Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS TOMUAN
ALAMAT: JALAN PATTIMURA UJUNG PEMATANGSIANTAR
e-mail: puskesmastomuan@yahoo.com

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS TOMUAN
NOMOR: A/I/SK/2017/
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
DI UPTD PUSKESMAS TOMUAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA UPTD PUSKESMAS TOMUAN,

Menimbang : a. bahwa untuk mengatur bagaimana cara kerja penanganan


Manajemen Terpadu Balita Sakit dengan baik dan benar
serta agar tidak terjadi kesalahan maka perlu didukung oleh
pedoman pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit;
b. bahwa agar pedoman sebagaimana dimaksud pada huruf a,
diatas mempunyai kekuatan hukum
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
tetang Pelayanan Publik, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144;
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 Tahun 2011
tentang Keselamtan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014
tentang Panduan Praktik Klinis;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Puskesmas;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS TOMUAN
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN MANAJEMEN TERPADU
BALITA SAKIT DI UPTD PUSKESMAS TOMUAN
KESATU : Memberlakukan pedoman pelayanan Manajemen Terpadu
Balita Sakit sebagaimana terlampir.
KEDUA : Mengamanatkan kepada Penanggung jawab program
Manajemen Terpadu Balita Sakit beserta petugas yang lain
untuk mempedomani pedoman pelayanan serta melengkapi
standar operasional prosedur dan juknis yang diperlukan.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/ perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Pematangsiantar
pada tanggal :
KEPALA UPTD PUSKESMAS TOMUAN,

YULIANA SARA ERIKA KURNIAWATI

Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di
satu wilayah kecamatan atau bagian wilayah kecamatan yang difungsikan sebagai
Gate Keeper dalam pelayanan kesehatan, harus dapat memberikan jaminan
terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang
paripurna, adil, merata, berkualitas dan memuaskan masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode
etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi anak usia 2 bulan
sampai dengan 59 bulan, maka di Poli MTBS perlu dibuat standar pelayanan yang
merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan
yang diberikan kepada pasien pada umumnya dan khususnya pasien di poli MTBS
Puskesmas Tomuan. Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan
pelayanan poli MTBS harus berdasarkan standar pelayanan poli MTBS UPTD
Puskesmas Tomuan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam
tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 2 bulan - 59 bulan
(balita) secara menyeluruh. Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan
kesehatan, dilaksanakan secara terpadu mengenai klasifikasi, status gizi, status
imunisasi maupun penanganan dan konseling yang diberikan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit bukan merupakan suatu program kesehatan
tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. MTBS adalah suatu
pendekatan yang digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas
kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan tindakan
kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS
bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan
serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999, merupakan suatu bentuk strategi upaya
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan
dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan
pada bayi dan balita serta menurunkan angka kematian pada bayi dan balita.
Sejak tahun 1996 Depertemen Kesehatan bekerja sama dengan WHO
mengembangkan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda dan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Indonesia. Keterpaduan pelayanan tidak hanya
pelayanan kuratif berupa pengobatan penyakit saja, namun sekaligus pelayanan
preventif seperti imunisasi, pemberian vitamin A, menilai dan memperbaiki cara
pemberian ASI serta pelayanan promotif seperti memberikan konseling kepada ibu
cara merawat dan mengobati anak sakit di rumah, serta masalah pemberian makan.
B. TUJUAN

Sebagai bahan pedoman untuk melaksanakan kegiatan pelayanan di poli MTBS


pada pasien anak usia 2 bulan sampai 59 bulan, sehingga dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat dan memberikan kepuasan pada
masyarakat.

C. SASARAN

Sasaran utama penerapan MTBS adalah perawat, bidan yang menangani balita
sakit. Tentunya dokter puskesmas perlu juga terlatih MTBS agar dapat melakukan
supervisi penerapan MTBS di wilayah kerja puskesmas. Dengan pelatihan ini, tenaga
kesehatan akan memahami konsep MTBS serta lebih terampil dan termotivasi untuk
menggunakan bagan manajemen kasus sebagai standar pelayanan di lini terdepan,
utamanya di tingkat pelayanan kesehatan dasar.
Dalam penerapan MTBS, tenaga kesehatan diajarkan untuk memperhatikan secara
cepat semua gejala anak sakit, sehingga segera dapat ditentukan apakah anak dalam
keadaan sakit berat dan perlu segera dirujuk. Jika penyakitnya tidak parah, selanjutnya
tenaga kesehatan bisa memberi pengobatan sesuai pedoman MTBS. Dalam pedoman
MTBS, juga diuraikan cara konseling bagi ibu atau pengasuh anak.
Pedoman MTBS ini sudah sesuai dengan pedoman yang ada dari program- program
terkait, seperti Pedoman Penanganan Diare, ISPA, Malaria, Pemberian Imunisasi,
Vitamin A, dan sebagainya. Melalui MTBS, petugas puskesmas mengetahui cara
menyatukan berbagai pedoman yang terpisah untuk masing-masing penyakit, kedalam
bentuk proses yang lebih komprehensif dan efisien dalam penanganan anak sakit.

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan poli mtbs meliputi :
Dimulai dari memanggil pasien sesuai urutan antrian, pemeriksaan dan
penatalaksanaan sesuai kondisi pasien, pemberian konseling tentang cara
perawatan di rumah dan pendokumentasian.

E. Batasan Operasional
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu penatalaksanaan atau
intervensi berisi penjelasan secara rinci penatalaksanaan penyakit pada bayi dan
balita. Proses manajemen kasus ini dilaksanakan pada anak umur 1 hari sampai 2
bulan baik sehat maupun sakit yang tercakup dalam Manajemen Terpadu Balita
Muda. Sedangkan proses manajemen kasus pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
tercakup dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit.
BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM di poli MTBS adalah :
No Jenis Kompetensi Kompetensi tambahan Jumlah
ketenenagaan (Ijazah) (pelatihan)
1 Dokter Dokter - 1

2 Bidan D III - 1
kebidanan

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Petugas di poli MTBS berjumlah 2 (dua) orang
Kategori :
1 orang dokter (Dokter bertindak sebagai konsultan)
1 orang bidan

C. JADWAL KEGIATAN
Jam buka pelayanan : Senin - Jumat : 09.00 – 12.00
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

KETERANGAN
Troley
Pintu

Tempat tidur pemeriksaan Lemari

Meja Dokter Wastafel


Meja Anamnesa

B. STANDAR FASILITAS

 Poli MTBS berlokasi di lantai 1 gedung A UPTD Puskesmas Tomuan. Ruangan ini
bergabung dengan ruangan Pemeriksaan Umum yang terdiri dari 3 (tiga) tempat
tidur pemeriksaan, yaitu 2 (dua) tempat tidur untuk pemeriksaan pasien umum
dan 1 (satu) tempat tidur untuk pemeriksaan MTBS.
 Sarana yang tersedia berupa 2 meja yaitu: 1 untuk dokter dan 1 lagi untuk
perawat yang berfungsi untuk tempat anamnesa dan konseling.
 Untuk mencegah terjadinya infeksi tersedia wastafel air mengalir dan tempat
sampah. Peralatan poli MTBS adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan
untuk melaksanakan pelayanan kesehatan di poli MTBS berupa pengukur tinggi
badan dan berat badan serta termometer.
 Perlengkapan
1. Bantal
2. Sarung bantal
3. Tirai
4. Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan injakan pembuka penutup
 Meubelair
1. Kursi kerja
2. Lemari arsip
3. Meja tulis
 Pencatatan dan Pelaporan
1. Buku register pelayanan
2. Formulir informed consent
3. Formulir rujukan
4. Form mtbs / mtbm
5. Kertas resep
6. Surat keterangan sakit
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Memanggil pasien sesuai nomor urut
2. Mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan
3. Melakukan anamnese dan mencatat di rekam medis
4. Pemeriksaan fisik dan vital sign pasien
5. Klasifikasi sesuai umur (< 5 tahun atau > 5 tahun)
6. Jika < 5 tahun klasifikasikan penyakit dan lakukan tindakan
sesuai dengan buku panduan mtbs/ mtbm Dan catat di form mtbs dan mtbm
7. Jika > 5 tahun pengobatan berdasarkan pada buku pengobatan
rasional
8. Bila tidak diperlukan tindakan lainnya pasien diberi resep dan bisa
langsung pulang
9. Pasien dianjurkan kontrol kembali sesuai dengan saran petugas
B. METODE
MTBS bukan merupakan program kesehatan, tetapi suatu standar pelayanan
dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar.
WHO memperkenalkan konsep pendekatan MTBS dimana merupakan strategi
upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Tujuan pelayanan kesehatan anak adalah untuk memfasilitasi kesehatan
yang optimal dan kesejahteraan bagi anak dan keluarganya. Hal ini berhubungan
dengan aktivitas yang saling berkaitan antara masalah surveilans dan manajeman,
masalah pencegahan/preventif, promosi kesehatan dan koordinasi pelayanan pada
anak dengan kebutuhan khusus.
Proses manajeman kasus disajikan dalam satu bagan yang memperlihatkan
urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Bagan tersebut
menjelasakan langkah-langkah berikut ini :
a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun.Menilai anak
sakit, berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Sedangkan membuat klasifikasi dimaksudkan membuat sebuah keputusan
mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya.
Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan, bukan
sebagai diagnosis spesifik penyakit.
b. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan adalah merupakan penentuan
tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan yang sesuai dengan
setiap klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu
tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di
rumah.
c. Memberi konseling bagi ibu, konseling berarti mengajari atau menasehati ibu
yang mencakup mengajukan pertanyaan, mendengarkan jawaban ibu, memuji,
memberikan nasehat yang relevan, membantu memecahkan masalah dan
mengecek pemahaman ibu. Juga termasuk menilai cara pemberian makan anak,
memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus
membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
d. Memberi pelayanan tindak lanjut adalah menentukan tindakan dan pengobatan
pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.
e. Manajemen terpadu bayi muda umur 1 hari - 2 bulan meliputi menilai dan
membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling
dan tindak lanjut pada bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit.
Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada bayi muda umur 1 hari - 2
bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan - 5 tahun.
Dalam memulai penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), tidak ada
patokan khusus besarnya perentase kunjungan balita sakit yang ditangani dengan
pendekatan Manajemen Terpadu Batila Sakit (MTBS). Tiap Puskesmas perlu
memperkirakan kemampuan mengenai seberapa besar balita sakit yang akan
ditangani pada saat awal penerapan dan akan dicapai cakupan 100% penerapan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas secara bertahap
dilaksanakan sesuai dengan keadaan pelayanan rawat jalan di tiap puskesmas.
Sebagai acuan dalam pentahapan penerapan adalah sebagai berikut :
1) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit < 10 orang perhari perhari
pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)dapat diberikan langsung
kepada seluruh balita.
2) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 10 – 25 orang perhari, berikanlah
pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS) kepada 50% kujungan balita
sakit pada tahap awal dansetelah 3 bulan pertama diharapkan telah seluruh balita
sakit mendapatkan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
3) Puskesmas memiliki kunjungan balita sakit 21 – 50 orang per hari,berikanlah
pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada 25 % kunjungan
balita sakit pada tahap awal dan setelah 6 bulan pertama diharapkan seluruh
balita sakit mendapat pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
( Faridah, 2009).
a. LAN Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah
d. Memberikan konseling bagi ibu
Selain itu, di dalam MTBS terdapat penilaian dan klasifikasi bagi bayi muda berusia
kurang dari 2 bulan. Penilaian dan klasifikasi bayi muda di dalam MTBS terdiri
dari:
1) Menilai dan mengklasifikasikan untuk kemungkinan penyakit sangat berat
atau infeksi bakteri
2) Menilai dan mengklasifikasikan diare
3) Memeriksa dan mengklasifikasikan ikterus
4) Memeriksa dan mengklasifikasikan kemungkinan berat badan rendah dan
atau masalah pemberian Air Susu Ibu (ASI)
5) Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi
6) Memeriksa masalah dan keluhan lain

C. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan Alat
a. Timbangan Berat Badan
b. Ukur panjang badan
c. Termometer
d. KMS bayi
e. Stetoskop
2. Cara kerja

a. Petugas Memanggil pasien


b. Petugas Mempersiapkan Alat bukti kegiatan (register, Formulir MTBS)
c. Petugas Mencuci tangan
d. Petugas Menanyakan kepada ibu mengenai masalah anaknya
e. Petugas Menimbang BB, mengukur TB dan mengukur suhu tubuh anak
f. Petugas Memeriksa tanda bahaya umum, meliputi :
1) Anak tidak bisa minum/ menetek
2) Anak memuntahkan semuanya
3) Anak Kejang
4) Anak letargis/ tidak sadar
g. Petugas Menanyakan kepada ibu mengenai 4 keluhan utama:
1) Batuk/ Sukar bernafas
2) Diare
3) Demam
4) Masalah Telinga
h. Petugas Menanyakan gejala lain yang berhubungan dengan gejala utama
i. Petugas Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi anak dan anemia
j. Petugas Memeriksa status immunisasi dan pemberian Vit A dan
menentukan apakah Anak membutuhkan immunisasi dan atau Vit A pada
saat kunjungan tersebut
k. Petugas Menilai masalah / keluhan lain yang dihadapi anak
l. Petugas Menentukan perlunya dilakukan rujukan segera jika kondisi perlu
dirujuk
m. Petugas Menentukan tindakan dan pengobatan pra rujukan
n. Petugas Merujuk anak, menjelaskan perlunya rujukan dan membuat surat
rujukan
o. Petugas Menentukan tindakan dan pengobatan untuk anak yang tidak
memerlukan rujukan segera
p. Petugas Memilih obat yang sesuai dan menentukan dosis obat ,jadwal
pemberian dan Mengajarkan ibu cara cara pemberian obat dirumah
q. Petugas Memberi cairan tambahan untuk diare dan melanjutkan
pemberian makan.
r. Petugas Memberikan immunisasi setiap anak sakit sesuai dengan
kebutuhan
s. Petugas Memberikan suplemen Vit A
t. Petugas Memberikan konseling, meliputi:

1) Pemberian makan

2) Pemberian cairan

3) Kapan harus kunjungan ulang

4) Menasehati ibu untuk menjaga kesehatan dirinya

u. Petugas Mempersilahkan ibu untuk mengambil obat ke loket obat


v. Petugas Mencuci tangan
w. Petugas mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan, terapi dan
tindakan
BAB V
LOGISTIK

Bahan dan obat


1. Parasetamol sirup
2. Parasetamol tablet
3. Vitamin A 200.000 iu
4. Vitamin A 100.000 iu
5. Oralit
6. Gelas
7. Sendok
8. Teko tempat air

Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui gudang obat. Kebutuhan
obat, bahan habis pakai dihitung tiap 1 bulan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN PROGRAM

A. Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana untuk


membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko yaitu:
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya,
implementasi yaitu solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh Kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Tujuan penerapan keselamatan pasien adalah:
1. terciptanya budaya keselamatan pasien
2. meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas
4. terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.
B. UPTD Puskesmas Tomuan wajib menerapkan standar keselamatan pasien yang
meliputi :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik petugas tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi petugas untuk mencapai keselamatan pasien
C. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien di UPTD Puskesmas Tomuan adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung petugas
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien secara terus menerus tentunya akan mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

A. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

B. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

C. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan untuk
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan benda tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di poli MTBS UPTD Puskesmas Tomuan dalam
memberikan pelayanan adalah:
1. Waktu tunggu poli MTBS ≤ 60 menit
Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai pasien selesai mendaftar sampai
dilayani di poli
2. Kepuasan pelanggan ≥ 90%
Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang
diberikan.
3. Jam buka pelayanan
Jam buka pelayanan adalah jam dimulainya pelayanan di poli jam buka 09.00 sampai
dengan jam 12.00 ssetiap hari Senin-Jumat.
BAB IX
PENUTUP

Demikian pedoman penyelenggaraan pelayanan poli MTBS ini dibuat sebagai


acuan pelayanan bagi petugas di UPTD Puskesmas Tomuan. Semoga dengan adanya
pedoman pelayanan ini, dapat lebih memudahkan semua pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan baik internal maupun eksternal.

Anda mungkin juga menyukai