Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Agustus 2017


UNIVERSITAS PATTIMURA

Mabuk Perjalanan
(Motion Sickness)

Oleh :

Joestiantho Laurenz Kilmanun


(2012-83-009)

Konsulen :

dr. Julu Manalu Sp.THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

RSUD dr. M HAULUSSY

AMBON

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, maka saat ini penulis dapat menyelesaikan
pembuatan referat dengan judul “motion sickness” ini dengan baik. Referat ini
dibuat dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian ilmu kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepada dan Leher (THT-KL) Fakultas
Kedokteran Universitas Pattimura Ambon tahun 2017.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan, dan semoga referat
ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Akhir kata penulis mengucapkan terima aksih atas segala pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian pembuatan referat ini.

Ambon, Agustus 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR. .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar belakang ..................................................................................... 1


1.2. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3

2.1 Anatomi dan fisiologi telinga ............................................................... 3


2.2 Motion sickness .................................................................................... 8
2.2.1 Definisi ..................................................................................... 8
2.2.2 Etiologi ..................................................................................... 8
2.2.3 Patofisiologi ............................................................................. 9
2.2.4 Faktor risiko ............................................................................. 10
2.2.5 Manifestasi klinis ..................................................................... 12
2.2.6 Pengobatan ............................................................................... 13
2.2.7 Diagnosis banding .................................................................... 15
2.2.8 Prognosis .................................................................................. 16

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Motion Sickness atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai mabuk

perjalanan merupakan suatu sindrom ketidaknyamanan yang dialami oleh

seseorang ketika melihat benda yang bergerak atau suatu persepsi gerak. Hal ini

mengakibatkan munculnya gejala pada pencernaan, sistem saraf pusat, gejala

otonom (seperti mual, pusing, berkeringat, pucat dan perasaan tidak sehat). Gejala

ini pertama kali di deskripsikan oleh Hippocrates dimana sering muncul pada saat

berlayar dengan kapal, dan gejala utama nausea (mual) berasal dari bahasa

Yunani naus yang berarti kapal. Hal ini umumnya dianggap sebagai keadaan

fisiologis dan pada umumnya semua individu pernah mengalami kondisi ini jika

terkena cukup rangsangan gerak.1-3

Kondisi ini dapat timbul saat melakukan perjalanan baik dengan

menggunakan mobil, perahu, kapal, pesawat, dan kereta. Pemicunya dapat berupa

aroma yang tajam seperti makanan dan bahan bakar.3 Semua individu rentan

terkena motion sickness, namun demikian kondisi ini sering terjadi pada wanita

dan anak-anak yang berusia diantara dua sampai duabelas tahun. Motion sickness

jarang terjadi setelah seseorang berusia 50 tahun dan pada bayi dibawah dua

tahun. Insiden Motion sickness dimulai dari <1% pada perjalanan dengan pesawat

terbang dan mendekati 100% pada perjalanan dengan kapal laut saat laut tidak

dalam keadaan tenang.4

1
1.2. Tujuan
Mengingat insiden yang sering terjadi pada individu yang melakukan

perjalanan (baik dengan mobil, kereta, kapal, dan pesawat), maka referat ini

bertujuan untuk mengetahui mengenai motion sickness dengan pembagian dari

defenisi, etiologi, patofisiologi, faktor risiko, manifestasi klinis, pengobatan,

diagnosis banding, prognosis dari motion sickness.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan fisiologi telinga

Telinga merupakan organ yang berpasangan dan terletak pada sisi kiri dan

sisi kanan kepala. Telinga memiliki tiga bagian: telinga luar, telinga tengah dan

telinga dalam. Telinga mengandung reseptor untuk dua pengindraan: pendengaran

dan keseimbangan (equilibrium). Reseptor-reseptor ini pada telinga dalam.5-7

Gambar 1. Anatomi Telinga 8


a. Telinga luar

Telinga luar terdiri dari aurikula (daun telinga) dan saluran telinga. Aurikula, attau

pina, tersusun atas kartilago yang dibungkus kulit. Saluran telinga, juga disebut

meatus auditorius eksternus, merupakan saluran dalam os temporale dan

membentuk kurva yang condong ke atas dan kebawah. Telinga luar berperan

dalam lokalisasi suara.5-7

3
b. Telinga tengah5, 6

Telinga tengah adalah rongga yang berisi udara dalam tulang temporale. Gendang

telinga, atau membran timpani, membentang sampai bagian akhir saluran telinga

dan akan bergetar ketika suara melaluinya. Getaran ini akan diteruskan melalui

menuju ke tiga tulang pendengaran: maleus, inkus, stapes. Stapes kemudian

menghantarkan getaran ke telinga dalam yang terisi oleh cairan pada fenestra

vestibuli.

Tuba eustachii (tuba auditorius) memanjang dari telinga tengah sampai nasofaring

dan memungkinkan udara memasuki atau meninggalkan rongga telinga tengah.

Tekanan udara pada telinga tengah harus sama dengan tekanan udara atmosfer

luar supaya gendang telinga dapat bergetar dengan baik. Seseorang mungkin akan

merasa telinga berdenging ketika naik pesawat terbang atau ketika berkendaraan

ke daerah dengan ketinggian lebih tinggi maupun lebih rendah. Menelan atau

berteriak akan menghilangkan degingan dengan membuka tuba eustachii dan

menyamakan tekanan udara.Tuba eustachii pada anak-anak pendek dan terletak

lebih horizontal serta memungkinkan bakteri menyebar dari faring ke telinga

tengah. Oleh karena itu, otitis media dapat timbul sebagai komplikasi infeksi

streptokokus di tenggorok.

c. Telinga dalam

Di dalam os temporale, telinga dalam merupakan suatu rongga yang disebut

labirin berdinding tulang (maze), yang dilapisi oleh membran yang disebut

membranosa labirin. Perilimf adalah cairan yang terdapat di antara tulang dan

membran, dan endolimf adalah cairan yang terdapat di dalam struktur membrana

4
di dalam telinga. Struktur-struktur tersebut adalah koklea, yang terkait erat dengan

pendengaran, dan utrikulus, sakulus, serta kanalis semisirkularis yang semuanya

berqfungsi mempertahankan keseimbangan.5

Gambar 2. Struktur telinga dalam8

 Koklea

Koklea adalah berbentuk seperti rumah keong yang ukurannya seperti kacang

polong dengan struktur dua setengah putaran. Dibagian dalamnya, koklea

dibagi menjadi tiga saluran berisi cairan. Saluran yang tengah adalah duktus

koklearis, yang memiliki reseptor pendengaran pada organ korti (organ

spiral). Reseptornya disebut sel rambut (tonjolan reseptor tersebut bukan

“rambut” tentunya, tetapi merupakan mikrovili yang disebut stereosilia), yang

mengandung ujung cabang koklearis nervus kranial ke-8. Tempat melekat sel

rambut adalah membran tektorial.5, 7

5
Gambar 2. Struktur Koklea8

Secara ringkas, proses mendengar melibatkan transmisi getaran dan

menghasilkan impuls saraf. Ketika gelombang udara memasuki saluran

telinga, getaran dihantar oleh struktur berikut: gendang telinga, maleus, inkus,

stapes, fenestra vestibuli pada telinga dalam, perilimf, endolimf, yang

terdapat di dalam koklea, dan sel rambut organ korti. Ketika sel rambut

melengkung, sel-sel tersebut menghasilkan impuls yang akan dibawa oleh

saraf kranial ke-8 menuju otak. Perlu diingat bahwa area auditorik terletak di

lobus temporalis korteks serebri. Pada area ini suara terdengar dan diartikan.5

Membran yang menutupi fenestra koklae sangat penting untuk mengurangi

tekanan. Ketika tulang stapes mendorong masuk fenestra vestibuli, fenestra

kokleae akan mendorongnya keluar sehingga akan mencegah kerusakan sel

rambut.5

 Utrikulus dan sakulus

Utrikulus dan sakulus adalah kantong membranosa di suatu daerah yang

disebut vestibulum, yang terletak di antara koklea dan kanalis semisirkularis.

Didalam utrikulus dan sakulus, sel rambut tertanam di membran gelatinosa

6
disertai kristal kalsium karbonat yang sangat kecil, yang disebut otolit. Gaya

gravotasi menarik otolit dan membengkokan sel rambut saat posisi kepala

berubah. Impuls yang dihasilkan oleh sel rambut ini akan dibawa oleh bagian

vestibular saraf kranial ke-8 ke serebelum, otak tengah, dan lobus temporalis

serebrum.5, 9
Serebelum dan otak tengah memanfaatkan informasi ini untuk

menjaga keseimbangan pada tingkat di bawah sadar. Sehingga menyebabkan

kita dapat menyadari posisi kepala, dan kesadaran ini dihasilkan oleh

serebrum.5

 Kanalis semisirkularis

Ketiga kanalis semisirkularis adalah membran lonjong yang berisi cairan

yang terdapat pada tiga bidang berbeda. Dibagian dasar tiap kanalis

semisirkularis terdapat bagian yang membesar, yang disebut ampula: ampula

mengandung sel rambut (krista) yang dipengaruhi oleh gerakan. Sebagai

contoh, ketika tubuh bergerak ke depan, sel rambut pertama-tama akan

melengkung ke belakang, kemudian melurus kembali. Perlengkungan sel

rambut menghasilkan impuls yang akan dibawa oleh cabang vestibular saraf

kranial ke-8 serebelum, otak tengah, dan lobus temporalis serebrum. Impuls-

impuls ini akan diinterpretasi sebagai suatu awal atau akhir, percepatan atau

perlambatan, atau suatu perubahan arah, dan informasi ini akan digunakan

untuk menjaga keseimbangan selama kita bergerak.

Sebagai ringkasan, utrikulus dan sakulus memberi informasi tentang posisi

tubuh saat istirahat, sedangkan kanalis semisirkularis memberi informasi

tentang tubuh pada saat bergerak. Tentu saja ada tumpang tindih, tetapi otak

7
akan menyusun segala informasi untuk menciptakan pengindraan tunggal

tentang posisi tubuh.5

2.2. Motion sickness

2.2.1 Defenisi

Motion sickness merupakan kondisi ketidaknyamanan yang dialami

seseorang yang terjadi saat melihat benda bergerak atau suatu persepsi gerak.

Kondisi ini menyebabkan munculnya gejala utama yaitu mual, pusing, muntah

dan malaise. Umumnya ini merupakan suatu respon fisiologis terhadap

rangsangan yang provokatif. Kondisi ini dapat muncul saat terpapar rangsangan

gerak dan visual. 4, 10, 11

2.2.2 Etiologi

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa konflik berasal dari dua organ

penting keseimbangan yaitu mata dan koklea di telinga dalam menyesuaikan diri

terhadap kecepatan yang berbeda ketika terjadinya gerakan. Mata menyesuaikan

diri secara cepat sedangkan telinga dalam lebih lama. Sampai kedua organ ini

menyesuaikan diri dan menetapkan sinyal yang indentik untuk dikirimkan ke otak

maka kekacauan pemusatan perhatian terhadap posisi tubuh dapat terjadi.

Penyakit ini dapat diprovokasi oleh gerakan yang tiba-tiba seperti saat berada

diperjalanan yang tidak rata, penerbangan yang berputar, dan pelayaran yang

bergelombang.4, 10, 12

8
2.2.3 Patofisiologi

Otak memperkirakan gerakan berdasarkan masukan dari organ vestibuler,

penglihatan dan reseptor propioseptor. Motion sickness terjadi ketika konflik pada

stimulus yang diterima oleh reseptor.10Otak menerima berbagai impuls yang

digunakan untuk menentukan gerakan dan orientasi spasial dari kepala. Sinyal

sensorik utama yang berkontribusi pada proses ini adalah sinyal vestibular dari

labirin, informasi visual, dan isyarat somatosensori. Informasi aferen yang berasal

dari labirin mengkodekan kedua gerakan sudut (yang dirasakan oleh kanalis

semisirkularis) dan percepatan linier serta gaya gravitasi (dirasakan oleh organ

otolit).

Selama pergerakan aktif (punya daya gerak), perintah motorik yang

dihasilkan oleh otak juga digunakan untuk memperkirakan pergerakan kepala dan

juga badan. Selama pergerakan aktif perintah motorik dan umpan balik sensoris

kongruen, sehingga otak dapat menghasilkan perkiraan gerak dan orientasi kepala

yang lebih stabil dan akurat. Dengan tidak adanya gerakan aktif, perkiraan gerak

di otak terutama didasarkan pada informasi vestibular, visual, dan somatosensori.

Bila ketiga isyarat sensorik ini tidak kongruen, maka terjadi konflik sensorik di

otak, dan dibentuklah hipotesis bahwa konflik ini mendasari gejala motion

sickness.

Sebagai contoh, jika sistem visual menunjukkan bahwa seseorang tidak

bergerak (misalnya melihat bagian dalam kabin kapal), namun sistem vestibular

merasakan gerakan kepala yang sedang berlangsung (misalnya karena pergerakan

kapal), hal ini menimbulkan konflik antara sinyal vestibular dan sinyal visual

9
sehingga menimbulkan gejala mabuk perjalanan. Selanjutnya, jika kanalis

semisirkularis dan organ otolit menghasilkan sinyal sensorik yang tidak sesuai,

maka dapat terjadi motion sickness tanpa bergantung pada penglihatan.

Demikian pula, jika sistem visual menunjukkan adanya gerakan (misalnya,

ketika bermain permainan virtual realistis) namun sistem vestibular tidak

menunjukan adanya gerakan, hal ini dapat menimbulkan veksi yang merupakan

suatu perasaan ilusi gerak. Hal ini kadang menyebabkan motion sickness tanpa

adanya gerakan fisik.

Dasar anatomis untuk motion sickness tidak diketahui dengan baik. Hal ini

diduga bergantung pada hubungan antara pusat sistem vestibular di batang otak

dan cerebellum dan pusat otonom serta pusat muntah. Histamin, asetilkolin,

GABA dan norepinephrine merupakan neurotransmitter penting yang terlibat

dalam motion sickness.1

2.2.4 Faktor Risiko1, 12, 13

Semua individu rentan untuk terkena motion sickness, namun ada beberapa

karakteristik tertentu yang menunjukan hubungan dengan kerentanan ini :

a. Faktor Pasien

1. Jenis Kelamin

Pada umumnya wanita lebih rentan jika dibandingkan dengan pria.1

2. Usia

Anak berusia antara 2-12 tahun lebih rentan mengalami motion sickness.

Anak dibawah 2 tahun jarang mengalami motion sickness14.

10
3. Faktor hormonal

Wanita hamil lebih rentan mengalami motion sickness. Selain itu dapat juga

dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan penggunaan kontrasepsi oral.

4. Penyakit sensori lainnnya

Penyakit-penyakit yang memperngaruhi organ visual atau vestibular

(misalnya labirintitis) membuat penderita tersebut lebih sensitif terhadap

impuls pergerakan kepala dan penglihatan dibandingkan dengan orang yang

sehat.

5. Migrain

Penderita migrain akan lebih rentan terkena motion sickness, hal ini

berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan membandingkan penderita

migrain dan penderita Tension Type Headache yang terkena motion sickness.

6. Psikosial

Orang yang memiliki level ketakutan atau kecemasan yang tinggi lebih rentan

terkena motion sickness.

b. Faktor lingkungan

1. Jenis gerakan

Gerakan dengan frekuensi rendah dan beberapa arah gerakan dapat

menginduksi terjadinya motion sickness.

2. Posisi tubuh

Posisi berbaring terlentang saat di kapal membantu mengurangi kerentanan

terkena motion sickness.

11
3. Kendaraan.

Seseorang yang posisi duduknya dibagian belakang atau tidak dapat melihat

keluar jendela menyebabkan orang tersebut lebih rentan terkena motion

sickness.

2.2.5 Manifestasi Klinis

Secara umum tanda dan gejala motion sickness antara lain1,6 :

1. Mual

2. Bersendawa

3. Kulit tampak pucat

4. Berkeringat dingin

5. Muntah

6. Pusing non-vertigous

7. Sakit kepala

8. Hipersalivasi

9. Lemas

Dan berdasarkan tingkat keparahannya dibagi atas ringan, sedang dan berat (tabel
1)7

12
Tabel 1. Tanda dan Gejala motion sickness12

Tingkat Tanda Gejala


Keparahan

Ringan  Menguap  Rasa tidak enak di perut


 Bersendawa  Malaise
 Wajah dan sekitar  Sakit kepala
mulut pucat  Mudah marah
 Mulas  Mengantuk
 Hipersalivasi  Kelelahan
 Frekuensi Kencing
bertambah
Sedang  Keringat dingin  Mual
 Peningkatan suhu  Pusing
tubuh  Apatis
 Hiperventilasi  Depresi
 Muntah  Ketidaktarikan terhadap
aktifitas sosial
 Keseganan dalam bekerja
 Peningkatan Postural sway
 penurunan kognitif
 Merasa berlebihan gerak
Berat  Tidak mampu  Mengisolasi dari kehidupan
berjalan sosial
 Tidak berdaya
 Kehilangan
keseimbangan
 Muntah terus-
menerus

2.2.6 Pengobatan1, 12

Pengobatan motion sickness terdiri dari :

1. Non medikamentosa seperti modifikasi lingkungan untuk menghindar

timbulnya kondisi mabuk perjalanan, pengobatan alternatif

a. Modifikasi lingkungan

Sinyal labirintin tidak dapat dilakukan manipulasi, jadi pendekatan ini dilakukan

berdasarkan informasi gerak yang diterima oleh sistem visual yang disamakan

13
dengan informasi yang diterima oleh organ vestibuler. Contohnya jika berkendara

dengan mobil penumpang dapat mengindari mabuk perjalanan dengan cara duduk

di kursi depan.

b. Pengobatan alternatif

Berdasarkan hasil penelitian mengkonsumsi jahe dapat digunakan untuk

mencegah mabuk perjalanan.

2. Terapi Medikamentosa.

Terapi dengan obat-obatan digunakan untuk menekan konflik isyarat sensorik di

bagian otak yang memproses informasi aferen atau untuk mengobati gejala mual.

a. Antihistamin

Beberapa antihistamin dapat digunakan untuk mengobati mabuk perjalanan antara

lain dimenhydrinate, diphenhydramin, chlorpheniramine, meclizine, cyclizine dan

cinnarizine.

b. Antikolinergik

Scopolamine merupakan obat yang umumnya diberikan untuk mengobati mabuk

perjalanan.

c. Antidopaminergik

Promethazine merupakan obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah

terjadinya mabuk perjalanan. Metoclopramide juga diguakan untuk mengobati

mabuk perjalanan namun efeknya tidak terlalu baik jika dibandingkan dengan

promethazine.

14
d. Simpatomimetik.

Ephedrine dan amphetamine digunakan untuk untuk mengobati mabuk perjalanan,

namun amphetahimine dapat menyebabkan ketergantungan maka harus

diresepkan dengan hati-hati. Kafein dapat juga digunakan untuk mengobati mabuk

perjalanan, dan keuntungannya yaitu dapat digunakan bersamaan dengan

pengobatan lainnya.

e. Pengobatan lainnya

1. Benzodiazepine memiliki keuntungan untuk mengobati mabuk perjalanan,

hanya memiliki efek sedasi.

2. Antiemetik standar seperti prochlorperazine atau ondansetron dapat mengatasi

mual yang merupakan gejala umum dari mabuk perjalanan.

3. Agonis GABA seperti baclofen atau gabapentin dapat digunakan untuk

mengobati mabuk perjalanan.

4. Pengobatan pada kehamilan, seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa

wanita hamil akan lebih rentan terkena mabuk perjalanan. Pengobatan yang

aman untuk morning sickness dapat digunakan untuk mengobati mabuk

perjalanan. Pengobatan tersebut antara lain antara lain (meclizine,

diphenhydramine, dan dimenhydrinate) dan prochlorperazine.

2.2.7 Diagnosis Banding10

Beberapa diagnosis banding yang dapat diambil antara lain :

1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

2. Migrain

15
3. Labirintis

4. Meniere

2.2.8 Prognosis10

Rata-rata gejala berhenti 72 jam setelah penghentian rangsangan gerak.

Umumnya prognosis pasien baik.

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Motion sickness atau mabuk perjalanan merupakan kondisi

ketidaknyamanan yang dialami seseorang yang terjadi saat melihat benda

bergerak atau suatu persepsi gerak. Kondisi ini menyebabkan munculnya gejala

utama yaitu mual, pusing, dan malaise. Umumnya ini merupakan suatu respon

fisiologis terhadap rangsangan yang provokatif.

Mabuk perjalanan disebabkan karena adanya koflik antara impuls sensorik

yang berhubungan dengan persepsi gerakan. Hampir setiap orang dapat terkena

mabuk perjalanan dengan rangsangan yang cukup, namun demikian kerentantan

seseorang menderita mabuk perjalanan sangat bervariasi (berdasarkan faktor

pasien dan faktor lingkungan).

Seseorang dapat mencegah dan mengobati mabuk perjalanan dengan cara

menjaga impuls visual kongruen dengan impuls vestibuler. Tidak ada pengobatan

atau perawatan khusus untuk kondisi ini. Pada umumnya hanya diberi pengobatan

simptomatis untuk mengatasi pusing, mual dan muntah, dapat juga dilakukan

pengobatan alternatif dengan cara mengkonsumsi jahe. Rata-rata gejala berhenti

72 jam setelah penghentian rangsangan gerak. Umumnya prognosis pasien baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Priesol AJ. Motion sickness: UpToDate; 2017 [cited 2017 27/07]. Available

from: www.uptodate.com.

2. Hain TC. Motion sickness 2017 [cited 2017 28/07]. Available from: diziness-

and-balance.com

3. Kenny T. Motion (travel) sickness: Patient; 2015 [cited 2017 27/07]. Available

from: https://medical.azureedge.net/pdf/4528.pdf?v=636220907931342917.

4. Ogunniyi AA. Motion sickness (seasickness; mal de mer): Merck manual;

2016 [cited 2017 27/07]. Available from:

www.merckmanuals.com/professional/injuries-poisoning/motion-

sickness/motion-sickness.

5. Scanlon VC, Sanders T. Buku ajar anatomi dan fisiologi Jakarta: EGC; 2006.

6. Alberti PW. The anatomy and physiology of the ear and hearing. 2014.

7. Sherwood L. Fisiologi manusia: Dari sel ke sistem. 6 ed. Jakarta: EGC; 2011.

8. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy & physiology. 13 ed. USA:

John Wiley & Sons, Inc; 2012.

9. Lackner JR. Motion sickness2004. Available from:

http://www.brandeis.edu/graybiel/publications/docs/190_ms_encns.pdf.

10. Brainard A. Motion sickness: Medscape; [cited 2017 27/07]. Available from:

www.emedicine.medscape.com/article/2060606-overview.

11. Lackner JR. Motion sickness : More than nausea and vomiting. Springer.

2014;232:2492-510.

18
12. Brainard A, Gresham C. Prevention and treatment of motion sickness.

American family physician. 2014;90(1):41-6.

13. Motion sickness: University of Maryland Medical Center; 2017 [cited 2017

27/07]. Available from:

www.umm.edu/health/medical/altmed/condition/motion-sickness.

14. Oosterveld WJ. Motion sickness. J Travel Med. 1995;2:182-85.

19

Anda mungkin juga menyukai