Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti tercantum dalam konstitusi organisasi kesehatan sedunia (WHO)


dan undang-undang dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1, bahwa setiap orang
berhak untuk memperoleh pelayanan. Ini dapat diartikan bahwa kesehatan
merupakan salah satu hak asasi yang fundamental bagi setiap penduduk. Selain
sebagai hak asasi, kesehatan juga merupakan investasi. Untuk itu, perlu
diperjuangkan oleh perlbagai puhak, mengingat kesehatan merupakan taunggung
jawab bersama.
Salah satu bentuk upaya mewujudkan hal tersebut, pelayanan kesehatan di
pondok pesantren dengan pemeberdayaan masyarakat di dalamnya untuk
memecahkan masalah-masalah kesehatan di pondok pesantren. Kegiatan yang
dilakukan dalam pengelolaan poskestren, lebih mengutamakan dalam hal
pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan
rehabilitatif, yang dilandasi semangat gotong royong dengan pembinaan oleh
puskesmas setempat.
Salah satu strategi penguatan sumberdaya masyarakat adalah dengan
meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam
pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global. Salah satu wujud
dari pemberdayaan masyarakat tersebut adalah terbentuknya Pos Kesehatan
Pondok Pesantren (Poskestren).

Pondok pesantren yang ada di Indonesia beerjumlah 14.798, terdiri dari


3.184 (21.5%) pondok pesantren salafi atau salafiah (tradisional) 4.582 (31%)
pondok khalafi atau khalafiah (modern), dan pondok pesantren terpadu atau
kombinasi sebanyak 7.032 (47.0%), dengan jumlah snatri sebanyak 3.464.334
orang. Dari jumlah santri tresebut, yang sekolah dan mengaji sebanyak 1.409.519
orang atau 54.9% dan yang hanya mengaji sebanyak 1.408.519 orang atau 40.6%
(Depag, 2005).
Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan di
pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri,
ditambah lagi dengan pengetahuan yang kurang baik mengenai kesehatan dan
perilaku yang tidak sehat, seperti menggantung pakaian di kamar, tidak
membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari, dan saling
bertukar pakaian, benda pribadi, seperti sisir dan handuk. Proses pembentukan
dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam
diri individu (internal) berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat dan emosi
untuk memproses pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari luar (eksternal)
meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaaan yang dijadikan
sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Promosi kesehatan yang berisi
nilai-nilai kesehatan yang berasal dari luar diri individu, cenderung dapat
mempengaruhi kondisi internal dan eksternal individu atau masyarakat
(Notoatmodjo, 2010).

Menurut penelitian Handajani (2010), terhadap 70 santri didapatkan 62,9%


santri yang terkena skabies. Hal ini dikarenakan saling bertukar pakaian, selimut,
handuk dan tidur bersama serta kebiasaan santri berwudhu tidak menggunakan air
kran. Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren karena kondisi
kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan
terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung (Djuanda,
2010). Kebanyakan santri yang terkena penyakit skabies adalah santri baru yang
belum dapat beradaptasi dengan lingkungan, sebagai santri baru yang belum tahu
kehidupan di pesantren membuat mereka luput dari kesehatan, mandi secara
bersama-sama, saling tukar pakaian, handuk, dan sebagainya yang dapat
menyebabkan tertular penyakit skabies.

Pondok pesantren modern Darussalam merupakan salah satu pondok yang


besar di kecamatan Lawang, kabupaten Malang. Memiliki 41 santri dengan
rentang usia 12-18 tahun. Dari hasil survei mawas diri, dari total 41 santri,
didapatkan 73,1 % santri mengalami skabies.

Program promosi kesehatan Puskesmas Lawang mengenai perilaku untuk


kebersihan perorangan merupakan salah satu dari 18 indikator PHBS Pondok
Pesantren. Program poskestren puskesmas Lawang, merupakan program yang
belum terlaksana secara maksimal. Berdasarkan permasalahan ini, penulis dalam
laporan ini untuk mengidentifikasi perilaku PHBS santri di Pondok Pesantren
meliputi kebersihan perorangan (kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, kuku
dan reproduksi).

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan santri Pondok Pesantren Darussalam Turirejo
Lawang mengenai perilaku hidup bersih dan sehat..
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Menciptakan kemauan dan kemampuan santri Pondok Pesantren Darussalam
dalam menjaga kebersihan perorangan.

1.2 Sasaran
Sasaran kegiatan adalah santri dam kader kesehatan Pondok Pesantren
Darussalam

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Puskesmas
Membantu program pos kesehatan pesantren Puskesmas Lawang dalam
mensosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat kepada santri di pondok
pesantren Darussalam.
1.3.2 Bagi Masyarakat
Membantu meningkatkan pengetahuan santri di pondok pesantren
Darussalam tentang kebersihan perorangan
Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dan menentukan prioritas
masalah, melalui analisa data-data primer dan sekunder.
2. Mahasiswa mampu mencari akar penyebab masalah dan menentukan prioritas
penyebab masalah.
3. Melatih kemandirian mahasiswa dalam melakukan advokasi kepada
masyarakat, dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi di
masyarakat.
4. Mahasiswa mampu melaksanakan kegiatan opersional, pemecahan masalah
kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai