Anda di halaman 1dari 3

Bawang Putih (Alium sativum L.

 Taksonomi[1]
Secara taksonomi tanaman bawang putih dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotiledone
Ordo : Lilliflorae
Bangsa : Liliaceae
Genus : Allium
Species : Allium sativum
 Kandungan[5]
karbohidrat (fruktan), saponin (glikosida furostanol: sativin, proto-erubin B), dan senyawa
organik yang mempunyai atom sulfur. Kandungan utama bawang putih utuh adalah y-glutamil-
S-alil-L-sistein dan S-alil-L-sistein sulfoksida (aliin). Apabila bawang putih diiris, aliin mengalami
degradasi oleh enzim aliinase (S-alkil-L-sisteine liase) menjadi asam piruvat dan asam 2-propen
sulfenat yang kemudian mengalami transformasi menjadi alisin (dialiltiosulfinat) dengan kadar
0,3% dihitung terhadap bawang putih segar. Jika bawang putih dibuat ekstrak air, y-glutamil-S-
alil-L-sistein dikonversi menjadi S-alil-sistein melalui transformasi enzimatik dengan y-
glutamiltranspeptidase. S-alil-sistein berperan antara lain sebagai antioksidan terhadap radikal
bebas, kanker dan penyakit kardiovaskular. Pengolahan bawang putih mengakibatkan
terbentuknya senyawa tiosulfinat, contohnya alisin, melalui reaksi enzimatik sistein sulfoksida
tersubstitusi. Senyawa tiosulfinat yang lain adalah alilmetil-metilalil- dan trans-i-
propeniltiosulfinat. Di dalam ekstrak etanol bawang putih ditemukan juga senyawa hasil
kondensasi alisin yaitu 6Z-ajoen dan 6E-ajoen (4,5,9-tritiadodeka-1,6,11-trien-g-S-oksida) dan
viniltiin. Destilasi bawang putih dalam vakum, diperoleh komponen utama alisin dalam
konsentrasi tinggi (8o-go%).
 Efek Farmakologi[5]
Telah dilakukan penelitian meta-analisis dan tinjauan sistematis efek sediaan dengan bawang
putih terhadap tekanan darah dengan menggunakan database berbagai penelitian yang
dipublikasikan dari tahun 1995 hingga Oktober 2007. Kategori penelitian antara lain penelitian
acak dengan menggunakan piasebo, sediaan uji hanya mengandung bawang putih, dan hasil uji
meliputi tekanan darah sistolik dan atau diastolik rata-rata serta standar deviasi. Hasilnya,
sebanyak 11 dari 25 penelitian yang ditinjau secara sistematis memenuhi persyaratan uji meta-
analisis. Dari uji metaanalisis penelitian-penelitian tersebut menunjukkan penurunan rata-rata
tekanan darah sistolik sebesar 4,6 + 2,8 mm Hg pada kelompok perlakuan dengan bawang putih
dibandingkan dengan piasebo (n=io; p=o,ooi), sementara penurunan rata-rata tekanan darah
sistolik dan diastolik pada sub kelompok hipertensi berturut-turut sebesar 8,4 ± 2,8 mm Hg (n =
4; p < 0.001) dan 7.3 ± 1.5 mm Hg (n = 3; p < 0.001). Dari penelitian meta-analisis ini
menunjukkan bahwa sediaan yang mengandung bawang putih lebih superior dibandingkan
piasebo dalam menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
 Khasiat[4]
Umbi bawang putih telah lama digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat. Pnggunaan
utama adalah untuk obat tekanan darah tinggi, meredakan sakit kepala, menurunkan kolesterol
dan obat maag. Daunnya digunakan sebagai obat tekanan darah tinggi, obat malaria, obat
sembelit, da obat kencing manis. Akarnya digunakan sebagai obat haid tidak teratur.
 Dosis[5]
Dosis harian: Penggunaan secara umum: Dosis rata-rata harian umbi bawang putih segar adalah
4 g (1 siung bawang putih 2 kali sehari), sedangkan minyak esensial 8 mg.
Untuk hipertensi: Dosis efektif serbuk bawang putih adalah 200-300 mg 3 kali sehari.4
 Toksisitas
Nilai LD50 kaplet bawang putih per oral pada tikus putih adalah > 15,04 g/kg BB. Pemberian
ekstrak bawang putih sampai dosis 2000 mg/kg BB selama 6 bulan, tidak mempengaruhi berat
badan tapi mengurangi nafsu makan, dan tidak berpengaruh terhadap gambaran darah rutin,
biokimia darah, maupun gambaran patologi organ-organ dari tikus putih. [4]
Umbi bawang putih tidak mutagenik pada uji in vitro (Salmonella microsome reversion assay
dan Escherichia coli).1 Belum ada penelitian ilmiah mengenai keamanan penggunaan suplemen
yang mengandung bawang putih selama kehamilan, sehingga disarankan untuk tidak dikonsumsi
oleh wanita hamil.[5]
 Interaksi[5]
1. Interaksi dengan Obat - Bukti klinik menunjukkan bahwa konsumsi bawang putih dapat
mempengaruhi farmakokinetika dan farmakodinamika obat antiretroviral. Kemungkinan
mekanisme interaksi tersebut dikarenakan suplemen mengandung allisin dapat menginduksi
isoenzim CYP450 3A4 dan secara klinik menyebabkan penurunan konsentrasi obat yang
dimetabolisme oleh enzim tersebut. Contoh interaksi yang sudah terbukti adalah dengan
saquinavir. Hasil observasi pada relawan sehat setelah pemberian penghambat protease
saquinavir (antiretroviral) selama tiga minggu menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap
konsentrasi plasma saquinavir. Meskipun beberapa belum terbukti, sebaiknya hindari
penggunaan bersamaan dengan penghambat protease, siklosporin, ketokonazol, itraconazole,
glukokortikoid, kontrasepsi oral, verapamil, diltiazem, lovastatin, simvastatin dan atorvastatin. -
Bawang putih memiliki efek kardiovaskuler yang kompleks, oleh karena itu secara teori dapat
berinteraksi dengan obat antikoagulan/antiplatelet berupa peningkatan resiko pendarahan,
contohnya aspirin, klopidogrel, tiklopidine, dipiridamol, heparin, fluindion dan warfarin. -
Kemungkinan dapat berinteraksi dengan obat antidiabetes klorpropamid dan analgesik
parasetamol.11
2. Interaksi dengan tanaman lain - Dengan asidophilus, kemungkinan dapat menurunkan
absorpsi bawang putih. Jika dikonsumsi bersamaan, beri selang waktu pemberian minimal 3 jam.
 Efek Samping
penggunaan dalam bentuk serbuk dengan dosis yang relatif besar dapat menimbulkan rasa
mual, disamping itu keringat dan nafasnya akan berbau tidak sedap. Beberapa orang yang tidak
toleran jika mengkonsumsi dalam jumlah besar akan mengalami iritasi mulut, esophagus, dan
lambung. [4]
Efek yang Tidak Diinginkan Dapat menyebabkan efek kardiovaskular takikardi dan hipotensi
ortostatik.13 Umbi bawang putih pernah dilaporkan menimbulkan reaksi alergi seperti
dermatitis kontak dan serangan asma setelah inhalasi serbuk yang mengandung bawang putih.
Konsumsi oral umbi segar, ekstrak atau minyak bawang putih pada kondisi perut kosong dapat
menyebabkan efek samping ringan seperti heartburn, mual, kembung, muntah dan diare. Mulut
dan kulit badan berbau khas setelah mengkonsumsi bawang putih.[5]
 Indikasi
Antidiabetes, antibakteri, antihipertensi, dan antikolesterol.[4]
Membantu menurunkan tekanan darah[5]
 Kontraindikasi[5]
Sebaiknya tidak dikonsumsi oleh wanita menyusui.
 Peringatan[5]
Bawang putih memiliki efek terhadap kardiovaskular antara lain antiplatelet, antitrombotik dan
fibrinolitik. Studi klinik menunjukkan penurunan yang signifikan aktivitas agregasi platelet dan
fibrinolitik. Beberapa kasus menunjukkan kemungkinan bahwa bawang putih dapat
meningkatkan resiko pendarahan, khususnya pada pasien yang akan menjalani terapi bedah.11
Peringatan pada pasien yang menerima terapi warfarin bahwa suplemen mengandung bawang
putih dapat meningkatkan waktu pendarahan. Pembekuan darah pernah dilaporkan dua kali
lipat lebih lama pada pasien yang menerima warfarin dan suplemen mengandung bawang
putih.1 Berdasarkan sistem klasifikasi herbal oleh The American Herbal Products Association
(AHPA), bawang putih termasuk dalam kategori Kelas 2C (tidak boleh digunakan oleh ibu
menyusui).
 Penyimpanan[5]
Simpan di tempat sejuk dan kering, di dalam wadah yang sedikit terbuka, misalnya wadah yang
terbuat dari anyaman rotan, terhindar dari cahaya matahari, serta jauh dari jangkuan anak-
anak.4

Anda mungkin juga menyukai