
berpengaruh dominan terhadap variabel Y
Untuk mengetahui signifikansi nilai-nilai koefisien X1(b1), nilai koefisien
X2(b2), nilai koefisien X3(b3) maka dilakukan uji t (sendiri-sendiri).
Uji asumsi klasik. Multikoliniaritas merupakan gejala hubungan yang
linear antara sesama variabel independen (X). Yaitu derajat hubungan antara
beberapa atau semua variabel independen yang dimasukan dalam model
persamaan regrasi linier berganda. Jika terjadi korelasi antar variabel independen,
maka prediktor (pemerkira) hasil regresi masih tidak terlalu bisa namun standard
errornya menjadi lebih besar. Salah satu cara untuk mendeteksi gejala
multikolinieritas atau derajat keeratan korelasi antar variabel indevenden tersebut
dapat digunakan collinearity diagnosties dengan mengamati nilai masing-masing
sel sama dengan nol atau bertanda negative, berarti tidak terjadi multikolinieritas.
Asumsi auto korelasi dapat didefinisikan sebagai terjadinya korelasi
diantara semua variabel dari serangkaian observasi yang disusun menurut urutan
waktu juga adanya korelasi antara variabel pengganggu (disturbunce error).
Untuk mengetahui ada atau tidaknya auto korelasi, digunakan cara melakukan
pengujian antara rutin atau seri (serial) menghitung residu yang ditaksir dalam
analisis regresi. Uji autokorelasi ini sangat diperlukan pada penilitian eksperimen.
Pendekatan dalam masalah auto korelasi dilakukan dengan menggunakan Uji
Durbin-Watson(d-test). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam suatu
modal regresi di lakukan uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut
(Gudjarati, 2001 : 167).

Tabel
Nilai Uji Autokorelasi ( N < 15 )
Nilai d Keterangan
< 1,10 Ada autokorelasi

1,10 – 1, 54 Tanpa kesimpulan

1,55 – 2,46 Tidak ada autokorelasi

2,46 – 2,90 Tanpa kesimpulan

> 2,91 Ada autokorelasi

Uji auto korelasi dapat juga dilakukan dengan cara membandingkan antara
nilai Durbin Watson (DW) yang diperoleh dari hasil analisis, dengan yang ada
dalam tabel dengan ketentuan bahwa nilai DW antara 1,4 – 2,46 tidak terjadi
autokorelasi.
Uji heteroskedatisitas atau disebut juga uji gangguan (galat) digunakan
untuk melihat apakah ada korelasi yang kuat antara distribunce error (variabel
pengganggu) dengan masing-masing variabel independen. Deteksi adanya
heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
dimana sumbu X dan Y yang diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y
prediksi - Y sesungguhnya) yang sudah di studentizet.
PEMBAHASAN

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian data kuantitatif
yang menggunakan peralatan statistic regresi linier berganda, data yang telah tersedia
diolah dengan menggunakan alat bantu SPSS (Statistical Package for Social Science)
versi 16.00 for Window. Segala sesuatunya akan ditampilkan secara instant, diusahakan
tidak terjadi Human Error maupun Machin error dalam proses analisis. Adapun hasil
rangkuman hasil analisis regresi tersebut dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel

Panjang PDRB Jmh WP n Retri


Y Jalan Perkapita HO
X1 X2 X3
19.770.875.000,00 949,08 54.710.147 695
17.119.581.927,47 949,08 57.291.702 974
18.622.700.713,00 969,80 56.981.023 1504
35.493.231.496,00 1.036,39 64.370.876 1612
48.682.433.406,59 1.188,31 79.507.740 1866
41.992.959.074,78 1.449,47 107.731.480 1799
95.638.957.107,59 1.573,30 116.265.865 2906
157.982.736.516,01 1.701,22 120.487.902 3890
206.579.736.716,94 1.525,39 168.258.620 4568
196.180.330.417,78 1.525,39 137.199.922 4192
115.024.199.210,28 1.547,91 144.249.345 3580
183.777.310.349,12 1.511,48 189.665.067 4021

Untuk melihat pengaruh variable bebas terhadap variable terikat baik secara
bersama-sama maupun untuk menentukan koefisien determinasi dan korelasi serta alat
ukur lainnya maka data-data yang telah tersedia akan dianalisis dengan menggunakan
alat analisis regresi linear berganda seperti yang telah disebutkan di atas.

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N

PAD 9.4739E10 7.44621E10 12

Panjang Jalan 1.3272E3 285.11271 12

PDRB Perkapita 1.1373E8 4.88705E7 12

Jumlah WP dan Retribusi HO 2.5964E3 1413.06337 12

Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa variabel terikat (Y) yaitu realisasi
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) rata-rata sebesar 9.4739E10 atau Rp.
94.739.000.000,- dengan standart Deviasi sebesar 7.44621E10 atau Rp.
74.458.400.000,- sedangkan untuk variabel bebas X1 yaitu Panjang Jalan memiliki
rata-rata 13.272. Km dengan Standar deviasi 285.1271 Km dan Variabel bebas X2
yaitu PDRB Perkapita sebesar 1.1373E8 Rp. 113.730.000,- dengan standart
deviasi sebesar 4.88705E7 atau Rp. 48.870.500,- Sedangkan Variabel X3 yaitu
Jumlah Wajib Pajak dan Retribusi HO sebesar. 2.5964E3 WP dan WR dengan
Standar Deviasi atau Simpangan Baku sebesar 1413.06337 dengan masa analisis
12 Tahun (N=12). Bahwa nilai dari data diatas dikembalikan kedalam bentuk
aslinya pembulatan.

Pengujian hipotesis. Untuk pengujian secara serempak dan simultan


terhadap semua koefisien regresi dengan maksud untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi antara variabel bebas Panjang Jalan (X1), PDRB Perkapita (X2),
Jumlah Wajib Pajak dan Retribusi HO (X3) terhadap variabel terikat
Pendapatan Asli Daerah (Y) dilakukan dengan cara membandingkan nilai Fhitung
dengan nilai Ftabel atau Sig F Change dengan derajat kesalahan yang digunakan.
Dari perhitungan Fhitung sebesar 83,181 dan Ftabel sebesar 4,07 atau tingkat
signifikansi yang digunakan α 0,10 > Sig F Change 0,000, sehingga menerima
Ho dan menolak Ha. Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat dalam hal ini Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pengujian asumsi klasik. Multikolinearitas menunjukan adanya korelasi
linier di antara dua variabel atau lebih ada variabel tidak bebas.

Pengujian melalui SPSS (Colinearity Diagnostics)

1) Pengujian pada Eigenvalue mendekati nilai 0, maka akan terjadi


multikolinearitas.
2) Pengujian pada Condition Index. Jika Harga Condition melebihi angka 15,
maka akan terjadi gejala Multikolinearitas.
Hasil Pengujian Durbin-Watson juga disediakan oleh menu SPSS dalam
analisis Multiple regression. Hasil pengujian Durbin-Watson dapat dilihat pada
Model Summary diatas. Nilai Uji Durbin-Watson adalah 2,320.
Uji auto korelasi dapat juga dilakukan dengan cara membandingkan antara
nilai Durbin Watson (DW) yang diperoleh dari hasil analisis, dengan yang ada
dalam tabel dengan ketentuan bahwa nilai DW antara 1,4 – 2,46 tidak terjadi
autokorelasi.
Nilai Uji Autokorelasi ( N < 15 )

Nilai d Keterangan
< 1,10 Ada autokorelasi

1,10 – 1, 54 Tanpa kesimpulan

1,55 – 2,46 Tidak ada autokorelasi

2,46 – 2,90 Tanpa kesimpulan

> 2,91 Ada autokorelasi

Dari hasil analisis data, maka diperoleh nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,969. Hal ini secara statistik dapat dikatakan bahwa model yang
digunakan cukup baik, karena dari nilai koefisien determinasi tersebut
menunjukan besarnya sumbangan variabel independen (Panjang Jalan, PDRB
Perkapita dan Jumlah wajib pajak dan Retribusi HO terhadap variabel dependen
(Pendapatan Asli Daerah) sehingga koefisien deteminasi 0.969 mempunyai arti
bahwa sekitar 96,90% variabel yang mempengaruhi Realisasi Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat diterangkan bahwa variabel Panjang Jalan,
PDRB Perkapita, dan Jumlah WajibPajak dan Retribusi HO sedangkan sisanya
(100% - 96,90% = 3,10%) dijelaskan oleh varibel lain yang tidak termasuk dalam
variabel diatas. Untuk mendukung hal analisis tersebut juga telah dilakukan
pengujian dengan menggunakan hasil Berdasarkan hasil anova, untuk pengujian
secara serempak dan simultan terhadap semua koefisien regresi.

Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Kutai


Kartanegara maka Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara harus
memperhatikan ketiga variabel yang terdiri Panjang Jalan, PDRB Perkapita dan
Jumlah Wajib Pajak dan Retribusi.

Berdasarkan nilai koefisien berganda diatas, maka dapat diketahui sifat


hubungan variabel independen dan variabel dependen dengan hasil Koefisien
Regresi sebagai berikut :

Y = 1.787E10 – 6.590E7X1 + 2.771 X2 + 6.317E7 X3

Nilai – 6.590E7X1 X1 Merupakan koefisien regresi ,yang menunjukan


bahwa setiap adanya upaya penambahan sebesar satu satuan kilometer untuk
Panjang jalan, hal ini disebabkan banyaknya atau panjang jalan lintas 18
kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara yang rusak kecil, baik itu rusak
sedang maupun rusak berat. Nilai 2.771 X2 Merupakan koefisien regresi ,yang
menunjukan bahwa bila PDRB Perkapita mengalami kenaikan sebesar satuan
(Rp. 1 ) maka akan terjadi kenaikan realisasi Penerimaan PAD 2771 (Rp. 2771)
dengan menganggap variabel lain konstan.

Untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka


pendapatan perkapita merupakan item yang harus diperhatikan dari Pemerintah
Kabupaten Kutai Kartanegara. Investasi selalu di ikuti dengan perkembangan
teknologi. Perkembangan ini akan memberikan sumbangan penting atas kenaikan
produktivitas dan pendapatan Perkapita masyarakat. Peningkatan Pendapatan
Perkapita di Kabupaten Kutai Kartanegara akan meningkatkan Jumlah wajib
Pajak dan Jumlah Retribusi Daerah sehingga akan meningkatkan potensi
penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

Nilai 6.317E7 X3 Merupakan koefisien regresi ,yang menunjukan bahwa


bila Jumlah Wajib Pajak dan Retribusi HO mengalami kenaikan sebesar
satuan (1) jumlah WP dan Retribusi HO maka akan terjadi kenaikan realisasi
Penerimaan PAD.

KESIMPULAN

Dari hasil analisis dan pembahasan pada bagian terdahulu maka akan
ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel bebas Panjang Jalan, PDRB Perkapita, Jumlah Wajib Pajak dan
Retribusi HO secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
Pendapatan Asli Daerah dengan hasil F 0,000, dengan demikian menolak Ho
dan menerima Ha. Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat dalam hal ini Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2. Adapun variabel yang dominan yang mempengaruhi Realisasi Penerimaan
PAD adalah variabel Jumlah Wajib Pajak dan Retribusi HO dengan
standardized Coeffisients (Beta) 1,199
3. Adapun koefisien korelasi (R), yang menggambarkan kuatnya hubungan
antara variabel dependen dan variabel independen dapat dilihat dari hasil
pengujian, yaitu sebesar 0,984. Ini berarti terdapat hubungan yang erat antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
4. Dari hasil analisis data, maka diperoleh nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,969. Hal ini secara statistik dapat dikatakan bahwa model yang
digunakan cukup baik, karena dari nilai koefisien determinasi tersebut
menunjukan besarnya sumbangan variabel independen (Panjang Jalan, PDRB
Perkapita dan Jumlah wajib pajak dan Retribusi HO terhadap variabel
dependen (Pendapatan Asli Daerah).
5. thitung untuk variabel Panjang jalan (X1) sebesar -1,849 dengan signifikansi
0,102 atau berpengaruh tetapi menyebabkan tingginya biaya-biaya yang
dikeluarkan disebabkan banyaknya jalan yang rusak. Variabel PDRB
Perkapita (X2) t hitung sebesar 0,010 dengan signifikansi sebesar 0,993 atau
kurang berpengaruh. Sedangkan Jumlah Wajib Pajak dan Retribusi HO
(X3)sebesar 5,917 dengan signifikansi sebesar 0,000 atau sangat berpengaruh
terhadap Penerimaan PAD (Y).

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita. R, 2006, Pembiayaan Pembangunan Daerah, Seruni Com,


Makassar.

Ade Sulaiman, Ahmad, 2003, Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)


terhadap Pengeluaran Pembangunan dan Pendapatan
Regional di Propinsi Kalimantan Tmur, skripsi yang tidak
dipublikasikan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin.

Arsyad, Lincoln. 2004. Ekonomi Pembangunan, edisi ke-4, cetakan ke-


2, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kutai Kartanegara 2012. Kutai Kartanegara Dalam


Angka 2012. Tenggarong.

Darise Nurlan, 2008. Pengelolaan Keuangan Pada Satuan Kerja


Perangkat Daerah (SKPD), cetakan kedua, Penerbit PT. Indeks,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai